Karakteristik Kromosom Ikan Manvis (Pterophyllum scalare)

KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS
(Pterophyllum scalare)

WESLY KURNIADI SIAGIAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

KARAKTERISTIK KROMOSOM IKAN MANVIS
(Pterophyllum scalare)

WESLY KURNIADI SIAGIAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sain pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Karakteristik
Kromosom
(Pterophyllum scalare)

Nama

: Wesly Kurniadi Siagian

NRP

: C151030161

Program Studi


: Ilmu Perairan

Ikan

Manvis

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir.Odang Carman, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Komar Sumantadinata, M.Sc
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Perairan

Dr. Chairul Muluk, M.Sc


Tanggal Ujian : 29 Desember 2005

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

Tanggal Lulus : 7 Maret 2006

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Kromosom Ikan
Manvis adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor, Februari 2006


Wesly Kurniadi Siagian
NRP. C151030161

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 April 1978 dari ayah S.
Siagian dan Ibu P.N. Napitupulu. Penulis merupakan anak ke enam dari delapan
bersaudara.
Tahun 1996 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Rantau Prapat dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk UNRI melalui jalur UMPTN. Penulis
memilih Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Managemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Penulis pernah bekerja pada Keramba Inti Rakyat di Danau Toba
Sumatera Utara pada tahun 2000. Kemudian diterima bekerja pada PT. Aquafarm
Nusantara Toba Grouwth Project Sumatera Utara dari tahun 2000 sampai dengan
2002.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kapada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih pada penelitian ini adalah “ Karakteristik Kromosom Ikan Manvis,

Pterophyllum scalare “.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc
dan Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan sumbangsih pikiran dan ide selama penelitian ini
berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lina selaku
laboran yang telah banyak membantu selama penelitian. Selain itu penulis
ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Februari 2006
Wesly Kurniadi Siagian

ABSTRAK
Wesly Kurniadi Siagian. Karakteristik Kromosom Ikan Manvis, Pterophyllum
scalare. Dibimbing oleh Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Komar
Sumantadinata, M.Sc.
Keragaman varietas ikan manvis cukup banyak, hal ini dapat dilihat dari
bentuk sirip dan pola warna yang ada pada tubuh. Untuk melihat keragaman suatu
spesies atau varietas dapat dilihat melalui aspek genetik, salah satunya melalui

pengamatan kromosom. Dalam penelitian ini difokuskan untuk membedakan keenam varietas ikan manvis berdasarkan karakteristik kromosomnya yang
selanjutnya dapat bermanfaat sebagai informasi dasar dalam membedakan keenam varietas pada ikan manvis yang diamati serta dalam merancang suatu
perbaikan mutu ikan manvis berdasarkan rekayasa tingkat kromosom.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2005,
bertempat di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Departemen
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan IPB, Bogor. Sampel yang digunakan terdiri
dari enam varietas ikan manvis (golden marble, white slayer,zebra, black angel,
black slayer dan zebra slayer), yang diperoleh dari Laboratorium Teaching Farm
Fakultas Perikanan IPB, Bogor dan importir ikan hias yang ada di Kotamadya
Bogor. Pembuatan preparat kromosom menggunakan teknik jaringan padat
dengan mengambil jaringan insang dan sirip.
Hasil penenlitian yang didapat menjelaskan bahwa ada beberapa
persamaan dan perbedaan dari ke-enam varietas ikan manvis yang diamati. Ikan
manvis varietas golden marble, white slayer dan black slayer memiliki jumlah
kromosom yang sama yaitu 2n = 48 ; manvis black angel, zebra dan zebra slayer
memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu 2n = 46. Selanjutnya susunan
karyotipe untuk masing-masing varietas adalah berbeda, datanya adalah sebagai
berikut: manvis golden marble (2M + 14SM + 8ST + 24T), white slayer (2M +
7SM + 10ST + 29T), black slayer (2M + 9SM + 6ST + 31T), zebra (2M + 7SM +
8ST + 29T), black angel (2M + 13SM + 6ST + 25T) dan zebra slayer (2M +

17SM + 6ST + 21T). Berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil bahwa ke-enam
varietas yang diamati tidak berbeda nyata atau masih memiliki hubungan
kekerabatan yang dekat. Untuk ikan manvis jantan diduga kromosom kelaminnya
bersifat heterogametik.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ...............................................................................
Perumusan dan Pendekatan Masalah .............................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Manvis ....................................................................................
Genotipe Manvis ............................................................................
Kromosom ......................................................................................
Pewarisan Kromosom ....................................................................
Mutasi Kromosom..........................................................................

4
5
7
11
13


BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian .........................................................
Alat dan Bahan ...............................................................................
Prosedur Penelitian.........................................................................
Pemeliharaan Ikan Uji ..............................................................
Perendaman Ikan uji dengan kolkisin ......................................
Pembuatan Preparat..................................................................
Pewarnaan Preparat ..................................................................
Analisa Data ...................................................................................

15
15
15
15
16
16
17
17


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Manvis Golden Marble ............................................................
Manvis White Slayer ................................................................
Manvis Zebra ...........................................................................
Manvis Black Angel .................................................................
Manvis Black Slayer ................................................................
Manvis Zebra Slayer ................................................................
Pembahasan ....................................................................................
SIMPULAN

19
22
24
26
29
31
34

......................................................................................


41

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

42

LAMPIRAN

45

......................................................................................

v

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Genotipe beberapa jenis ikan manvis ......................................................

6

2. Klasifikasi kromosom berdasarkan posisi sentromer ..............................

8

3. Gen ikan manvis yang mengalami mutasi menurut karakteristik grup ...

14

4. Beberapa jenis sirip yang mengalami mutasi ..........................................

14

5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble ......................

19

6. Karakteristik kromosom ikan manvis golden marble .............................

20

7. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis white slayer ..........................

22

8. Karakteristik kromosom ikan manvis white slayer ................................

23

9. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis zebra ....................................

24

10. Karakteristik kromosom ikan manvis zebra ...........................................

25

11. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis black angel ...........................

27

12. Karakteristik kromosom ikan manvis black angel ..................................

27

13. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis black slayer ..........................

29

14. Karakteristik kromosom ikan manvis black slayer .................................

30

15. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis zebra slayer ..........................

32

16. Karakteristik kromosom ikan manvis zebra slayer .................................

32

17. Perbandingan karyotipe ikan manvis jenis golden marble, white slayer,
black slayer, black angel, zebra dan zebra slayer ..................................

35

vi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagian-bagian dari kromosom ...............................................................

8

2. Bentuk kromosom berdasarkan posisi sentromer ..................................

9

3. Tahapan-tahapan perkembangan pembelahan kromosom .....................

12

4. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis golden marble

21

5. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis white slayer ...

21

6. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis zebra ..............

26

7. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis black angel ....

28

8. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis black slayer ...

