Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten

POLA MUSIM TANGKAP IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN
KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

HARIYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Musim Tangkap
Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2014
Hariyanto
NIM C24080062

ABSTRAK
HARIYANTO. Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang
Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Dibimbing oleh
ACHMAD FAHRUDIN.
Informasi sumberdaya perikanan secara kuantitatif dan musim
penangkapan diperlukan oleh para perencana perikanan dalam pembangunan
perikanan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi
lestari dan upaya optimal ikan kakap merah, sebaran spasial, pola musim
penangkapan, serta menentukan alternatif pengelolaan kakap merah (Lutjanus sp.)
dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilaksanakan
dari Bulan Desember 2013 sampai bulan Januari 2014 di PPP Labuan, Banten.
Hasil penelitian menunjukkan daerah tangkapan berada di sekitar perairan selat
sunda dan perairan Lampung sebelah timur. Berdasarkan nilai IMP puncak
penangkapan ikan kakap merah terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, Juli,
November dan Desember. Sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan Agustus.
Selat Sunda belum mengalami biologic overfishing karena nilai effort yang masih

di bawah nilai effort pada rezim MSY. Berdasarkan hasil analisis, alternatif
pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan adalah meningkatkan hasil
tangkapan dengan menambah jumlah armada dan melakukan penangkapan
dengan intensitas penangkapan yang cukup banyak pada musim puncak.
Kata kunci: Kakap Merah, Pola Musiman, PPP Labuan, Selat Sunda

ABSTRACT
HARIYANTO. Fishing Seasonal patterns of red snapper (Lutjanus sp.) landed in
PPP Labuan, Pandeglang, Banten. Supervised by ACHMAD FAHRUDIN
Quantitative information of fishery resource and fishing season are needed
by planners fisheries in sustainable fisheries development. This study are aims to
determine the optimal sustainable production and effort of red snapper (Lutjanus
sp.), spatial distribution, pattern of fishing season, and determine alternative
management of red snapper (Lutjanus sp.) by using purposive sampling method.
This study was conducted from December 2013 to January 2014 in the PPP
Labuan, Banten. The results showed the water catchment areas located around the
Sunda Strait and the waters of east Lampung. Based on the value of IMP, red
snapper arrests occurred in January, March, June, July, November and December,
while the famine season was in August. Red snapper around the Sunda Strait has
not under biological overfishing because the value of effort is still below the value

of effort at MSY regime. Based on the analysis, an alternative fishery
management that can be applied is to increase the catch by increasing the fisher
and intensively fishing during a peak season
Keywords: Red Snapper, Seasonal pattern, PPP Labuan, Sunda Strait

POLA MUSIM TANGKAP IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN
KABUPATEN PANDENGLANG, BANTEN

HARIYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang
didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten
Nama
: Hariyanto
NIM
: C24080062
Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir M.Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah
pengelolaan sumber daya perikanan, dengan judul Pola Musim Tangkap Ikan
Kakap Merah (Lutjanus sp.) yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Banten. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. IPB yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk
menempuh pendidikan di Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan.
2. Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang telah memberikan Beasiswa
pendidikan.
3. Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesain penulisan
skripsi ini.
4. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku Komisi pendidikan S1
telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesain penulisan
skripsi ini.
5. Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran selama perkuliahan.
6. Prof. Dr. Ir Sulistiono, M.sc selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Bapak
Didin dan staf TPI Labuan.
8. Orang tua, Nenek Bainah, Tante Romawati, Kak Susi, Iva yang
merupakan wanita-wanita luar biasa menghadapi semua keluhan dan
memberikan bantuan dan dukungan, serta adik-adik dan seluruh
keluarga yang telah memberikan do’a dan semangat dan dukungan
selama ini.
9. Teman-teman selama perkuliahan yang tidak mungkin bisa disebutkan
satu persatu.
Demikianlah skripsi ini disusun agar dapat memenuhi syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana. Saran dan kritik atas penelitian ini sangat diharapkan

demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, September 2014
Hariyanto

.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE
Pengumpulan Data

2
3

Data primer

3

Data sekunder

4

Analisis Data

4

Analisis sebaran spasial


4

Standarisasi alat tangkap

5

Surplus produksi

5

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan

6

Analisis pola musiman

6

HASIL DAN PEMBAHASAN


8

Hasil

8

Analisi spasial

8

Surplus produksi

8

Pola musim penangkapan ikan
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

10
10
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Rangkuman kebutuhan dan analisis data
2 Produksi aktual rata-rata dan upaya aktual rata-rata sumberdaya ikan
kakap merah di PPP Labuan

4
12

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Pemetaan partisipatif daerah penangkapan ikan kakap merah di
perairan selat sunda
3 Grafik hubungan effort dan CPUE
4 Grafik hubungan effort dan ln CPUE
5 Nilai indeks musiman ikan kakap merah

3
8
9
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis indeks musim penangkapan ikan kakap merah
2 Contoh hasil wawancara dengan nelayan ikan kakap merah

