Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus Sp.) Dan Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya

AKTIVITAS EKSTRAK TAMBELO (Bactronophorus sp.)
DAN SELULOLITIK MIKROORGANISME SIMBIONNYA

RIVIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Aktivitas Ekstrak
Tambelo (Bactronophorus sp.) dan Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016
Riviani
C351130081

RINGKASAN
RIVIANI. Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.) dan Selulolitik
Mikroorganisme Simbionnya. Dibimbing oleh SRI PURWANINGSIH dan
KUSTIARIYAH TARMAN.
Tambelo merupakan moluska yang hidup di dalam kayu mangrove telah
digunakan untuk tujuan pengobatan oleh masyarakat pesisir. Tujuan penelitian ini
adalah menentukan aktivitas biologis yaitu aktivitas antioksidan, inhibitor glukosidase, dan antibakteri, serta mendapatkan mikroorganisme simbion yang
diisolasi dari tambelo, dan menentukan aktivitas selulolitik mikroorganisme
simbion.
Tambelo diekstrak menggunakan tiga pelarut yaitu metanol, etil asetat, dan
heksana. Aktivitas antioksidan ekstrak diuji berdasarkan kemampuan ekstrak
dalam mereduksi radikal bebas (DPPH) dengan menggunakan konsentrasi ekstrak
50, 100, 500, 1000, dan 5000 µg/mL. Aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak
dengan konsentrasi ekstrak 25, 50, 100, 500, dan 1000 µg/mL. Aktivitas
antibakteri ekstrak diukur menggunakan metode difusi agar dengan konsentrasi
ekstrak 0.5, 1, dan 2 mg/sumur terhadap bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus. Mikroorganisme yang berasosiasi dengan tambelo
diisolasi dari saluran pencernaannya. Isolat yang diperoleh diuji aktivitas
selulolitik dengan media yang mengandung selulosa.
Rendemen daging dan jeroan tambelo yang dihasilkan sebesar 93.98%.
Kadar air, abu, lemak, dan protein masing-masing sebesar 73.93%, 1.24%, 0.47%,
dan 6.22%. Rendemen ekstrak metanol sebesar 3.12% ± 0.62, etil asetat
0.68% ± 0.07, dan heksana 0.41% ± 0.13. Aktivitas antioksidan tertinggi pada
ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 1072.19 µg/mL. Aktivitas inhibisi glukosidase ekstrak menurun pada konsentrasi yang semakin tinggi. Aktivitas
antibakteri tertinggi diperoleh pada ekstrak etil asetat dengan zona hambat sebesar
10.5 mm terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi 2 mg/sumur. Ekstrak terpilih
adalah ekstrak etil asetat yang mengandung flavonoid, tanin, saponin dan steroid.
Ekstrak tersebut tergolong toksik dengan nilai LC50 sebesar 425.908 µg/mL.
Mikroorganisme yang terisolasi terdiri dari 8 kapang dan 9 bakteri. Indeks
selulolitik tertinggi ditunjukkan oleh isolat kapang TJ21 dengan indeks 4.53, serta
isolat bakteri S3B sebesar 2.25.
Kata kunci: antibakteri, antioksidan, Bactronophorus sp., inhibitor -glukosidase,
mikroorganisme simbion.

SUMMARY
RIVIANI. Activity of Tambelo (Bactronophorus sp.) Extracts and Cellulolytic of

Their Associated Microorganisms. Supervised by SRI PURWANINGSIH and
KUSTIARIYAH TARMAN.
Tambelo is a mollusc living inside the mangrove trees which has been used
for medicinal purposes by the coastal people. The aims of this study were to
determine the activities of tambelo extracts as antioxidant, α-glucosidase inhibitor,
and antibacterial, to obtain the associated microorganisms isolated from tambelo,
and to determine the cellulolytic activity of the associated microorganisms.
Tambelo was extracted by three solvents such as methanol, ethyl acetate,
and hexane. Antioxidant activity of the extracts was determined based on the
ability of the extract to reduce free radical (DPPH) as concentrations of 50, 100,
500, 1000, dan 5000 µg/mL. The α-glucosidase inhibition activity of the extract
was determined with the concentrations of 25, 50, 100, 500, dan 1000 µg/mL.
The antibacterial activity of the extract used agar plate difussion method with
concentrations of 0.5, 1, 2 mg/well against Escherichia coli and Staphylococcus
aureus. Tambelo associated microorganisms were isolated from the digestive
tract. The isolates were then investigated for their cellulolytic activity using
cellulose based medium.
The yield of meat and offal of tambelo was 93.98%. The contents of
moisture, ash, fat, and protein were 73.93%, 1.24%, 0.47%, and 6.22%,
respectively. The yield of methanol extract was 3.12% ± 0.62, etyl acetate

0.68% ± 0.07, and hexane 0.41% ± 0.13. The highest antioxidant activity was
showed by ethyl acetate extract with IC50 of 1072.19 µg/mL. The α-glucosidase
inhibition activity of the extract decreased when the concentration increased. The
highest antibacterial activity was exhibited by the ethyl acetate extract with the
inhibition zone of 10.5 mm against E. coli with the concentration of 2 mg/well.
Ethyl acetate extract consisted of flavonoids, tanins, saponins, and steroids. This
extract was toxic with LC50 of 425.908 µg/mL. Isolated microorganisms consisted
of 8 fungi and 9 bacteria. The highest cellulolytic index was showed by the fungal
isolate TJ21 with the index of 4.53, while the bacterial isolate S3B was 2.25.
Keywords:

-glucosidase

inhibitor,
Bactronophorus sp., simbion.

antibacterial,

antioxidant,


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS EKSTRAK TAMBELO (Bactronophorus sp.)
DAN SELULOLITIK MIKROORGANISME SIMBIONNYA

RIVIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Desniar, SPi, MSi

Judul Tesis : Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.) dan Selulolitik
Mikroorganisme Simbionnya
Nama
: Riviani
NIM
: C351130081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sri Purwaningsih, MS
Ketua


Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Hasil Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Wini Trilaksani, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 15 Agustus 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah
Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.) dan Selulolitik Mikroorganisme
Simbionnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Sri Purwaningsih, MS
dan Ibu Dr Kustiariyah Taman, SPi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi
saran.
Ucapan
terimakasih
penulis
sampaikan
kepada
Dr Desniar, SPi, MSi selaku penguji, Dr Eng Uju, SPi, MSi selaku GKM,
Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku ketua Program Studi Teknologi Hasil Perairan,
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, dan Direktorat Jenderal Dikti. Ucapan terima
kasih kepada Bapak dan Ibu dosen staf pengajar, staf administrasi dan seluruh staf
laboratorium yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
Terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kaka dan adik

tersayang, serta keluarga besar Bapak Dasuki dan Ibu Wagini, keluarga PPR,
keluarga THP Pascasarjana 2013, Wulandari, Alif Kholifatul Jannah, Nurhasanah,
Penghuni Forum Wacana, dan teman-teman yang telah mendukung penulis
selama ini.

