Inhibisi Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) dan Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap Aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

INHIBISI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica L.) DAN
TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP AKTIVITAS
ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

LILLA BUDIMAN

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Degan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inhibisi Pegagan
(Centella asiatica L.) dan Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Aktivitas
ACE (Angiotensin Converting Enzyme) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skirpsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Lilla Budiman
NIM G44090086

3

4

ABSTRAK
LILLA BUDIMAN. Inhibisi Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) dan
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap Aktivitas ACE (Angiotensin
Converting Enzyme). Dibimbing oleh DYAH ISWANTINI PRADONO dan MIN
RAHMINIWATI.
Pegagan dan tempuyung merupakan tanaman obat yang berpotensi sebagai
antihipertensi. Ekstrak tanaman ini diteliti daya inhibisinya terhadap aktivitas
enzim pengubah angiotensin I (ACE) secara in vitro. Penelitian dilakukan pada

kondisi optimum menggunakan ekstrak tunggal dengan konsentrasi 50, 100, dan
150 ppm serta ekstrak gabungan dengan komposisi tertentu. Hasilnya
dibandingkan dengan kaptopril sebagai kontrol positif. Uji inhibisi ACE dengan
ekstrak tunggal pegagan dan tempuyung 50 ppm menghasilkan daya inhibisi
paling tinggi yaitu 54% dan 31%. Esktrak gabungan pegagan tempuyung
menghasilkan daya inhibisi yang lebih rendah dibandingkan ekstrak tunggal
pegagan, yaitu 45% berbanding 54%. Kaptopril memiliki daya inhibisi yang
paling tinggi dibandingkan ekstrak tunggal maupun gabungan, yaitu 88%.
Kata Kunci: Inhibisi ACE, kaptopril, pegagan, tempuyung

ABSTRACT
LILLA BUDIMAN. Inhibition of Pegagan (Centellaasiatica) and Tempuyung
(Sonchusarvensis) Extracts towards Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
Activity.
Supervised by DYAH ISWANTINI PRADONO and MIN
RAHMINIWATI
Pegagan and tempuyung are medicinal plants potential as
antihypertension. Extracts of these plants were investigated towards angiotensin I
converting enzyme (ACE) inhibition activity in vitro. The study was conducted at
the optimum condition by using 50,100 and 150 ppm of single extract

concentration, and combined extracts with specific compositions. The results were
compared with captopril as positive control. Inhibition test of ACE with single
extracts showed that 50 ppm pegagan and tempuyung have the highest inhibition
of 54% and 31%. The combined extracts of pegagan and tempuyung showed
lower inhibition than single pegagan extract, i.e. 45% versus 54%. Captopril still
indicated the highest inhibition (88%) as compared to single or combined extracts.
Key words: ACE inhibition, captopril, pegagan, tempuyung

5

6

INHIBISI PEGAGAN (Centella asiatica L.) DAN TEMPUYUNG
(Sonchus arvensis L.) TERHADAP AKTIVITAS ACE
(Angiotensin Converting Enzyme)

LILLA BUDIMAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

Judul Skripsi : Inhibisi Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) dan Tempuyung
(Sonchus arvensis L.) terhadap Aktivitas ACE (Angiotensin
Converting Enzyme)
Nama
: Lilla Budiman
NIM
: G44090086


Disetujui oleh

Prof Dr Dyah Iswantini Pradono, MAgr
Pembimbing I

drh Min Rahminiwati, MS, PhD
Pembimbing II

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

3

4

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya

yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang
berjudul Inhibisi Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) dan Tempuyung
(Sonchus arvensis L.) Terhadap Aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
sebagai salah satu syarat unutk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan laporan ini. Terima Kasih kepada Ibu Prof Dr Dyah Iswantini Pradono
MscAgr, Ibu Dr drh Min Rahminiwati MS, dan Ibu Nunuk selaku pembimbing
yang telah memberi bimbingan dan dukungan kepada penulis. Ucapan terima
kasih tak terhingga penulis sampaikan kedua orang tua Bapak Djoko Sudjatmoko
dan Ibu Suharmamiek Tjipto Wati; keluarga besar Ferdi Waluyo Kurniawan,
Anang M Idris, Aris Suharmoko, dan Amien Iskandar; dan sanak saudara
Susilaningsih, Tjahyo Budi Utomo, Surtiningsih, Sofyan Karim, Ardita Permata
Sari, dan Devinta Ratna Sari yang telah memberi dukungan moril, semangat, doa,
dan pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada teman-teman kimia angkatan 46, yaitu Restu Widya, Agung
Ardy Riyanto, Waskito Aji Atmadi, Fahrul Kamal, dan Damiyati atas semangat,
kebersamaan, dan persahabatannya.

Semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca.
Bogor, Agustus 2014
Lilla Budiman

1

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang ..................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE

2

Bahan dan Alat ..................................................................................................... 2
Ekstraksi Sampel .................................................................................................. 2

Analisis Kandungan Flavonoid Secara Kuantitatif ............................................. 3
Penetapan Kadar Air ............................................................................................ 2
Uji Fitokimia Kualitatif ....................................................................................... 3
Penentuan Daya Inhibisi Terhadap Aktivitas ACE Secara In Vitro .................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kadar air dan Maserasi ........................................................................................ 4
Uji Fitokimia ........................................................................................................ 5
Uji Toksisitas Larva Udang ................................................................................. 5
Inhibisi Ekstrak Tunggal terhadap Aktivitas ACE secara in vitro ....................... 6
Inhibisi Ekstrak Gabungan terhadap Aktivitas ACE secara in vitro.................... 7
DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

13


RIWAYAT HIDUP

18

2

DAFTAR TABEL
1 ... Uji fitokimia ekstrak kasar

5

DAFTAR GAMBAR
1 ... Tanaman pegagan dan tempuyung
2 ... Daya inhibisi ekstrak tunggal terhadap ACE
3 ... Daya inhibisi ekstrak gabungan terhadap ACE
4 ... Struktur kaptopril dan pengikatan tapak aktif ACE
5 ... Mekanisme hipertensi

4

7
8
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 ... Diagram alir penelitian
2 ... Kadar flavanoid pegagan
3 ... Nilai LC50 ekstrak pegagan terhadap larva A. Salina
4 ... Kadar air simplisia tanaman
5 ... Daya inhibisi ekstrak tunggal sampel
6 ... Daya inhibisi ekstrak gabungan sampel

13
14
15
16
16
17


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman obat telah diteliti aktivitasnya terhadap berbagai macam
penyakit. Salah satu penyakit yang mengancam masyarakat sekarang ini adalah
hipertensi. Hipertensi yaitu suatu kondisi meningkatnya tekanan darah pada
pembuluh arteri. Penyakit hipertensi tidak memiliki gejala khusus bagi
penderitanya sehingga banyak kasus hipertensi tidak terdeteksi.
Krishnaiah et al. (2009) telah meneliti komponen-komponen kimia yang
terdapat pada 6 tanaman obat, salah satunya pegagan. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa pegagan mengandung alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, dan
fenol. Zainol et al. (2008) meneliti lebih jauh terhadap kandungan senyawa aktif
yang terdapat pada tanaman pegagan. Tanaman ini mengandung senyawa aktif
utama asiatikosida, madekasosida, dan asam asiatat. Pegagan berperan antara lain
sebagai antimikrob dan antioksidan. Ullah et al. (2009) menyatakan bahwa hasil
fraksionasi tanaman pegagan berpotensi sebagai antioksidan, dan juga berpotensi
sebagai antimikrob serta antifungi. Tanaman tempuyung dikenal memiliki efek
diuretik. Pada tahun 2006, Imelda dan Andani meneliti efek diuretik tanaman ini
dibandingkan dengan furosemida. Furosemida merupakan obat diuretik kuat yang
telah teruji secara medis dengan kemampuan 60% lebih tinggi dibandingkan
dengan diuretik yang lain, dan hasil penelitian tersebut membuktikan tanaman
tempuyung mempunyai efek diuretik yang lebih baik daripada furosemida.
Obat antihipertensi yang sekarang ini banyak digunakan adalah inhibitor
enzim pengubah angiotensin I (ACE). Inhibitor ACE bekerja dengan cara
menurunkan atau mencegah pembentukan angiotensin II yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Inhibitor ACE secara in vitro telah diteliti oleh
Hansen et al. (1995) pada berbagai tanaman obat yang berasal dari India, Cina,
dan Cili melalui pendekatan terhadap ACE, begitu pula Yingsukpisarn (2005)
yang meneliti berbagai tanaman di Thailand. Tanaman lain yang juga telah diteliti
sebagai inhibitor ACE antara lain Ruellia praetermissa oleh Salah et al.(2001)
dan Tricholoma giganteum (Lee et al. 2004). Inhibitor ACE secara in vivo telah
diteliti oleh Irda et al. (2003) pada umbi lapis kucai (Allium schoenoprasum L.)
dengan dosis terbaik 50 mg/kg, begitu pula Armenia et al. (2007) meneliti daun
tanaman akar mambu (Connarus grandis J.) yang dapat menghambat ACE
sebesar 3.48%. Ekstrak tanaman lain untuk inhibitor ACE terbaik pada belimbing
manis (Averrhoa carambola L.) pada dosis 1.6mL/100 g (Ruqiah 2000), dan
jagung pada dosis 4.5 mg/mL selama 5 jam (Wen-Hao et al. 2011).
Yulinda (2011) telah meneliti daya inhibitor ekstrak kumis kucing
(Orthosiphon stamineus), pegagan (Centella asiatica L.), sambiloto (Andropaghis
paniculata), dan tempuyung (Sonchus arvenis) terhadap ACE. Gabungan ekstrak
kumis kucing, pegagan, dan tempuyung memiliki daya inhibisi sebesar 77.81%
dibandingkan gabungan ekstrak kumis kucing, tempuyung, dan sambiloto untuk
menghambat ACE sedangkan ekstrak tunggal pegagan memiliki daya inhibisi
terbaik pada 100 ppm sebesar 58.69%. Senyawa kimia yang berpotensi sebagai
antihipertensi pada tanaman pegagan, yaitu golongan flavonoid (Olah et al. 2003;
Krishnaiah et al. 2009; Roy et al. 2010; Sriningsih et al. 2005). Senyawa

