Peraturan Kualitas Air Laut
3.3 Peraturan Kualitas Air Laut
Negara anggota ASEAN telah bekerja sama dalam beberapa tahun terakhir untuk menentukan dan menerapkan standar perlindungan lingkungan laut, berdasarkan perlindungan lingkungan dan pertimbangan pembangunan yang berkelanjutan yang menjadi acuan bersama. Hasil dari proses ini adalah Marine Water Quality Criteria For The Asean Region (2003) atau Kriteria Kualitas Air Laut untuk Kawasan ASEAN (2003).
Di Indonesia, Kriteria Kualitas Air Laut untuk Kawasan ASEAN telah diimplementasikan melalui Keputusan Menteri No. 51 tahun 2004. Keputusan ini membedakan lingkungan laut menjadi 3 kelas: perairan pelabuhan, perairan dan pantai di daerah wisata, dan perairan laut Di Indonesia, Kriteria Kualitas Air Laut untuk Kawasan ASEAN telah diimplementasikan melalui Keputusan Menteri No. 51 tahun 2004. Keputusan ini membedakan lingkungan laut menjadi 3 kelas: perairan pelabuhan, perairan dan pantai di daerah wisata, dan perairan laut
Standar Australian dan New Zealand (ANZECC 2000) untuk kualitas air laut lebih ketat: standar tembaga terlarut ditujukan untuk perlindungan 99% spesies adalah 0,3 µg/L; 1,3 µg/L untuk perlindungan 95% dari spesies, 3 µg/L untuk perlindungan 90% spesies; dan 8 µg/L untuk perlindungan hanya 80% spesies, standar yang sama dengan Indonesia. ANZECC berpendapat bahwa standar 8 µg/L tidak akan melindungi spesies utama dari keracunan akut dan kronis, dan merekomendasikan penggunaan standar 95%, 1,3 µg/L, untuk sistem yang terganggu secara moderat.
Table 5. Standar Indonesia dan Internasional untuk kualitas air laut. Indonesian law or
Application Dissolved TSS (mg/L) international standard
Copper (µg/L)
Indonesian Ministerial
8 80 Decree 51/2004
For marine biota and mangrove
environments.
8 Max 10% Quality Criteria
ASEAN Marine Water
For protection of aquatic life.
increase above natural.
ANZECC standards for
1.3 - marine water
For protection of 95% of marine
species (recommended value for typical moderately disturbed systems).
Figure 12. Kualitas air di muara Ajkwa bagian bawah dibandingkan dengan batas legal untuk tembaga terlarut.
Legal lim it 8 µg/L
Estuary w ater in sediment. (CSIRO 1998-2000)
Estuary surface w aters. (PTFI 1996-1999)
Mean Max 0 20 40 60 80 100
Dissolved Copper (µg/L)
Figure 13. Kualitas air di muara Ajkwa bagian bawah dibandingkan batas legal uuntuk TSS.
Legal limit 80 mg/L
Mawati (control)
Mean Max
Minajerwi (control)
Tipoeka (control)
Mangrove waters (RPT/AERA)
Model-predicted (AERA)
Field observations during spring tides (AERA)
TSS (mg/L)
Table 6. Tembaga terlarut di muara Ajkwa bagian bawah (EM270) dibandingkan batas legal dan situs yang tidak terkena dampak. Termasuk angka untuk tembaga terlarut di sediment porewater
Location Dissolved copper (max.
Date of in µg/L. Legal limit= 8) Estuaries
Unaffected
Sampled by /
sampling Lower Estuary
reported by
2005 Lower Estuary
16 2.5 PTFI
2004 Lower Estuary
14 3 PTFI
2003 Lower Estuary
17 3 PTFI
36 (at 95% UCL)
PTFI in AERA
1996 - 1999
ref. fig. 3-6
Estuary porewater 100 (at 95% UCL)
9 CSIRO in AERA
ref. fig. 3-7
Table 7. TSS terukur dan prakiraan (dalam mg/L) pada muara Ajkwa Bagian bawah dibandingkan dengan batas legal dan situs yang tak terkena dampak.
Location
Total Suspended Solids (legal limit Reference site
Reported
= 80 mg/L)
Estuaries
by
(AERA (during spring tides)
Ajkwa Estuary
p.3-6).
Ajkwa Estuary
(AERA predicted max. TSS
box 3-1).
Tipoeka= 85
Ajkwa Mangrove waters Median of 900, ranging up to 2,941.
RPT p.50
Table 8. Kualitas air di lepas pantai laut Arafura dari sungai Ajkwa dibandingkan dengan situs rujukan. Location Dissolved Copper Sampled by / Date of
in µg/L
reported by
sampling
Arafura Sea 5 to 10 km offshore
(AERA p.3-14) 1990 of the Ajkwa River Arafura Sea 5 to 10 km offshore,
(AERA p.3-14) 1990 reference sites