Perbanyakan dan Peletarian Plasma Nutfah Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) Secara In Vitro

PERBANYAKAN DAN PELESTARIAN
PLASMA NUTFAH TALAS (Cohcasria esc&n& (L.)Schott)
SECAIU IN WTRO

OLEH :

NURWITA D E W

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Plasma Nutfah Talas (Colocasia
NRWITA DEWI. Perbanyakan dan Pel&
esculenta (L.) Schott) Seaam In Vitro. Dibrmb'i oleh BAMBANG S-PURWOKO,
AGUS PURWITO clan IDA W A N D A SOMANTRI.
Penggunaan metode kuitur jaringan untuk perbanyakan dan penyimpanan plasma
nuthh sangat k g m a h i tanamm-mmmm yang diperbanyak secara vegetatif
termasuk &las. TelrnoIogi konservasi in vitro penerapannya belurn banyak diIakukan
dan mash memiukan penelitian d~hndingkanteknik pelestarian pIasma nutfah
konvensional. Penelitian dilakukan dalam dua tahap kegiatan, yaitu kegiatan

perbanyakan in vifro dan kegiatan konservasi in vifro dengan tujuan untuk
memperoleh metode perbanyak* dan penyimpanan talas dengan rnanitol sehingga
dapat digunakan untuk pelestarian plasma nutfah talas Indonesia. Dalam kedua
kegiatan digunakan ran&ngan acak lengkap dua faktor, yaitu perlakuan media
sebagai hktor pertama dan asesi trtlas sehagai hktor kedua. Perlakum jenis media
untuk percohaan perbanyakan adalah rraedia MS, MS + 2.9 pM IAA + 4.4 M pBA
dan MS + 2.9 pM IAA + 22.2 pM BA, sedanpkan jenis media untuk percobam
konservasi adalah MS, MS + manitot 30 g/I, MS + manitol 40 g/l dan MS + rnanitol
50 gn. Perlakuan asesi untuk kedua kegiatan adaiah talas No. 2 1, No. 586, No. 503,
T a b Jahe dan Lumbu Banten. Hasil percobam perbanyakan rnenunjukkan bahwa
penambahan Asam Idol-3-asetat (IAA) dan 6-Bemiladenin (BA) pada media MS
meningkatkan jumhh anakan talas. Pada konsentrasi IAA yang sama (2.9 pM)
penambahan konsentrasi BA sampai taraf 22.2 pM meningkatkan jurnlah anakan
talas No. 2 1, No. 586, sedangkan pada taraf 4.4 p M dapaf meningkatkan jumlah
anakm No. 503, Talas Jahe dan Lumbu Banten. H a i l percotman konservasi
rnenunjukkan tanaman yang diimpan &lam media kontrol (MS) tumbuh Iebi cepat
dibanding tanaman pada media yang ditambah manitol. Semakin t inggi konsentrasi
d o 1 tanaman semakin pendek, &or jumhh akar menurun, jumlah anakan clan
persentax dam hidup m e m a t , serta ukuran daun semaki kecil. Terdapat
perbedaan respon pertumbuhan antar asesi yang dicoba dalam media konservasi

Media dengan konsentrasi manit01 40 g/l merupakan media yang sesuai untuk
konservasi plasma nutfah talas. Kelima asesi talas yang diuji dapat dishpan selama
15-20 buIan dalam d t o l 4 0 gll.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakm Wwa tesis yang hjladul
PERBANYAKAN DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH TALAS

(Colocasio mulenda (L)
Schott) SECARA IN FITRO
a d a h benar mrupkan hasid karya saya sendiri dan belum p e d dipublhsdcan

Semua s u n k data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
&pat diperiksa kebenammya.

Nurwita Dewi

BTK. 98.414

PERBANYAKAN DAN PELESTARIAN

PLASMA NUTFAH TALAS (Colocasia esculentn (L.) Schott)
SECARA IN WTRO

NURWITA DEW1

Tesis
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister S h pada
Program Studi Bioteknologi

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis
Nama Mahasiswa
NRP
Program Studi

: Perbanyakan dan Pelestarian Plasma Nutfah

(Colocosiaesculenta (L.) Schott) Secara In Vitro
: Nurwita Dewi
: 98.414

Talas

: Bioteknologi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Barnhang Sapta Purwoko. MSc
Ketua

b&

Dr. Ir. &us Purwito, MSc

2. Ketua Program Studi Bioteknologi


Dr. Ir. Ida H m i d a Somantri MS
Anggota

3. Direktur Program Pasca Sarjana

da Manuwoto, MSc
Tanggal Lulus: 25 Juni 2002

RIWAYAT HlDUP

. .

Penulis CIlhMm di Bogor dagai tmak pextam dari b q d Terteog Swarman
dm ibu W d Pendidikan sarjam ditempuh di Jurusan Agronomi, F a k W
Pertanian, Institut Pertanian Bogor p m h tahm 1983 dan l h pada tahun 1987. Atas
b e a s i dari PAATP Badan Litbang Pertaaian, Departemen Pertanian, maka polda
tahun 1998 penulis melanjutb jenjang pendidikan pada Program Studi
Bioteknologi, Program Pasca Sajanxr, Institut Pertanian Bogor.
Permlis pernah kkerja sarm deogan para petani untuk mnhgkatkan produksi
kedelai di pedesaan di W t a n Eromoko, Woaogki, Jawa Tengah, krsama

dengan tim SoyYield Gap Andy&, Project, ESCAP-CGPRT Center, pada tahun
1988-1WO. Sejak tahun 1990 penulis bekerja di El&
Penelitian Tamman Pangan
Bogor (sekamng Balai Penelithn Bicteknohgi dm Sumkdaya Genetika Pertanian)
sehagai pemulia kedelai sampai tahun 1995. Sejak 1995 sampai sekarang menangani
karaktmhsi, evsluasi dan konservasi plasma nutfah kedelai di Kelompok Peneliti
Sumberdaya Genetika
Pada tahun 1990 penulis rnenikah dengan rekan seangkatan di Agronomi, Budi
Hartojo, dan saat ini telah dikaruniai seoraag putera dan seorang puteri, T a d q
Hartantyo dm Rxqika Rahmadini.