31

9. Sebaran kromosom dan susunan karyotipe ikan manvis zebra slayer
10. Dendogram similiarity masing-masing varietas ikan manvis
berdasarkan analisis Cluster ..................................................................

33

34

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Beberapa jenis ikan manvis hasil proses mutasi .................................

46

2. Beberapa jenis ikan manvis yang bermutasi pada sirip .....................

47

3. Sampel ikan manvis yang diamati kromosomnya...............................

47

4. Uji perbandingan kromosom berdasarkan nilai Numeric Value
Centromer (NVC) ...............................................................................

48

5. Gambaran histologi gonad ikan manvis yang diamati ........................

49

viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keberadaan ratusan jenis ikan hias di Indonesia bukanlah merupakan ikan
asli alam Indonesia (endemik), dimana sebagian besar ikan-ikan hias tersebut
merupakan hasil introduksi dari luar negeri yang didatangkan oleh para importir
dan kemudian dikembangbiakkan dengan sangat banyak di Indonesia. Seiring
dengan permintaan akan ikan hias oleh para penggemar ikan hias mendorong para
petani budidaya ikan hias untuk mempoduksi ikan dalam jumlah banyak dan
dengan mutu yang baik pula.
Ikan manvis (angel fish) merupakan salah satu jenis ikan hias yang
didatangkan dari luar negeri dan telah mampu untuk dikembangbiakkan di
Indonesia. Jenis ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang banyak
digemari oleh penggemar ikan hias baik di dalam maupun di luar negeri.
Jenis ikan manvis yang ada di Indonesia sudah cukup beragam, ini
merupakan hasil pengembangan oleh pelaku budidaya ikan hias melalui
persilangan dari varietas yang ada. Keragaman varietas ikan manvis ini dapat
dilihat dari perbedaan mofologi (fenotipe). Perbedaan morfologi ini dengan jelas
terlihat pada bentuk sirip dan pola warna tubuh.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai keragaman jenis suatu spesies
dapat dilihat melalui aspek genetisnya, salah satunya melalui pengamatan
kromosom (Yatim, 1983). Informasi tentang sifat dasar genetik suatu spesies ikan
sangat dibutuhkan dalam upaya menunjang perbaikan genetik serta untuk kegiatan
identifikasi ikan secara jelas. Selain itu melalui informasi mengenai karakteristik
kromosom suatu spesies ikan dapat dipakai untuk menganalisa perubahan genetik
yang terjadi pada suatu spesies atau lebih jauh pada tingkat populasi.

1

Perumusan dan Pendekatan Masalah
Informasi mengenai identifikasi suatu spesies secara utuh dan lengkap
diperlukan dalam menganalisa potensi suatu spesies serta dapat digunakan sebagai
dasar pembanding dengan spesies lainnya. Dalam mengidentifikasi suatu spesies
ikan, dapat dilakukan dengan melihat karakter fenotipe (morfologi) maupun
secara genotipe.
Untuk identifikasi berdasarkan karakter fenotipe kurang lengkap dalam
menentukan sifat suatu spesies secara utuh sehingga diperlukan adanya
pengamatan karakter genotipe berdasarkan gen-nya. Langkah awal untuk
pengamatan tersebut dilakukan dengan menganalisa karakteristik kromosom
spesies ikan tersebut. Analisa dengan pengamatan kromosom ini lebih mudah
dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan teknik
PCR atau melalui analisa biokimia (Hartono, 2003). Selain itu melalui
pengamatan karakteristik kromosom ini kita dapat membedakan genotipe hasil
persilangan, sitogenetik yang meliputi: evolusi, sistematika, mutagenesis,
penentuan jenis kelamin (Kligerman dan Bloom, 1977 ; Eldridge, 1985 ; Gold dan
Amemiya, 1987), penyebab terjadinya penyakit, untuk mengetahui hubungan
kekerabatan suatu spesies (Yatim, 1983) dan untuk mengidentifikasi tingkat ploidi
suatu organisme (Carman, 1990 ; Liu et al., 1999).
Selanjutnya analisa karakteristik kromosom ini dapat bermanfaat di dalam
menganalisa hubungan kekerabatan suatu spesies, semakin jauh hubungan
kekerabatan suatu organisme maka semakin besar pula perbedaan di dalam
jumlah, bentuk dan susunan kromosomnya (Denton, 1973 ; Yatim, 1983 ; Gold
dan Amemiya, 1987 ; Thiriot-Quievreux et al., 1987). Sehingga dengan adanya
informasi mengenai karakteristik kromosom ini dapat disusun suatu strategi dalam
usaha perbaikan mutu genetik suatu spesies ikan, strategi yang dapat ditempuh
untuk usaha perbaikan tersebut adalah ditentukan oleh hubungan kekerabatan
yaitu dengan membandingkan karakteristik kromosomnya.
2

Informasi mengenai karakteristik kromosom pada ikan-ikan hias di
Indonesia, khususnya ikan manvis belum pernah dilakukan. Oleh karena itu
penelitian ini sangat berguna dan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi varietas
ikan manvis yang ada di Indonesia sehingga dimasa mendatang dapat dirancang
suatu kegiatan perbaikan mutu genetik ikan manvis yang lebih efektif dan efesien.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kromosom enam
varietas ikan manvis sebagai informasi dasar dalam proses identifikasi
karakteristik varietas pada ikan manvis. Selanjutnya manfaat hasil penelitian ini
dapat digunakan dalam merancang perbaikan mutu ikan manvis berdasarkan
rekayasa pada tingkat kromosom.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Manvis
Menurut McDonald (1996) dan Verhoef-Verhallam (2000), Ikan manvis
atau ikan bidadari (angel fish) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ordo

: Perciformes

Famili

: Cichilidae (Cichlid)

Genus

: Pterophyllum

Spesies

: Pterophyllum scalare
Pterophyllum altum

Varietas

: Spotted scalare, Veiltailed scalare, Original form with
fry, Black spotted, Golden, Marbel, Albino.