15
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Pandeglang berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan
Samudera Hindia. Posisi tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Pandeglang
memiliki peluang yang cukup besar dalam pengembangan usaha perikanan.
Daerah yang memiliki potensi besar disektor perikanan salah satunya berada di
kecamatan Labuan yang terdapat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan yang
berhadapan langsung dengan Selat Sunda di sebelah Barat.
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) merupakan ikan yang mempunyai nilai
ekonomi penting. Berdasarkan survei data lapang, tercatat data produksi ikan
kakap merah PPP Labuan pada tahun tahun 2012 mencapai 7169.6 kg dengan
nilai produksi Rp.286.477.000 dan pada tahun 2013 produksi meningkat menjadi
10838.3 kg dengan nilai produksi Rp.452.900.000.
Pengetahuan yang tepat tentang sumberdaya ikan dan kemampuan yang
memadai dari sumberdaya manusia sangat menentukan keberhasilan pengelolaan
perikanan (Widodo 2006). Analisa tentang musim penangkapan yang tepat serta
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan kakap merah dapat mempermudah nelayan
dalam melakukan penangkapan secara efektif dan efisien. Informasi mengenai
perikanan secara kuantitatif sangat diperlukan oleh perencana pembangunan
perikanan baik sekarang maupun yang akan datang. Informasi sumberdaya ikan
secara kuantitatif seperti angka potensi sangat ditentukan oleh ada tidaknya
informasi dasar dari hasil survei kapal-kapal penelitian maupun dari informasi
yang terkumpul melalui sistem pemantauan berkala, khususnya data tangkapan
dan upaya tangkap, musim penangkapan dan penyebaran untuk jenis ikan tertentu
di masing-masing wilayah perairan.
Agar pengelolaan tersebut dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
informasi mengenai pola musim penangkapan ikan. Pengetahuan mengenai pola
musim penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
eksploitasi sumberdaya ikan kakap merah. Hal tersebut diharapkan dapat
mempermudah jalannya operasi penangkapan ikan, terutama dalam hal
menentukan waktu yang tepat untuk meningkatkan intensitas penangkapan.
Dengan demikian, diharapkan hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan lebih
optimal dan juga dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan kakap merah
tersebut. Selain itu juga perlu dilakukan pendugaan stok ikan di suatu perairan
agar dapat mengendalikan usaha-usaha penangkapan yang melebihi batas
penangkapan lestari di perairan tersebut.
Perumusan Masalah
Nelayan cenderung melakukan penangkapan ikan secara tidak terkendali,
dan terus menerus tanpa diikuti oleh pengelolaan yang baik, sehingga dapat
menyebabkan penurunan stok ikan. Kondisi ini dapat menyebabkan keterancaman
dan keberlangsungan stok sumberdaya ikan di perairan tersebut. Ikan kakap merah
termasuk hasil tangkapan yang menjadi milik bersama (common property)
sehingga setiap orang berhak untuk memanfaatkannya (open access). Kurangnya

2
pengetahuan nelayan terhadap pengelolaan perikanan menyebabkan terjadinya
over eksploitasi sehingga stok ikan tersebut akan menurun sampai akhirnya habis.
Selain itu juga dalam melakukan proses penangkapan ikan, nelayan tradisional
sering menghadapi ketidakpastian dalam proses penangkapan. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan kemampuan nelayan tradisional dalam operasi penangkapan
ikan, juga karena adanya keterbatasan informasi mengenai pola musim
penangkapan ikan sehingga nelayan hanya mengandalkan pengalaman saja. Maka
dari itu diperlukan informasi mengenai potensi lestari dan pola musim
penangkapan untuk menjamin keberlanjutan ikan kakap merah dan dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menambah nilai ekonomis bagi nelayan
setempat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah penangkapan di perairan
Selat Sunda, menentukan pola musiman di perairan Selat Sunda, mengestimasi
produksi lestari dan upaya di perairan Selat Sunda serta menentukan alternatif
pengelolaan sumberdaya ikan kakap merah di perairan Selat Sunda agar tetap
lestari dan berkelanjutan sehingga dapat dimanfaatkan untuk generasi masa kini
maupun masa yang akan datang.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
nelayan dalam menentukan seberapa besar potensi lestari yang ada di daerah
penelitian sehingga memberikan informasi tentang seberapa besar jumlah
tangkapan maksimum yang diperbolehkan agar sumberdaya yang ada tetap lestari.
Manfaat lain yaitu dapat memberikan informasi tentang kapan waktu
penangkapan yang tepat untuk ikan kakap merah sehingga tingkat keuntungan
yang diperoleh nelayan dapat optimal.

METODE PENELITIAN
Pengambilan contoh ikan kakap merah dilakukan di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Labuan, Banten. Pengumpulan data primer dan data sekunder
dilakukan pada Desember 2013 sampai Januari 2014 di TPI Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten. Alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis,
laptop, dan kuisioner, sedangkan bahan yang digunakan adalah hasil wawancara
dan data statistik PPP Labuan tahun 2010-2013. Lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Lokasi penelitian
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data ini
diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada nelayan, petugas
PPP Labuan dan dinas perikanan setempat. Wawancara adalah suatu metode
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya melalui
proses interaksi dan komunikasi langsung kepada responden (Singarimbun 1979
in Anjani 2010). Kegiatan wawancara dilakukan terhadap nelayan dengan
menggunakan media kuisioner (daftar pertanyaan).
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data produksi harian, bulanan,
dan tahunan dan upaya penagkapan ikan kakap merah selama 4 tahun terakhir
(2010-2013). Data yang dikumpulkan meliputi data produksi dan upaya tangkap
ikan kakap merah dalam tahunan, bulanan dan harian yang diperoleh melalui
instansi terkait yaitu PPP Labuan khususnya TPI 1 dan Dinas Kelautan dan
Perikanan Pandeglang.

Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan mewawancarai 6 nelayan
pancing rawe dan 4 nelayan cantrang yang mendaratkan ikan kakap merah di PPP
Labuan. Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam pengumpulan data

4
primer adalah metode purposive sampling, artinya penentuan contoh
mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek
yang sesuai dengan tujuan penelitian (Suharsimi 2010). Kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nelayan yang menangkap dan mendaratkan ikan
kakap merah di PPP Labuan. Dalam pengumpulan data primer, teknik yang
digunakan adalah wawancara. Wawancara dilakukan terhadap beberapa
responden nelayan yang menangkap ikan kakap merah. Wawancara terhadap
nelayan bertujuan untuk mengetahui daerah pengangkapan ikan, lama trip
penangkapan ikan, kondisi kapal dan alat tangkap.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari PPP Labuan, Provinsi Banten. Data yang
dikumpulkan meliputi data produksi dan data upaya penangkapan ikan (trip) ikan
kakap merah selama 4 tahun terakhir (2010-2013). Rangkuman kebutuhan dan
analisis data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rangkuman kebutuhan dan analisis data
Jenis data
Primer

Data
-Informasi daerah
penangkapan ikan
-P.Rawe
-Cantrang

Analisis
-Pemetaan
partisipatif daerah
penangkapan

Sumber
-Wawancara
nelayan jaring
rampus dan
nelayan cantrang

Data
Sekunder

-Data Bulanan
-Upaya
-Produksi
-Data Tahunan
-Upaya
-Produksi

-Pola Musim
Penangkapan
-Surplus Produksi

- TPI Labuan

Analisis Data
Analisis sebaran spasial
Analisis sebaran hasil tangkapan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
memaparkan situasi atau peristiwa tertentu secara aktual dan cermat. Metode
kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data
tertulis atau lisan dari narasumber yang diwawancarai. Penelitian deskriptif
menggambarkan dinamika sumberdaya ikan.
Setelah didapatkan informasi daerah tangkapan ikan kakap merah yang
diberikan oleh narasumber (nelayan) dengan bantuan media berupa peta buatan
yang disediakan peneliti, maka kesimpulan lokasi daerah penangkapan dapat
diperoleh dengan membandingkan peta buatan dengan peta sebenarnya. Peta
menyediakan informasi dasar yang bermanfaat dan umumnya dikembangkan pada
proses pengumpulan data untuk menetapkan penempatan corak, aktivitas, dan
sumber daya tertentu (Bunce et al.2000 in Wardani 2010).

5
Standarisasi Alat Tangkap
Standarisasi dilakukan karena alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
untuk menangkap target sumberdaya perikanan beragam, sehingga sangat
dimungkinkan satu spesies ikan tertangkap oleh dua alat tangkap yang memiliki
produktivitas tinggi (dominan). Sumberdaya perikanan yang menjadi objek
penelitian atau memiliki nilai rata-rata catch per unit effort (CPUE) terbesar pada
suatu periode waktu dan memiliki nilai faktor daya tangkap sama dengan satu.
Standarisasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Prasetya
2010 in Sulistiyawati 2010) :
1. Upaya dan hasil tangkapan dihitung masing-masing hingga tahun ke-1, yang
mana i =1,2,3………,n
2. CPUE dihitung untuk masing-masing upaya
3. Total upaya terbesar dari beberapa jenis upaya dipilih sebagai standar dalam
menghitung fishing power index (FPI)
4. Jika upaya yang diperoleh terbesar misalkan alat tangkap pancing rawe, maka
begitu juga
FPI pancing rawe adalah 1 dan FPI cantrang adalah
sebaliknya
5. Upaya standar dihitung melalui persamaan berikut:
Upaya Standar = (upaya rawe ke-i x FPI rawe) + (upaya cantrang tahun ke-i x
FPI cantrang).
Surplus Produksi
Model surplus produksi yang digunakan adalah model Schaefer dan Fox.
Pada model Schaefer menggambarkan pengaruh dari upaya tangkapan terhadap
hasil tangkapan per trip upaya penangkapan (CPUE). Adapun perumusan model
Schaefer sebagai berikut (King 1995).

Model berikutnya adalah model Fox. Model ini akan menghasilkan garis
lengkung bila Y/f diplot dalam bentuk logaritma terhadap upaya maka akan
menghasilkan garis lurus. Adapun perumusan model Fox sebagai berikut (King
1995).

