Keanekaragaman Jenis Lumut di Taman Hutan Raya Sesaot Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

KEANEKARAGAMAN JENIS LUMUT DI TAMAN HUTAN
RAYA SESAOT KABUPATEN LOMBOK BARAT,
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NUROH BAWAIHATY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman Jenis
Lumut di Hutan Raya Sesaot Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Nuroh Bawaihaty
NIM E451110131

RINGKASAN
NUROH BAWAIHATY. Keanekaragaman jenis lumutdi Taman Hutan Raya
Sesaot, Lombok Barat, NTB. Dibimbing oleh ISTOMO dan IWAN HILWAN.
Kenaekaragaman lumutdi Taman Hutan Raya Sesaot Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat memiliki 38 jenis, 13 family dan dua kelas. Keragaman lumut
yang paling banyak ditemukan adalah di kawasan hutan primer yaitu ada 32 jenis,
di hutan kawasan kebun buah adalah 15 jenis, dan di kawasan hutan tanaman
ditemukan sebanyak 16 jenis. Ada tujuh jenis lumut yang terdapat di tiga kawasan
yaitu lumut jenis Fissiden sp, Vescularia montagni, Lejeunea sp, Calymperes sp,
Calymperes boulagi, Neckeropsis gracilenta, Barbella sp, Taxitithelium instratum
dan jenis lumut yang paling banyak ditemukan adalah Lejeunea sp dari famili
Lejeuneaceae dan kelasnya adalah Hepatice. Lumut yang paling sedikit
ditemukan adalah Taxithelium sp, familinya adalah Sematophyllaceae, dan
kelasnya adalah Musci. Calyptotherium sp., familinya adalah Entodontaceae, dan
kelasnya adalah Musci, Plagiochila sp., familynya adalah Lophoziaceae, dan kelas

Musci, dan Bazzania sp., familynya adalah Lepidoziaceae, dan kelasnya adalah
Hepatice.
Kondisi hutan berpengaruh terhadap pertumbuhan lumut dan peran ekologi
lumut di dalam ekosistem hutan. Lumut juga termasuk tumbuhan perintis, itu
terbukti dengan banyaknya lumut yang tumbuh pada pohon tumbang dan bekas
tebangan hutan. Indeks nilai penting yang tertinggi terdapat di hutan tanaman
yaitu di pada pohon Swietenia mahagoni dengan indeks nilai penting adalah
48.45% dan di kebun buah pada pohon Durio zibethinus dengan indeks nilai
penting adalah 34.08%% dan indeks nilai penting tertinggi di hutan primer adalah
43.18% pada pohon Syzigium boerlager.
Kata kunci : Keanekaragaman, lumut, Sesaot

SUMMARY
NUROH BAWAIHATY. Diversity mossesin Sesaot Forest, West Lombok, West
Nusa Tenggara. Surpervised by ISTOMO and IWAN HILWAN
Diversity of mosses in Sesaot forest, Lombok, West Nusa Tenggara has 38
spesies, 13 family, and two classes. Diversity of mosses is the most common in
the primary forest are 32 species, in fruit forest there are 15 spesies. And in the
agriculture forest are 16 species, there are seven species contained in three areas,
namely Fissiden sp, Vescularia montagni, Lejeunea sp, Calymperes sp,

Calymperes boulagi, Neckeropsis gracilenta, Barbella sp, Taxitithelium
instratum. Kind of mosses that mostly found is Lejeunea sp., family is
Lejeuneaceae and classes is Hepatice. And kind of Mosses that lessly found is
Taxithelium sp., family is sematophyllaceae, and classes is musci. Calyptotherium
sp., family is Entodontaceae, and classes is musci. Plagiochila sp., family is
Lophoziaceae, and classes is Musci, and Bazzania sp., family is Lepidoziaceae,
and classes Hepatice.
The condition of forest affect to the growth of mosses and its ecological
roles in forest ecosystem. The Mosses includes in pioneer plants, it is evidenced
by many Mosses that grow on fallen trees. Importance value index is higest in
agriculture forest have Swietenia mahagoni tree with importance value index is
48.45% and fruit forest have Durio zibethinus tree with importance value index is
34.08 %, and in primary forest have Syizigium boerlager tree with importance
value index is 43.18 %.
Keyword : Diversity, Mosses, Sesaot.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEANEKARAGAMAN JENIS LUMUT DI TAMAN HUTAN
RAYA SESAOT KABUPATEN LOMBOK BARAT,
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NUROH BAWAIHATY

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F

Judul Tesis : Keanekaragaman Jenis Lumut di Taman Hutan Raya Sesaot
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nama
: Nuroh Bawaihaty
NIM
: E451110131

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Istomo, MS
Ketua

Dr Ir Iwan Hilwan, MS
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Sri Wilarso Budi R, MS.

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah, dengan

judul Keanekaragaman jenis lumut di Taman Hutan Raya Sesaot, Lombok Barat,
NTB.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Istomo, MS dan Bapak
Dr Ir Iwan Hilwan, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan
bimbingan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu selama pengumpulan data dan proses penulisan tesis.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua yang tidak
pernah letih memberikan dukungan dan doa serta seluruh keluarga besar di Desa
Ungge, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Nuroh Bawaihaty

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v


DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

v

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
2
2
2
2


2 METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian
Analisis vegetasi
Analisis data
Pengambilan sampel dan pembuatan herbarium lumut
Pembuatan herbarium dan identifiasi lumut
Pengukuranfaktorfisiklingkungan

2
2
2
2
2
3
5
5
5


3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis vegetasi tumbuhan di hutan Sesaot
Kondisi lingkungan
Keanekaragaman lumut.
Struktur komunitas berdasarkan tipe vegetasi

6
6
9
10
11

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

21
21
22


DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Luas bidang dasar tegakan
Kerapatan tingkat pertumbuhan
Lumut yang paling dominanditemukan

7
8
11

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Indeks nilai penting dari semai, pancang, tiang, pohon
Luas bidang dasar tiang dan pohom
Jumlah jenis tumbuhan di Tahura Sesaot
Indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, Indeks kekayaan
Kerapatan semai, pancang, tiang, pohon
Kondisi lingkungan di hutan Sesaot
Suhu dan kelembaban
Indeks kesamaan
Daftar jenis lumut
Jumlah jenis pohon dan lumut di hutan primer
Jumlah jenis pohon dan lumut di hutan tanaman
Jumlah jenis pohon dan lumut di kebun buah
Hasil pengukuran kecepatan penutupan lahan