Bogor, November 2016
Riviani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 3
Roadmap Penelitian ............................................................................................ 4
2 METODE ....................................................................................................... 115

Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 5
Bahan dan Alat ................................................................................................... 5
Prosedur Penelitian ............................................................................................. 5
Preparasi sampel ............................................................................................ 7
Analisis Proksimat ......................................................................................... 7
Ekstraksi Tambelo ......................................................................................... 8
Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2009) ............................... 9
Uji Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase (Sancheti et al. 2009).......................... 9
Uji Antibakteri (Moorthy et al. 2007) ......................................................... 10
Uji Komponen Aktif (Harbone 2006) ......................................................... 10
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Meyer et al. 1982) .......................... 11
Isolasi Bakteri dan Kapang dari Tambelo ................................................... 12
Penapisan Bakteri dan Kapang dari Tambelo .............................................. 12
Analisis Data ..................................................................................................... 13
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
Karakteristik Tambelo ...................................................................................... 13
Ekstrak Tambelo ............................................................................................... 14
Aktivitas Antioksidan .................................................................................. 15
Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase.................................................................. 16
Aktivitas Antibakteri .................................................................................... 18

Komponen Bioaktif dan Toksisitas Ekstrak Etil Asetat Tambelo ............... 19
Isolat Mikroorganisme Simbion dari Tambelo ................................................. 21
Isolat Mikroorganisme Simbion................................................................... 21
Aktivitas Selulolitik Mikroorganisme Simbion ........................................... 22
4 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24
Simpulan ........................................................................................................... 24
Saran ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Komposisi kimia daging tambelo ................................................................... 14
Diameter zona hambat (mm) ekstrak tambelo ................................................ 18
Komponen bioaktif ekstrak etil asetat tambelo .............................................. 19
Indeks selulolitik kapang dari tambelo ........................................................... 23
Indeks selulolitik bakteri dari tambelo ........................................................... 23

DAFTAR GAMBAR
Roadmap penelitian ......................................................................................... 4
Diagram alir penelitian .................................................................................... 6
Tambelo (A); palet dan cangkang tambelo (B) .............................................. 13
Aktivitas antioksidan ekstrak metanol (A), ekstrak etil asetat (B),
ekstrak heksana tambelo (C), dan vitamin C (D)............................................ 16
5 Aktivitas inhibisi α-glukosidase ekstrak metanol (A), ekstrak etil asetat
(B), ekstrak heksana tambelo (C), dan glukobay (D) ..................................... 17
6 Isolat kapang tambelo .................................................................................... 21
7 Isolat bakteri tambelo ..................................................................................... 22
1
2
3
4

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Karakteristik tambelo ................................................................................ 3331
Rendemen ekstrak tambelo ............................................................................ 31
Contoh perhitungan nilai IC50......................................................................... 31
Aktivitas antibakteri ekstrak tambelo ............................................................ 31
Analisis probit toksisitas ekstrak etil asetat tambelo ...................................... 32
Hasil mikroskopik kapang simbion ................................................................ 32
Hasil mikroskopik bakteri simbion ................................................................ 33

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove di Indonesia merupakan salah satu ekosistem pesisir yang
memiliki keanekaragaman hayati khas. Terdapat berbagai macam organisme yang
hidup dan dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai bahan baku makanan saja,
tetapi juga digunakan sebagai obat oleh masyarakat. Moluska merupakan salah
satu biota yang banyak dijumpai di perairan mangrove dan dipercaya sebagai
obat. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada golongan moluska ditemukan berbagai
macam komponen bioaktif. Menurut Grienke et al. (2014), moluska dengan genus
Mytilus dan Perna memiliki komponen yang teridentifikasi seperti peptida,
squalene, alkaloid, terpenoid, komponen nitrogen, turunan asam amino, dan
komponen lainnya yang memiliki bioaktif spesifik. Beberapa studi
mengungkapkan pada bivalva dan gastropoda merupakan golongan moluska yang
potensial sebagai sumber nutraseutika dan farmaseutika. Menurut
Zhou et al. (2011), produk alami yang dihasilkan dari moluska dapat digunakan
sebagai antioksidan, antitumor, antivirus, antibakteri, antijamur, antikanker, dan
inhibitor enzim.
Kearifan lokal merupakan salah satu indikator penting dalam
pengembangan obat alami. Masyarakat di beberapa wilayah pesisir Indonesia
misalnya Papua, Kendari, dan Bangka Belitung memiliki tradisi mengonsumsi
salah satu moluska laut yang disebut dengan tambelu atau tambelo atau shipworm
yang dipercaya memiliki banyak manfaat. Menurut Hardinsyah et al. (2006),
dengan konsumsi tambelo (Bactronophorus sp.) dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit, seperti sakit pinggang, rematik, batuk, flu, malaria, serta
meningkatkan produksi air susu ibu, menambah nafsu makan, dan vitalitas pria.
Tambelo sudah diteliti oleh Leiwakabessy (2011), dan dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 15 µg/mL.
Penelitian tambelo hingga saat ini masih sangat sedikit, sehingga perlu adanya
kajian aktivitas bioaktif lainnya agar dapat menggali potensi tambelo sebagai
bahan obat secara ilmiah.
Dibalik khasiat tambelo yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
penyakit, biota ini ternyata memiliki sifat yang unik. Keunikan tambelo memiliki
tubuh yang lunak seperti cacing dan dapat hidup di dalam kayu mangrove yang
bertekstur sangat keras. Selulosa yang terkandung dalam kayu mangrove
merupakan sumber makanan utamanya. Selulosa sebagai makanan tambelo
mengindikasikan bahwa biota ini diduga memiliki mikroorganisme yang berperan
dalam membantu mendegradasi selulosa. Hal ini dibenarkan oleh Elam (2009),
yang meneliti bahwa pada saluran pencernaan biota shipworm (Teredo navalis)
terjadi simbiosis selulolitik yang dilakukan oleh mikroorganisme misalnya
bakteri. Mikroorganisme simbion lain seperti mikroflora juga sangat berperan
dalam mendegradasi selulosa. Menurut Santhakumaran (2000), mikroflora yang
berasal dari kayu dapat tercerna oleh shipworm dan menetap di saluran
pencernaannya. Mikroorganisme simbion ini juga dapat memproduksi berbagai
senyawa metabolit yang dapat diserap oleh biota tersebut. Hal ini sesuai dengan
Lechene et al. (2007) yang menyatakan bahwa nutrisi shipworm didukung oleh