Keterangan :
f (MSY)
MSY
a, b

: Upaya penangkapan optimum
: Hasil tangkapan optimum
: Konstanta

6
Jumlah tangkapan yang di Perbolehkan
Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC) adalah 80% dari potensi
maksimum lestrasinya (MSY) (FAO).
TAC = 80% x MSP
Keterangan :
MSY
TAC

Jumlah Tangkapan maksimum lestari (kg); dan
Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (kg)

Analisis Pola Musim Penangkapan
Pola musim penangkapan dianalis dengan menggunakan pendekatan
metode rata-rata bergerak (moving average) seperti yang dikemukan oleh Dajan
(1986) dengan tahapan sebagai berikut.
a) Menyusun deret CPUEi dalam kurun waktu tertentu
CPUEi= ni
CPUEi adalah CPUE urutan ke-i sedangkan ni adalah CPUE urutan ke-i
dan i adalah 1, 2, 3, ...., dst.
b) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RGi)

RGi adalah rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i, CPUEi adalah CPUE
urutan ke-i dan i adalah 7, 8, 9, .... n-5
c) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGPi)

RGPi adalah rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i, RGi adalah rata-rata
bergerak 12 bulan urutan ke-i dan i adalah 7, 8, 9, .... , n-5

d) Rasio rata-rata bulan (Rb)

7

Rbi adalah rasio rata-rata bulan urutan ke-i, CPUEi adalah CPUE urutan
ke-I dan RGPi adalah rata-rata bergerak CPUE terpusat urutan ke-i.
e) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun
untuk setiap bulannya, dimulai dari bulan Juni-Juli. Kemudian menghitung
nilai total rasio rata-rata tiap bulan (Rbbi) dengan menggunakan rumus

RBBi adalah rata-rata Rbij untuk bulan ke-i, Rbij adalah rasio rata-rata
bulanan dalam matriks ukuran i x j, i adalah 1, 2, 3, ... , 12 dan j adalah 1,
2, 3 ... , n.

f ) menghitung jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)

JRBB adalah jumlah rasio rata-rata bulanan, RBBi adalah rata-rata RBij
untuk bulan ke-i dan i adalah 1, 2, 3....., 12.
g) Indek Musim Penangkapan (IMP)
Idealnya jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB) sama dengan 1200.
Namun banyak faktor yang menyebabkan sehingga JRBB tidak selalu
sama dengan 1200. Oleh karena itu, nilai rasio rata-rata bulanan harus
dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut dengan nilai Faktor
Koreksi (FK). Rumus untuk memperoleh nilai Faktor Koreksi:

FK adalah nilai faktor koreksi dan JRBB adalah jumlah rasio rata-rata
bulanan. Indeks Musim Penangkapan (IMP) dihitung dengan
menggunakan rumus:

IMPi adalah indeks musim penangkapan bulan ke-i, RBBi adalah rasio
rata-rata untuk bulan ke-i, FK adalah nilai faktor koreksi dan i adalah
1,2,3,…,12.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Sebaran Spasial
Informasi daerah penangkapan ikan kakap merah hasil wawancara terhadap
nelayan pancing rawe dan cantrang disajikan pada Gambar 2. Contoh hasil
wawancara disajikan pada Lampiran 2. Wawancara dilakukan terhadap 6 nelayan
rawe dan 4 nelayan cantrang yang merupakan alat tangkap yang paling dominan
menangkap ikan kakap merah di Labuan.

Gambar 2 Pemetaan partisipatif daerah penangkapan ikan kakap merah di Perairan
Selat Sunda
Berdasarkan Gambar 2 telihat bahwa daerah penangkapan ikan kakap
merah yang dilakukan oleh nelayan Labuan masih di sekitar perairan Selat Sunda.
Daerah penangkapan ikan kakap merah berada di daerah sekitar pantai Peucang,
Binuangeun, Rakata, Sebesi, Sebuku, sangiang, Panimbang, Panaitan, Batu
Hideung, Tanjung Lesung, Pulau Papole dan Pulau Sumur yang teretak antara
5.91 -6.83 lintang selatan dan 105.82-105.47 Bujur Timur.
Surplus Produksi
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis surplus
produksi adalah dengan mengunakan Metode Schaefer dan Fox. Hubungan effort
dan CPUE dengan pendekatan Schaefer dan Fox disajikan pada Gambar 3 dan

9
Gambar 4. Pendekatan Schaefer merupakan hasil regresi dari upaya penangkapan
dengan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE).
CPUE = -0.060x + 64.14
R² = 0.121

70

CPUE(Kg/Trip)

60
50
40
30
20
10
0

0

50

100

150
Effort (Trip)

200

250

300

Gambar 3 Hubungan effort dengan CPUE
Pendekatan Fox merupakan hasil regresi dari upaya penangkapan dengan
logaritma natural dari CPUE. Grafik hubungan pendekatan Fox adalah sebagai
berikut :
4,2

ln CPUE

4,15
4,1

y = -0,0009x + 4,1301
R² = 0,0891

4,05
4
3,95
3,9
3,85
3,8
3,75
0

50

100

150

200

250

300

Effort (Trip)