6
7
7
8
7
9
9
10
10
12
12
13
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang dimiliki suatu daerah sangat penting untuk
memberikan ciri khas tersendiri bagi suatu daerah, seperti di negara kita Indonesia
yang merupakan salah satu daerah tropis yang memiliki keanekaragaman tertinggi
di dunia. Menurut Rhenza (2007), salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki
oleh Indonesia adalah tumbuhan lumut (Bryophyta). Tumbuhan lumut memiliki
peran dalam ekosistem, diantaranya sebagai peresap air (sifat selnya menyerupai
spon), untuk mempertahankan kelembaban, penghasil oksigen melalui proses
fotosintesis yang cepat dan sebagai penyerap polutan.
Lumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya dan lembab, sebagian
besar tumbuh di hutan hujan tropis.Menurut Menih (2006) ada sekitar 3.000
spesies lumut, diantaranya yaitu sekitar 1.500 tumbuh di Indonesia.Tumbuhan
lumut lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan dan di tanah.Pada
setiap bagian di dunia lumut hampir terdapat di setiap habitat kecuali di
laut.Loveless (1990) mengatakan lumut tumbuh subur pada lingkungan yang
lembab, khususnya di hutan-hutan tropis dan di tanah hutan daerah iklim sedang
yang lembab.
Hutan Sesaot terletak di Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.Secara astronomis Taman
HutanRaya Sesaot berada pada posisi 8°30' - 8°33' LS dan 116°13' -116°18' BT
dengan status Hutan Lindung berdasarkan TGHK No. 758/Kpts/Um/1982 tanggal
12 Oktober 1982 seluas 5.950,79 Ha. Secara umum merupakan dataran landai,
bergelombang dan berbukit, dengan elevasi berkisar antara 225 s/d 684 m dpl dan
kemiringan tanah bervariasi 15 - 45%. Kawasan Hutan Sesaot saat ini terbagi
menjadi kawasan hutan primer, hutan skunder dan sebagai hutan lindung,
perkebunan mahoni dan agroforestri dengan berbagai jenis tanaman (Yustitia
2012).
Adanya berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Hutan Sesaot tersebut
menjadikan keberadaan ekosistem hutan tersusun dengan baik, karena peranan
dari tumbuhan itu adalah sebagai pemasok oksigen ke lingkungan dan sebagai
sumber makanan bagi organisme heterotof.Dalam hal ini tumbuhan merupakan
habitat dari berbagai jenis satwa, oleh sebab itu setiap tumbuhan mempunyai
peran tertentu yang khas.Secara sekilas, mungkin kita melihat lumut (Bryophyta)
tidak mempunyai manfaat pada kehidupan, Namun lumut banyak berperan
penting di dalam ekosistem hutan.
Di ekosistem hutan hujan tropis, lumut berperan penting dalam
meningkatkan kemampuan hutan untuk menahan air (water holding capacity).
Selain itu, lumut juga merupakan habitat penting bagi organisme lain, terutama
populasi hewan invertebrata, beberapa jenis anggrek, misalnya, tidak akan dapat
bertahan andaikan tidak ada lumut yang sehat. Bahkan lumut juga merupakan
media yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi.Selain itu juga
tumbuhan lumut merupakan bioindikator pencemaran lingkungan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Sesaot Lombok Barat, NTB sebelum penelitian sudah didapatkan
keadaan hutan tersebut sudah tidak alami lagi, tapi walaupun keadaan hutan tidak

seperti hutan alami yang seharusnya karena hutannya sudah terganggu oleh
kegiatan manusia, akan tetapi banyak tumbuhan lumut yang tumbuh di berbagai
tempat di setiap hutan, itu bisa disebabkan oleh keadaan hutan yang cukup lembab
seperti pada hutan tipe hutan primer dan hutan tanaman yang terletak di dekat
sungai. Berdasarkan informasi ini, maka dilakukan penelitian lanjutan untuk
mendapatkan data keanekaragaman jenis lumut di Tahura Sesaot Lombok Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Rumusan Masalah
1. Ancaman gangguan di Tahura Sesaot pada masyarakat
2. Di Tahura Sesaot keanekaragaman lumutnya termasuk tergolong tinggi di
Hutan Sesaot.
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang keanekaragaman lumut di Tahura.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis
lumut di Tahura Sesaot Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keanekaragaman jenis lumut di Tahura Sesaot, Kabupaten Lombok Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 -Maret
2014.Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama pengambilan
sampel di Tahura Sesaot Lombok Barat yang terletak di Desa Sesaot, Kecamatan
Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan
September-November 2013.Tahap yang kedua dilakukan di Laboratorium Biologi
Universitas Mataram pada bulan November-Desember 2013.Dan di Laboratorium
bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada bulan FebruariMaret 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pisau, gunting tanaman,
alat tulis, buku identifikasi lumut, meteran, amplop kertas, kertas lebel, tali rafia,
thermometer, hypsometer.densiometer.
Prosedur Penelitian

Analisis Vegetasi
Peneilitian ini merupakan penelitian analisis diskriptif dan kuantitatif,
yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang ‘keanekaragaman jenis
lumutdi Tahura Sesaot, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu ditentukan lokasi pengambilan
sampel.Lokasi penelitian ini dibagi menjadi tiga tempat yaitu lokasi yang pertama
di kawasan hutan tanaman, kedua di kawasan hutan primer, dan ketiga di
kawasankebun buah.Kawasan hutan primer dibuat tiga jalur dengan metode garis
berpetak dan pada setiap jalur ada lima plot dengan ukuran 20 meter x 20 meter
untuk jenis pohon, 10 meter x 10 meter untuk jenis tiang, lima meter x lima meter
untuk jenis pancang, dan dua meter x dua meter untuk jenis semai. Setiap plotsatu
dengan plot berikutnyaberjarak sekitar 50 meter (Soerianegara dan
Indrawan2012). Kawasan hutan tanaman dan kebun buah dibuat masing-masing
minimal tiga jalur juga, dengan ukuran plot 20 meter x 20 meter untuk jenis
pohon, 10 meter x 10 meter untuk jenis tiang, lima meter x lima meter untuk jenis
pancang, dan dua meter x dua meter untuk jenis semai, jarak antara jalur satu
dengan jalur berikutnya adalah 50 meter.
.

A

A

B
CD

B
50 meter

CD

Keterangan :
- Petak A : Petak ukur untuk Pohon (20 x 20 m²)
- Petak B : Petak ukur untuk Tiang (10 x 10 m²)
- Petak C : Petak ukur untuk Pancang (5 x 5 m²)
- Petak D : Petak ukur untuk Semai (2 x 2 m²)
Gambar 1.Garis Berpetak untuk jenis semai, pancang, tiang, dan pohon.
Analisis Data

-

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
Keragaman lumut
Untuk mengetahui jenis-jenis lumut maka dilakukan identifikasi
lumut di laboratorium dan berdasarkan buku identifikasi lumut dengan
mencocokkan ciri-ciri morfologi dan gambar yang ada, dapat juga melalui
identifikasi di Puslit- Biologi LIPI Bogor, identifikasi dilakukan pada
tingkat jenis.