2

flavonoid sebagai antihipertensi, di antaranya kuersetin (Jalili 2004), flavonoid
dari tanaman Passiflora sp. (Foo et al. 2006), dan flavonol glikosida (Verhoeyen
2008). Penelitian ini bertujuan mengetahui daya inhibisi ekstrak gabungan
pegagan dan tempuyung terhadap ACE secara in vitro.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah simplisia pegagan, tempuyung, larva
udang, etanol 96%, aseton, HCl, AlCl3, air, larutan dapar, larutan indikarot, enzim
pengaktif, NaCl, kuersetin, dan etil asetat. Alat-alat yang digunakan adalah
spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis) Hitachi, penguap putar, oven,
pengering vakum, vial uji, dan inkubator.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstraksi sampel, uji
toksisitas larva udang, analisis kandungan flavonoid secara kuantitatif, penentuan
kadar air, dan daya inhibisi terhadap ACE. (Lampiran 1).
Penetapan Kadar Air (ASTM 2003)
Cawan porselen yang bersih dipanaskan ke dalam oven bersuhu (105+3)
°C selama 30 menit dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan cawan kosong.
Serbuk simplisia kering ditimbang sebanyak ±2 g ke dalam cawan tersebut dan
dipanaskan kembali dalam oven (105±3) °C selama 3 jam. Setelah itu, cawan
dipindahkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Pengeringan dan
penimbangan sampel dilakukan lagi setiap 1 jam sampai diperoleh bobot konstan
(± 0.0002 g).
Ekstraksi Sampel (Darusman et al. 2009)
Serbuk kering simplisia pegagan sebanyak 5 g dimaserasi dengan pelarut
etanol PA 96% (2×24 jam), lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan
dengan penguap putar hingga diperoleh ekstrak pekat, kemudian dikeringkan
dengan pengering vakum dan disimpan pada suhu -20 °C sampai dilakukan
analisis.
Uji Toksisitas Larva Udang (Meyer et al. 1982)
Telur udang A. salina ditetaskan dalam gelas piala yang berisi air laut yang
telah disaring. Penetasan dibantu oleh aerasi agar kadar oksigen terlarut dalam air
tercukupi sehingga telur udang tersebut menetas menjadi larva. Larutan ekstrak
dibuat menjadi 2000 ppm, yaitu sebanyak 0.02 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL
air laut. Setelah 48 jam, sebanyak 10 ekor larva udang dan 1000 μ L air laut
dimasukkan ke dalam vial uji. Selanjutnya diikuti dengan penambahan 1000 μ L
larutan ekstrak sehingga konsentrasi akhir dalam vial adalah 1000 ppm.
Penambahan 500 μ L larutan ekstrak dan 1500 μ L air laut dilakukan untuk

3

konsentrasi 500 ppm, 100 μ L larutan ekstrak dan 1900 μ L air laut untuk 100
ppm, dan 10 μ L larutan ekstrak dan 1990 μ L air laut untuk 10 ppm. Setiap
konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa penambahan
larutan ekstrak. Setelah 24 jam, larva udang yang mati dihitung.
Analisis Kandungan Flavonoid (Depkes RI 2000)
Ekstrak etanol pegagan atau tempuyung ditimbang 200 mg lalu
dimasukkan ke dalam labu alas bulat lalu ditambahkan 1.0 mL heksametilena
tetramina 0.5% (b/v), 20 mL aseton, dan 2 mL larutan HCl 25%, kemudian
dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit, dan disaring menggunakan kapas.
Selanjutnya ditambahkan kembali aseton sebanyak 20 mL untuk dididihkan
kembali selama 30 menit. Pengerjaan dilakukan sebanyak 2 kali. Seluruh filtrat
dikumpulkan ke dalam labu takar. Setelah labu mendingin, volume ditepatkan
dengan aseton sampai 100 mL dan dikocok hingga tercampur sempurna.
Filtrat diambil sebanyak 20 mL, dimasukkan ke dalam corong pisah,
ditambahkan akuades sebanyak 20 mL, kemudian ditambahkan 15 mL etil asetat
untuk pengocokan pertama dan 10 mL etil asetat untuk pengocokan kedua dan
ketiga. Fraksi etil asetat dikumpulkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan
etil asetat sampai tepat 50 mL. Sepuluh mL filtrat yang dihasilkan dipindahkan ke
dalam labu takar 25 mL, kemudian ditambahkan 1 mL larutan AlCl3 2% (b/v).
Larutan asam asetat glasial 5% (v/v) lalu ditambahkan secukupnya sampai tepat
25 mL. Absorbans diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 370.8 nm dengan kuersetin sebagai standar.

Uji Fitokimia Kualitatif (Harborne 1987)
Uji alkaloid dilakukan dengan menambahkan 1 g ekstrak dengan 0.5 mL
NH3 dan 5 mL CHCl3 kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan 0.5 mL
H2SO4 2 M, lalu lapisan asamnya diuji dengan pereaksi Dragendorf, Mayer, dan
Wagner.
Uji fenolik dilakukan dengan menambahkan 5 g esktrak dengan 10 mL
akuades lalu dipanaskan selama 5 menit, kemudian disaring dan filtratnya dibagi
menjadi 3. Filtrat pertama ditambahkan serbuk Mg, 1 mL HCl:EtOH (1:1), dan
0.5 mL amil alkohol sebagai uji flavonoid. Filtrat 2 ditambahkan 3 tetes FeCl3
10% sebagai uji tannin. Filtrat 3 dikocok yang kuat sebagai uji saponin.
Uji steroid dilakukan dengan menambahkan 1 g ekstrak dengan 3 mL
etanol lalu dipanaskan hingga kering. Setelah kering ditambahkan 1 mL dietil eter.
Sedangkan uji hidrokuinon dengan menambahkan 1 g ekstrak dengan 3 mL
methanol lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya ditambahkan 3 tetes NaOH 10
%. Setiap pengujian dilihat perubahan warna yang terjadi.
Penentuan Daya Inhibisi Terhadap Aktivitas ACE Secara In Vitro (Le Hoang
Lam et al. 2007)
Larutan ekstrak pegagan dan tempuyung yang sudah divariasikan
konsentrasinya diambil 20 µL dan dimasukkan ke dalam microplate sampel.
Ditambahkan air deionisasi sebanyak 20 µL untuk blangko1 dan 40 µL blangko2.