Ahanddillah, =gala puji d m syulnrr pnuh pmjdian ke khradiarlt AUah
SWT~rabmatdankarunbNyasehinggapenulisdapt~~~
yang bejudd "Perbanyakan dan Pektariau Plasma Nut% TaIas (CoIocmia
esculenta (L.) Scbtt) Secara In Vitro7',
Ucapan terirna kasih yang sebesar-hamya penulis
&k
Dr. Ir.
Bambang S. Purwoko, MSc, Dr. Ir. Agus Purwito, MSc d m Dr. Ir. Ida Hanarida
Somnmii, MS, atas segala b

i dan pgmhm dalam perencanaan clan
pelaksanaan penelitian serta penulisan tesis. Ungkapan terim kasih juga penulis
sampaikaa kepda Ketua Kelti Sumberdaya Genetik, Kepeda Balitbio, k p d a
WLmgtan, K q d a Badan Litbang Pertank atas kesemptan yang
sehubungm dengan masa belajar s a q 4 akhir penelitian penulis di Insthit Pertaniarl
..
Bogor. Dertliiuan pula atas dukungan dana penelit'i dari PAATP Badan Litbang
Pertanian dm dana penelitian ARMP dari Ir. Ketty Suketi, MS.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
kepada kedua
orang tua permlis (Bapk Tateng dan Ibu Wiarsih), Bapk Guaawm clan Ibu
Murtrhah, dik Wini, dik Ihsan, mas Budi M o j o , Fiko dm Iska atas segala
dukungan d m do'a yrlng tak putus-putusnya selama penulis melanjutkan studi.
Penulis pun m y a m p a d m terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sutrisno, Ketua Kelti Biologi Molekuler, beserta s@
yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk ukmelaksanakan penelitian di Lab
Kultur Jaringan
2. Rekan-rekan di Kelti Sumberdaya Genetika atas dukungannya s e h pen&
melanjutkan studi. Ibu Minantyorini, ibu Hadiatmi, pak Ngatimin atas

penyediaan e k s p h
3. Dr. Ika Mariska dan seluruh staf Kelti Reproduksi clan Pertumbuhan atas
diikusinya yang hangat
4. Ibu Novianti, mbak Iswari, ibu Yusnita, pak Dwi Hapsoro, mbak Dedeh,
mbak Rostika, mbak Mitri, mbak Nanas, mbak Vivi, pak Priatm, mas Heri
dan mas Deden atas segala bantuannya
5. Rekan-rekan di Program Studi Bioteknobgi atas perdabatan dan
dukungannya
6. Semua pihak yang telab memhikan bantuan dan dorongan kepada penulis
selama penulis mengikuti peradidhn, melaksanakan penelitian dan
rnenyelesaikan tesis.
Penulis berhamp semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membutuhkamya

~~

~~

Bogor, Juni 2002
N m - t aDavi


Ringkasan a d s i s ragam pengaruh asesi talas dan media perbanyakan
terhadap jumlah makan ........................................... ....................

23

Pmgaruh asesi tdas dm media perbanyakan terhadap jumlah anakan ......

23

Ringkasan mahiis ragam pengaruh mesi dan komntmi rnanitol terhadap
peuhah-peubolh yang d-ti
.........................................................

26

Pengaruh konsentrasi manitol terhadap tinggi tanaman (4 MST) .............

27

Pengaruh aseesi talas terhadap tinggi tanatl.lan (4 MST) ........................


27

Pengaruh as& talas dan konsentrasi manit01 terhadap tinggi tanaman
(8-24

MST).........................................,...............................

28

Pengaruh asesi talas dan konsentrasi manitol terhadap skor jumlah akar ...

31

Pengaruh asesi talas dm konsentmi manitol terhadap persentase daun
hidup ......................................... ............................................

33

Pengaruh asesi talas dan konsentrasi Manitol terhadapjumlah anakan ......


36

Konservasi in vitro plasma nutfah talas dengan masa sirnpan lebih dari
6 twlan ......................................
. ............................-............

43

Umbi anakan talas ..................................................................

22

T a b pada media perbanyakan MS(A), MS+2.9 NM IAA+ 4.4 pM BA
.
....
(B), d m MS+-2.9pM IAA+ 22.2 pM BA (C) ...........................

25

Penampiian tanaman talas dalam krbagai k o d manit01 pada umur
6 bulan. (A) MS, (B)MS+mmitol 30 gll, (C) MS+manitol 40 gll, (D)
MS+manitol50 g/l

27

Histogram pxqanh asesi tdas dan k o d manitol terhadap
persentase dam hidup pada berbagai umur simpan ...........................

29

Sebaran perakaran talas di dalam media @a hbagai konsentrasi
manitol ...............................................................................

32

Histogram pengaruh asesi talas dan konsentrasi manit01 terhadap
persentase daun hidup pada berbagai urnur simpan ...........................

34

PenampiIan tanamm tabs pada media MS + manit0140 d ( 2 4 MST) .....