2
mikroorganisme simbion. Senyawa metabolit ini dapat berpengaruh terhadap
komposisi kimia tambelo yang berpotensi menunjukkan aktivitas biologis. Hasil
penelitian Trindade-Sliva et al. (2009), mikroorganisme yang berasosiasi dengan
shipworm (Neoteredo reynei) berupa bakteri selulolitik dengan kode CS30
memiliki aktivitas antibiotik terhadap bakteri Gram-negatif (Sphingomonas sp.
dan Stenotrophomonas maltophilia) dan Gram-positif (Bacillus cereus dan
Staphylococcus sciuri). Isolasi mikroorganisme simbion dari tambelo sendiri
belum pernah dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir
pemanfaatan tambelo secara langsung, agar keberadaan tambelo di alam tetap
terjaga dan senyawa bioaktif yang sama dapat diperoleh dari mikroorganisme
simbionnya.
Rumusan Masalah
Area pesisir Indonesia sangat luas yang di dalamnya terdapat ekosistem
mangrove. Pada ekosistem ini ada flora dan fauna yang khas. Salah satu fauna
yang khas adalah tambelo (Bactronophorus sp.). Tambelo oleh masyarakat pesisir
dipercaya dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit. Pengalaman empiris ini
perlu dibuktikan dengan dilakukannya kajian tentang aktivitas biologis ekstrak.
Selain itu, dugaan adanya mikroorganisme simbion yang membantu dalam
mendegradasi selulosa dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang sama dengan
inangnya. Senyawa metabolit yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini dapat
berpengaruh terhadap komposisi kimia tambelo sehingga perlu adanya isolasi
mikroorganisme simbion yang ada pada tambelo.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian “Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.)
dan Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya” adalah :
1.
Menentukan aktivitas antioksidan, inhibisi α-glukosidase, dan antibakteri
ekstrak tambelo (Bactronophorus sp.).
2.
Mendapatkan isolat mikroorganisme simbion yaitu kapang dan bakteri dari
tambelo (Bactronophorus sp.).
3.
Menentukan aktivitas selulolitik isolat mikroorganisme simbion dari
tambelo (Bactronophorus sp.).
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian “Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.)
dan Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya” adalah :
1.
Memberikan informasi ilmiah dan dasar bagi penelitian lanjutan tentang
aktivitas antioksidan, inhibisi α-glukosidase, dan antibakteri tambelo
(Bactronophorus sp.).
2.
Memberikan informasi ilmiah mengenai potensi aktivitas selulolitik
mikroorganisme simbion seperti kapang dan bakteri tambelo
(Bactronophorus sp.) yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian “Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus
sp.) dan Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya” adalah :
1.
Karakterisasi tambelo (Bactronophorus sp.) meliputi identifikasi bahan
baku, penghitungan rendemen, dan analisis proksimat (air, abu, protein,
dan lemak).
2.
Ekstraksi tambelo (Bactronophorus sp.) dengan metode maserasi dengan
pelarut tunggal menggunakan 3 pelarut (metanol, etil asetat dan heksana).
3.
Uji aktivitas antioksidan, inhibisi α-glukosidase, dan antibakteri diawali
dengan penapisan awal dari 3 jenis ekstrak yang berbeda (metanol, etil
asetat dan heksana) untuk menentukan ekstrak teraktif dengan pengukuran
persentase DPPH, inhibisi enzim α-glukosidase untuk antidiabetes,
kemudian aktivitasnya diuji kembali dengan beberapa seri konsentrasi
ekstrak untuk menentukan nilai IC50 (Konsentrasi ekstrak yang dapat
mereduksi aktivitas antioksidan dan inhibisi α-glukosidase sebesar 50%).
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menghitung zona bening yang
terbentuk.
4.
Uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
dilakukan pada ekstrak teraktif dengan beberapa seri konsentrasi untuk
menentukan nilai LC50.
5.
Skrining fitokimia dilakukan pada ekstrak teraktif meliputi uji alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, hidrokuinon, dan steroid.
6.
Isolasi dan penapisan kapang dan bakteri selulotik dengan media yang
mengandung selulosa, sehingga menghasilkan aktivitas selulolitik yang
ditandai dengan terbentuk zona bening.

4
Roadmap Penelitian
Roadmap penelitian “Aktivitas Ekstrak Tambelo (Bactronophorus sp.) dan
Selulolitik Mikroorganisme Simbionnya” disajikan pada Gambar 1.

Hardinsyah et al.
(2006)

Masyarakat (Mimika, Papua) rata-rata mengonsumsi
tambelo 574 ± 616.3 g/minggu

Syaputra et al.
(2007)

Fermentasi tambelo terbaik : kadar garam 10% selama
20 hari
Komposisi kimia : kadar air 73.60%, kadar abu
1.04%, kadar protein 4.29%, kadar lemak 4.05%

Anwar dan Rosmawati
(2013)

Hidrolisis protein dengan enzim papain meningkatkan
kadar protein tambelo menjadi 22.09%

Anwar et al.
(2014)

Fermentasi tambelo dengan starter bekasang,
diperoleh kadar protein total yang lebih tinggi, namun
kadar asam amino total lebih rendah dibanding yang
segar

Riviani et al.
(2016)

Asam amino total daging tambelo segar sebesar
7.43% dan asam lemak total 29.52%.