4

Setelah itu ditambahkan buffer sebanyak 20 µL ke sampel, blangko1, dan
blangko2. Ditambahkan enzim pengaktif sebanyak 20 µL ke dalam sampel dan
blangko1 lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37°C. Setelah itu
ditambahkan indikator sebanyak 200 µL ke dalam sampel, blangko1, dan
blangko2. Kemudian diukur absorbansnya menggunakan microplate reader pada
panjang gelombang 450 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air dan Ekstraksi
Daun pegagan (Centella asiatica L.) dan tempuyung (Sonchus arvensis L.)
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah Obat (BALITRO) dan dibuat
menjadi simplisia untuk mengurangi kadar air pada pengujian tahap selanjutnya.

(a)

(b)

Gambar 1 Tanaman pegagan (a), tempuyung (b)
Kadar air dapat menentukan kesegaran dan keawetan suatu bahan. Kadar
air yang tinggi memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme, seperti bakteri,
kapang, dan khamir. Kadar air pegagan dan tempuyung yang diperoleh adalah
7.11 % dan 8.07 %. Menurut Winarno (1997), apabila kadar air yang terkandung
dalam suatu bahan kurang dari 10%, maka kestabilan optimum bahan akan
tercapai dan pertumbuhan mikrob dapat dikurangi. Menurut Fardiaz (1989), air
dapat memengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Air juga akan
memengaruhi daya tahan bahan pangan terhadap serangan mikrob yang
dinyatakan dengan aw, yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Ekstrak merupakan pengambilan senyawa tunggal atau majemuk
berdasarkan distribusinya dalam 2 fase dengan pelarut tertentu (Day dan
Underwood 2002). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya jenis pelarut yang digunakan dan luas permukaan simplisia. Ekstraksi
yang digunakan dalam penelitian adalah metode maserasi. Teknik ini sederhana
dan dapat mengurangi kerusakan komponen yang tidak tahan panas.
Pelarut yang digunakan adalah etanol 96% kemudian ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dengan evaporator vakum. Ekstrak etanol kemudian
diekstraksi bertahap dengan tujuan menyederhanakan komponen untuk

5

pembebasan lipid sebelum ekstraksi diharapkan dapat mengurangi jumlah
senyawa pengotor dalam sampel dan lebih ditekankan pada aspek ekonomis
penggunaan pelarut pada saat partisi cair-cair menggunakan corong pisah. Hasil
maserasi 10 g simplisia pegagan menghasilkan persentase maserat (ekstrak) lebih
banyak dari tempuyung, yaitu 14.46% dengan 12.88%.
Uji Fitokimia
Ekstrak kental pegagan dan tempuyung diuji golongan senyawa tertentu
yang terkandung di dalamnya dengan melakukan uji fitokimia, hasil ujinya dapat
dilihat pada Tabel 1. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa
kimia tertentu yang terdapat di dalam ekstrak, sehingga hasil uji fitokimia dapat
dijadikan sebagai dasar dalam meperkirakan golongan senyawa berkhasiat dalam
ekstrak pegagan dan tempuyung. Berdasarkan hasil uji fitokimia, simplisia
pegagan dan tempuyung mengandung flavanoid, steroid, saponin, dan tanin.
Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak kasar
No Uji
Nama Uji
1
Alkaloid
2
Flavonoid
3
Steroid
4
Hidrokuinon
5
Saponin
6
Tanin
Keterangan:
Tidak terdeteksi
Intensitas sedang
+
Intensitas sangat pekat ++++

Pegagan
++++
+
++
++

Tempuyung
++
+
+++
++

Intensitas pekat
++
Intensitas lebih pekat +++

Uji Toksisitas Larva Udang
Nilai konsentrasi letal 50% (LC50) yang dihasilkan dari uji letalitas larva
udang (BSLT) secara umum memberikan indikasi adanya senyawa toksik yang
terkandung dalam suatu bahan alam. Larva udang yang digunakan yaitu berada
pada kondisi paling peka terhadap kondisi lingkungannya. Membran kulitnya
yang sangat tipis, memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang
memengaruhi metabolisme dalam tubuhnya. Larva udang yang digunakan
berumur 2 hari atau 48 jam. Jika berumur lebih dari 48 jam, dikhawatirkan
kematian larva bukan disebabkan toksisitas ekstrak, melainkan oleh terbatasnya
persediaan makanan (Meyer et al. 1982).
Uji toksisitas diperlukan untuk mengetahui konsentrasi yang dapat
menyebabkan keracunan sehingga dapat diketahui jumlah penggunaan yang tepat.
LC50 adalah konsentrasi dari suatu bahan yang dapat menyebabkan 50% kematian
dalam suatu populasi, dalam hal ini A. salina. Jumlah larva udang yang mati
dihitung setelah penambahan ekstrak selama 24 jam (Lampiran 3)
Nilai LC50 ekstrak pegagan ialah 1342.76 ppm sedangkan tempuyung
1164.72 ppm. Ekstrak etanol tempuyung diduga mempunya senyawa metabolit
sekunder yang lebih aktif dan toksik dibanding pegagan. Nilai LC50 masing-