Selanjutnya dijelaskan bahwa ikan manvis berasal dari perairan Amerika
Selatan, khususnya di sungai Amazon, Ocho Rios dan sungai Rio Negro yang
terkenal memiliki banyak vegetasi tanaman air (McDonald, 1996); memiliki
panjang tubuh kurang lebih 25 cm, bersifat aktif dan kadang-kadang bersifat
kanibal, hidup pada kisaran suhu 24 – 28 oC dengan pH air 6 – 6.5, meletakkan
telurnya pada substrat dan memeliharanya (parental care) serta bersifat omnivora
(Verhoef-Verhallam, 2000).
Ikan manvis pertama kali dicoba dibudidayakan sejak tahun 1950, yaitu
menggunakan jenis wild-type (silver) selanjutnya jenis ini mengalami mutasi pada
pigmen warna yang mengakibatkan muncul corak warna baru seperti: black lace,
black ghost, blushing, smokey, marble, chocolate, zebra dan beberapa warna emas
(Norton 1982a). Mutasi pigmen warna ini pertama kali diketahui pada ikan
manvis black lace pada tahun 1955, dimana jenisnya mirip dengan wild-type
tetapi memiliki intensitas warna hitam yang lebih banyak. Selanjutnya didapatkan
jenis-jenis baru lainnya (white ghost, 1961; blushing, 1965; marble, 1969;
smokey, 1971; zebra, sekitar tahun 1970-an, chocolate, 1973), seperti yang
terlihat pada Lampiran 1 (Norton, 1982a).
Warna hitam pada ikan manvis bersifat incomplete dominant dimana
warna hitam yang bersifat single dose dapat dilihat pada ikan manvis black lace
sedangkan pada ikan black angle warna hitam yang dihasilkan bersifat double

dose (Norton, 1971 dalam Norton, 1982a). Selanjutnya pada ikan manvis marble,
warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh warna hitam dan putih. Dari perpaduan
warna tersebut akan muncul dua jenis karakter yang penting yaitu: marble dengan
corak hitam yang lebih sedikit dan marble dengan corak hitam yang banyak
(Norton, 1982b).
Stripeless (corak bergaris) pada ikan mavis juga bersifat incomplete
dominant, pada ikan manvis ghost bersifat single dose (pada tubuh tidak dijumpai
adanya corak garis melintang) dan pada ikan manvis blushing, stripless yang
muncul adalah double dose (Norton, 1982b).
Warna asli pada ikan manvis marble adalah warna gray (abu-abu) dan
hitam (bersifat heterozigot), sedangkan pada ikan manvis marble yang bersifat
homozigot warna hitam akan lebih dominan menutupi permukaan tubuh
dibandingkan dengan warna putih (persentase warna hitam muncul lebih sedikit).
Selanjutnya dijelaskan bahwa ikan manvis marbel yang bersifat homozigot
tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan jenis heterozigot (Norton, 1982a).
Di Indonesia sendiri perkembangan budidaya ikan manvis sudah cukup
berkembang, ini terbukti dengan banyaknya jenis atau corak warna yang
dihasilkan. Corak warna yang ada tersebut merupakan hasil persilangan dari jenis
manvis yang ada. Menurut (Daelami, 2001) jenis ikan manvis yang umum
digunakan pada persilangan tersebut adalah:
1. Veiltail scalare : manvis yang mempunyai sirip yang sangat panjang
2. Black sclare: berwarna hitam mulus
3. Marble (pualam) : mempunyai corak bernoda-noda yang tidak teratur
di atas dasar keperakan
4. Manvis albino (bulai)
Genotipe Manvis
Genotipe adalah bentuk atau susunan genetis (gen) suatu karakter yang
dikandung suatu individu. Karakter genotipe ini dapat kita lihat atau tercermin
melalui karakter fenotipe (Yatim, 1983). Interaksi antara genotipe maupun
fenotipe dipengaruhi oleh: sifat suatu lokus dan interaksi alel antar lokus (Jusuf,
2001). Lokus adalah suatu istilah yang menunjukkan posisi gen pada kromosom

yang mengendalikan suatu sifat tertentu, sedangkan alel adalah istilah digunakan
untuk menunjukan perbedaan gen yang berada pada satu lokus.
Norton (1982b) mengemukakan bahwa warna pada ikan manvis
dipengaruhi oleh gen-gen yang terdapat pada empat loci, dimana diketahui bahwa
ada tujuh buah gen yang bersifat mutan, yaitu:
a) Locus #1: Hongkong gold (hg), bersifat resesif terhadap wild-type
b) Locus #2: Smokey (Sm), bersifat dominan terhadap wild-type
c) Locus #3: Stripeless (S), dominan terhadap wild-type; Zebra (Sze)
dominan terhadap jenis wild-type
d) Locus #4: Dark (D), dominan terhadap jenis wild-type; marble (Dm),
dominan terhadap wild-type; new gold (dng), resesif terhadap jenis wildtype.
e) Locus #5: Half-black (h), resesif terhadap jenis wild type
f) Locus #6: Pearl (p), resesif terhadap jenis wild type
g) Locus #7: Streaked/corak garis (St), dominan oleh modifikasi warna hitam
Selanjutnya dijelaskan bahwa genotipe pada ikan manvis marbel terbagi atas tiga
jenis, yaitu: 1. Two dose of marble (Dm/Dm)
2. One dose of marble (Dm/d+)
3. One dose of marble dan one doses of new gold (Dm/dng).
Genotipe dari beberapa jenis ikan manvis menurut Norton (1982a) dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Genotipe beberapa jenis ikan manvis
Jenis Ikan Manvis
Hongkong gold
Smokey
Chocolate
Stripeless (ghost)
Blushing
Zebra
Zebra dengan satu stripe
True black
Black lace
Marble lace (Black)
New gold-dark (balck)
Light marble
Dark marble
Marble dengan jet black pattern
New gold
Zebra lace

Genotipe
hg/hg
Sm/sm+
Sm/Sm
S/s+
S/S
Sze/Sze atau Sze/s+
Sze/S
D/D
D/d+
D/Dm
D/dng
Dm/d+
Dm/Dm
Dm/Dng
dng/dng
Sze/- atau D/d+

Kromosom
Kromosom adalah materi genetik yang terdiri dari kumpulan gen,
berperanan penting dalam pewarisan sifat tetua kepada anakannya (Yatim, 1983;
Tave, 1986). Sedangkan gen adalah unit bahan genetis yang terdiri dari DNA
(deoxyribo nucleic acid). Kromosom terletak di dalam inti sel dan hanya dapat
dilihat pada saat sel sedang membelah, yaitu pada tingkat metafase (kromosom
terdiri atas 2 kromatid dan bersusun dibidang ekuator) (Yatim, 1983; Purdom,
1993). Seluruh organisme memiliki kromosom, akan tetapi untuk organisme
prokaryot memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kromosom yang
dimiliki organisme eukaryot serta untuk setiap spesiesnya memiliki kromosom
yang khas. Kekhasan ini meliputi ukuran, bentuk dan jumlah dari kromosom yang
dimilikinya (Eldridge, 1985; Purdom, 1993).
Jumlah kromosom di dalam sel tubuh secara normal terdapat dua set
kromosom, satu set berasal dari telur dan satu set lagi berasal dari sperma
sehingga sering digambarkan sebagai dipolid (2n) (Purdom, 1993). Selanjutnya
kromosom itu sendiri terdiri atas 2 bagian, yaitu: sentromer (kinetochore) dan
lengan. Sentromer merupakan bagian kepala kromosom, ketika terjadi
pembelahan kromosom menggantung pada serat gelondong di sentromer sehingga
bagian ini tidak mengandung kromonema dan gen. Sedangkan lengan ialah badan
kromosom itu sendiri yang mengandung kromonema dan gen, selanjutnya lengan
itu sendiri memiliki tiga bagian, yaitu: selaput (lapisan tipis yang meliputi badang
kromosom), kandung (matrix; bagian yang mengisi seluruh lengan yang terdiri
dari cairan bening) dan kromonema (Yatim, 1983), seperti yang terlihat pada
Gambar 1A.
Melihat pada perbedaan banyaknya menghisap zat warna, kromatin
(kromosom yang sedang giat membelah) dibagi atas 2 daerah, yaitu:
heterokromatin dan eukromatin. Heterokromatin yaitu daerah yang relatif lebih
banyak dan lebih mudah menghisap zat warna dan banyak mengandung gen-gen
yang tidak aktif (gen-gen tidur), sedangkan eukromatin ialah daerah kromatin
yang terang dan mengandung gen-gen aktif. Selanjutnya bahwa eukromatin
sewaktu-waktu dapat berubah menjadi heterokromatin pada saat gen-gennya
sedang tidur atau tidak sedang aktif (Yatim, 1983), yang dapat dilihat pada
Gambar 1B.