Aktivitas antioksidan, inhibisi a-glukosidase, dan
antibakteri ekstrak tambelo
Isolasi mikroorganisme simbion dari tambelo

Gambar 1 Roadmap penelitian

5

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Maret 2016
di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia, Institut
Pertanian Bogor dan Pusat Studi Biofarmaka, Laboratorium Terpadu, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tambelo
(Bactronophorus sp.) yang berasal dari Desa Torobulu, Kec. Laeya, Kab. Konawe
Selatan, Kendari, Sulawesi Tenggara. Bahan untuk analisis proksimat diantaranya
selenium, H2SO4 pekat, aquades, NaOH 40%, H3BO3 2%, indikator bromcresol
green-methyl red, HCl 0.1 N dan benzena. Bahan yang digunakan pada tahap
ekstraksi diantaranya metanol, etil asetat, dan heksana. Bahan untuk uji aktivitas
biologis diantaranya, Dimethyl Sufoxide (DMSO), 1,1-diphenil-2-picrlhylhydrazyl
(DPPH), vitamin C, Bovine serum albumin (BSA), p-Nitrophenyl α-Dglucopyranoside (p-NPG), buffer fosfat, enzim α-glukosidase, Na2CO3, akarbosa
(glukobay), Escericia coli, Aspergillus aureus, kloramfenikol, dan Mueller Hinton
Agar (MHA) (oxoid), pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorff, pereksi
Lieberman-Burchard, HCl, kloroform, Artemia salina, Potato Dextrose Agar
(PDA) (BD company), Congo red 0.1%, Cellulolytic Medium Basal (CMB),
NaCl, Sea Water Complete (SWC), media CarboxyMethyl Cellulose (CMC),
Nutrient Agar (NA) (oxoid), dan Nutrient Broth (NB) (oxoid).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian diantaranya kamera digital
(NIKON D3200), cawan porselen, oven, desikator, tanur, timbangan digital,
kjeldahl sistem, alat destruksi, alat titrasi, destilator, dan soxlet, kertas saring
Whatman 42, shaker, rotary evaporator (EYELA N1001T), microplate dan elisa
reader (Epoch), pipet mikro (Eppendorf), clean bench (Thermo Scientific 1300
Series A2), autoklaf (Yamato SM52), inkubator (Thermolyne type 42000), dan
mikroskop.
Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari tiga tahap, tahap pertama terdiri dari preparasi
sampel dan analisis proksimat. Tahap kedua terdiri dari ekstraksi, uji aktivitas
antioksidan, aktivitas inhibisi α-glukosidase, aktivitas antibakteri, komponen
bioaktif, dan toksisitas. Tahap ketiga terdiri dari isolasi bakteri dan kapang dari
tambelo dan uji aktivitas selulolitiknya. Diagram alir penelitian disajikan pada
Gambar 2.

6
Karakterisasi tambelo,
perhitungan rendemen,
komposisi kimia

Tambelo

Preparasi
Daging,
cangkang
dan palet
Cangkang
dan palet

Preparasi
ekstraksi
Preparasi isolasi
bakteri simbion

Preparasi isolasi
kapang simbion

Daging dan
jeroan
Jeroan
dan usus
Ekstraksi
(metanol, etil asetat, dan heksana)
Perbandingan sampel dan pelarut
1:6

Isolasi bakteri

Isolat
bakteri

Ekstrak

Uji aktivitas antioksidan,
inhibisi α-glukosidase,
dan antibakteri

Uji aktivitas
selulolitik

Ekstrak
terbaik

Uji komponen
bioaktif dan toksisitas

Gambar 2 Diagram alir penelitian

Jeroan

Usus

Isolasi kapang

Isolat
kapang

Uji aktivitas
selulolitik

7
Preparasi Sampel
Tahap penelitian diawali dengan preparasi sampel serta persiapan bahan
dan alat untuk analisis yang akan dilakukan. Bahan baku utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tambelo (Bactronophorus sp.) yang diperoleh dari
perairan Kendari. Bahan baku dibawa menuju laboratorium dalam keadaan beku,
dengan menggunakan styrofoam. Identifikasi bahan baku dilakukan di Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI. Pengamatan morfometrik dilakukan meliputi
panjang, lebar, dan berat. Bahan baku kemudian dicuci dengan air bersih lalu
dilakukan pemisahan antara bagian cangkang, daging dan jeroan serta dihitung
rendemennya.
Analisis Proksimat
a.

Kadar air (AOAC 2005)

Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 1 jam.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator pada suhu ruang selama 15 menit
dan dibiarkan sampai dingin. Cawan tersebut ditimbang hingga beratnya konstan.
Sebanyak 5 gram daging tambelo dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 5 jam. Cawan tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan
selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air :
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
b.

Kadar abu (AOAC 2005)

Cawan pengabuan dikeringkan dengan oven selama 1 jam pada suhu
105ºC, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
hingga berat konstan. Daging tambelo sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam
cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap.
Cawan kemudian dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600ºC
selama 6 jam, kemudian ditimbang hingga berat konstan.
Perhitungan kadar abu:
Keterangan :
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)
c.

Kadar protein (AOAC 2005)

Daging tambelo ditimbang sebanyak 0.25 gram, kemudian dimasukkan ke
dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan 0.25 gram selenium dan 3 mL
H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410oC selama 1 jam sampai larutan

8
jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50
mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses destilasi dengan
suhu destilator 100ºC. Destilat ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcresol
green-methyl red yang berwarna merah muda, setelah volume destilat mencapai
40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat
kemudian dititrasi dengan HCl 0.1 N sampai terjadi perubahan warna merah
muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.
Perhitungan kadar protein:

Keterangan :
Faktor koreksi alat
Faktor konversi
d.