6

masing ekstrak dapat dijadikan sebagai konsentrasi tertinggi pada penentuan
ragam konsentrasi ekstrak dalam uji aktivitas ACE, dikarenakan formulasi obat
akan lebih aman jika konsentrasinya dibuat di bawah LC50 (Setiawan 2006).
Inhibisi Ekstrak Tunggal Pegagan dan Tempuyung terhadap Aktivitas ACE
secara in vitro
Pengujian inhibisi ACE dilakukan dengan variasi konsentrasi yang
dimaksudkan untuk melihat pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak terhadap
peningkatan daya inhibisi. Pengujian dilakukan dengan blangko (tanpa
penambahan ekstrak) dan kontrol positif (kaptopril pada konsentrasi 25ppm).
Hasil yang diperoleh berupa absorbans. Semakin rendah nilai absorbans
yang dihasilkan, semakin besar daya inhibisi terhadap aktivitas ACE. Absorbans
yang terukur berasal dari sisa asam hipurat hasil reaksi antara substrat dan ACE
yang tidak dihambat oleh ekstrak tanaman. Esktrak tunggal pegagan dan
tempuyung menghasilkan daya inhibisi maksimum pada konsentrasi 50 ppm,
yaitu 53.86% dan 30.50 % (Gambar 2). Pada pegagan, daya inhibisi yang
dihasilkan tidak berbeda jauh dengan Yulinda et al. (2011), yaitu konsentrasi 50
ppm mempunyai daya inhibisi sebesar 52.21 %, tetapi daya inhibisi tempuyung 50
ppm berbeda jauh, yaitu -26.30%. Hasil negatif pada inhibisi ACE tidak berarti
bahwa tanaman tersebut tidak bekerja sebagai inhibitor ACE, tetapi dapat bekerja
pada mekanisme reaksi diuretik pada pengobatan penyakit hipertensi. Pada
tempuyung dengan konsentrasi 100 dan 150 ppm terjadi penurunan daya inhibisi
yang bersifat diuretik . Senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak pegagan dan
tempuyung yang diduga dapat menginhibisi aktivitas ACE adalah flavonoid.
Berdasarkan data kadar flavonoid, inhibisi pegagan lebih besar daripada
tempuyung. Hal ini menunjukan kadar flavonoid berbanding lurus dengan daya
inhibisi esktrak tunggal pegagan maupun tempuyung terhadap ACE.
60.0000
60

53.86

53.02

49.02

Daya Inhibisi (%)

50.0000
50
40.0000
40

30.51

30.0000
30

inhibisi pegagan

20.0000
20

inhibisi tempuyung

10
10.0000

-1.89

-2.52

0
0.0000
-10
-10.0000

50

100

150

Konsenstrasi

Gambar 2 Daya inhibisi ekstrak tunggal terhadap ACE

7

Flavonoid merupakan kelas utama senyawa polifenol yang menunjukkan
berbagai aktivitas farmakologi. Senyawa bioaktif flavonoid yang telah diteliti
dapat mencegah terjadinya hipertensi melalui pendekatan terhadap aktivitas ACE
adalah flavan-3-ol, prosianidin Actis-Goretta et al. 2003) dan kuersetin (Duarte et
al. 2001). Berdasarkan rekomendasi JNC VII (2003), mekanisme obat yang dapat
digunakan sebagai antihipertensi adalah diuretik, penyekat-β , inhibitor ACE,
antagonis kalsium (CCB), dan penghambat reseptor angiotensin (ARB). Inhibitor
ACE menyebabkan penurunan angiotensin II dan kenaikan bradikinin, senyawa
vasodilator yang potensial, sehingga menyebabkan efek samping hiperkalemia,
angiodema, dan batuk kering, akibat dari kenaikan bradikinin.
Inhibisi Ekstrak Gabungan Pegagan dan Tempuyung terhadap Aktivitas
ACE secara in vitro
Penggabungan ekstrak tunggal dimaksudkan untuk mendapatkan persen
inhibisi yang lebih tinggi. Selain itu, diharapkan diperoleh formulasi obat yang
lebih efisien jika diaplikasikan dalam skala industri. Penelitian terhadap
tempuyung telah dilakukan sebelumnya oleh Darussman et al. (2009) melalui
reaksi penghambatan ACE. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ekstrak tunggal
tempuyung pada konsentrasi 14 ppm menghasilkan daya inhibisi ACE terbaik
dengan menggunakan metode Cheusman dan Ceung (1995). Konsentrasi
tempuyung yang lebih tinggi yaitu 100 ppm yang digunakan dalam ekstrak
gabungan diharapkan menghasilkan daya inhibisi yang lebih baik dari penelitian
sebelumnya. Namun hasil yang didapat pada tempuyung konsentrasi 100 ppm
tidak bersifat inhibitor ACE. Inhibisi ekstak tunggal dan gabungan dilakukan
secara bersamaan dalam satu plate dikarenakan pencampuran enzim working
solution harus segera digunakan. Namun menghasilkan daya inhibisi tidak
diharapkan dikarenakan faktor suhu dan kelembapan udara dalam kestabilan
enzim ACE. Ekstrak tunggal tempuyung dengan kosentrasi 100 ppm
menghasilkan daya inhibisi -1.89 % (Gambar 2). Ekstrak gabungan pegagan dan
tempuyung pada perbandingan 1:1 maupun 1:2 menghasilkan daya inhibisi ACE
yang lebih kecil dibandingkan ekstrak tunggal pegagan dikarenakan ekstrak
tempuyung pada konsentrasi tersebut bersifat diuretik. Gambar 3 menunjukkan
daya inhibisi dari kontrol positif kaptopril dan esktrak gabungan dengan nisbah
yang bervariasi (Lampiran 6). Berdasarkan gambar 3 diketahui bahwa hubungan
antara konsentrasi ekstrak dengan daya inhibisi terhadap aktivitas ACE tidak
linear. Kenaikan konsentrasi tidak selalu diiringi dengan kenaikan daya
inhibisinya. Hal ini disebabkan ekstrak yang digunakan masih berupa ekstak kasar
yang terdiri atas beberapa golongan senyawa yang diduga memiliki respon
berbeda yang saling memengaruhi satu sama lain. Gabungan ekstrak etanol
pegagan dan tempuyung dengan komposisi 2:1 (200ppm:100ppm) mempunyai
daya inhibisi terbesar, yaitu 44.88% yang daya inhibisinya lebih rendah
dibandingkan ekstrak tunggal pegagan. Pada komposisi pegagan dan tempuyung
1:2 (100ppm:200ppm) menghasilkan daya inhibisi (44.88%) yang lebih rendah
dibandingkan Darusman et al. (2009) yang menghasilkan daya inhibisi sebesar
51.27% pada konsentrasi 14 ppm. Daya inhibisi ekstrak gabungan pegagan dan
tempuyung terhadap aktivitas ACE ini, juga lebih rendah dibandingkan dengan
Trichoderma giganteum yang memiliki daya hambat terhadap ACE (61.3%) (Lee