Gambar 4 Hubungan effort dengan ln CPUE
Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan model
Schaefer dan Fox dapat diketahui hasil tangkapan lestari atau sering disebut
dengan maximum sustainable yield (MSY) dan upaya penangkapan optimal
(Fmsy). Hasil kedua regresi model di atas dapat dilihat bahwa model Schaefer
merupakan model yang lebih tepat untuk digunakan, hal ini dikarenakan koefisien
determinasi dari model Schaefer lebih besar daripada model fox, yaitu 0.121
sedangkan model fox 0.089. Jadi dalam proses penentuan selanjutnya digunakan
hasil analisis model Schaefer. Hasil tangkapan lestari yang didapat adalah
17066.67 kg per tahun dan upaya penangkapan optimal setiap tahunnya adalah

10
533.333 trip serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan 13.653,3 kg/tahun.
berdasarkan perhitungan TAC.
Pola Musim Penangkapan Ikan
Analisis pola musiman penangkapan ikan kakap merah menggunakan
metode rata-rata bergerak (moving average) dengan menghitung nilai indeks
musim penangkapan (IMP) pada setiap bulan. Nilai IMP lebih 100%
menunjukkan bahwa pada bulan tersebut merupakan musim penangkapan ikan
kakap merah (Dajan 1998 in Taeran 2007).
160,00

134,72

140,00
120,00

104,16

IMP

100,00

114,60

106,55
97,74
107,46

102,08

80,00
70,20

60,00

103,89
91,61
89,47

77,51

40,00
20,00
0,00
jul

agu sep

okt nov des

jan

feb mar apr mei

jun

Bulan

Gambar 5 Indeks musim penangkapan ikan kakap merah Tahun 2013
Berdasarkan Gambar 5, menujukkan bahwa terdapat pola musim
penangkapan ikan kakap merah yaitu pada bulan Maret, Juni, Juli, November,
Desember, Januari dan Februari. Puncak musim dicapai pada bulan Januari
sebesar 134,72 dan musim terendah adalah pada bulan Agustus dengan nilai indek
musim penangkapan sebesar 70,20.

Pembahasan
Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan
penangkapan ikan khususnya ikan kakap dengan cara tradisional dan sangat
tergantung pada kondisi alam. Kapal yang digunakan oleh nelayan tersebut untuk
melaut merupakan kapal-kapal yang berukuran sedang dan operasi penangkapan
ikannya pun dilakukan hanya di sekitar wilayah perairan Selat Sunda. Ikan kakap
merah dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap rawe dan cantrang.
Kapal dengan alat tangkap rawe memiliki ukuran sebesar 5-7 GT, kapal dengan
alat tangkap cantrang memiliki ukuran kapal sebesar 10-24 GT. Berdasarkan hasil
wawancara terdapat 12 kapal pancing rawe yang aktif, sedangkan kapal cantrang
yang aktif berjumlah 8. Kedua alat tangkap ini memiliki lama trip atau lama
penangkapan berbeda. Nelayan dengan alat tangkap pancing rawe melakukan
penangkapan selama 5-7 hari, sedangkan nelayan dengan alat tangkap cantrang
sekali berangkat lamanya adalah 3-4 hari.

11
Biasanya nelayan di TPI Labuan, setiap berangkat menangkap ikan, akan
melakukan penangkapan di daerah yang sama. Namun, jika di tempat tersebut
tidak ada ikan, maka nelayan akan pindah tempat ke suatu tempat dimana terdapat
banyak ikannya. Jika pada musim paceklik dimana tidak terdapat ikan maka
banyak nelayan yang melakukan andon, yaitu nelayan berangkat melaut ke suatu
daerah dengan lama yang tidak ditentukan. Biasanya, nelayan melakukan andon
ke daerah Binuangen atau Lampung dengan lama yang tidak ditentukan biasanya
selama 8-30 hari.
Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan
tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil
tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara
jangka panjang. Model yang biasa digunakan untuk menduga hasil tangkapan
lestari dan upaya penangkapan optimal adalah model Schaefer dan Fox. Model
Schaefer dan Fox merupakan model yang sering digunakan karena sederhana dan
data yang diperlukan juga lebih sedikit, tidak memerlukan data kelompok umur
(Sparre & Venema 1999).
Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan model
Schaefer dan Fox dapat diketahui hasil tangkapan lestari atau sering disebut
dengan maximum sustainable yield (MSY) dan upaya penangkapan optimal
(Fmsy). Berdasarkan hasil kedua regresi model diatas dapat dilihat bahwa model
Schaefer merupakan model yang lebih tepat untuk digunakan, hal ini dikarenakan
koefisien determinasi dari model Schaefer lebih besar daripada model fox, yaitu
0.121 sedangkan model fox 0.089. Jadi dalam proes penentuan selanjutnya
digunakan hasil analisis model Schaefer. Hasil tangkapan lestari yang didapat
adalah 17066.67 kg pertahun dan upaya penangkapan optimal setiap tahunnya
adalah 533.333 trip serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan 13.653,3
kg/tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan kakap merah dapat diketahui
setelah didapatkan MSY. Tingkat pemanfaatan dihitung dengan cara
mempersenkan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu terhadap nilai TAC
(Total Allowable Catch) atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan. Jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (JTB) tersebut adalah 80% dari potensi maksimum
lestarinya (MSY) (Dahuri 2010).
Berdasarkan pengamatan dalam empat tahun terakhir pengusahaan ikan
masih berada dibawah MSY. Secara menyeluruh pengusahaan ikan kakap merah
(Lutjanus sp.) yang didaratkan di PPP Labuan masih dapat ditingkatkan dengan
tidak melebihi hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) sehingga terjaga
kelestariannya. TAC merupakan 80% dari nilai MSY, sehingga berdasarkan Tabel
2, pada tahun 2010 dan 2013 produksi aktual masih berada di bawah produksi
lestari berdasarkan model Schaefer. Upaya penangkapan ikan kakap merah dari
tahun 2010 hingga 2013 juga belum mencapai upaya penangkapan yang optimum.
Menurut Wijayanto (2008), prinsip MSY adalah apabila level produksi surplus
yang dipanen, maka tidak akan mengganggu kelestarian stok dari sumberdaya
ikan yang ada. Hal ini berarti usaha penangkapan ikan kakap merah akan tetap
lestari apabila hasil tangkapan tidak melebihi MSY. Produksi aktual rata-rata dan
upaya aktual rata-rata sumberdaya ikan kakap merah di PPP Labuan dapat dilihat
Pada Tabel 2.