Indeks Keanekaragaman Jenis
Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis lumut dapatmenggunakan
rumus Shannon dan Wiener di bawah ini:

H’ = -⅀ {(ni/N) ln
(ni/N)}
-

Keterangan :
H’ = Indeks Keanekaragaman
ni = jumlah individu
N = jumlah total individu
Dengan kriteria:
H’ ≤ 1 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang
rendah
1> H’ >3 = Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang
sedang
H’≥3 = Menunjukkan tingkat keanekaragamanjenis yang
tinggi. (Indriyanto, 2006)

Indeks Kemerataan Jenis
Untuk mengetahui indeks kemerataan jenis lumut dapat menggunakan
rumus di bawah ini :

-

H′
ln S
Keterangan :
Eı = indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon dan Wiener
S = Jumlah spesies
Eı =

Indeks Kekayaan Jenis
Untuk menghitung indeks kekayaan jenis lumut dapat menggunakan
rumus di bawah ini:
R=

S−1
ln (N)

Keterangan :
- R = indeks kekayaan jenis
- S = jumlah spesies
- N= jumlah total individu keseluruhan
Indeks Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui indeks kesamaan dari komposisi jenis dan struktur
antara tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus di bawah ini:
IS =

2W
a+b

Keterangan :
-

IS = indeks kesamaan komunitas

-

W = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari
dua spesies berpasangan, yang ditemukan di dua komunitas
a = total nilai penting dari komunitas A, atau tegakan A, atau
unit sampling
b = total nilai penting dari komunitas B, atu tegakan B, atau
sampling B

Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100%.Semakin
mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai
kesamaan yang tinggi (Bray dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan
Indrawan, 2005).
Dari hasil pengukuran cara Garis Berpetak dapat dihitung besaranbesaran sebagai berikut:
Jumlah dari individu
Kerapatan (K)
=
individu/ha
Luas contoh

Kerapatan dari suatu spesies / jenis

x 100%

-

Kerapatan relatif (KR)

=

-

Dominansi (D)

=

-

Dominansi relatif (DR)

=

-

Frekuensi (F)

-

Frekuensi relatif (FR)

-

Indeks Nilai penting (INP) = KR + DR + FR (Indriyanto 2006).

Kerapatan seluruh jenis

Luas petak contoh

m²/ha

Dominansi suatu jenis

x 100%

Dominansi dari seluruh jenis

=
=

Jumlah bidang dasar

Jumlah plot diketemukannya

suatu jenis

jumlah seluruh plot

Frekuensi dari suatu jenis
Frekuensi dari seluruh jenis

x100%

Pengambilan Sampel dan Pembuatan Herbarium Lumut
Sampel diambil pada setiap plot berukuran 20 meter x 20 meter baik itu
lumut yang menempel di pohon,di tiang, di pancang, di semai, di tanah dan di
batu. Untuk lumut yang hidup menempel di daun dikoleksi bersamaan dengan
daun inangnya. Untuk pembuatan herbarium, lumut diambil dari tempat
tumbuhnya (tanah, permukaan,bebatuan, kulit batang) dengan bantuan pisau atau
pencongkel. Selanjutnya lumut dimasukkan ke dalam amplop terpisah, kemudian
di berikan label yang telah di beri nomer urut dan nama kolektor, dan ditulis
dengan menggunakan pensil.
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Lumut
Lumut diambil dari tempat tumbuhnya (tanah, permukaan, bebatuan, kulit
batang) dengan bantuan pisau atau alat pencongkel. Selanjutnya lumut
dimasukkan ke dalam amplop terpisah, kemudian diberi label yang telah diberi
nomor urut dan nama kolektor, dan ditulis dengan pensil. Lumut diproses menjadi

spesimen herbarium dengan cara diangin-anginkan, atau dimasukkan dalam
lembaran-lembaran kertas koran yang setiap hari diganti. Setelah kering lumut
disimpan dalam amplop kertas yang telah dilipat, kemudian diberi label dengan
keterangan tentang nama jenis (apabila diketahui jenisnya), nama kolektor, nomor
koleksi, tempat/daerah asal koleksi, habitat, data tanggal determinasi dan
keterangan lain yang dianggap perlu (Hasan dan Arianti 2004).
Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan
Pengukuran faktor fisik lingkungan dilakukan saat pengambilan sampel
dalam plot. Adapun faktor fisik lingkungan yang diukur adalah suhu udara,
pengukurannya menggunakan thermometer dengan cara menggantungkan alat
thermometer digantungkan cabang pohon atau cabang tiang. Pengukuran yang
kedua yaitu kelembaban udara dengan menggunakan hygrometer dengan cara
menggantungkan alat tersebut di atas cabang pohon atau cabang tiang,
pengukuranan dilakukan pada pukul 09.00 wita, pengukuran kedua pada pukul
12.00 wita dan pengukuran terakhir pukul 18.00 wita dan pengukuran kerapatan
tajuk dengan menggunakan densiometer dengan mengarahkan alat tersebut ke atas
dan menghitung penutupan tajuk yang ada di alat densiometer.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Vegetasi Tumbuhan di Hutan Sesaot
Vegetasi tumbuhan di Tahura Sesaot Kabupaten LombokBarat memiliki
indeks nilai penting tiga urutan terbesar yang tertera di Tabel 1. Indeks nilai
penting yang tertinggi yaitu pada pohon Swietenia mahagoni yang tumbuh di
hutan tanaman dan pohon Syzigium boerlager yang tumbuh di hutan primer,
sedangkan di kebun buah memiliki indeks nilai penting yang tidak jauh berbeda
dengan kedua tipe hutan yang lain yaitu pada pohon Durio zibethinus.
Tabel 1 Indeks nilai penting (INP %) dari semai, pancang, tiang,
pohon di hutan Sesaot
L
okasi

S

Jenis di hutan
primer (HP)

I
NP

Cycas rumphii

emai

Jenis di
hutan tanaman
(HT)

I
NP

2.94

5
ranting
bengku*

5.00

1.18

4
Baccaure
a dulcis

1.67

5.00

3
Calophyl
um inophylum

8.3

Ranting
bengku*
daun war*

Jeni
s di hutan
kebun
buah (KB)

6
Calo
phylum
inophylum
6
Lans
ium
3domesticum

I
NP

7
2.43
5
3.08
4
9.85

Bacc
aurea
dulcis

P

Sauraria

ancang

8.93

5
sp.

6.43

4
Syzygium
aqueum

0.18

4
Psidium
guajava

Syzigium
racemosa

Citrus
7.42

6
Syzy
gium
malasccens
5e

5.30

Villebrunea
3.18

4
8.16
4
6.43

Psid
4ium
guajava

4
0.18

.Ann
ona
muricata
T
iang

Calophyllumino
phyllum

3.90

5
Adenanth
era pavonina

6.13

9.80

4
sp.

3.06

5.08

4
Artocarp
us integra

Laportea

Aglaia

Knemacinema

5
Nep
helium
lappaceum
3
Ann
ona
2moricata

8.45

4
5.22
3
3.45
2
7.77

Lans
ium
domesticum
P
ohon

Syzigium
boerlager

3.18

Toona sureni

4
Swieteni
a mahagoni
3

Geresek*

8.95
Knema cinera
4.77

8.45

5.35
Enterolo
3bium
cyclocarpum

2.24

4
Duri
o zibethinus
3
Nep
helium
lappaceum
2
Theo
broma
cacao

3
4.08
2
9.59
2
4.49

*belum teridentifikasi

Pada Tabel 2 dapat lihat luas bidang dasar (LBDS), masing-masing LBDS
dari pohon dan tiang yang ada di hutan tesebut yaitu tidak jauh berbeda
Tabel 2 Luas bidang dasar (LBDS) tiang dan pohon
(m²/hektar)
Lok
asi
Strata

Kebun
buah

Hut
an
tanaman

Hutan
primer

Tiang

44.48

48.

57.40

59.