8

et al. 2004), dan ekstrak air Pleurotus cornucopiae (78.0%), serta ekstrak metanol
Pleurotus cornucopiae (55.0%) (Jang et al. 2011). Hal ini dikarenakan
ketidakstabilan enzim ACE pada kondisi tertentu
100
88.36

90
80
Absorbans

70
60
44.88

50
40

28.33

30

inihibisi gabungan
pegagan tempuyung

22.44

Kontrol positif

20
10
0
1:1

22
1 ;: Konsentrasi
22 :; 11
Konsentrasi

K 25 ppm

Gambar 3 Daya inhibisi ekstrak gabungan
Pada kontrol positif kaptopril dengan konsentrasi 25 ppm, menghasilkan
daya inhibisi paling tinggi dibandingkan ekstrak tunggal maupun gabungan.
Kaptopril (Gambar 4a) merupakan obat yang lazim diberikan pada penderita
hipertensi. Kaptopril memiliki afinitas yang tinggi terhadap ACE dan
berkompetisi dengan angiotensin I, sebagai substrat alami untuk mencegah
terjadinya angiotensin II.

(a)

(b)

Gambar 4 Struktur kaptopril (a) pengikatan pada tapak aktif ACE (b)
(Guand dan Philips 2009)
Chusman dan Cheung telah melakukan berbagai penelitian sejak 1967
mengenai inhibitor ACE. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh bahwa inhibitor
ACE bekerja dengan cara mengikat tapak aktif dari ACE, yaitu S1, S1' dan S2
(Gambar 4b). Pengikatan ACE oleh senyawa aktif dilakukan pada ketiga tapak
aktif ACE.

9

Gambar 5 Mekanisme hipertensi (Guand dan Philips 2009)
Pengikatan tapak aktif pada struktur ACE dapat mencegah perubahan
senyawa dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin I merupakan
dekapeptida nonaktif yang menjaga tekanan darah normal 80/120 mmHg
sedangkan Angiotensin II merupakan dekapeptida aktif berupa vasokonstriktor
kuat dan juga menstimulasi sekresi aldosteron yang menyebabkan peningkatan
cairan ekstraseluler. Penghambatan pembentukan angiotensin II akan mencegah
terjadinya vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) dan tekanan darah tetap.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kadar flavonoid pegagan lebih tinggi dibanding tempuyung. Daya inhibisi
ACE berbanding lurus dengan kadar flavonoid. Ekstrak tunggal pegagan dan
tempuyung 50 ppm menghasilkan daya inhibisi paling tinggi yaitu 53.86% dan
30.50%. Esktrak gabungan pegagan tempuyung menghasilkan daya inhibisi yang
lebih rendah dibandingkan ekstrak tunggal pegagan. Ekstrak tunggal maupun
gabungan memiliki daya inhibisi yang lebih rendah dibandingkan kaptopril
sebagai kontrol positif.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kinetika inhibisi
terhadap ACE.