12
Tabel 2 Produksi Aktual rata-rata sumberdaya kakap merah di PPP Labuan
Tahun Produksi aktual aktual rataUpaya Aktual rataSchaefer
rata (Kg)
rata (Trip)
MSY
Fmsy
2010
13106
265
17066.67 533
2011
11671.2
240
2012
7213.5
165
2013
10441.4
161
Menurut Dajan (1998) musim ikan dibedakan kedalam tiga kelompok yaitu
musim biasa, musim puncak dan musim paceklik. Berdasarkan nilai IMP maka
dapat diketahui kecendrungan musim penangkapan sehingga dapat ditentukan
waktu penangkapan yang tepat (Syahrir et al. 2010). Pola musim yang
berlangsung di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh pola arus yang terjadi
karena interaksi antara udara dan laut (Nontji 2007). Sistem angin musim sangat
mempengaruhi kondisi musim di perairan Indonesia. Di Indonesia terdapat empat
musim yang mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan, yaitu Musim Barat
(Desember, Januari, Februari), Musim Peralihan I (Maret, April, Mei), Musim
Timur (Juni, Juli, Agustus), dan Musim Peralihan II (September, Oktober,
November).
Berdasarkan hasil perhitungan indeks musim penangkapan menunjukkan
bahwa nilai indek diwilayah perairan Selat Sunda berkisar antara 70,20-134,72.
Nilai IMP yang memiliki kisaran tertinggi dengan nilai diatas 100 (102,28134,72) terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, Juni Juli, November,
Desember, sedangkan nilai IMP yang memuliki kisaran rendah karena berada di
bawah nilai 100 terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober, April dan Mei
(70.20-97.74). Hal ini mengindikasikan bahwa indeks musim di wilayah Selat
Sunda relatif tinggi, walaupun musim puncak tidak terjadi sepanjang tahun. Hasil
perhitungan IMP sesuai dengan hasil wawancara nelayan bahwa pada bulan
Januari merupakan puncak musim penangkapan ikan kakap merah dan bulan
Agustus merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan kakap merah. Pada
Musim penangkapan ikan kakap merah tidak dipengaruhi oleh gelombang laut
karena ikan kakap merah merupakan ikan demersal yang hidupnya didasar
perairan sehingga gelombang laut tidak mempengaruhi ketersediaan dari ikan
kakap merah.
Menurut Hutabarat (2002) in Mulyani et al. (2004), sumberdaya perikanan
merupakan sumberdaya yang bersifat dapat diperbaharui (renewable), namun
dalam memperbaharui kembali dirinya berjalan secara lambat sekali. Jika
dieksploitasi jauh melebihi dari kemampuan sumberdaya untuk membentuk diri
kembali, mengakibatkan sumberdaya tersebut menjadi tidak dapat diperbaharui
lagi (non renewable). Pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik yaitu dengan
memanfaatkan populasi ikan tanpa harus menguras habis sumberdaya perikanan
tersebut. Jika pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan dengan cara
melakukan penangkapan ikan secara terus menerus tanpa memperhitungkan
kemampuan sumberdaya tersebut untuk memperbaharui, akan membahayakan
bagi persediaan ikan (over fishing).
Pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumberdaya dan implementasi aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin

13
kelangsungan produktivitas sumberdaya, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya.
Berdasarkan informasi mengenai kondisi yang terjadi terhadap sumberdaya ikan
kakap merah di PPP Labuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu
adanya upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan atau produksi ikan kakap
merah tersebut. Hasil perhitungan nilai indeks musim penangkapan (IMP)
menunjukkan bahwa ikan kakap merah memiliki produksi yang tinggi setiap
bulannya hal ini dasarkan dari data sekunder yang didapat hanya ada satu bulan
yang merupakan musim paceklik bagi ikan kakap merah. Hal ini mengindikasikan
bahwa proses penangkapan ikan kakap merah dapat dilakukan sepanjang tahun
yang diikuti dengan penanmbahan jumlah armada agar hasil yang didapat juga
lebih optimal. Demikian pula dengan status pemanfaatan ikan kakap merah di
Labuan, langkah pengelolaan yang tepat adalah dengan memperbanyak armada
penangkapan ikan mencari daerah-daerah baru yang belum dieksploitasi untuk
mengoptimalkan pendapatan nelayan.
Penelitian yang dilakukan tidak dapat dijadikan bahan referensi untuk
pendugaan stok ikan kakap merah khususnya di perairan Selat Sunda dikarenakan
banyak terjadi bias data. Bias data ini terjadi karena data yang diambil hanya satu
tempat pendaratan ikan yaitu PPP Labuan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Daerah penangkapan ikan kakap merah yang didaratkan di PPP Labuan
adalah perairan Tanjung Lesung, P. Rakata, P. Panaitan, P. Sebesi, P.
Sangiang, P. Sebuku, Binuangeun dan Perairan Lampung yang terletak
antara 5°91´-6°83´ Lintang Selatan dan 105°82´-105°47´ Bujur Timur.
2. Kisaran nilai IMP di perairan selat Sunda adalah 70,20-134,72. Musim
penangkapan yang baik terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, Juli,
November dan Desember (102,28-134,72) dengan puncak musim terjadi
pada bulan Januari (134,72). Musim yang kurang baik terjadi pada bulan
April, Mei, September, dan Oktober (77,51-97,74) dan paceklik terjadi
pada bulan Agustus (70,20).
3. Berdasarkan perhitungan metode surplus produksi didapatkan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan yaitu sebesar 13653 kg/tahun. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemanfaataan sumberdaya ikan kakap merah
masih bisa ditingkatkan .
4. Dari hasil analisis maka langkah pengelolaan perikanan untuk sumberdaya
ikan kakap merah adalah dengan meningkatkan hasil tangkapan dan upaya
penangkapan sehingga pemanfaatan ikan kakap merah menjadi optimal.

Saran
Penelitian ini hanya mengkaji pengelolaan sumberdaya ikan kakap merah
berdasarkan data sekunder dan data harian yang terdapat di TPI, sehingga

14
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek bioekonomi ikan kakap merah
di perairan Selat Sunda, selain itu di perlukan penelitian lanjutan juga khususnya
di Selat Sunda dengan mengambil data hasil tangkapan dan upaya penangkapan
kakap merah di tempat-tempat pendaratan ikan selain di PPP Labuan yang berada
di sekitar perairan Selat Sunda.

DAFTAR PUSTAKA
Anjani B. 2010. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan ikan tongkol (Auxis
thazard) di TPI Cilauteureun Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat
[skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Boer M dan Aziz KA. 1995. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
DanPerikanan Indonesia. III: 109-119.
Dajan A. 1998. Pengantar metode statistika jilid I. Jakarta: Lembaga Penelitian
Pendidikan Penerangan Ekonomi Sosial. 331-332 hlm.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 2012. Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia. Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap
Dahuri R. 2010. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Secara
Berkelanjutan. Majalah Samudra. Ed. 82 [Internet].[diunduh 2013 Des 21].
Tersedia
pada:
http://dahuri.wordpress.com/2010/02/13/meningkatkan
kesejahteraan masyarakat-perikanan-secara-berkelanjutan/
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Code Of Conduct For
Responsible Fisheries. FAO. Rome, Italy. 41P.
King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. Fishing News
Books. London, USA. 341 p.
Mulyani S, Subiyanto dan Bambang AN. 2004. Pengelolaan Ikan Teri dengan
Alat Tangkap Payang Jabur Melalui Pendekatan Bio-Ekonomi di Perairan
Tegal. [Jurnal]. 16 hlm.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hlm
Nontji. 2007. Laut Nusantara. Cetakan ke-5. Jakarta (ID): Djambatan.
Subani W & Barus HR. 1989.Alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia.
Jurnal Perikanan Laut Nomor: 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian
dan Perikanan Laut Departemen Pertanian. 248 hlm.
Sulistiyawati ET. 2011.Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kakap Kurisi(Nemipterus
furcosus) Berdasarkan Model Produksi Surplus di Teluk Banten, Kabuapaten
Serang, Provinsi Banten. [Skripsi] Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku IManual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan
Bangsa-bangsa Dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 438 hlm.
Suharsimi S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi
2010. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

15
Syahrir RM, Mulyono SB, Darmawan L, Ernani SW dan Eko. 2010. Pola Musim
Penangkapan Ikan Pelagis di Teluk Apar. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol 13
(1): 24-31
Taeran I. 2007. Tingkat pemanfaatan dan pola musiman penangkapan beberapa
jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 126 hlm.
Wardani WA. 2010. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan ikan layur
(Lepturacanthus savala) di TPI Cilauteureun Kecamatan Cikelet, Kabupaten
Garut
Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Widiyanto IN. 2008. Kajian Pola Pertumbuhan dan Ciri Morfometrik-Meristik
Beberapa Species Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan
Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi). Fakultas Perikannan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 94 hlm.
Wijopriono & Genisa. 2003. Densitas akustik sumberdaya ikan pelagis di Selat
Sunda. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Indeks Musim Penangkapan Ikan Kakap Merah
Tahun
Bulan
Januari
2010
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
2011
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
2012
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
2013
Februari
Maret
April
Mei