60.98

14
Pohon

69.27
52

Luas bidang dasar pada jenis pohon grafiknya hampir sejajar, sedangkan
untuk jenis tiang grafik untuk LBDS di hutan primer lebih ke atas, di hutan
tanaman hampir sejajar dengan hutan kebun buah.
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
KB

HT
Tiang

HP
Pohon

Gambar 1 Luas Bidang Dasar Tegakan (m²/ha)
Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah jenis tumbuhan di Tahura Sesaot yang
meliputi pohon, tiang, pancang dan semai.
Tabel 3 Jumlah jenis tumbuhan di Tahura Sesaot
Vegetasi
Hutan
Hutan
Kebun buah
hutan
primer
tanaman
Semai
6
4
4
Pancang
6
5
5
Tiang
9
15
13
Pohon
22
29
30
Pada Tabel 4 dapat dilihat keanekaragaman vegetasi tumbuhan di Tahura
Sesaot dengan perhitungan Shannon (H’) menunjukkan tingkat keanekaragaman
jenis yang sedang, karena jumlah vegetasi pohon yang dimiliki oleh kawasan
hutan tanaman dan kawasan kebun buah memiliki kesamaan keragaman yaitu H’
= 2.21, sedangkan pada kawasan hutan primer H’ = 2.05.
Tabel 4 Indeks keanekaragaman Shannon (H’), indeks kemerataan
(Eı),dan indeks kekayaan (R) vegetasi hutan di hutan Sesaot.
N
Tipe hutan
H’

R
o
1

Hutan primer

2.05

0.66

21.8

6
2

Hutan tanaman

2.21

0.57

3

Hutan kebun buah

2.21

0.57

45.8
5
45.8
5

Pada Tabel 5 dapat dilihat kerapatan dari semai, pancang, tiang, dan pohon
yang ada di Tahura Sesaot bervariasi nilai kerapatan yang tertinggi pada pohon
yaitu di kawasan hutan primer dan yang terendah di kawasan hutan kebun buah.

Tabel 5 Kerapatan semai, pancang, tiang, pohon per hektar(ind/ha)
Strata
Semai
Pancang
Tiang
Pohon

Hutan
primer
28333
4533
886
183

Lokasi
Hutan
tanaman
25000
4400
1366
221

Kebu
n buah
25833
4267
1000
261

Pada Gambar 2 dapat dilihat kerapatan tingkat pertumbuhan pada semai
grafiknya menunjukkan nilai paling tertinggi, untuk grafik pancang dan tiang
hampir sejajar, dan grafik pohon grafiknya paling rendah.
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Semai

Pancang
KB

Tiang
HT

Pohon

HP

Gambar 2 Kerapatan tingkat pertumbuhan (Ind/ha)

Kondisi Lingkungan
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa elevasi tertinggi pada hutan primer dan
elevasi terndah pada kawasan kebun buah.
Tabel 6 Kondisi lingkungan di hutan Sesaot Lombok
Kondisi
Hutan
Hutan
Kebun
primer
Tanaman
buah

Elevasi
(mdpl)
Kerapatan
tajuk

563-600

350-360

335-350

40%

20 %

20%

Hasil pengukuran dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 7. Kawasan
hutan primer.Kawasan hutan primer memiliki suhu berkisar antara 23.2 – 23.4°C,
sedangkan untuk kelembabannya adalah 62-63.5° C, dan hutan tanaman suhunya
berkisar antara 25.9 – 26.9° C, sedangkan kelembabannya 51-51.2°C, kawasan
hutan kebun buah suhu dan kelembabannya hampir sama dengan hutan tanaman
yaitu suhu pada kebun buah 27-27° C, sedangkan kelembabannya 51-51.5° C)

Tabel 7 Suhu lingkungan dan kelembaban di Tahura Sesaot
Lombok Barat.

lot

H
utan
P
primer
Su
hu (°C)

1

2

Huta
n tanaman
Kelemba
ban(%)

62.0

Suhu
(°C)

26.9

Kebun
buah
Kelemb
aban(%)

51.2

3.2
2

2

62.5

26.0

52.1

2

63.5

27.0

51.0

2

63.0

26.0

51.0

2

62.5

25.9

51.0

2

63.0

25.9

51.0

2

62.3

26.0

51.0

2

63.2

26.0

51.0

2

63.0

26.0

51.2

0

2

63.0

26.0

51.2

1

2

63.5

25.9

52.0

1

50.5

2

51.0

2

51.2

2

51.5

2

51.0

2

51.0

2

51.0

2

51.2

2

51.0

7.0
2

63.2

26.0

52.0

3.3
1

2

7.0

3.3

2

51.0

7.1

3.2
1

2

7.0

3.2
1

51.1

7.1

3.2
9

2

7.0

3.2
8

51.2

7.0

3.2
7

2

7.2

3.3
6

51.0

7.1

3.2
5

2

7.0

3.4
4

Kelemba
ban(%)

7.0

3.3
3

S
uhu(°C)

7.0
2

63.5

26.0

51.0

3

3.2
1

4

63.0

25.9

51.0

3.2
1

5

7.0
2

2

51.0

2

51.0

7.2
2

63.5

26.0

51.0

3.2

7.1

Untuk indeks kesamaan dari vegetasi pohon di Tahura Sesaot dapat dilihat
pada Tabel 8 kawasan kebun buah dengan kawasan hutan primer memiliki indeks
kesamaan paling rendah dan untuk kawasan kebun buah dan kawasan hutan
tanaman memiliki indeks kesamaan paling tinggi.
Tabel 8. Indeks kesamaan(%) anatara ketiga tipe hutan
Tipe hutan
Indeks
kesamaan (IS) (%)
Kebun buah Vs hutan primer
05.8
Hutan primer Vs hutan tanaman
40.6
Kebun buah Vs hutan tanaman
90.0
Keanekaragaman Lumut
Lumut yang ditemukan di Tahura Sesaot , Lombok Barat, NTB adalah
meliputi 38 jenis, 1famili (Tabel 9) dan 3 kelas. Keragaman lumut yang paling
banyak ditemukan adalah di kawasan hutan primer yaitu ada 32jenis, di
kawasankebun buah ada 15 jenis, dan di kawasan hutan tanaman ada 16 jenis.
Total lumut dari hutan Sesaot adalah 38 jenis, ini hanya mewakili 2,5 % dari total
1500 jenis lumut yang ada di Indonesia (Menih 2006).

Tabel 9.Daftar jenis lumut di hutan Sesaot NTB di kawasan hutan primer (HP),
kawasan hutan tanaman (HT), kawasan kebun buah (KB).

o

Nama jenis

Famili

Thuidium
meyenianum
Thuidium plumulusum
Fissidens sp.

Thuidiaceae

K
ebun
Buah



Thuidiaceae
Fissidentace








Calymperac







ae
Vescularia montagni

Tip
e hutan
H
Hut
utan
an
primer Tanaman


eae
Lejeuneacea







Neckeraceae







Neckeraceae



-

-

Pterobryace

-



-

Meteoriacea







Calymperac







Calymperac



-



Calymperac





-

Lucabryacea







Isopterygium sp.

Hypnaceae

-





Isopterygium tectori

Hypnaceae



-

-

Calymperac



-

-

Calymperac



-

-

Calymperac



-

-

Meteoriacea



-

-

Radulaceae







Calymperac



-

-

Homaliodendron sp.