= 2.5 %
= 6.25

Kadar lemak (AOAC 2005)

Daging tambelo seberat 5 gram (A) dimasukkan ke dalam kertas saring,
selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian selongsong lemak
digabungkan dengan labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (B).
Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan
disiram dengan pelarut lemak (benzena). Refluks dilakukan selama 6 jam. Pelarut
lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak
menguap. Pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor dan dikeluarkan sehingga
tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam
oven pada suhu 105ºC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai
beratnya konstan (C).
Perhitungan kadar lemak:
Keterangan :
A= Berat sampel (g)
B= Berat labu lemak kosong (g)
C= Berat labu lemak dengan lemak (g)
Ekstraksi Tambelo
Tahap ekstraksi diawali dengan preparasi sampel serta persiapan bahan
dan alat untuk ekstraksi tambelo yang akan dilakukan. Bahan baku utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tambelo (Bactronophorus sp.) yang
diperoleh dari hutan bakau di Kendari. Bahan baku dibawa menuju laboratorium
dalam keadaan beku, menggunakan kemasan styrofoam.
Bahan baku yang akan diekstrak, dicuci dengan air bersih lalu dilakukan
pemisahan bagian cangkang dan palet dari tubuh tambelo. Keseluruhan bagian
tambelo kecuali cangkang dan palet dipotong kecil-kecil yang bertujuan untuk
memaksimalkan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut tunggal yakni metanol (polar), etil asetat (semi polar) dan
heksana (non polar). Sampel tambelo ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian

9
dipotong kecil-kecil, lalu dimasukkan erlenmeyer. Sampel kemudian ditambahkan
pelarut sebanyak 200 mL, lalu erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil. Sampel
dimaserasi dan diaduk menggunakan shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 24
jam. Larutan ekstrak yang diperoleh disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dan residunya. Residu direndam kembali dengan 200 mL
pelarut selama 24 jam dan disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian
diulang kembali dengan proses yang sama. Filtrat dievaporasi dengan rotary
evaporator pada suhu 40ºC, sehingga menghasilkan ekstrak dalam bentuk pasta.
Ekstrak yang diperoleh kemudian dihitung rendemennya. Rendemen
merupakan perbandingan antara berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat awal
bahan yang dinyatakan dalam persen (%).
Penghitungan rendemen:

Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2009)
Uji aktivitas antioksidan yang digunakan berdasarkan kemampuan
ekstrak/sampel dalam mereduksi radikal bebas DPPH. Uji aktivitas antioksidan
ekstrak tambelo pada konsentrasi 50, 100, 500, 1000, 5000 µg/mL dengan kontrol
positif vitamin C pada konsentrasi 1.25, 2.5, 5, 10, dan 20 µg/mL.
Ekstrak tambelo ditimbang sebanyak 50 mg kemudian ditambahkan etanol
hingga 10 mL. Sebanyak 1.3 mg DPPH diencerkan dengan 25 mL etanol.
Sebanyak 500 µL larutan DPPH dimasukkan ke dalam microwell plate, kemudian
ditambahkan 500 µL ekstrak dengan berbagai konsentrasi. Setelah campuran
homogen, diinkubasi pada suhu 30 oC selama 30 menit. Hasil inkubasi diukur
dengan elisa reader pada panjang gelombang 517 nm.
Persentase inhibisi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Nilai absorbansi dapat diperoleh dari persentase penghambatan aktivitas
radikal bebas. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi
sampel dengan persentase penghambatan aktivitas radikal bebas. Sumbu x sebagai
nilai konsentrasi dan sumbu y sebagai presentase penghambatan aktivitas radikal
bebas. Persamaan yang diperoleh dalam bentuk y = b ln (x) + a. Persamaan
tersebut digunakan untuk mencari inhibition concentration 50% (IC50) dengan
memasukkan nilai 50 sebagai y sehingga didapatkan nilai x sebagai IC50.
Uji Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase (Sancheti et al. 2009)
Inhibisi α-glukosidase merupakan salah satu metode untuk pengujian
aktivitas antidiabetes. Ekstrak dilarutkan dengan pelarut dimetil sulfoksida
(DMSO) menjadi beberapa konsentrasi yaitu 25, 50, 100, 500, dan 1000 µg/mL.
Sebanyak 1 mg enzim α-glukosidase dilarutkan ke dalam 100 mL buffer fosfat pH
7.0 dan ditambahkan 200 mg Bovine Serum Albumin (BSA) yang telah dilarutkan
dengan buffer fosfat 100 mM (pH 7.0). Larutan tersebut diambil 1 mL kemudian
diencerkan dengan buffer fosfat 100 mM sebanyak 25 kali.

10
Sebanyak 50 µL buffer fosfat 0.1 M (pH 7.0) dicampurkan dengan 25 µL
4-nitrophenyl α-D-glukopyranoside 0.5 mM, 10 µL ekstrak uji pada berbagai
konsentrasi (25, 50, 100, 500, 1000 µg/mL), dan 25 µL larutan α-glukosidase
(0.04 unit mL-1) kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 oC. Reaksi
kemudian dihentikan dengan penambahan 100 µL Na2CO3 (0.2 M). Akarbosa
(glukobay) sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 0.1, 0.5, 1, 5, 10 µg/mL.
Hasil inkubasi diukur dengan menggunakan elisa reader pada panjang gelombang
410 nm.
Persentase inhibisi α-glukosidase ditentukan dengan menggunakan
persamaan: [(B-S)/B] x 100%, dimana B adalah absorbansi blanko (tanpa adanya
sampel), S : (S1-S0) dimana S1 adalah absorbansi sampel dengan penambahan
enzim dan S0 adalah absorbansi sampel tanpa penambahan enzim.
Uji Aktivitas Antibakteri (Moorthy et al. 2007)
Aktivitas antimikroba ekstrak tambelo (metanol, etil asetat, dan heksana)
dilakukan terhadap dua mikroba uji, yaitu Escherichia coli (bakteri Gram-negatif)
dan Staphylococcus aureus (bakteri Gram-positif). Uji dilakukan dengan
menggunakan metode difusi sumur (well diffusion method). Sebelum uji aktivitas
antimikroba, dilakukan persiapan mikroba uji terlebih dahulu. Persiapan mikroba
uji dilakukan dengan cara bakteri uji ditumbuhkan dalam media NA dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC. Selanjutnya mikroba uji dikultur pada
media NB steril dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 oC. Kultur bakteri
diukur kekeruhannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 600 nm. Sebanyak 20 µL bakteri uji ditambahkan ke dalam 20 mL
media MHA steril. Media MHA yang mengandung bakteri uji dihomogenisasi
menggunakan vortex kemudian dituang pada cawan petri steril. Media didiamkan
hingga memadat, lubang (sumur) dibuat dengan diameter 6 mm secara aseptis.
Ekstrak tambelo dimasukkan ke dalam lubang masing-masing 20 µL dengan
konsentrasi 0.5 mg, 1 mg, dan 2 mg, beserta kontrol positif dan kontrol negatif.
Kontrol positif menggunakan antibiotik kloramfenikol 30 µg dan kontrol negatif
menggunakan pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi. Masing-masing
perlakuan dilakukan secara duplo. Selanjutnya cawan diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam. Kemudian dilakukan pengukuran diameter zona bening yang
terbentuk di sekeliling lubang dengan cara mengurangi diameter zona hambat
yang terbentuk dengan diameter lubang (6 mm).
Uji Komponen Aktif (Harborne 2006)
a. Uji alkaloid
Sebanyak 0.1 g sampel ditambah dengan 3 tetes amonia (NH3) 10% dan 5
mL kloroform (CHCl3), lalu dikocok kemudian disaring. Filtrat diambil dilarutkan
dalam 1 mL asam sulfat 2 M, kemudian dikocok. Lapisan asam diambil,
selanjutnya ditambahkan dengan pereaksi Meyer, Dragendorff, dan Wagner,
kemudian pada masing-masing pereaksi akan terbentuk endapan putih, jingga, dan
coklat menandakan adanya senyawa alkaloid.