35

Histogram pengaruh asesi talas dan konsentrasi rnaritol terhadap jumlafr
anakan pada berbolgai umur simpan ..............................................

37

I 1. Penampilan tanamafi yang disubkuhur pada media MS

......................

43

1.

Komposisi bahan kimia dari d i a MS (Murashlge dan Skoog 1962) .......

51

2.

Analisis ragm jumlah anakan dalam media perbanyakan urnur 4- 16 MST
(
~
f VxM.5).
o ..~
.............................................................

52

3.

Analjsis ragam tinggi tanaman yang diionserva~iumur 4-24 MST ....,.......

53

4.

Analisis ragam skor jumlah akar tanaman yang dikonservasi umur 4 - 24

MST ..............................., ......................................

54

5.

Analisis ragam p n e dam hidup tamman yang dikonservasi umur
4-24 MST .......,.............................
..........................................

55

6.

Analisis ragmjumlah anakan tartamrln yang dikonservasi umur 4-24 MST
(transformasi Vx + 0.5 ) ............. ........
............................. ...

56

.........

.

PENDAHULUAN
Latar Behkasg

Tahs (Colocasia escdenta)

~~ tan-

umbi-umbian yang dapat

dijumpai hampir di seluruh kepulauan

di M o d Urnbinya W u n g 1.9%

protein (Horton 1988), lebih tinggi h

i dengan ubi kayu (0.8%) dan ubi

jalar (1 -8%) (Wargiono 1980), meskipun kandungan karlmhdmhy (23-7%) (Sutari
1999) lebih sedikit dibmdmgkafi dengan ubi kayu (37.8%) clan ubi jaler (27.9 %)

(Wargiom, 1980).

Seluruh bagiian tanman dapat dikonsumsi T a b telah lam

d i k e d dan sudah biasa dikonsumsi oleh m a q m h t sehingga umbi talas dapat
dijadikan sumber hubohidrat ahematif yang p o t d untuk divenXkasi rrrakanan

pkok
d

i

Sampai saat ini produksi

W

talas di Indonesia mash sangat rendah bila

i dengan ubi jalar dan ubi kayu karena budidaya talas masih merupakan

usaha sampingan bagi

petani

Sehh itu talas juga hanya ~ ~ ~ e r u p kmakanan
an

tambaban kecuali di Kepulauan Mentawai (Yusuf et at. 1996) dan di irian Jaya
(Sahari et al. 1997).
Talas umumnya diperhanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi utuh

(cormus), potongan umbi, umbi makan (cormel), a d a m atau stolon Perbanyakan
tanarnan secara generatif d t

dilakukan ka-ena pembungaan jarang tejadi, b d ~ h

bebrapa kultivar tidak krbunga (Sarono 1978). Cara perbanyakan vegetatif tidak
dapat mengatasi serangan penyakit virus seperti dasheen rnozaic virus ( D m ) ( V o h

dan Zetler 1976), kecuali apabila dilakukaa teknik perbanyakan in vitro dari kuitur

meristem tahs sqxrti yang &porkan OMKartha (1986) dan W ' ' 4er et al.
(1993).

Keberhash kukur in vitro tergantung pada genotipa, eksplan yang digunakan,

jenis rm&,

zat pengatur tumbuh,dm lingkungan tumbuh kuttur. Faktor-Wr hi

dapat d u g k i n t e n h i sehingga perlu dilakukan penehtian untuk meadapatkan
m o d e yang t e p t untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tammn

kultur yang optimal.

Indonesia menipakan negara yang mediki keanekaragaman genetik yang bras,
terinasuk keanekaragaman plasma nutfah talas & e b t dan Aradhya 1991; Irwin et al.
1997; Suketi et al. 2000).

Plasma nutfah sangat berguna di dalam program

pemuliaan tanaman, terutarna s e w flunber gen untuk mmperhaiki sifat-sifat
penting pada tanaman. Sampai saat ini umumnya p&

secara ex-situ di kebun koleksi.

Cara ini memiliki risiko terjadiiya kehilangan

genotipe tanaman karena cekaman lingkungan,
maupun abiotik (kekeringan,

nutfah talas mash disimpan

baik biotik (hama dan penyakit)

kehanjiran) serta memerlukan lahan yang luas dan

tenaga kt:rja yang banyak.
Penggunaan metode kultur jaringan untuk perbanyakan dan penyimpamn plasma
nutfah sangat krmanfaat bagi tanaman-tanamstn yang diperbanyak secara vegetatif

seperti ubi kayu, ubi jalar, Dioscorea sp. dan talas, karena daiarn mempertahankan
koleksiiya tanaman-tanaman tersebut harm setiap sun ditanarn di kebun Berthaud

(1977) menyarankan penggunaan metode penyimpanan in vitro untuk jellis tanaman

ini. Melalui konservasi in viho, k u h tanaman dapat disimpan dalam jangka waktu

hum clan &pat d @ b &

seam

c e p t bib sewah-waktu diprhkau (Nitche

1988).

Meskipun konservttsi in vilro -@

b y a k keunggulan dilbandingkan

tekmlogi

konvensional, m u n sampai saat iai penerapannya belum baayak

dihkuhm

Hal ini disebdhn teknologi konservasi in v i m ks&

khusus atau

spesm untuk spesks tmaman, babkan untuk bebrapa jenis tamman kekhususan itu
sampai pada tingkat varietas

(Mariska et al. 1996). Selain itu metade penyimpanm

secara in v i m mas& memerlukan peaelitian d i h d h g h n dengan teknik pelestarian
plasrna nutfah biji (ortodoks) di ruang dingin yang urmunnya sudah mapan
(Wattimena dan Mattjik 1992).