Neckeraceae



-

-

Homaliodendron
exigum
Hamaliodendron
microdendron
Homaliodendron
flabellatum
Himantocladium sp.

Neckeraceae



-

-

Neckeraceae



-

-

Neckeraceae



-

-

Neckeraceae



-

-

Himantocladium
loriforme
Himantocladium
plumula
Lopholejeunea sp.

Neckeraceae



-

-

Neckeraceae



-

-

Lejeuneacea

-





Neckeraceae



-

-

Lejeunea sp.
e
Neckeropsis
gracilenta
Neckeropsis
lepineana
Trachyloma sp.
ae
Barbell sp.
e
Calymperes sp.
eae

0
Calymperes boulagi
1

eae
Calymperes afzelii

2

eae
Taxithelium instratum

3

e

4
5
Leucophanes sp.
eae

6
7

Leucophanes
massartii
Leucophanes glaucum

8

eae
eae

Floribundaria pseudo
9

e
Radula sp.

0
Syrrhopodon
eae

1
2
3
4
5
6
7
8
0
1

e
Calyptotherium
urvilleanum

2

Ektropothecium
monumentorum
Plagiochila sp.

3
Bazzania sp.

-

-

Lophoziacea







Lepidoziace



-

-

Meteoriacea

-





Lejeuneacea



-

-

Entodontace

-





Geocalycace



-

-

3

16

ae
Octoblepharum
albidum
Drepanolejeunea sp.

e
e

6
7



e

4
5

Hypnaceae

Campylodontium
flavecens
Heteroscyphus sp.

8

ae
ae

Total
2

1
5

Struktur Komunitas Berdasarkan Tipe Vegetasi
Jenis lumut yang paling banyak muncul di pohon adalah jenis Lejeunea sp.
dengan famili Lejeuneaceae dan kelas Musci. Jenis lumut ini muncul di ketiga tipe
hutan yaitu tipe hutan primer, hutan tanaman dan kebun buah, dan ada jenis lumut
yang hanyamuncul pada kayu lapuk, di bebatuan dan di tanah, baik itu tanah yang
berpasir maupun tanah biasa. Gambar 3 dapat dilihat lumut yang paling banyak
ditemukan di Tahura Sesaot adalah jenis lumut Barbella sp, Leucophanes
glaucum, Leuchophanes massartii, Lejeunea sp, Vescularia montagni, Radula sp.

Barbella sp.

Lejeunea sp

Leucophanes glaucum

Leucophanes massartii

Vescularia montagni

Radula sp

Gambar 3 Lumut yang paling dominan ditemukan.
Pada Tabel 10 dapat dilihat jenis pohon dan jumlah jenis lumut yang tubuh,
di hutan primer pohon Evodia aromatika memiliki jumlah jenis lumut yang paling
banyak .
Tabel 10. Jumlah jenis pohon dan lumut di hutan primer

Nama pohon
o
Syzigium
boerlager

Jumlah
jenis
3

Knema cinera

2

Toona sureni

4

Laportea sp.

2

Albizia sp.

3

Dysoxylum sp.

2

Planconella

2

notida

0
1

Sauraria leprosa
Evodia
aromatica

1
5

Syzigium
racemosa
Calophyllumin
inophyllum
Nama pohon

2

o
Ficus glomerata

1
Jumlah
jenis
1

Nama jenis lumut
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
1.

Thuidium plumusum
Vescularia montagni
Neckeropsis gracilenta
Fissidens sp.
Neckeropsis gracilenta
Lejeunea sp.
Heterocyphus sp.
Barbell sp.
Calymperes sp
Calymperes sp.
Vescularia montagni
Calymperes sp.
Calymperes afzelii
Taxithelium instratum
Leucophanes massartii
Leucophanes sp.
Leucophanes massartii
Leucophanes glaucum
Floribundaria pseudo
Thuidium plumusum
Calymperes boulgi
Calymperes afzelii
Calymperes sp.
Bazzania sp.
Syrrhopodon sp.
Homaliodendron sp.
Syrrhopodon sp.
Nama jenis lumut

1.

Homaliodendron

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.

Homaliodendron exigum
Homantoclodium sp.
Himantoclodium flabellatum.
Himantoclodium sp.
Himantocclodium sp.
Himantoclodium loriform
Himantocladium plumula
Himantoclodium cylophyllum
Ektropothecium
monumentorum
Plagiochila sp.
Calyptotherium urvilleanum
Drepanolejeunea sp.

2
Banditan *

2

3
4

Adenanthera
pavonina
Ficus benyamin

2

Geresek *

3

2

5
6

7

Neonauclea
calicyna
Litsea sp.

2

Gliricidia
sepium lansium
Lansium
domesticum

2

1

1.
2.
1.

8
9
0

2

Bandung *

2

Pigium sp.

2

1
2
*Belum teridentifikasi

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

Plagiochila sp.
Bazzania sp.
Himantocladium plumula
Ektropothecium
monumentorum
Himantoclodium loriform
Himantoclodium plumula
Himantoclodium loriform
Bazzania sp.

Pada tabel 11 dapat dilihat jenis pohon dan jumlah jenis lumut yang tubuh,
di hutan tanaman pohon Euodia aromatika memiliki jumlah jenis lumut yang
paling banyak .
Tabel 11. Jumlah jenis pohon dan lumut dihutan tanaman
Nama pohon
N

Jumla
h jenis

Nama jenislumut

o
1
Swientenia
mahagoni

3

7
Geresek *
8
Enterolobium
cyclocarpum
9
Durio zibenthinus

1
2

1

Dysoxylum sp

2

1

Syzigium aqueum

1

1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
1.

2

Evodia aromatica

3

3

Theobrama cacao

2

4

Erythrina sp

2

5

Ficus glomerata

2

6

Arenga pinnata

2

1

1. Fissidens sp

3

0

Fissidens sp.
Lejeunea sp.
Isopterygium sp
Thuidium meyenianum
Calymperes afzelii
Calymperes sp.
Lejeunea sp.
Radula sp.
Lejeunea sp.
Fissidens sp.
Lejeunuea sp.
Barbella sp.
Trachyloma sp.
Camplodontium flavecens
Radula sp.
Trachyloma sp.
Radula sp.
Lajeunea sp.
Barbella sp.
Radula sp.
Lejeunea sp.
Barbell sp.
Thuidium meyenianum

1
2

1
Laportea
stimulans
N
Nama pohon

o
3

1
Syzigium
racemosa
1
Baccaurea dulcis

Jumla
h jenis
2
2

4
1

Coffea canefora

2

1

Mangifera indica

2

1

Gnetum gnemon

2

1

Persea Americana

3

1

Jatropa curcas

2

5
6
7
8

9

Nama jenis lumut
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.

Vescularia montagni
Lejeunea sp.
Neckeropsis gracilenta
Isopterygium
Barbell sp.
Plagiochila sp
Plagiochila sp.
Campylodontium flavecens
Radulla sp
Octoblepharum albidum
Barbella sp
Plagiochila sp.
Taxithelium instratum
Calymperes afzelii
Isopterygium sp.

2

Citrus sp

3

0
2
Aartocarpus
integra

3

1

3

2

2
Aleurites
moluccana
2
Neonauclea
calicyna
2
Lansium
domisticum

2

2

1

3
4

Ficus sp

3

1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
3.
1.