11
b. Uji flavonoid
Sampel sebanyak 0.1 g ditambah 10 mL air panas, dididihkan selama
5 menit, kemudian disaring. Filtrat sebanyak 10 mL ditambahkan 0.5 g serbuk
Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol. Campuran dikocok kuat. Uji positif
ditandai dengan timbulnya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
alkohol.
c. Uji tanin
Sampel sebanyak 0.1 g ditambah 10 mL air panas, dididihkan selama
5 menit, kemudian disaring. Filtrat sebanyak 10 mL ditambahkan tiga tetes FeCl3
10%. Uji positif ditandai dengan timbulnya warna hitam kehijauan.
d. Uji saponin
Sebanyak 0.1 g sampel ditambah dengan 20 mL aquades, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Larutan dituang ke dalam tabung reaksi dalam
keadaan panas. Larutan diambil sebanyak 10 mL, kemudian dikocok kuat secara
vertical selama 10 detik. Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa yang
stabil setinggi 1-10 cm selama 10 menit dan tidak hilang pada saat ditambahkan
dengan satu tetes HCl 2 N.
e. Uji steroid dan triterpenoid
Sebanyak sebanyak 0.1 g sampel ditambah dengan 25 mL etanol panas
(50 C), kemudian disaring. Filtrat dipanaskan hingga kering, lalu ditambahkan 1
mL Dietil eter. Larutan homogen kemudian ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat dan
1 tetes asam asetat anhidrat. Terbentuknya warna merah menandakan adanya
senyawa triterpenoid dan terbentuknya warna hijau atau biru menandakan adanya
senyawa steroid.
O

f. Uji hidrokuinon
Sebanyak 0.1 g sampel diekstrak dengan 20 mL etanol 70 % kemudian
dipanaskan. Larutan disaring dan diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan
3 tetes larutan NaOH 10%. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya
senyawa hidro kuinon dalam bahan.
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Meyer et al. 1982)
Telur udang (Artemia salina) sebanyak 10 mg ditetaskan dalam 250 ml a ir
laut di bawah lampu dan diaerasi dengan aerator selama 2 x 24 jam. Larutan
sampel dibuat dengan konsentrasi 50, 100, 500, 1 000 µg/mL. Sebelumnya
dilakukan pembuatan stok ekstrak dengan mengambil 20 mg sampel ditambahkan
tween 80%. Sampel ditambahkan dengan 10 mL air laut dan dihomogenkan. Stok
sampel telah dibuat dengan konsentrasi 2000 µg/mL. Setelah stok sampel tersedia,
dilakukan pencampuran antara air laut yang berisi 10 ekor larva udang dengan
stok sampel sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan. Kemudian didiamkan
selama 24 jam, lalu dihitung dan di catat larva udang yang mati. Nilai LC50
merupakan konsentrasi dimana zat menyebabkan kematian larva A. salina sebesar
50%. Nilai LC50 ini ditentukan dengan Analisis Probit (Probit Unit).