10

DAFTAR PUSTAKA
Actis-Goretta L, Ottaviani JI, Keen CL, Fraga CG. 2003. Inhibition of angiotensin
converting enzyme (ACE) activity by flavan-3-ols and procyanidin. FEBS
Lett 555:597-600.
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2003. Standard test
methods for direct moisture content measurement of wood and wood-base
materials. ASTM D International 4442-92-2003. West Chonshohocken
(US): ASTM
Barolli MG, Werner AR, Slep LD, Pamillo AB. 2000. Formation of complexes of
flavonoids and metals, determination of the stochiometry and stability
constants. Molecules 5:516-517.
Cushman DW, Cheung HW. 1995. Spectrophotometric assay and properties of the
angiotensin converting enzyme of the rabbit lung. Biochem Pharmacol
20:1637-1648.
Darusman LK, Iswantini D, Indariani S. 2009. Formulasi dan mikroenkapsulasi
ekstrak pegagan (Centella asiatica) dan tempuyung (Sonchus arvensis)
sebagai antihipertensi: Daya inhibisinya terhadap angiotensin I converting
enzyme (ACE) secara in vitro [laporan penelitian]. Bogor: Pusat Studi
Biofarmaka.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Penentuan
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Depkes RI.
Duarte J et al. 2001. Antihypertensive effects of the flavonoid quercetin in
spontaneously hypertensive rats. Brit J Pharmacol 133:177-124.
Fardiaz S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Foo LY, Lu Y, Watson RR, penemu; New Zealand Patent. 2008. Extract of
passion fruit and uses there of. US 7390517 B2.
Hansen K et al. 1995. In vitro screening of traditional medicines for antihypertensive effect based on inhibiton of the angiotensin converting
enzyme (ACE). J Ethnopharmacol 48:43-51.
Harboune JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods
Irda F, Kosasih P, Soediro S. 2003. Efek antihipertensi dan Hipotensi beberapa
fraksi dari ekstrak etanol umbi lapis kucai (allium schoenoprasumL.). J
Matematika dan Sains 8 (4):147-150.
Iswantini D, Darusman LK, Hidayat R. 2009. Indonesian Sidaguri (Sida
rhombifiolia L.) as antigout and inhibition kinetics of flavonoids crude
extract no the activity of xanthine oxidase. J Biological Science 9 (5): 504508.
Iswantini D, Ismarani, Darusman LK. 2011. Mikroenkapsulasi ekstrak pegagan,
kumis kucing, sambiloto, dan tempuyung sebagai inhibitor angiotensin I
converting enzyme secara in vitro. J Agribisnis dan Pengembangan
Wilayah 3 (1): 11-24
Jalili, penemu; Neddle & Rosenberg. 2008. Quercetine supplementation to treat
hypertension. US 0026076 A1.

11

[JNC] Joint National Committe. 2003. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. Maryland: NIH Publication No. 03-5233.
Krishnaiah, Devi, Bono, Sarbatly. 2009. Studies of phytochemical constituents of
six Malaysian medicinal plants. J Med Plan 3:067-072.
Le Hoang Lam, T. Shimamura, K. Sakaguchi, K. Noguchi, M Ishiyama, Y.
Fujimura and H. Ukeda. 2007. Anal. Biochem. 364:104-109.
Lee DH, Kim JH, Park JS, Choi YJ, Lee JS. 2004. Isolation and characterization
of a novel angiotensin I-converting enzyme inhibitory peptide derived
from the edible mushroom Tricholoma giganteum. Peptides 25:621-627
Meyer BN. 1982. Brine shrimp: A convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med 45:31-34.
Olah N-K, Radu L, Mogosan C, Hanganu D, Gocan S. 2003. Phytochemical and
pharmacological studies on Orthosiphon stamineus Benth. (Lamiaceae)
hydroalcoholic extract. J Pharm Biomed Anal 33:117-123.
Roy S, Rao K, Bhuvaneswari Ch, Giri A, Mangamoori LK. 2010. Phytochemical
analysis of Andrographis paniculata extract and its antimicrobial activity.
World J Microbiol Biotechnol 26:85-91.
Ruqiah Ganda Putri Panjaitan. Potensi sari buah belimbing manis (Averrhoa
carambola L.) sebagai antihipertensi dan diuretik. [thesis]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Biologi,
Institut Pertanian Bogor
Salah AM, Dongmo AB, Kamanyi A, Bopelet M, Wagner H. 2001. Angiotensinconverting enzyme-inhibitory effect by Ruellia praetermissa. Pharm Biol
39:16-19.
Setiawan MP. 2006. Inhibisi ekstrak air dan etanol sambiloto (Andographis
paniculata [Burm.f.] Ness) terhadap aktivitas tirosin kinase [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Sriningsih et al. 2005. Analisa senyawa golongan flavonoid herba tempuyung
(Sonchus arvensis L.). Jakarta: Universitas Pancasila.
Ullah MO, Sultana S, Haque A, Tasmin S. 2009. Antimicrobial, cytotoxic and
antioxidant activity of Centella asiatica. Eur J Sci 30:260-264.
Verhoeyen ME, Wiseman SA. 2008. Use of plants with increased levels of
flavonol glycosides in reducing hypertension. J Food Chemistry: 77: 954964
Wen-Hao Huang, Jie Sun, Hui He, Hua-Wei Dong, Jiang-Tao Li. 2011.
Antihypertensive effect of corn peptides, produced by a continous
production in enzymatic membrane reactor, in spontaneously hypertensive
rats. J Food Chemistry. 128:968-973.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yulinda L. 2011. Inhibisi ekstrak etanol kumis kucing, pegagan, sambiloto, dan
tempuyung terhadap aktivitas enzim pengubah angiotensin I secara in
vitro. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Yingsukpisarn S. 2005. Angiotensin converting enzyme inhibition activity and
antihypertensive effect of Thai medical plants [tesis]. Thailand: Faculty of
Graduate Studies, Mahidol University.