Calymperes sp.
Radula sp.
Oktoblepharum albidum
Lopholejeunea sp.
Plagichila sp.
Oktoblepharum albidum
Plagiochila sp.
Barbell sp.
Radula sp.
Radula sp.
Camplodontium flavecens
Trachyloma sp.
Barbell sp.
Taxithelium instratum
Taxithelium instratum

1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.

Taxithelium instratum
Fissidens sp.
Vescularia montagni
Trachyloma sp.
Isoptrygium
Neckeropsis gracilenta
Calymperes afzelii
Calymperes afzelii
Isopterygium sp.

5
6
7

8
9

2
Calophylum
inophyllum
2
Villebrunea
rubesceus

2

2
Adenanthera
pavonina
2
Nephelium
lappaceum

2

3

2

*Belum teridentifikasi

Pada tabel 12 dapat dilihat jenis pohon dan jumlah jenis lumutnya hampir
sama yaitu antara satu jenis sampai dengan tiga jenis.
Tabel 12. Jumlah jenis pohon dan lumut di kebun buah
Nama pohon
o
Durio zibethinus

Jumlah
jenis
3

Nephelium lappaceum

3

Theobroma cacao

2

Nama pohon
o
Nephelium lappaceum

Jumlah
jenis
2

Persea pinnata

2

Theobroma cacao

2

Lansium domisticum
Syzigium aqueum

1
2

Jatropa curcas

2

Nama jenis lumut
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.

Lejeunea sp.
Barbell sp.
Radula sp.
Thuidium meyeanianum
Vescularia montagni
Neckeropsis gracilenta
Fissidens sp.
Calymperes sp.
Nama jenis lumut

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
2.

Calymperes boulgi
Campylontium flavencens
Isopterygium sp.
Lopholejeunea sp.
Taxithelium instratum
Radula sp.
Octoblepharum albidum
Radula sp.
Lopholejeunea sp.
Lejeunea sp.
Calymperes sp.

Citrus sp.

2

Aleurites moluccana

1

Baccaurea dulcis

2

Coffea canefora

2

Neonauclea calicyna

2

Annona muricata

2

Garcinia mangostana

2

Artocarpus integra

2

Mangifera indica

3

Gnetum gnemon

3

Syzigium racemosa

3

0

1.
2.
1.

Calymperes boulgi
Campylodontium flavecens
Thuidium meyenianum

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
1.
2.
1.

Calymperes sp.
Calymperes boulgi
Lejeunea sp.
Taxithelium instratum
Taxithelium instratum
Radula sp.
Radula sp.
Vescularia montagni
Campylodontium flavecens
Radula sp.
Campylodontium flavecens
Radula sp
Lejeunea sp.
Calymperes sp.
Radula sp.
Lejeunea sp.
Radula sp.
Calymperes sp.
Lejeunea sp.
Calymperes boulgi
Radula sp.
Fissidens sp
Barbell sp
Isopterygium sp.
Fissidens sp.
Barbell sp.
Isopterygium sp.
Vescularia montagni
Barbell sp.
Lejeunea sp.
Campylodontium flavecens
Campylodontium flavecens
Campylodontium flavecens
Radula sp.
Radula sp.
Lopholejeunea sp.
Lejeunea sp.
Barbella sp.
Lopholejeunea sp.
Lejeunea sp.
Neckeropsis gracilenta

1
2
3
4
5
6
7
8

9

0

1

Calophyllum
inophyllum

3

Ficus glomerata

3

Swietenia mahagoni

2

Sandoricum koetjape

3

Tamarindus indica

1

Eryth rina sp.

2

Dysoxylum sp.

3

Cocos nucifera

2

Knema cinerea

1

1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
1.

Sauraria leprosa

1

1.

2

3
4
5
6
7
8

9
0

PEMBAHASAN
Analisis Vegetasi Tumbuhan di Hutan Sesaot
Pada Tabel 1 indeks nilai penting (INP) yang ada pada vegetasi tumbuhan
di Taman Hutan Raya (TAHURA) Sesaot, Kabupaten Lombok Barat

menunjukkan INP yang beragam dari INP pohon yang ada di ketiga kawasan
tersebut, seperti pada kawasan hutan primer memiliki INP paling tinggi dengan
nilai 43.18 % yaitu pada pohon Syzigium boerloger, Toona sureni dengan INP
38.95%, Knema cinera dengan INP 34.77%. Indeks nilai penting yang kedua
adalah di hutan tanaman yaitu pada pohon Swietenia mahagoni dengan INP
48.45%, INP kedua dengan jumlah 35.35% yaitu pada pohon geresek*, dan yang
ketiga pada pohon Enterolobium cyclocarpum dengan INP 22.24%. Kawasan
yang ketiga pada kebun buah INP tertinggi pada pohon Durio zibethinus yaitu
34.08 %, Nephelium lappaceum dengan INP 29.59% dan yang ketiga pada
Theobroma cacao dengan INP 24.49%. pohon yang tumbuh pada hutan primer
memiliki jenis yang lebih sedikit dibandingkan dengan hutan tanaman dan kebun
buah, hutan primer ini banyak ditumbuhi oleh jenis-jenis pohon lokal.
Indeks nilai penting untuk jenis tiang yang paling banyak adalah di hutan
primer yaitu dengan INP 53.90% dengan tiangCalophyllum inophyllum, Laportea
stimulans dengan INP 49.80%, dan Knema cineradengan INP 45.08%. Kawasan
hutan tanaman untuk INP jenis tiang tidak sama dengan di kebun buah yaitu pada
hutan tanaman dengan INP 56.13% dengan tiangAdenanthera pavonina, INP
33.06% dengan pohon Aglaia sp, dan pohon Artocarpus integra dengan INP
28.45%, sedangkan pada kebun buah dengan INP tertinggi 45.22% dengan pohon
Nephelium lappaceum,tiang dengan jenis Annona muricata 33.45% dan Lansium
domisticum dengan INP yaitu 27.77%.
Indeks nilai penting dari pancang yaitu di hutan tanaman dengan INP
tertinggi 67.42% pada pohon Citrus sp, kemudian pohon Syzygium aqueum
dengan INP 55.30 % dan Psidium guajava dengan INP 43.18%. kawasan kebun
buah memiliki INP tertinggi 58.93% pada jenis pancang Syzygium malaccensis,
Psidium guajava dengan INP 46.43% dan Annona muricata dengan INP 40.18%,
dan kawasan hutan primer memiliki INP tertinggi pada jenis pancang Sauraria sp
yaitu 48.16%, kemudian Syzigium racemosa dengan INP 46.43% dan Villebrunea
sp dengan INP 40.18%
Indeks nilai penting dari semai yang tertinggi pada kawasan kebun buah
yaitu dengan INP 72.43% pada semai jenis Callophylum inophyllum, yang kedua
pada semai jenis Lansium domisticum dengan INP 53.08% dan Baccaurea dulcis
dengan INP 49.85%, dan Cycas rumphiidengan INP 24.63%. Kawasan hutan
tanaman paling tinggi adalah jenis ranting bengku*, kedua pada Baccaurea dulcis
dengan INP 61.67% dan yang terendah sama seperti pada kebun buah yaitu
Cycass rumphii dengan INP 35.00%, sedangkan pada hutan primer sebaliknya
dengan kedua kawasan tersebut yaitu tertinggi pada Cycass rumphii dengan INP
52.94% dan yang paling terkecil adalah Calophyllum inophyllum dengan INP
26.47%.
Kondisi umum dari Tahura ini khususnya pada kawasan hutan tanaman
dan kebun buah sebagian besar ditumbuhi oleh tanaman-tanaman yang hasilnya
dimanfaatkan oleh masyarakat. Jenis-jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan
adalah seperti kopi, durian, coklat, mahoni, albizia, dan sonokling, jenis tanamantanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Sesaot sebagai mata pencarian,
mislakan tanaman kopi, durian dan coklat untuk di jual.
Arti penting dari kawasan-kawasan ini adalah tidak hanya untuk
kehidupan ekonomi masyarakat yang berada di empat desa yang mengitarinya,
akan tetapi merupakan daerah perlengkapan air baik untuk air minum terlebih