A

B

Gambar 1. Bagian-bagian dari kromosom (Yatim ,1983 dan Purdom ,1993)
Bagian yang menentukan bentuk dari kromosom adalah sentromer, yang
merupakan bagian yang menyempit dan menjadi gelondongan pembelahan pada
kromosom. Jumlah sentromer pada setiap kromosom bisa berbeda, yaitu: bisa satu
(monosentrik) dan dua buah atau lebih (polisentrik). Berdasarkan posisi
sentromer, bentuk kromosom dibagi atas tiga bagian yaitu: metasentrik (bentuk
V), akrosentrik (bentuk J atau L) dan telosentrik (bentuk batang atau I).
Sedangkan berdasarkan kepada panjang lengannya maka kromosom dibagi atas
empat macam, yaitu: metasentrik, sub-metasentrik, akrosentrik dan telosentrik
(Yatim, 1983; Eldridge, 1985; Jusuf, 2001). Selanjutnya dari panjang dan posisi
sentromer ini dapat dihitung nilai kromosom yaitu: indeks sentromer, rasio lengan
dan panjang relatif kromosom (McGregor dan Varly, 1983), dapat dilihat pada
Gambar 2.
Penentuan tipe kromosom beradasarkan nilai selang indeks sentromer
dapat dilihat pada Tabel 2. Indeks sentromer adalah rasio dari lengan yang lebih
pendek dengan panjang total kromosom (McGregor dan Varley, 1983)
Tabel 2. Klasifikasi kromosom berdasarkan posisi sentromer (McGregor dan
Valley ,1983)

Posisi
sentromer
Median
Sub-median
Sub-median
Sub-terminal
Sub-terminal

Terminologi
alternative
Metasentrik
Sub metasentrik (Lebih metasentrik)
Sub metasentrik (kurang metasentrik)
Akrosentrik
Akrosentrik

Simbol
M
SM
SM
ST
T

Selang indeks
sentromer (%)
46 – 49
36 – 45
26 – 35
16 – 25
>15

Gambar 2.Bentuk kromosom berdasarkan posisi sentromer (Eldridge, 1985)
Jumlah kromosom untuk beberapa spesies mungkin sama, akan tetapi bila
dilihat dari bentuk, ukuran dan komposisinya adalah berbeda. Makin jauh
hubungan kekerabatan suatu organisme maka semakin besar kemungkinan
perbedaan jumlah, bentuk serta susunan kromosomnya (Yatim, 1983; Sharma dan
Sharma, 1983; Lesley, 1963). Penelitian tentang sitogenetik pada beberapa jenis
ikan diketahui bahwa ada beberapa spesies yang sama memiliki jumlah set
kromosom yang berbeda seperti pada ikan rainbow trout dimana jumlah
kromosom berkisar antara 2n = 58 – 63 (Colihueque et al., 2000), pada spesies
crab 2n = 146 – 148 (Lee et al., 2004). Selanjutnya untuk melihat gambaran
lengkap dari kromosom yang disusun secara teratur menurut pasanganpasangannya pada suatu karyotipe dapat dilihat pada saat kromosom mengalami
metafase (Eldridge, 1985).
Untuk mengetahui dan mendapatkan bentuk, ukuran serta susunan
kromosom dilakukan dengan membuat preparat kromosom terlebih dahulu.
Pembuatan preparat kromosom ini secara umum dilakukan melalui dua cara,
yaitu: 1)membuat preparat kromosom dengan langsung mengambil organ-organ
dari tubuh ikan (teknik jaringan padat) dan 2) melalui kultur jaringan atau kultur
sel (Carman, 1990). Untuk cara yang pertama ini memiliki keunggulan, dimana
ini relatif mudah dan murah dilakukan, sedangkan cara kedua lebih susah
pengerjaannya dan memerlukan biaya yang relatif lebih mahal akan tetapi untuk
mendapatkan kromosom pada saat metafase lebih baik hasilnya. Adapun langkahlangkah dalam pengamatan kromosom pada cara pertama adalah: perlakuan
perendaman dengan kolkisin, perlakuan hipotonik, fiksasi jaringan, pewarnaan
dan pengamatan mikroskopis (Cook, 1978). Pada perlakuan perendaman dengan
kolkisin adalah untuk menghentikan pembelahan sel saat metafase karena pada
tahap ini kromosom berkontraksi maksimum dan tampak lebih jelas. Agar sel
membesar dan kromosom menyebar letaknya maka dapat dilanjutkan melalui

perlakuan perendaman di dalam larutan hipotonik (Denton, 1973; Sharma, 1976).
Proses selanjutnya adalah fiksasi, yaitu proses untuk menjaga bentuk dan
keutuhan dari kromosom (Sharma, 1976).
Pewarnaan dilakukan agar kromosom tampak lebih jelas atau lebih mudah
terlihat di bawah mikroskop. Pewarnaan umum yang digunakan pada pengamatan
kromosom adalah giemsa, dimana kromosom akan berwarna ungu. Sedangkan
untuk menghasilkan tampilan kromosom yang berbeda-beda, maka dapat
dilakukan beberapa teknik pewarnaan yang merupakan modifikasi dari prosedur
pewarnaan giemsa yang lebih dikenal dengan nama teknik banding (Sharma,
1976). Beberapa teknik banding kromosom tersebut adalah: C-banding, Gbanding, Q-banding, dan R-banding (McGregor dan Varley, 1983).
C-banding