.

*

Strategi yang diterapkan dalam p e n y h p n m in vitro iahh mermnunalkan

pemmbuhan jaringan k u k , -em
genetiknya.

viabilitas kultur dm stattilitas

Berbagai metode dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan

kultur =lama penyimpanan seperti perlakuan suhu rendah (Hu dan Wang 1983;

Withers 1985), penambolhan senyawa-senyawa retardan sepati cycocel ancymidol
dm p a c l o b u ~ (Withers
l
1985), -an

garam-garam mimral atau sukrosa

(Schnapp dan Preece 1986), dan penggunaan stabilisator osmotik seperti manitol dan

sorbitol (Wdhers 1985).

P e n a r n b manitol pada media mempengaruhi tekanan osmotik media
se-a

mempengaruhi pertambahan tunas dan perpanjangan batang.

Beberap

jenis ubi jalar dan ubi h y u teiah berhasil dikonservasi dengan menggunrtkan manitol

(Sunarlim et al. 1999), demikian pula talas (Staritsky er al. 1987; Bessembinder et al.

r 993).

Tnjuan

Penelitian ini

bertujuan uniuk

mendapatkan rnetode perhanyakan dan

perryimpanan hias secara in vih-o dengan d o 1 sehingga dapat dig-

untuk

pelestarian plasma nut& talas.
Hipot-is
(1)

Penambahan &Bensiladenin (BA) pada media dapat mnhgkatkan jumlah
anakan talas

(2) Plasma nutfah t a k dapat d i s i dalam jangka waktu 6 1 2 bulan secara in
v i m dengan menggumkan konsentrsi d o 1 tertentu

(3)

Terdapat perbedaan respon pertumbuhan antar asesi talas yang dicoba

TWJAUAN PUSTAKA
Botani dan Kegu naao Tallrs (Col~~asia
escuknta (L.)Schott)

Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) r n e r u p h tanaman semusim yang
term&
=

14.

famili Amceae, sub famili Colocasioideae, dengan jurnlah

set

kromosom x

Tabs diperkirakan berasal dari Asia Tenggara atau Asia Tengah bagian

Selatan Ada dua tipe taIas yaitu tipe eddoe yang dikenal sebqai C. esculenta var.
antiquorum (Schott) Hubb. dan Rehder clan tipe dashen (C.esculenta var. esculenta)

(Flach dan Rurnawzls 1996). Di Indonesia talas dapat dijumpai hampir di seluruh
kepulauan dm tersebar dari p t a i sampai ke pegunungan sampai dengan 1 000 m di
atas pennukaan hut, baik

liar maupun dibudidayakan (Direktorat Bina Produksi

1982). Keragaman genetik antar kultivar talas belum banyak diketahui ( L e b t dan

Aradhya 199 1).
Talas merupakan tanaman herbaceous yang tingginya dapat mencapai lebih dari
1 meter. Sistem perakarannya adventif, berserabut dan berada di dekat permukaan

tanah (dangkal).

Batang di bawah tangkai daun y q terietak di dalam tanah

berfimgsi sebagai cadangan makanm (corm) dan memiliki kuncup lateral yang akan
tumbuh menjadi c o m l , sucker atau stolon. Daun talas merniliki tangkai dam yang
panjang dan besar, berbentuk hati dengan panjang 20-50 crn. Bunga talas terdiri atas
tangkai, seludang (spathe) dan tongkol (spadix).

Bunga jantan dan betinanya

berukuran kecil dan letaknya saling terpisah, yaitu bunga ktina yang IXI+WWI

hijau

terletak di bagian pangkal dan bunga jantan di bagian ujung. Bunga jantan dm

betha dipisahkan oleh bagian bunga yang steril. Bunga tala menyerbuk sendiri,

akan tetapi adanya lalat Drosophihk amat

tejadinya pen*
dm

sendiri yang merata Buah talas dapat dipanen 30-40 hari setelah
um~rmryadihasillran 200-500butir per t~ogkolbuah (lhddi 1978).

Pada urn-

seami vege#ifdmgm menggunakan potorgan

talas -banyak

umbii umbi utuh, corael, anakan atau stobn. Manshuri el al. (1997) melaprkan,

potongan rhizom dan c o r d dan irisan

pertmyakan h
lbit tdas dengan

mta umbi induk dapat m n i q k d m jumlah W
i yang diperokh tanpa
~

~

~

b

b

o

t

dbsiilltan dibandingkan d-an

u

m

b

i

~

j

a

n

g

u

m

b

i

~

bibit yang berasal dari rhizom dan c o r n 1 utuh

Talas m w u p h tmamm A m g u m

Sehlnlh bagiau mlmmn dapat

dikonmmsi Umbinya dapat direbus atau digoreng, daun dan t a q h daun dapat

dikonsumsi sebagai sayuran. Umbi talas mengandung 17-28 % amilosa Pati dari
umbi talas sangat mudah dicema sehingga baik digunakan untd tepung IHakanan

i cIaIam campuran inakamm

ternak dan sebagai

aditif dalam pembuatan plastik biodegradable. Dam talas rneru-

makanan yang

bayi. Umbi talas &pat d

i

kaya g E , diddanqa terkandung 23 % protein, k a l s i i fosfor, ksi, vitamin C ,

provitamin A, tiamin, riboflavin dan niasin (Food and Agricdture Organization of
The United Nations 1987). Beriawanan dengan kegmamya, sampai sad ini di

lndonesia ptensi talas belum d h d a a t k a n dengan baik.