12
Isolasi Bakteri dan Kapang dari Tambelo (Bactronophorus sp.) (Wenzel et al.
2002; Li et al. 2003; Upadhayaya et al. 2012; Tarman 2011)
Mikroorganisme simbion yang diisolasi berupa bakteri dan kapang. Isolasi
bakteri simbion dilakukan dengan sterilisasi tambelo menggunakan etanol 70%,
dicuci dengan PBS steril, diambil bagian jeroan dan usus dengan cara dibuka
menggunakan gunting steril, ditimbang sebanyak 10 g kemudian ditambah dengan
90 mL akuades steril dan dihomogenisasi (Li et al. 2003). Beberapa kali
pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 (Wenzel et al. 2002) disiapkan, kemudian
masing-masing pengenceran ditanam pada media selektif dengan metode pour
plate. Media selektif Sea Water Complete (SWC) dibuat dan disterilisasi
menggunakan autoklaf. Selanjutnya larutan isi usus dan lambung tambelo masingmasing diambil sebanyak 1 mL dan dituang ke dalam cawan dan ditambahkan
media SWC, kemudian dihomogenkan dengan cara menggoyang cawan secara
perlahan. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 oC. Koloni bakteri
yang tumbuh kemudian dimurnikan dengan menanam kembali beberapa kali pada
media Nutrient Agar dalam cawan petri dengan cara digores dan diinkubasikan
selama 24 jam pada suhu 35 oC sampai didapatkan seluruh biakan tersebut benarbenar murni.
Isolasi kapang simbion dilakukan dengan menempatkan tambelo utuh pada
petri steril, kemudian disterilisasi menggunakan etanol 70%, diambil bagian
jeroan dan usus dengan cara dibuka menggunakan gunting steril, dan diinokulasi
dengan loop (Upadhayaya et al. 2012). Bagian usus dipotong sebesar 1 cm dengan
ditanam di dalam media PDA air tawar yang telah ditambahkan kloramfenikol 1
mg/L dan diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari (Tarman 2011). Isolasi
dilakukan sebanyak lima kali ulangan masing-masing dari jeroan dan usus. Dalam
satu cawan terdapat enam titik peletakan sampel dari jeroan maupun usus. Isolat
kapang yang berbeda (warna dan bentuk) dipisahkan pada cawan yang berbeda.
Penapisan Bakteri dan Kapang dari Tambelo (Bactronophorus sp.) (Ji et al.
2003; Purwadaria et al. 2003; Andhikawati et al. 2014)
Masing-masing isolat bakteri dan kapang yang diperoleh dilakukan uji
aktivitas selulolitik. Isolat-isolat bakteri yang sudah murni, selanjutnya
ditumbuhkan pada media CMC yang terdiri dari MgSO4.7H2O 0.05 g/100 mL,
Na2HPO4.2H2O 0.5 g/100 mL, NaCl 0.23 g/100 mL, yeast extract 0.2 g/100 mL,
CMC 1 g/100 mL. Sebanyak 1 ose koloni bakteri ditanam dan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 35 oC, diwarnai dengan congo red 0.1% dan diinkubasi selama
30 menit kemudian dibilas dengan larutan NaCl 1% (Ji et al. 2003). Zona bening
yang terbentuk di sekitar koloni diukur diameternya.
Penapisan kapang selulolitik dengan metode zona bening
(Purwadaria et al. 2003) dilakukan menggunakan pewarnaan merah kongo 0.1%.
Isolat kapang ditumbuhkan pada media Cellulose Basal Medium (CBM) air tawar
(Andhikawati et al. 2014) dengan sumber karbonnya yaitu CMC. Kapang
diinkubasi selama 2 hari pada suhu ruang. Zona bening terbentuk setelah
penambahan congo red 0.1% selama 30 menit, kemudian dibilas dengan NaCl
1% dan didiamkan selama 15 menit yang dilakukan sebanyak dua kali. Adanya
aktivitas selulase dilihat dari indeks selulolitik yang merupakan nisbah antara
diameter zona bening dengan diameter koloni.

13
Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini diolah menggunakan
rata-rata dan standar deviasi. Data kualitatif yang diperoleh diolah dengan
menganalisis secara deskriptif.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Tambelo (Bactronophorus sp.)
Tambelo merupakan dekomposer kayu yang penting, khususnya di
perairan mangrove produktivitasnya semakin meningkat. Tambelo termasuk ke
dalam golongan moluska dimana dibagian kepala terdapat cangkang. Cangkang
ini memiliki fungsi untuk mengebor kayu hingga menjadi serbuk sehingga kayu
dapat dicerna lebih mudah. Terdapat palet pada ujung tubuhnya yang berfungsi
untuk membuat lubang selama kondisi berbahaya atau ketika pengeboran
bermasalah. Palet merupakan bagian yang penting dalam proses indentifikasi
tambelo. Menurut Syaputra (2003), palet yang berbentuk jangkungan merupakan
genus Bactronophorus.

Gambar 3 Tambelo (A); palet dan cangkang tambelo (B)
Secara lengkap tambelo dikelompokkan ke dalam filum Moluska, kelas
Bivalva, ordo Myoida, famili Teredinidae, genus Bactronophorus (Turner 1971).
Habitat biota ini adalah tumbuhan mangrove yang sudah mati. Tumbuhan
mangrove dengan spesies Rhizopora apiculata sangat disukai dibandingkan
dengan jenis mangrove lainnya.
Tambelo pada penelitian ini memiliki rendemen daging dan jeroan yang
tinggi sebesar 93.98% ± 2.08 dan rendemen cangkang dan palet sebesar
6.02% ± 2.08. Pengukuran rendemen dilakukan dengan menimbang berat
cangkang dan palet dengan berat tambelo utuh. Menurut Syaputra et al. (2007),
tambelo yang diperoleh dari Kabupaten bangka memiliki rendemen daging
sebesar 94.87%, hasil ini tidak berbeda jauh dengan tambelo pada penelitian ini.
Karakteristik tambelo dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tingginya rendemen disebabkan tambelo memiliki usus yang panjang,
dimana usus tersebut dapat menampung lebih banyak serbuk kayu yang
merupakan sumber makanannya seperti yang terlihat pada Gambar 3. Sumber
makanan dan habitat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
komposisi kimia suatu makhluk hidup. Komposisi kimia daging tambelo disajikan
pada Tabel 1.

14
Tabel 1 Komposisi kimia daging tambelo
Proksimat
Tambelo segar (%)
Kadar air
73.93 ± 3.83
Kadar abu
1.24 ± 0.19
Kadar lemak
0.47 ± 0.18
Kadar protein
6.22 ± 0.13
Ket : Data dinyatakan sebagai rata-rata ± SD dari 3 ulangan