untuk air irigasi. Terdapat kurang lebih 44 mata air di hutan tersebut yang
kemudian mengalir ke beberapa sungai seperti Kali Jangkok, Kali Kumbi, Kali
Tembiras, Kali Sesaot, Kali Betuang, dan Kali Binsuwe, dari sungai-sungai
tersebut dibangun sebuah bendungan yang berfungsi menapung dan mengarahkan
air yang berasal dari Hutan Sesaot menuju ke wilayah persawahan yang terdapat
di Lombok Tengah. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan swasembeda
pangan dengan mengubah jalur aliran air agar dapat lebih dioptimalkan
pemanfaatannya sebelum sampai ke laut.
Untuk memperoleh Indeks nilai penting perlu kita ketahui juga luas bidang
dasar (LBDS) dari vegetasi pohon tersebut.Pada Tabel 2 dapat dilihat luas bidang
dasar dari jenis pohon dan tiang memiliki luas bidang dasar yang berbeda-beda
yaitu luas bidang dasar pada pohon di hutan primer yaitu 60.98 m²/ha, luas bidang
dasar jenis pohon pada hutan tanaman yaitu 59.52 m²/ha, dan luas bidang dasar
untuk jenis pohon di kebun buah yaitu 69.27 m²/ha.Luas bidang dasar untuk jenis
tiang memiliki kemiripan yaitu pada kebun buah dengan LBDS 53.64 m²/ha, pada
hutan tanaman 48.14 m²/ha, dan 55.99 m²/ha di hhutan primer.
Luas bidang dasar (LBDS) untuk jenis pohon dapat dilihat gambar
grafiknya pada gambar 1 yaitu untuk pohon pada kawasan kebun buah grafiknya
paling tinggi, sedangkan untuk jenis tiang sebaliknya gambar grafiknya paling
tinggi pada hutan primer.
Tabel 3 untuk jumlah jenis vegetasi di hutan Sesaot adalah yang paling
tertinggi jumlah jenis pohonnya adalah di kebun buah yaitu 30 jenis, sedangkan
pada hutan tanaman dengan jumlah 29 jenis, dan di hutan primer dengan jumlah
jenis 22 pohon. Jenis tiang yang paling banyak yaitu pada hutan tanaman dengan
jumlah 15 jenis, di kebun buah dengan jumlah 13 jenis, dan sembilan jenis di
hutan primer. Jenis pancang dan semai pada hutan primer meiliki jumlah jenis
yang sama yaitu ada enam jenis, sedangkan kebun buah dan hutan tanaman
memiliki jenis pancang dyang sama yaitu lima jenis, begitu juga untuk hutan
tanaman dan kebun buah jenis semainya juga sama yaitu empat jenis.
Tabel 4 menunjukkan indeks keragaman menurut Shannon (H’)
menunjukan bahwa jumlah vegetasi pohon yang dimiliki oleh kawasan hutan
tanaman dan kawasan kebun buah memiliki kesamaan keragaman itu di karenakan
jumlah jenis pohon yang terdapat di kedua kawasan hutan tersebut hampir sama,
dengan H’ = 2.21 itu menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang.
Pada kawasan hutan primer indeks keragamannya menunjukkan bahwa jumlah
vegetasi pohon juga sama yaitu tingkat keragaman jenis pohon yang sedang yaitu
dengan H’= 2.05. Kemerataan (Eı) yang dimiliki oleh kawasan hutan tanaman dan
kebun buah adalah sama yaitu Eı = 0.57, begitu juga dengan indeks kekayaan dari
hutan tanaman dan kebun buah juga sama yaitu R = 45.86, sedangkan untuk hutan
primer kemerataan jenis pohonnya adalah 0.66 dan kekayaan jenis pohonnya
21.86.
Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai dari kerapatan semai, pancang, tiang, dan
pohon per hektar di masing-masing tipe hutan. Nilai kerapatan yang paling tinggi
adalah kerapatan pohon di kebun buah yaitu 261 ind/ha dan yang terendah di
hutan primer dengan 183 Ind/ha, sedangkan untuk jenis tiang, pancang dan semai
yang paling tertinggi adalah di hutan primer dengan kerapatan 866 Ind/ha untuk
tiang, 4533 ind/ha untuk pancang dan 28333 Ind/ha untuk jenis semai, dan
kerapatan untuk di hutan tanaman pada tiang dengan kerapatan 1366 Ind/ha,