adalah

teknik

pewarnaan

pada

daerah

sentromer

heterokromatin, yaknik bagian tertentu pada DNA constitutive heterochromatin
ditandai dengan warna yang lebih gelap pada kromosom selama interfase dan
propase; sedangkan pada saat metafase akan tampak lebih terang dan lebih jelas
(Eldridge, 1985). Untuk pewarnaan kromosom kelamin dalam hal ini kromosom
Y, dengan teknik C-banding akan tampak lebih jelas terlihat apabila dibandingkan
dengan kromosom X (Eldridge, 1985). Teknik C-banding pertama kali
diperkenalkan oleh Pardue dan Gall pada tahun 1970, yang mengamati kromosom
tikus dengan menggunakan sodium hidroksida (NaOH) (Eldridge, 1985).
Teknik G-banding adalah teknik pewarnaan yang lebih detail apabila
dibandingkan dengan teknik C-banding, dimana pada teknik G-banding biasanya
kromosom diberi perlakuan awal dengan tripsin, urea dan protease (Seabright,
1971). Dengan menggunakan teknik G-banding ini maka band yang terbentuk
akan tampak lebih permanen dan preparat dapat disimpan untuk jangka waktu
yang lebih lama dan memberikan hasil yang sama baiknya apabila difoto langsung
atau disimpan dalam kurung waktu yang lama (Eldridge, 1985). Selanjutnya
apabila ditambahkan perlakuan Q dan R-banding secara bersama-sama akan
memberikan hasil yang lebih menyakinkan tentang struktur kromosom terutama
pada saat penyusunan karyotipe.
Prosedur teknik Q-banding pertama kali diperkenalkan oleh Caspersson et
al. (1970), yaitu mengembangkan bahan pengalkil yang secara khusus mengikat

atom N7 residuguanin dan berpotensial digunakan untuk mendeteksi perbedaan
komposisi dasar dari DNA selama metafase dalam mitosis. Selanjutnya dijelaskan
bahwa bahan ini dapat berpasangan dengan fluorochrom sehingga perbedaan
komposisi dasar dari kromosom dapat dideteksi dengan memeriksa pola
pendarnya. Teknik R-banding merupakan kebalikan dari teknik G-banding dalam
hal menampilkan warna kromosom, yaitu warna terang dalam G-banding dan
warna gelap pada R-banding (McGregor dan Varley, 1983).
Pada pembuatan kromosom, sampel yang akan digunakan sebaiknya
berasal dari jaringan atau sel yang aktif membelah, seperti: ginjal, insang, sirip;
sedangkan untuk sel yang tidak aktif membelah dapat dilakukan dengan
mengkultur jaringan tersebut secara in vitro untuk merangsang agar sel tersebut
lebih sering membelah, seperti kultur darah (Sharma, 1976). Selanjutnya
keberhasilan teknik kultur darah ini sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya
kontaminan di dalam kultur tersebut. Kontaminan tersebut dapat berupa bakteri,
jamur, mikroplasma dan virus yang berasal dari jaringan atau sel kultur
(McGarrity, 1994).
Kromosom yang menyebar dengan baik, lengkap dan jelas bentuknya
difoto dan hasil foto tersebut kemudian digunting menurut bentuk dan ukuran,
selanjutnya disusun berdasarkan ke-homologkannya (Eldridge, 1985). Dalam
membandingkan karyotipe dari suatu spesies yang berbeda, ada beberapa kriteria
yang diamati, yaitu: variasi ukuran kromosom, variasi posisi sentromer, variasi
ukuran relatif kromosom, variasi jumlah dasar kromosom (basic number), indeks
sentromer (centromer indeks), rasio lengan (arm ratio) dan panjang relatif
kromosom (relative length) (Eldridge, 1985). Berdasarkan hal di atas diketahui
bahwa jumlah kromosom pada ikan manvis adalah 2n = 48, dengan susunan
karyotipe-nya 4M SM + 44ST T serta AN = 52 (Fuji dan Ojima, 1983)
Pewarisan Kromosom
Sistem pewarisan kromosom pada eukaryot lebih rumit dibandingkan
dengan sistem yang dimiliki bakteri, pada bakteri setiap pembelahan sel akan
menghasilkan sel baru yang sekaligus menjadi organisme baru sedangkan
organisme tingkat tinggi (eukaryot) perbanyakan berjalan melalui sistem yang
lebih kompleks yaitu dapat terjadi secara akseksual atau seksual (Jusuf, 2001).

Jusuf (2001) menjelaskan bahwa di dalam pewarisan kromosom kepada
anakannya, terjadi dua sistem pembelahan sel yaitu: mitosis dan meiosis.
Pembelahan secara mitosis dapat berlangsung di semua organ dan jumlah
kromosom yang dihasilkan sama dengan jumlah kromosom semula, sedangkan
pembelahan meiosis hanya terjadi di jaringan organ seks dan berfungsi mereduksi
jumlah kromosom menjadi separuhnya (Gambar 3A dan B).

Mitosis

BMeiosis

Gambar 3. Tahapan-tahapan

perkembangan

pembelahan

kromosom

(Jusuf ,2001)

Yatim (1983) menyatakan bahwa di dalam pelaksanaan membawa sifat
keturunan kepada anakan, prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Gametogonium dalam gonad individu dewasa mengalami perbanyakan
membentuk gametosit.
2. Jumlah kromosom gametosit direduksi menjadi separuh, terbentuk
gamet.
3. Gamet jantan dan betina membuahi, terbentuk zigot

4. Zigot tumbuh menjadi embrio, sampai menjadi individu dewasa dan
gonadnya mampu menghasilkan gamet.
Mutasi Kromosom
Perubahan organisme terjadi akibat adanya perubahan bahan genetik yang
disebut dengan ’mutasi’. Mutasi pada tingkat kromosom secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: perubahan struktur atau penataan kembali kromosom,
dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur kromosom dipengaruhi oleh
adanya proses pindah silang kromosom, delesi, duplikasi, inversi, translokasi dan
pengaruh posisi terhadap ekspresi gen (Jusuf, 2001).
Papeschi (1987) menemukan bahwa mekanisme proses inversi dan
translokasi berperanan penting dalam proses evolusi kromosom, peristiwa ini
berpengaruh terhadap penambahan jumlah maupun morfologi kromosom itu
sendiri. Selanjutnya ditambahkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
proses inversi dengan ukuran dan jumlah kromosom dalam suatu tingkat spesies.
Mutasi tingkat gen secara umum tidak menyebabkan terbentuknya spesies
baru. Pembentukan spesies baru akan terjadi bila mutasi menyentuh sistem
reproduksi