CPUE
70.31818
83
67.33333
80.25
48.38298
40
70.61765
71.57143
39.36842
82.53846
48.92308
68.14286
77.10667
85.59722
56.6125
47.93404
39.75278
34.24444
46.12353
48.15
34.375
45.72
33.46667
45.79286
50.2375
71.0375
35.68571
57.72609
44.44167
47.72
46.93333
48.24
35.66
31.5
41.2
56.53333
47.13
61.57857
98.18947
59.37273
70.544

Rgi

Rgpi

Rbi

64.76957
64.98601
64.0926
61.39961
60.68043
60.2008
58.15962
56.20783
55.79171
52.72351
51.43548
49.57298
47.33388
46.12057
44.37667
45.19267
45.58341
46.70638
46.77386
46.78136
46.88844
45.70344
46.34789
47.24293
46.98397
46.19573
51.40437
51.54159
53.71679
55.5829
58.54871
57.77704
63.81371
69.53593
71.78593

64.48672
64.87779
64.53931
62.74611
61.04002
60.44061
59.18021
57.18373
55.99977
54.25761
52.07949
50.50423
48.45343
46.72722
45.24862
44.78467
45.38804
46.1449
46.74012
46.77761
46.8349
46.29594
46.02567
46.79541
47.11345
46.58985
48.80005
51.47298
52.62919
54.64984
57.0658
58.16288
60.79538
66.67482
70.66093

1.109863
0.606809
1.278887
0.779699
1.116364
1.275743
1.446383
0.990011
0.855968
0.732667
0.657542
0.913261
0.993738
0.735653
1.010418
0.747279
1.008919
1.08869
1.51984
0.76288
1.232544
0.959947
1.036813
1.002947
1.023911
0.765403
0.645491
0.80042
1.074182
0.8624
1.07908
1.688181
0.976599
1.058031
0.99225

17
Juni
70.11333 73.43482 72.61038
Juli
82.52308
Agustus
38.98
September
108.1
Oktober 100.1667
November
68.2
Desember
76.32

Bulan
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun

2010-2011 2011-2012
1.1099
0.9937
0.6068
0.7357
1.2789
1.0104
0.7797
0.7473
1.1164
1.0089
1.2757
1.0887
1.4464
1.5198
0.9900
0.7629
0.8560
1.2325
0.7327
0.9599
0.6575
1.0368
0.9133
1.0029

2012-2013
1.0239
0.7654
0.6455
0.8004
1.0742
0.8624
1.0791
1.6882
0.9766
1.0580
0.9923
1.2034

1.20341

Total RBI
3.13
2.11
2.93
2.33
3.20
3.23
4.05
3.44
3.07
2.75
2.69
3.12
JRBB
FK

Rata-rata
1.04
0.70
0.98
0.78
1.07
1.08
1.35
1.15
1.02
0.92
0.90
1.04
12.01
99.91

IMP
104.16
70.20
97.74
77.51
106.55
107.46
134.72
114.60
102.08
91.61
89.47
103.89

18
Lampiran 2 Contoh hasil wawancara dengan nelayan Ikan Kakap Merah
1. Biodata Nelayan
Nama
: Yoga
Umur
: 37 tahun
Pekerjaan utama
: Nelayan
Pekerjaan sampingan : Alamat
:Karangantu
Status
:Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Sejak tahun 1993 menjadi nelayan.

2. Alat tangkap dan Hasil Tangkapan
1. Alat tangkap
a. Nama alat tangkap : rawe
b. Ukuran mata jaring : 1,5 inchi-6 inchi
2. Perahu
a. Jenis kapal
: Kapal motor
b. Bobot kapal
: 6 GT
3. Tenaga kerja
a. Jumlah ABK
: 4 orang
b. Upah
: Rp 200.000/trip
4. Trip
a. Lama melaut 1 trip : 5-7 hari
b. Istirahat antar trip : Hari Jumat
3. Musim penangkapan
a. Musim puncak
b. Musim paceklik
c. Musim peralihan

: Bulan Januari dan Februari
: Bulan Juli
: Bulan oktober

19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi, 5 Juli 1990. Ayah bernama Ridwan dan
Ibu bernama Megawati (Almh). Penulis merupakan anak kedua dari 6 bersaudara.
Pendidikan formal ditempuh di TK Islam Aisyiah (1995), SDN 012 (2002),
SMPN 1 Bagan Hulu (2005), dan SMAN 2 Bagan Hulu (2008). Tahun 2009,
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa
Undangan Daerah IPB (BUD) dan diterima di Departemen Manajemen Sumber
Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Ketua divisi
Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa, serta turut aktif mengikuti seminar
maupun berpartisipasi dalam beberapa kepanitiaan di lingkungan kampus IPB. Di
luar kampus, penulis juga aktif sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa dan
Pelajar Rokan Hilir (HIPEMAROHIL)
Penulis menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan
skripsi yang berjudul “Pola Musim Tangkap Ikan Kakap Merah Yang Di
Daratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), Labuan. Kabupaten
Pandeglang, Banten”.