Daging tambelo pada penelitian memiliki komposisi kimia (Tabel 1)
dengan kadar air 73.9%, kadar abu 1.24%, kadar lemak 0.47%, dan kadar protein
6.22%, sedangkan pada penelitian Syaputra et al. (2007), melaporkan bahwa
kandungan proksimat tambelo untuk kadar air 73.60%, kadar abu 1.04%, kadar
lemak 4.05%, dan kadar protein 4.29%. Tambelo pada penelitian ini memiliki
kadar air, kadar abu, dan kadar protein lebih tinggi, sedangkan untuk kadar lemak
lebih rendah. Hal ini dikarenakan tambelo diambil dari tempat yang berbeda
sehingga berpengaruh terhadap komposisi tambelo. Menurut Periyasamy et al.
(2011), menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap komposisi kimia
moluska, yaitu kondisi lingkungan, jenis sampel, ukuran sampel, jenis makanan,
musim, kematangan seksual, dan suhu.
Komposisi kimia yang dihasilkan berhubungan dengan senyawa bioaktif
pada tambelo, dimana senyawa bioaktif yang terbentuk merupakan derivat dari
komponen kimia tersebut dan berpotensi sebagai antioksidan, antikanker, dan
sebagainya. Menurut Grienke et al. (2014), pada moluska ditemukan senyawa
bioaktif seperti peptida, dipeptida, squalene, seskuiterpen, terpen, alkaloid,
polipropionat, komponen nitrogen, derivat asam lemak, makrolide, dan komponen
lainnya yang mempunyai bioaktivitas spesifik. Penelitian Hasan et al. (2015) juga
diperoleh pada ekstrak protein dari kerang kepah (Atactodea striata) memiliki
asam amino yang lengkap dan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas
antioksidan tertinggi pada fraksi ekstrak protein (kejenuhan ammonium sulfat 3050%) dengan nilai IC50 sebesar 183.75 µg/mL.
Tambelo sendiri memiliki protein lebih rendah dibandingkan dengan
moluska lainnya seperti keong taman (Helix aspersa) sebesar 9.87%
(Cagiltay et al. 2011), oyster (Crassostrea rivularis) sebesar 8.06%, kerang
(Meretrix meretrix) sebesar 10.67%, papia (Paphia papilionacea) sebesar 10.19%
(Chen et al. 2012). Golongan moluska termasuk tambelo, memiliki kadar protein
lebih rendah dengan biota laut lainnya. Kadar protein pada ikan sebesar 20%
(Fuentes et al. 2010) dan krustasea sebesar 15-19% (Marques et al. 2010).
Tambelo memiliki kadar lemak yang rendah sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chen et al. (2012), dimana kandungan lemak pada semua sampel
moluska dibawah 3%. Hal ini menunjukkan bahwa moluska merupakan sumber
energi yang baik karena memiliki daging yang rendah lemak. Nilai Kadar abu
moluska sekitar 1.57-1.72%, tidak berbeda jauh dengan tambelo.
Ekstrak Tambelo
Ekstraksi tambelo dilakukan menggunakan tiga macam pelarut dengan
tingkat kepolaran yang berbeda yaitu metanol (polar), etil asetat (semi-polar), dan
heksana (non polar). Penggunaan ketiga pelarut dipilih untuk mendapatkan
senyawa target yang tepat, sehingga mampu memiliki aktivitas biologis. Ekstraksi

15
yang dilakukan diharapkan dapat mengekstrak senyawa yang sesuai dengan
kepolaran pelarut. Sarastani (2002) menyatakan bahwa pelarut dapat melarutkan
ekstrak yang memiliki sifat kepolaran yang sama.
Filtrat dari hasil ekstraksi dievaporasi, sehingga diperoleh ekstrak dalam
bentuk pasta. Rendemen ekstrak (Lampiran 2) metanol tambelo sebesar 3.12% ±
0.62, ekstrak etil asetat 0.68% ± 0.07, dan ekstrak heksana 0.41% ± 0.13. Ekstrak
metanol memiliki rendemen lebih banyak dibandingkan dengan dua ekstrak yang
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada tambelo lebih
banyak yang bersifat polar, sedangkan senyawa yang bersifat semi-polar dan nonpolar lebih sedikit. Menurut Setyawan dan Yudha (2013) menyatakan bahwa
pelarut polar dapat melarutkan senyawa polar maupun non-polar karena
mempunyai momen dipole yang besar. Menurut Hart et al. (2003), metanol yang
bersifat polar juga memiliki berat molekul yang rendah sehingga mudah
membentuk ikatan hidrogen pada jaringan sampel yang dapat melarutkan seluruh
golongan metabolit sekunder.
Ketiga ekstrak yang dihasilkan, masing-masing di uji aktivitas biologis,
seperti aktivitas antioksidan, inhibisi α-glukosidase, dan antibakteri. Ekstrak
terpilih ditentukan berdasarkan hasil dari aktivitas biologis, yang kemudian
diperoleh komponen bioaktif dan toksisitas dari ekstrak tersebut.
Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan melihat efektivitas ekstrak
tambelo dalam mereduksi radikal bebas DPPH menggunakan elisa reader dengan
panjang gelombang 517 nm. Vitamin C digunakan sebagai pembanding (kontrol
positif).
Aktivitas ekstrak menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
maka semakin besar persentase penghambatan radikal bebas DPPH (Gambar 4).
Persen penghambatan dari variasi konsentrasi digunakan untuk mendapatkan nilai
IC50 masing-masing ekstrak. Nilai IC50 menunjukkan konsentrasi sampel yang
diperlukan untuk menghambat aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Nilai
IC50 ekstrak metanol, etil asetat, dan heksana masing-masing sebesar
4072.59 µg/mL, 1072.19 µg/mL, dan 3081.03 µg/mL, sedangkan kontrol positif
(vit. C) memiliki nilai lebih tinggi sebesar 2.21 µg/mL. Ketiga ekstrak tambelo
memiliki nilai IC50 > 150 µg/mL, sehingga termasuk ke dalam aktivitas
antioksidan yang lemah. Vitamin C tergolong dalam aktivitas antioksidan yang
sangat kuat, karena memiliki nilai IC50 < 50 µg/mL (Blois 1958). Mekanisme
kerja vitamin C sebagai antioksidan, yaitu peredam singlet oksigen dan
menangkap radikal peroksil (Suranto 2011).
Aktivitas ekstrak dalam menghambat radikal bebas dapat dipengaruhi oleh
adanya senyawa aktif yang terdapat di setiap ekstrak, dimana perbedaan pelarut
yang digunakan akan berpengaruh terhadap komposisi zat terlarut. Ketiga pelarut
pada penelitian ini memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga
menghasilkan aktivitas antioksidan yang berbeda pula. Ekstrak dengan pelarut etil
asetat tambelo memiliki nilai IC50 lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
metanol dan heksana. Etil asetat sendiri merupakan pelarut semi polar, dimana
senyawa potensial yang dihasilkan juga bersifat semi polar. Pelarut ini lebih baik
dalam mereduksi senyawa potensial dari tambelo sebagai antioksidan,
dibandingkan dengan pelarut lainnya dengan tingkat kepolaran yang berbeda.

16

penghambata