yang

menyebabkan

munculnya

penghalang

biologis

untuk

terbentuknya hibrid antara spesies dengan mutan. Akumulasi dari berbagai mutasi
gen mungkin saja dapat memunculkan penghalang biologis, akan tetapi prosesnya
dalam waktu yang cukup lama dan terjadi isolasi geografi, yang biasa disebut
dengan spesiasi alopatri (Jusuf, 2001). Adapun faktor-faktor yang dapat
menyebabkan mutasi tersebut seperti bahan-bahan kimia, radiasi, perubahan
lingkungan dan faktor-faktor lainnya.
Pada ikan manvis tingkat kestabilan materi genetik terhadap adanya
perubahan faktor tekanan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya mutasi,
dimana gen yang sering mengalami mutasi adalah pada gen pembawa sifat warna.
Pengaruh tekanan lingkungan yang besar dapat menyebabkan terjadinya
perubahan di dalam menampilkan warna yang muncul seperti pada ikan manvis
gold, smokey, albino dan gold marble. Warna yang muncul pada jenis ikan
manvis ini dipengaruhi oleh spektrum cahaya. Akan tetapi untuk manvis zebra,
half-black dan pearscale pengaruh tekanan lingkungan berupa spektrum cahaya
tidak begitu berpengaruh (Rybicki, 2000). Perubahan yang terjadi pada gen

termutasi tersebut tercermin pada ekspresi fonotip (warna tubuh) yang pada
akhirnya menyebabkan munculnya varietas baru. Norton (1982a) menyebutkan
bahwa pemunculan jenis baru yang terjadi pada ikan manvis ini menghasilkan
beberapa varietas yang dibedakan atas pola warna pada tubuh. Selanjutnya
Melograna (2003) menambahkan bahwa penentuan varietas ikan manvis ini dibagi
atas tujuh bagian berdasarkan sebelas gen yang mengalami mutasi, seperti
dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Gen ikan manvis
grup
No
Karakteristik grup
1
Warna
2
Stripes (bergaris)
3
fintype (tipe sirip)
4
Half-black
5
Smokey
6
Pearscale
7
Albino

yang mengalami mutasi menurut karakteristik
Gen mutasi (simbol)
marble (M), black (B), gold (g), gold marble (gM)
stripeless (S), zebra (Z)
veiltail (V)
half-black (h)
smokey (Sm)
pearscale (p)
albino (a)

Selanjutnya Saunders dalam Angel West (2004) menyatakan bahwa sirip
pada ikan manvis juga telah mengalami adanya mutasi pada tingkat gen, dimana
gen-gen yang mengalami mutasi tersebut diberi beberapa simbol untuk
memudahkan identifikasi (Tabel 4). Beberapa contoh jenis ikan manvis yang
mengalami mutasi berdasarkan bentuk sirip dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4. Beberapa jenis sirip yang mengalami mutasi
Jenis sirip
Simbol
Standar
+/+
Veil
V/+
Super veil
V/V
Longfin
n/+
Longfin
n/n
Veil longfin
V/+ n/+
Combtail
V/+ n/n
Super veil longfin
V/V n/+
Super combtail
V/V n/n

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2005
bertempat di Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Alat dan Bahan
Sampel ikan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam varietas
ikan manvis yaitu: golden marble, white slayer, zebra, black angel, black slayer
dan zebra slayer (Lampiran 3). Jumlah sampel yang digunakan untuk tiap varietas
sebanyak 5 ekor, berumur kurang lebih 2,5 bulan diperoleh dari Laboratorium
Teaching Farm Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
dan importir ikan hias yang ada di Kotamadya Bogor.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat preparat kromosom adalah:
larutan kolkisin 0,007% w/v (C22H25NO6 ; Lot M9R3025, Nacalai Tesque.INC,
Kyoto.Japan), etanol (C2H5OH), kalium klorida (KCl), asam asetat glasial
(CH3COOH), giemsa 20% dan akuades.
Sedangkan alat yang digunakan selama penelitian adalah: botol sampel,
akuarium ukuran 15 x 10 x 15 cm lengkap dengan aerasinya, separangkat alat
bedah, objek gelas (cekung dan datar), pipet tetes, hot plate, timbangan digital,
kertas tissu, mikroskop binokuler dan kamera digital.

Prosedur Penelitian
Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan manvis yang berhasil dikumpulkan kemudian dipelihara di dalam
akuarium lengkap dengan aerasi selama lebih kurang 1 minggu dan diberi makan
pakan alami (cacing merah) sebanyak 2 kali sehari. Penyifonan air dilakukan
setiap hari dengan mengganti air sebanyak 100% setiap hari. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kualitas air media selama ikan dipelihara tetap terjaga dengan baik.

Perendaman Ikan Uji dengan Kolkisin dan Pengawetan Jaringan
Sebelum ikan direndam dalam larutan kolkisin terlebih dahulu ikan uji
dipuasakan selama 24 jam, hal ini dilakukan agar ikan tidak banyak mengeluarkan
feces serta untuk mengurangi stres selama perendaman di dalam kolkisin. Setelah
itu ikan direndam di dalam larutan kolkisin 0,007% w/v selama lebih kurang 6 – 9
jam. Selama perendaman ini ikan dibiarkan berenang dalam wadah dengan aerasi
yang baik dan setelah itu ikan dibunuh. Larutan kolkisin 0,007% w/v dibuat
dengan melarutkan 70 mg kolkisin dalam 1 liter air.
Ikan uji dibunuh dengan menusukkan jarum pada bagian hipothalamus,
selanjutnya diambil jaringan sirip dan insangnya. Jaringan tadi kemudian
dipotong-potong kecil dan selanjutnya direndam dalam larutan hipotonik (KCl
0,075 M) selama 60 menit pada suhu ruang. Selama perendaman, larutan
hipotonik ini diganti setiap 30 menit dengan volume lebih kurang 20 kali volume
jaringan. Larutan hipotonik 0,075 M dibuat dengan melarutkan 5,6 gram KCl
dalam 1 liter akuades.
Setelah direndam pada larutan hipotonik selama 60 menit, kemudian
dilanjutkan dengan merendam jaringan tersebut ke dalam larutan fiksatif (larutan
Carnoy) selama 60 menit (2 x 30 menit). Larutan Carnoy ini dibuat dengan
mencampurkan asam asetat glasial dan etanol (perbandingannya 1 : 3). Setelah
difiksasi dapat dilanjutkan pembuatan preparat langsung atau bila diperlukan
jaringan yang telah difiksasi tadi dapat disimpan dalam refrigerator selama 2 – 3
minggu.
Pembuatan Preparat
Jaringan yang telah difiksasi diambil menggunakan pinset dan selanjutnya
disentuhkan pada kertas tissue untuk menghilangkan larutan fiksatif. Kemudian
jaringan tersebut diletakkan di atas objek gelas cekung serta ditambahkan 3 – 4
tetes asam asetat 50%, selanjutnya digerak-gerakan secara perlahan-lahan
menggunakan tusuk gigi atau ujung pisau bedah agar sel lepas dari jaringan
pengikatnya. Sebelum objek glas digunakan terlebih dahulu objek gelas direndam
dalam larutan alkohol 70% selama lebih kurang 2 jam.
Hasil dari perlakuan tersebut akan menghasilkan suspensi. Suspensi yang
terbentuk ditandai dengan larutan menjadi keruh. Selanjutnya suspensi tadi

disedot menggunakan pipet tetes secara hati-hati sehingga tidak terbentuk
gelembung udara. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya penumpukan sel
sehingga kromosom lebih jelas terlihat.
Suspensi yang telah disedot tersebut kemudian diteteskan di atas objek
gelas yang ditempatkan di atas hot plate dengan kisaran suhu 45 – 50 oC, dan
selanjutnya diisap kembali setelah terbentuk lingkaran (ring) berdiameter 1 – 1,5
cm. Pada setiap objek gelas dibuat 3 hingga 4 buah lingkaran. Untuk objek glas
ini juga direndam terlebih dahulu di dalam larutan alkohol 70% untuk
menghilangkan hal-hal lain yang dapat merusak preparat. Setelah lingkaran
terbentuk selanjutnya objek gelas dikering-udarakan pada suhu ruang sebelum
dilakukan pewarnaan preparat.