Di bebadpa negara di Kepulauan Pasif& terms& Hawaii drln Papua New
Guinea, tab m p a k a n makman pkok Di Idoaesia talas menipdm makanan

pokok di Kepulauan Mentawai (Yusuf er al. 1996) dan di lrian Jaya (Sahari er al.
1997).

~

~

y

s

Perbmyilmn dan Konsewasi Phsma Natfah S w r r In V i i

Kdtur jarhgan atau kuhur in vitro a d a l d ~t e k d mengisolasi dan menumbuhkan
k g i i b a g i tanaman baik organ, jaringan, sel, ataupun protoplasma secara aseptik

dalam d i a buatan yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh, dalam wadah yang

tembus cahaya serta lingkungan tisi y m g terkendali. Metode perbanyakan in vitro
dapat d i u k a n melalui (1) rnultiplikasi tunas dari mata tunas aksikr dan (2) melalui
pembentukan tunas adventif secara @sung

mdtiplikasi tunas banyak digunakan karena

atau tidak langsung.

cepat clan d

Metode

t mengalami

penyimpangan genetik (Annini el al. 1992).
Menurut Gunawan ( I 988) tahap-tahap pelaksanaan kultur jaringan meliputi:
p i a p a n media, isolasi hahan tanarrmn, sterilisasi eksplan, induksi eksplan,
mengkulturkan, aklimatisasi dan usaha pemhdahan tanaman hasil kuttur jaringan ke

lapang. Keberhasilan pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dalam kultur jaringan

ditentukan oleh genotipe eksplan, komposisi media, lrngkungan fisik kultur dan

fisiologi jaringan eksplan (Armini el a/. 1992). Perbanyakan tammm secara ir! v i m
memiliki brbagai keunggulan yaitu tanaman dapat diperbanyak setiap saat tanpa
tergantung musim karena d i u k a n di ruang tertutup, kecepatan p e r b a n y h y a
tinggi, tanaman yang dihasilkan seragam, bahan tanaman yang digunakan sedikit, dm

dapat rnenghasilkan tanaman yang kbas penyakit (Arminiet a!. 1992).

Plasma nutfah mrupakan sumber k e r a g m genetik bagi perbailtan kualitas dart
kuantitas dalam program pemuliaan sehingga plasma nut& yang dimil*i perlu

koleksi q a r t d d a r dari kepunahaa, serh dijaga agar tetap hjdup baik dahm

Pelestarian (konservasi) plasma nut&

dapat dU&m secara in-situ di

habitatnya atau ex-situ di lw habitatnya Silitonga (2001) juga mmyatdm perlunya

dilakukan pelestarirrn plasma n&
mengemhmgkm w

u jenis p d a

secara

on-farm yaitu peles&rian dengan

areal pertamm

K

o

d in-situ dapat

dhkukm di s u h alam (cagar alam). Konservasi ex-situ clapat dilakukzn secara

konvensional di kebun raya, kebun kokksi, meMui penyimpanan benih mupun
secara in vipo melalui kultur jaringan.

B e h p cara dapal d g u d a m pada

penyimpanan m
e
u
u
i kdtur in vilro antara lain (1) penyimpm rnehhIi
pertumbuhan minimal atau pertumbuhan lambat dan (2) penyimpanan dengan

pembekuan (kriopreservasi). Bdaarkan jangka waktu penyimpmq konservasi in
vitro dibagi menjadi dua bagian, yaitu ( I ) penyimpanan jangka pendeklmenengah

dengan tujuan m e n e b pertumbuhm untuk sementara waktu, dhlmkan dengan cara
pertumbuhan h h t dan (2) penyimpamn jangka panjang dengan cara krbpreservasi

dimma aktivitas metabolism sel diherrtikan tapi 4-sel tidak mati.

Teknik kultur jaringan dalam konsemasi plasma nutfah bemanhat untuk (1)
tanaman yang berbiji rekalsitran seperti kelapa, kakao, rambutan, mangga dan

avokad, dan (2) tamman yang ti&

berbiji (memiliki biji berviabilitas rendah), dan

(3) tanaman yang dipbanyak seam vegetaiif (Imelda dan Soetisna 19!X2), seperti

ubi kayu, ubi jalar, pisang, Dioscorea dan talas. Teknik ini clapat mengatasi nwd&
rejuvenasi di lapangan yang setiap tahun hams dilakukan (Plukcnett ef 01. 1987).

Tanaman basil kuttur jaringm yang bebas patogen
p

~~ pertukozran

h nutfah htmmsional (Staritsky er al. 1986; MiUer-Jams dan Howell 1986),

khususnya untuk tanaman-tanamrmn yang diperbanyak dengan stek atau pada
tamumn-tammm yang me&

biji yang &pat menyebarkan virus, m y a

kentang (Pltlcktt et a/.1987).

Usaha peIestarian in vitro akan berhasil apabila memperhatikan kestabh
genetik dari 'koleksi yang d i s i Jenis kultur tertentu mklnya kuftu sel dan
kultur kalus kurang stabil dibandingkan kultur laimp terhadap variasi somaklonal.

Untuk menghindari ketidakstabh genetik,

peles&rian in v i m b i y a

menggunakan kultur embrio, tunas dan planlet (Withers 199 1).