pancang dengan kerapatan 4400 Ind/ha dan semai dengan kerapatan 25000 Ind/ha,
untuk kerapatan di kebun buah untuk jenis tiang dengn kerapatan 1000 Ind/ha,
untuk jenis pancang dengan kerapatan 4267 Ind/ha dan untuk jenis semai dengan
kerapatan 25833 Ind/ha.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kerapatan untuk tingkat semai paling
tinggi nilainya, kemudian pada tingkat pancang, dan tiang, sedangkan untuk
kerapatan pada tingkat pohon nilai grafiknya paling rendah.
Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan bahwa suhu lingkungan memengaruhi
persebaran lumut dan peningkatan elevasi akan menyebabkan penurunan dari
suhu lingkungan tersebut. Seiring dengan kenaikan elevasi 100 meter maka akan
menyebabkan penurunan suhu 0.4° - 0.7° C (Enroth 1990). Kawasan hutan primer
memiliki elevasi berkisar antara 563 – 600 mdpl, dan suhu di hutan primer
berkisar antara 23.2-23.4° C, sedangkan untuk kelembabannya berkisar antara 6263.5° C, dan kerapatan tajuk pada hutan primer adalah 40%. Kawasan hutan
tanaman suhunya berkisar antara 26-26.90°C, sedangkan kelembabannya berkisar
antara 51-51.2°C dan kerapatan tajuknya adalah 20%, dengan elevasi 350-360
mdpl . Kawasan kebun buah suhu dan kelembabannya hampir sama dengan hutan
tanaman yaitu suhu pada hutan kebun buah berkisar 27-27.2°C, sedangkan
kelembabannya berkisar antara50.5-51.5° C dan kerapatan tajuknya sama dengan
di hutan tanaman yaitu 20%, demgan elevasi 330-350 mdpl. Jadi dapat dilihat
semakin rapat penutupan tajuknya maka semakin rendah suhunya dan
kelembabannya semakin tinggi.Semakin sedikit kerapatan tajuknya maka suhunya
semakin tinggi dan kelembabannya semakin rendah.
Pada Tabel 8 untuk indeks kesamaan dari vegetasi pohon di hutan Sesaot
adalah pada hutan kebun buah dengan hutan primer memiliki indeks kesamaan
dengan jumlah 5.8%, untuk indeks kesamaan dari hutan primer dan hutan tanaman
adalah 40.6% dan indeks kesamaan untuk hutan kebun buah dan hutan tanaman
adalah 90.0%, jadi indeks kesamaan yang paling tinggi adalah antara kebun buah
dan hutan tanaman.Semakin mendekati nilai 100% keadaan tegakan yang
dibandingkan itu maka keadaan tegakannya memiliki kesamaan yang tinggi,
seperti dilihat pada indeks kesamaan yang dimiliki pada kawasan kebun buah dan
hutan tanaman.
Keanekaragaman Lumut yang Ada di Hutan Sesaot
Lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya
lebih tinggi dibandingkan dengan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada
penyesuaian terhadap lingkungan hidup di darat, gametagium dan sporangiumnya
multiseluler, dan perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio
(Anonim2008).
Menurut Tjitrosoepomo (2005) tumbuhan lumut masih tergolongkan
dalam tumbuhan talus dan belum digolongkan ke dalam tumbuhan
kormus.Tumbuhan ini sudah menunjukan diferensiasi yang tegas antara organ
penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun
sejati.Lumut juga belum memiliki pembuluh sejati, penyerap haranya adalah
rizoid dan daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis (Anonim 2008).
Divisi Bryophyta terdiri dari empat kelas yaitu Bryopsida (Musci),
Anthoceropsida (Anthoceroptae), Hepaticopsida (Hepaticae), Takakiopsida.
Hepaticopsida dikenal sebagai lumut hati.Gametofit lumut hati mempunyai

struktur morfologi bervariasi. Ada 2 tipe lumut hati yaitu lumut hati bertalus
(thallose liverwort) dan lumut hati berdaun (leafy liverwort). Lumut hati melekat
pada substrat denganrhizoid uniselluler (Hasan & Ariyanti 2004).
Pada kebanyakan lumut thalloid selain rhizoid juga dijumpai sisik-sisik.
Sporofit pada kelompok lumut ini hidupnya hanya sebentar, lunak dan tidak
berklorofil. Spora yang telah masak dikeluarkan dari kapsul dengan cara kapsul
pecah menjadi 4 bagian memanjang atau lebih (Gradstein 2003).
Anthoceropsida atau lumut tanduk mempunyai gametofit bertalus dengan
sporofit indeterminate dan berklorofil. Berbeda dengan bryophyta lainnya, selsel talus Anthocerpsida mempunyai satu kloroplas besar pada masing-masing
selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang dimulai dari bagian ujung kapsul
(Hasan dan Ariyanti 2004).
Pada Tabel 9 tercatat pada kawasan yang paling banyak ditemukan adalah
di kawasan hutan primer yaitu 32 jenis yang meliputi dua kelas yaitu kelas lumut
daun (Musci) dan lumut hati (Hepatice). Kawasan hutan tanaman dan kawasan
hutan kebun buah meliputi dua kelas yaitu lumut daun (Musci) dan lumut hati
(Hepatice), tapi untuk Lichen tidak ditemukan sampai tingkat jenis.
Jenis lumut yang ditemukan di kawasan kebun buah dan hutan tanaman
adalah hampir sama yaitu di hutan tanaman teridentifikasi ada 16 jenis,
sedangkan pada hutan kebun buah ada 15 jenis, itu bisa di karenakan oleh suhu ,
kelembaban di kedua tipe hutan itu hampir sama walaupun jumlah jenis pohon
yang di kebun buah dan hutan tanaman sama akantetapi jenis pohonnya yang
berbeda sehingga hal itu dapat menyebabkan lumut yang ada di kawasan hutan
tanaman lebih banyak dibandingkan dengan di hutan kebun buah. Peningkatan
kekayaan jenis lumut seiring dengan peningkatan elevasi juga berpengaruh,
pernah dilaporkan oleh Graidstein dan Culmse (2010), Akmal (2012), serta
Ariyanti dan Sulistijorini (2011), namun demikian ada juga penelitian lain yaitu
pada ketinggian lebih dari 2300 mdpl terjadi penurunan kekayaan jenis lumut
(Enroth 1990). Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan berbedanya jumlah
jenis lumut yang lebih banyak di hutan primer dengan elevasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan di hutan tanaman dan di hutan kebun buah yang elevasinya
lebih rendah.
Keanekaragaman jenis lumut di Indonesia masih belum banyak terungkap
sehingga hasil penelitian tentang keanekaragaman lumut juga masih
terbatas.Diketahui bahwa telah teridentifikasi lebih dari 200 jenis lumut yang
berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, baik yang termasuk dalam
kelompok lumut sejati (mosses), lumut hati maupun lumut tanduk. Berdasarkan
data yang diambil dari Universitas di Singapura total marga lumut sejati (mosses)
yang telah teridentifikasi di Indonesi yaitu sebanyak 247 marga. Sementara itu
keberadaan lumut sejati tersebut di TNGP terutama di jalur Cibodas Cibeureum
telah diteliti mempunyai jumlah 79 marga atau sepertiga dari seluruh jumlah
marga lumut sejati (mosses) yang berada di Indonesia (Hasan dan Ariyanti 2004).
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan
lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora
dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu.
Menurut Gradstein (2003) pada masa sekarang ini bryophyta dapat ditemukan di
semua habitat kecuali di laut. Dalam skala evolusi lumut berada diantara
ganggang hijau dan tumbuhan berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan

berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai
pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan
utama (Hasan dan Ariyanti 2004).
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena
lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan
makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada
substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan
berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti 2004). Tumbuhan berpembuluh,
di alam merupakan generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya
sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, sporofit lumut sangat tereduksi dan
selama perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin 1990).
Penyebaran lumut meliputi banyak tempat antara lain pada hutan hujan
tropis yang terdapat pada tiga benua yaitu Amerika, Asia, dan Afrika. Pada hutan
hujan topis di Asia ditemukan jenis-jenis lumut sbb:Mitthridium
(Calymperaceae), Dicranolomadan Braunfelsia (Dicranaceae), Macrothamnium
(Hylocomiaceae), Cyathophorela (Hyppoterygiaceae), Aerobryum (Meteoryceae),
Homaliondenrom (Neckeraceae), Pterobyella, Mphysodontella, Rchyloma
(Pterobryoideae), Acroporium, Trismegistia, Trachypodaceae (Graidstein dan
Pocs 1990).
Jenis lumut yang paling banyak muncul di pohon adalah jenis Lejeunea sp.
dengan famili Lejeuneaceae dan kelas Musci.Jenis lumut ini muncul di ketiga tipe
hutan yaitu tipe hutan primer, hutan tanaman dan kebun buah.Family
lejeuneaceae ini merupakan suku yang umumnya ditemukan di hutan alami
(Ariyanti et al. 2008); Gradstein dan Culmsee 2010; Ariyanti dan Sulistijorini
2011).F