Pewarnaan Preparat
Setelah preparat kering, selanjutnya diwarnai menggunakan larutan giemsa
20%, yaitu mencampurkan giemsa dan akuades dengan perbandingan 2 : 8.
Preparat tersebut direndam dalam larutan giemsa selama kurang lebih 30 menit
pada suhu ruang. Selanjutnya preparat dibilas menggunakan akuades, kemudian
objek gelas tersebut dikeringkan pada suhu ruang, kemudian preparat siap diamati
di bawah mikroskop dengan pembesaran 100, 400 dan 1000 kali untuk dihitung
jumlah kromosom serta diamati bentuk dan ukurannya. Seberan kromosom yang
baik dan jumlahnya lengkap kemudian difoto, hasilnya digunakan dalam
penyusunan karyotipe untuk masing-masing varietas ikan manvis.

Analisa Data
Variabel yang diukur pada penelitian ini antara lain: panjang kromosom,
panjang lengan (pendek dan panjang); sedangkan variabel yang dihitung antara
lain: rasio lengan (arm ratio), panjang relatif dan nilai Numeric value centromer
(NVC) (Levan et al., 1964; McGregor dan Varley, 1983).
Rasio lengan (arm ratio) didefinisikan sebagai lengan pendek dibagi
lengan panjang kromosom. Nilai yang dihasilkan selalu lebih besar dari satu.

Arm ratio =

Lengan pendek
Lengan panjang

Panjang relatif didefinisikan sebagai panjang kromosom dibagi dengan
total panjang seluruh kromosom dalam set haploid dan dikalikan 100 %.
Panjang kromosom
Panjang relatif =

Panjang kromosom dalam set haploid

X 100%

Setelah itu dilakukan perhitungan terhadap nilai numerik letak sentromer
(Numeric value of centromer =NVC). Hasil perhitungan NVC dijadikan dasar
dalam penentuan tipe kromosom dan penyusunan kariotipe masing-masing
varietas ikan manvis. Perhitungan nilai numerik letak sentromer berdasarkan
Levan et al. (1964):

NVC =

Lengan pendek
x 100%
Panjang kromosom

Untuk membandingkan kromosom dari masing-masing varietas ikan
manvis yang diamati dilakukan analisa secara statistik menggunakan software
Minitab maupun secara deskriptif terhadap kariotipe yang diperoleh serta data
lainnya. Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan data NVC pada
setiap varietas ikan manvis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil pengamatan dan pengukuran kromosom didapatkan hasil bahwa
ada beberapa persamaan dan perbedaan untuk masing-masing varietas ikan
manvis yang diamati. Data hasil pengamatan dan pengukurannya adalah sebagai
berikut.
Manvis Golden Marble
Dari hasil pengamatan kromosom ikan manvis golden marble diketahui
bahwa bentuk dan ukuran kromosom yang ditemukan dalam satu preparat cukup
beragam, demikian pula dengan jumlah kromosom dimana didapatkan ada
kromosom yang tidak lengkap (kurang dari modus) atau jumlah kromosom lebih
dari modus.
Untuk penyebaran kromosom didapatkan hasil yang relatif baik sehingga
pengamatan dapat dilakukan terhadap jumlah dan bentuk dari setiap kromosom.
Jumlah kromosom untuk setiap individu yang diteliti sangat beragam mulai dari
40 hingga 49. Dari 5 preparat yang diamati didapatkan 66 sel kromosom dengan
modus 48, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kromosom ikan manvis
golden marble adalah 2N = 48 (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis golden marble
No

Ikan

Preparat

1
A
A1
2
A
A2
3
B
B1
4
B
B2
5
B
B3
Total sel teramati

40
1
1
1
3

41
1
1
1
1
4

42
1
2
1
3
7

Jumlah kromosom/sel
43 44 45 46 47
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
2
0
9
5 10 2

48
3
5
4
6
5
23

49
1
1
1

50

3

0

Total
sel
12
13
13
14
14
66

Ukuran dan bentuk kromosom ikan manvis golden marble yang didapat
sangat bervariasi. Ukuran panjang kromosom terkecil sebesar 0,450 µm dan
kromosom terbesar yaitu 2,615 µm. Berdasarkan nilai panjang kromosom tersebut
maka ikan manvis goden marble memiliki dua jenis ukuran, yaitu: kromosom
besar dan kecil. Untuk kromosom yang panjang kromosomnya lebih dari 1µm
dikategorikan sebagai kromosom berukuran besar dan lebih kecil dari nilai
tersebut dikategorikan sebagai kromosom berukuran kecil (King dalam Titrawani,
1996).
Selanjutnya berdasarkan nilai NVC, bahwa ikan manvis golden marble
memiliki 23 pasang kromosom yang homolog (sebagai kromosom somatik) dan 1
pasang kromosom tidak homolog yang diduga sebagai kromosom kelamin. Dari
23 pasangan kromosom somatik tersebut diketahui terdiri dari 4 tipe, yaitu:

metasentrik, sub-metasentrik, sub-telosentrik dan telosentrik; sedangkan untuk
kromosom kelamin terdiri atas tipe kromosom sub-metasentrik (Tabel 6). Dari
data ukuran panjang setiap pasang kromosom disusun karyotipe berdasarkan
ukuran panjang kromosom mulai dari ukuran yang paling besar sampai yang
terkecil (Gambar 4B).
Dari hasil penyusunan kariotipe ikan manvis golden marble, berdasarkan
tipe-tipe kromosom seperti yang tersebut diatas, maka tipe metasentrik terdapat
pada pasangan kromosom no 3; tipe sub-metasentrik terdapat pada pasangan
kromosom no 1, 2, 4, 9, 11 dan 20; tipe sub-telosentrik terdapat pada pasangan
kromosom no 6, 7, 8 dan 16; tipe telosentrik terdapat pada pasangan kromosom
no 5, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 22 dan 23. Sehingga dari komposisi,
kromosom ikan manvis golden marble berdasarkan letak sentromernya terdiri
dari: 1 pasang metasentrik, 6 sub-metasentrik, 4 sub-telosentrik dan 12 telosentrik,
serta 1 pasang kromosom kelamin yang memiliki tipe sub-metasentrik (2M +
14SM + 8ST + 24T), dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik kromosom ikan manvis golden marble.
No