Kom posisi Media Perbanyalrao

Untuk memperoleh pertumbuhan optimal dari jaringan yang ditanarn secara in
vitro diperlukan media tanam dengan komposisi nutrisi yang tepat. Umumnya media

kuhu jaringan dibedakan menjadi media dasar dan media p r h k ~ ~ nMedia
.
dasar

terdiri dari umur hara makro @
P,IK,
, Ca,Mg dan S), unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn,
Cu dan Mo), vitamin (thtamin, asam nikotinat dan piridoksii, myo-inositol, asam

amino dm suplemen nitrogen lain (misal casein hydrolisate, L-glutamin, L-aspamgin,
adenin) dm gula.

karbon

Gula yang digunalcan dalam media dirnaksudkan untuk sumber

yang b i i y a diperoleh melalui proses fotosintesis (Gunawan 1988).

Vitamin diperlukan dalam sistem enzim (George dan S-on

1984). Thiamin

(Bl) merupakm vitamin yang mutlak diperlukan dalam kdtw in vitro. Vitamin lain

yang suing d @ d m

adahh nkh, pydoxin (B6), d m g b biotin, asam

Media hmhh dapat k h t d c cair atau padat. P-jenis

mempaoleh @I

p e ~ t m b u h yang cqmt.

m e n u m b h h tmas dan akar.
keuntmgan d

i

Pqgpmm

media tergantung

Media padat d g u d m untuk
media padat memiliki b e k q a

m media cair yaitu eksplan mudah terlihat, eksplan b e d di

penrmkaan media sehingga tidak mmmlukan alat bmtu

untuk aerasi, tunas dan

akar tumbuh temtur (George dm Sherrington 1984).
Berbagai jenis media telah hqak digunakan, tetapi media yang umum
digunakan adahh media Murashige clan Skoog (1962) tenitam untuk d o g e n e s i s
kukur &em

dan regenerasi tanmum

Media ini mengandung garam-garam

mineral dahtn konsentrasi tinggi (Garnborg dan Shyluk 1981).

Selain MS juga

t e r m media lain seperti White, Vacin & Went, Nitsch & Nitsch, Schenk &
Hildebndt, WPM dm N6. White mengerndung nitrat tctapi tidak mengmdung
amonium, dan 5 5 mengandung garam-gmm mineral dalam komtrasi rendah
(Gunawan 1988).

Jenis media y m g digunakan tergzlntung jenis tanaman. Sunariim et al. (1 999)
menggunakan media MS + 0.5 mgll BA

+ 0.01 mgl NAA untuk perbanyakan ubi

kayu. Tambong et al. (1998) menggunakan media BS (Gamborg) @a Wur in vitro
belitung (Xanthsoma sagittfolium). Kodiswaran dan Ghani (1988) menggunakan
medii MS yang ditambah dengan 0.15-3 mgll2,4-D dan 0.5 mg/l kinetin untuk kultur

-

WIS & & MS

-t

5 mg/l BA

+ 0.5-1.5

@ IBA & 0-gmiS

6MS + 0-3.13

meristetn apikal tahq m h g Chand ef al. (1999)
mgn

.

dari

n untuk o r g a n o g d dari meristem apikal tdas. Gomez et al.

(1991) mnggudm media MS

+ 2.5 mg/i IAA d perkembangan taaaman dan

d i a MS + 0.05 mgfl IAA + 1 mgll BA lmtuk ~~i

talas.

Zmrt Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh a&hh q w a organik bukan hara (bmiM alamiah

mupun sintetik), yang dalam jumlah sedikit dapat mmpengaruhi proses-proses
hiologis dari pertumbuhan ban per-=

tanama~(Nickell 1982).

Diked

enam golongan nat pengatur tumbuh yaitu auksin, g ~ k t i n sitokinin,
,
asarn absisat,

etilen dm retardan. Juga terdapat senyawa-senyawa lain yang ikut aktii dalam proses
pertumbuhan d m perkembangan tarmmn, seperti polifenolik, poliamin, siklitol dan

berbagai senyawa lain.
Di dalam perbanyakan in v i m , peranan auksin adalah merangsang pmkntukan
k,
pemanjangan sel, pembesaran jmhgan dan pemhtukm akar (Pierik 1987).

Beberap eksplan secara alamiah m%mprod?lksi cukup auksin. Jenis auksin endogen
(yang diproduksi oleh tanaman) &I&
IAA, sedangkan yang termasuk auksin buatan
adahh 2.443, NAA, IBA, pCPA (PCMoropenoxy acetic acid).

Pengaruh sitokinin dalam perbm&m

in vitro adahh merangsang pembelahan

sel pada jarhgan eksplan dan merangsang rmhiplikasi tunas. Zat pngatur tumbuh
yang termasuk

sitokinin addah BAP/BA (&Bensilarninopurin / 6-Bensiladenin),

Kinetin, Zmth dan 2ip.

Pengad sibkinin m l u k a n a k 4 k h zat ptxkptw

trrmbuhIrrin,terutamaauksin(Bbjwanidanhah 1983).
Morfogenesis eksplan tergat.ltung pada k e h b n g m a u k dan sitokirrin di

dalam media clan interaksi antara zat pengatur tumbuh endogen p d a tammn dm zat
pengatur tumbuh eksogen yang diserap dari media tumbuh (Wattimam 1988b).