12

Zainol NA, Voo SC, Sarmidi MR, Aziz RA. 2008. Profiling of Centella asiatica
(L.) urban extract. Malay J Anal Sci 12:322-327.
Zhao Y et al. 2007. Antihypertensive effect and purification of an ACE inhibitory
peptide from sea cucumber gelatin hydrolysate. Process Biochem 42:15861591.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Penentuan
kadar air

Simplisia
pegagan dan
tempuyung
Maserasi dengan etanol 96%
Dipekatkan dengan penguap putar

Esktrak
kasar

Uji
kualitatif
Fitokimia

Alkaloid
Flavonoid
Steroid
Saponin
Tanin
Hidrokuinon

Uji
kuantitatif
flavonoid
total

Uji
toksisitas
larva
udang

LC50

Ekstrak tunggal

Uji daya
inhibisi
ACE

Ekstrak gabungan

14

Lampiran 2 Kadar flavanoid pegagan
Kuersetin
(ppm)
0
1
3
6
12
24
50

Absorbans
0.000
0.027
0.090
0.177
0.353
0.713
1.329

Sampel

Ulangan

Pegagan

1
2
1
2

Tempuyung

Sampel
Pegagan
Tempuyung

Bobot wadah (g) Bobot isi
Bobot
Rendemen
kosong
akhir
(g)
simplisia (g)
(%)
36.7288 38.185
1.4562
10.0028
14.56
36.4514 37.8872 1.4358
10.0029
14.35
36.8524 38.1369 1.2845
10.0029
12.84
36.6385 37.9304 1.2919
10.0027
12.92

Ulangan Absorbans
1
2
1
2

0.047
0.045
0.027
0.028

Bobot
hidrolisis
(g)
0.2036
0.2035
0.2002
0.2095

[Flavonoid]
(ppm)
1.1925
1.1261
0.4388
0.4476

x

= 0.79 %

Kadar
flavonoid
(%)
0.79
0.74
0.26
0.26

15

Lampiran 3 Nilai LC50 ekstrak pegagan terhadap larva A. Salina
Konsentrasi

Ulangan

(ppm)
0

10

100

500

1000

Jumlah larva udang
mati

Mortalitas

Total

pegagan

tempuyung

1

0

2

larva

Probit

pegagan

tempuyung

pegagan

tempuyung

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

1

1

1

10

10

3.72

3.72

2

1

1

10

10

3.72

3.72

1

2

2

20

20

4.16

4.16

2

2

2

20

20

4.16

4.16

1

4

5

40

50

4.76

5.00

2

4

5

40

50

4.76

5.00

10

LC50 pegagan
6
5

y = 1.7816x - 0.5716

probit

4
3
2
1
0
-1 0

0.5

1

1.5
2
log konsentrasi

2.5

3

3.5

3

3.5

LC50 tempuyung
6
5

y = 1.8308x - 0.6091

4

probit

LC50 (ppm)

3
2
1
0
-1 0

0.5

1

1.5
2
log konsentrasi

2.5

pegagan

tempuyung

1342.76

1161.72

16

Lampiran 4 Kadar air simplisia sampel
Sampel

Bobot sampel (g)
Ulangan Ulangan
1
2

Bobot sampel kering
(g)
Ulangan
Ulangan
1
2

Kadar air (%)
Ulangan
Ulangan
1
2

Rerata
kadar air
(%)

Pegagan

2.0007

2.0005

1.8577

1.8592

7.1475

7.0632

7.1054

Tempuyung

2.0003

2.0002

1.8383

1.8394

8.0988

8.0392

8.0690

Lampiran 5 Daya inihibisi tunggal sampel terhadap ACE
Absrobans
blangko 2
blangko 1
ulangan 1
0.2930
0.0500
ulangan 2
0.2770
0.0520
ulangan 3
0.3000
0.0550
rerata
0.2900
0.0523
Inhibisi (%)
Blangko 1 = Akuabides + buffer + enzim + inidkator
Blangko 2 = Akuabides + buffer + Indikator

Kaptopril (50 ppm)
0.0800
0.0740
0.0860
0.0800
88.3490

Konsentrasi
Pegagan
Tempuyung
(ppm)
ulangan 1 ulangan 2 rerata % inhibisi ulangan 1 ulangan 2 rerata % inhibisi
50
0.1490
0.1750 0.1620 53.8569
0.2140
0.2210 0.2175 30.5049
100
0.1360
0.1920 0.1640 53.0154
0.2950
0.2940 0.2945 -1.8934
150
0.1780
0.1690 0.1735 49.0182
0.3090
0.2830 0.2960 -2.5245

17

Lampiran 6 Daya inhibisi ekstrak gabungan
perbandingan
1:1
1:2
2:1

ulangan 1
0.1850
0.2470
0.2140

Pegagan : Tempuyung
ulangan 2 ulangan 3 rerata %inhibisi
0.2280
0.2550
0.2227 28.3310
0.2400
0.2230
0.2367 22.4404
0.2080
0.1280
0.1833 44.8808

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Desember 1990 dari ayah
Djoko Sudjatmoko dan Ibu Suhamamiek Tjipto Wati. Penulis adalah putra kelima
dari lima bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 4 Bogor. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ciomas dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri
dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis bekerja di CV Bonang Fenaramli
dari tahun 2006 sampai sekarang sebagai distributor, penulis menjadi asisten
praktikum Kimia Fisik (mayor) pada tahun ajaran 2012/2013 dan asisten
praktikum Kimia Lingkungan (mayor) pada tahun ajaran 2013/2014. Bulan Juli
sampai Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Besar
Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor dengan judul Penentuan Residu Antibiotik
dalam Susu Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).