Rata-rata
lengan pendek
kromosom (µm)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
X
Y

1.075 ± 0.106
0.725 ± 0.106
0.850 ± 0.000
0.570 ± 0.028
0.000 ± 0.000
0.300 ± 0.057
0.375 ± 0.035
0.350 ± 0.014
0.405 ± 0.035
0.000 ± 0.000
0.350 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.250 ± 0.071
0.000 ± 0.000
0.125 ± 0.177
0.000 ± 0.000
0.300 ± 0.071
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.140 ± 0.198
0.330 ± 0.467

Rata-rata
panjang
kromosom
(µm)
2.615 ± 0.177
2.040 ± 0.226
1.815 ± 0.021
1.695 ± 0.063
1.570 ± 0.099
1.500 ± 0.014
1.450 ± 0.000
1.415 ± 0.035
1.315 ± 0.021
1.250 ± 0.000
1.225 ± 0.035
1.140 ± 0.000
1.115 ± 0.021
1.050 ± 0.000
1.050 ± 0.000
1.050 ± 0.000
1.000 ± 0.000
0.965 ± 0.021
0.950 ± 0.000
0.945 ± 0.007
0.860 ± 0.085
0.770 ± 0.028
0.720 ± 0.014
0.940 ± 0.636
0.450 ± 1.329

Panjang
Relatif
(%)

Arm
Ratio
(%)

NVC
(%)

Tipe
Kromosom

4,063
3,170
2,820
2,634
2,439
2,331
2,253
2,199
2,043
1,942
1,903
1,771
1,732
1,631
1,631
1,631
1,554
1,499
1,476
1,468
1,336
1,196
1,119
0,699
1,461

0,698
0,551
0,881
0,507
0,000
0,271
0,349
0,329
0,443
0,000
0,400
0,000
0,000
0,000
0,000
0,313
0,000
0,149
0,000
0,465
0,000
0,000
0,000
0,452
0,541

41,11
35,54
46,83
33,63
0,00
20,00
25,86
24,73
30,80
0,00
28,57
0,00
0,00
0,00
0,00
23,81
0,00
12,95
0,00
31,75
0,00
0,00
0,00
31,11
35,11

SM
SM
M
SM
T
ST
ST
ST
SM
T
SM
T
T
T
T
ST
T
T
T
SM
T
T
T
SM
SM

A : manvis golden marble
B : sebaran kromosom
C : susunan karyotipe

4μm

Gambar 4. Sebaran kromosom dan susunan kariotipe ikan manvis golden
marble

4 µm

A : manvis white slayer
B : sebaran kromosom
C : susunan karyotipe

4μm

Gambar 5. Sebaran kromosom dan susunan kariotipe ikan manvis white
slayer

Manvis White Slayer
Penyebaran kromosom ikan manvis white slayer relatif sudah merata
sehingga pengamatan terhadap jumlah dan bentuk kromosom dapat dilakukan,
seperti yang terlihat pada Gambar 5B. Pada beberapa preparat kromosom yang
diamati, bentuk kromosom dalam satu preparat menunjukkan hasil beragam, serta
penyebaran jumlah kromosom di setiap sel tidak selalu sama. Jumlah kromosom
ikan manvis white slayer pada setiap sel cukup bervariasi mulai dari 42 hingga 48.
Dari 6 preparat yang diperoleh didapatkan 48 sel, penyebaran tertinggi diperoleh
48 kromosom sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kromosom ikan manvis
white slayer berjumlah 2N= 48 (Tabel7).
Tabel 7. Distribusi jumlah kromosom ikan manvis white slayer
No

Ikan

Preparat

1
A
A1
2
A
A2
3
B
B1
4
B
B2
5
C
C1
6
C
C2
Total sel teramati

40

41

42
1
1
1
1

0

0

4

Jumlah kromosom/sel
43 44 45 46 47
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
6
0
6
0

48
4
5
4
4
7
6
30

49

50

0

0

Total
sel
7
8
7
7
9
8
46

Ukuran dan bentuk kromosom ikan manvis white slayer yang di dapat
cukup bervariasi. Ukuran panjang kromosom terkecil sebesar 0,425 µm dan
terbesar yaitu 1,610 µm. Berdasarkan panjang kromosom bahwa pada ikan manvis
white slayer memiliki 2 jenis ukuran kromosom yaitu ukuran besar dan ukuran
kecil, seperti yang terlihat pada Tabel 8.
Berdasarkan nilai NVC, kromosom ikan manvis white slayer memiliki 23
pasang kromosom yang homolog dan 1 pasang kromosom tidak homolog (diduga
sebagai kromosom kelamin) Adapun 23 pasang kromosom tersebut terdiri atas 4
tipe kromosom, yaitu: metasentrik, sub-metasentrik, sub-telosentrik, telosentrik;
serta 1 pasang kromosom kelamin yang terdiri atas tipe sub-metasentrik dan
telosentrik.

Tabel 8. Karakteristik kromosom ikan manvis white slayer.
No

Rata-rata
lengan pendek
kromosom (µm)

Rata-rata
panjang
kromosom(µm)

Panjang
Relatif
(%)

Arm
Ratio
(%)

NVC
(%)

Tipe
Kromosom

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
X
Y

0.550 ± 0.000
0.640 ± 0.057
0.000 ± 0.000
0.375 ± 0.035
0.315 ± 0.021
0.240 ± 0.170
0.000 ± 0.000
0.185 ± 0.120
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.230 ± 0.113
0.000 ± 0.000
0.170 ± 0.028
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.155 ± 0.078
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.000 ± 0.000
0.165 ± 0.233
0.000 ± 0.000

1.610 ± 0.000
1.275 ± 0.106
1.215 ± 0.021
1.155 ± 0.035
1.120 ± 0.000
1.115 ± 0.007
1.055 ± 0.007
1.045 ± 0.035
1.000 ± 0.000
1.000 ± 0.000
0.965 ± 0.021
0.940 ± 0.014
0.870 ± 0.028
0.830 ± 0.042
0.775 ± 0.021
0.750 ± 0.000
0.735 ± 0.007
0.730 ± 0.042
0.710 ± 0.000
0.700 ± 0.000
0.650 ± 0.000
0.550 ± 0.014
0.425 ± 0.035
0.615 ± 0.870
0.560 ± 0.792

3,448
2,730
2,602
2,473
2,398
2,388
2,259
2,238
2,141
2,141
2,066
2,013
1,863
1,777
1