Terdspat siht antagonis dari sitokinin terhadap auksm nRlam inisiasi tunas d m
perbanyakan akar. Tunas terbentuk apbih media mengaradung konsentrasi sitokinin
yang tinggi clan auksin yang rendah, sedangh a h terbentuk biIa perbaodingrm zatzat

tersebut dalam media addah s e b d h p (Mumshige 1984). K o m t r a s i dari

sitokinin dan auksin yang diperlukan tergantung darijenis eksph, gem*

k

h

kondisi

jenis sitokinin dan auksin yang dipergidam

Giberelin dapat mefangszrng pertumbuhan dan rneqmgaruhi pembentukan
tunas atau akar, akan tetapi p q g d m y a k k l a untuk setiap spesies dan koradisi

k b . Penambahm gibrelin tidak esensial dalam perbanyakan in vitro.
h a m absisat berinteraksi dengan zat pengatur tumbuh lain di dab proses

pertumbuhan dan perkemhangan tanamn.

nerghmh.

Bhsanya imteraksinya bersiht

Pada keadaan stres hgkmgan, kandungm asam &is

dahm

tanaman meningkat. Asam absisat dapat digumkan untuk konservasi in vifro ubi

kayu (Sunarlim et al. 1999) dan EucuIyp~usgrandis (Watt et al.2000).

Retardan dan Orrmoregulator

Pemebaan tanaman dalam kultur in vitro mmrlukm sub kultur yang terns
rnenerus. Sub k*

yang sering dilakukan tdak ekonomis d m berisiko kehilangan

-

n m e r i d t a m m m k a r e m k o ~ Melaluilregiatankodkeghtansub
dapat E

be-

- ..

kekb

,,

(Bhojwani dm Razdan 1983).

antara

Kegbhn ini memiliki

lain (1) tidak memerlukan tempat yang h(2)

dam

menghernat temga dan biiya, (3) tidak m@adapi risiko kebilangom genotipa
&'bat g q g u a n
pert-

penyakit clan c e h m m hngkungan lain, (4) mmhhkau

atau p g k h n b&an

tamman kepda penggm ( 5 ) memdaWm

d a b mengambil tidakaa pddcan apabiia terjadi kemunduran pada koleksi, dan
(6) memudahkan perbanyakan (Markka et al. 19%). Untuk memapi tujuan tefsebut

&pat digunakan metode p

e pada suhu
~ rendah (Hu
~ dan Wang 1983;

senyawa retardm seperti cywcel, awyrmdol dan plobutrazol (Withers 19851,
pengurangan garamgaram mineral atau sukrosa (Schnapp dm Preece 1986),

penggunaan osmoregulator seperti manitol d m sorbitol (Withers 1985; Withers dan
W

i 1985). Menurut Wattimena (1988a), untuk tanaman tropis penyimpanan in

vitro lebjh baik

dishpan

dilakukan dengan cara pertumbuhan minimal. Tanaman ini dapat

dalam media kuit-m y m g ditambah ancymidol dan paclobutraml

( W a t t k 1988b), atau manitol (Withers 1991).

Retardan merupakan senyawa organik sintetik yang bila diberikan pada
tanaman dapat menghambat pepmjmgan batang, meningkatkan warna hijau daun

dan secara tidak langsung mempengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan

perturnbuhan yang a b n o d . Retadan &pat dgumkan untuk konserwtsi in vim,

pengakaran tan-

atau pembentukoln

urnbi m k o . Beberapa jenis retardan yang

telah d i k e d adalah cycocel ancymidol dm porclobutraml. Di dalam konservasi in

oltsidasi dari enf k e n e uenejadi asam ent kawemat dalam pernbentukan asarn

Paclobutrazol dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan cara menekan
pertamhahan tinggi tanaman, pernanjangan ruas dan luas dam

paclobutrazol terhadap perpanjangm masa do&

Pengaruh

umbi mikro kentang dapat

dhanfaatkan untuk pengiriman umbi antar daerah (Armini et ai. 1992). Dalam kultur
jaringan, semakin tinggi konsentrasi paclobutrazol ruas tanaman yang dihasilkan

semakin pendek namun pemendekan ruas mengalami penurunan seiring dengan
bertambahya umur sinpan kultur sehgga menghasilkan panjang ruas yang normal
pada bagian atas tanaman dalam kdtur.

Dibadngkan dengan retardan b y a ,

p a c l o ~ mempunyai
~ l
sifat tmmlokasi yang kbih b&
dalarn m

e

sehhgga kbih efkktif

w pertumbuhan (Wattimena dan Mattjik 1992).

Penyimpanan

dengan paclobutrazol pernah dhkukm antara lain pa& tanaman pulasari (Gati et a!.
1994) clan jahe (Mattjik et al. 1994).

Osmoregulator rnerupabn suatu zat yang dapat metanaman dengan cam

..

pertumbuhan

tekanan osmotik dalam media kultur. Manitol

dan sorbit01 rnerupda jmis osmoregulator yang dianjurkan (Grout 1995). W t o l
(C6H406) (Gambar I ) adalah gula alkohol polihidrik atau asiklik polyol, diturunkan

dari nmmsa atau fruktosa dan berperan pating dab tmnslokasi asidat di d a b

terhadap stres bgkungan dengan cara mehdungi proses-proses dalam sitosoL

Dalam konsenlasi yang

tinggi, manitol d

i

i untuk pengujian kekeringan

Garnbar 1. Rumus bangun manitol (C6H 1406)

P e n a m b manitol ke dahm media kultur menghambat perturnbuhan dan
perkembangan tanaman kdtur (Staritsky et al. 1987) tanpa mempengaruhi sifat
genetikr~ya( G h r g dm Shyluk 198I), sehhgga manitol dapat digunakan untuk

kollsewasi in vitro. Penam-

manitol 5 -70 gA mengurangi pertumbuhan kultur

ubi jalar, akan tetapi konsentrasi optimal untuk konservasi ubi jalar s e h m lebih dari
12 bulan adalah 20 gA manitol (Mandal dan Chandel 1996). Suketi et al. (1997)

thelaporkan konsentrasi manitol optimal untuk penyimpanan ubi jalar adalah 40 gll.

Hal ini didukung oleh laporan Sunarlim et al. (1999). - Staritsky et al. (1987) dapat
menyimpan talas selama 14 bulan d a b media tanam yang ditambah 45 gll manitor.

tabs

t a x h i t (45 gli) Bessembiada ef al. (1993) &pat

Pada ko-

selama 42 Indm dm pada koIlsentt.asi 30 g/l dapat d i h h h n kommasi s e b 102

b

h dengan jumlah tananwn y m g tumW (nmhw) W ? .
Hasil penelitian Acedo

(1994) menunjukkan bahw p m m b a h nmibl2% rlalam media tumbuh ubi Imp

kbih
et

d~dmdhgbmkomenhsi yang lebih tinggi (4

- 6%). S

e

u Sunarlim

al. (1W)
dan Engelmann (1991) m q a t a h bahwa penggunaan d o 1 tidak

tepat untuk penyimpanan ubi kayu

s
e
w petlu digunakan zat penghamhat

turnbuh lain seperti asam absisat (ABA) 1 mgll (Sunariim et al. 1999). Konse-i
manitol yang opts untuk konservasi pisang srlabtr 2 - 4 % (Bhat dan Chandel
1993). Pada konsentrasi yang lebih tinggi dari 4%, d o 1 dapat menyebabkan
kematian pada kuhm tanaman pisang (Bhat dm Chaadel 1993) dan ubi jalerr (Suketi
et al. 1997).

BAHAN DAN METODE
Tempat dam Wakta Penelitinn

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kuhur Jar*
Biologi Molekuler,

Kebmpok Peneliti

Balai Penelitian Biotebbgi Tanaman P
-

Bogor.

Peneiitian dilaksanakan pada bulan Mei 2000 - Juni 2001.
Bahaa dan Alat

Bahan yang digunakan dalam p e r c o b ini lullllah tunas umbi anakan dari 5
nomor asesi talas, agar bakto, media MS,zat pmgatw hunbuh Asam Indol-3-mt
(IAA) dan 6-Bensiladenin (BA), Manitol, etanol

7 W , etanol 90%, Baych 50 %,

Bayclin 15 % dan akuades steril. Peralataa yang digumh adahh peralatan untuk
rnembuat media, peralatan tanam dan rak kdtw.
Metode Percobaan

Penelitian ini terdiri atas dua kegiatan, yaitu kegiatan perbanyakan dan kegiatan
konservasi in v i m .

Pada kegiatan perbanyakan, penelitian dilakukan dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu jenis media sebagai
faktor pertama dan asesi talas sebagai faktor kedua. Model mncangan p e m h
yang diiunakan adalah:

Yijk=p+Ti+Mj +(TM)ij + ~ i j k
dimana:

Yijk

= respon asesi talas ke-i terhdap

Cr

= nilai rataan;

Ti

= pengar&

asesi tabs ke-i;

media ke-j pa& ulangm ke-k;

Mj

= M

n

d

a Ire-j;

(TM)ij = pengaruh interaksi antma asesi talas ke-i dengan media ke-j;

r ijk

= pengaruh galat percobam p d a asesi talas ke-i

dan media ke-j pada ulangan

ke-k
Asesi talas yang digunakan aclPllah No. 21, No. 586, No. 503, Tabs Jahe dan

Lurnh Banten, Media perlakuan terdiri atas MS,MS+ 2.9 pM IAA '+ 4.4 p M BA,

dan MS + 2.9 @
IAA
I+ 22.2 pM R A. Jumlafi ulangan setiap perkdam 14.
Pada kegiatan konservasi in vitro, penehian dilakukan dmgan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor, yaitu asesi talas gbagai faktor pertama

dan jenis media konservasi sebgai faktor kedua. Model rancangan percobam yang
digunakan addah
Yijk = p + Ti +Kj i(TK) ij + ~ i j k
dimana:
Yijk

= respon asesi talas ke-i terhadap d

P

= nilai rat-;

Ti

= pengaruh asesi talas ke-i;

Kj

=

i a konservasi ke-j pada w
a
nke-k;

pengaruh media konservasi ke-j;

(TK)ij = pengaruh interaksi antara asesi tabs ke-i dengan media k o w a s i ke-j;
E ijk

=

pengaruh galat percobaan pada asesi tala ke-i dm media konservasi ke-j

pada ulangan ke-k
Asesi tahs yang digunakan adatah No. 2 1, No. 586, No. 503, Talas Jahe dan

Lumbu Banten. Media perlakw adalah MS,MS + manit01 30 g/l, MS + manit0140

gll dan MS+ marritol50 g/l. K

o

d dilakukan =lama 6 bulaa Jumlah

setiap perlakuan 10.

Pehksanaan Penelitian

Persiapan Ekspho

Bahan tanaman yang digunakan ad&

umbi analcan yang belum tunhuh (masih

di kwah permukaan tanah). Untuk setiap perlakuan diilukan minimal 20 umbi

anakan. Bahan tamman diambi dari tanaman irmduk y m g memiliki banyak umbi
anakan

dari Kebun Percobam Cikeumeh dan Pacet, kemudian ditanam h
i

dipelihara di ember di rumah kaca.

Setelah tunas tumbuh h - k i r a 1 cm, umbi

anakan tersebut diambil sebagai eksplan untuk perbanyakan.

Untuk rnencegah

kontaminasi, bahan tanaman yang akan digunakan d i s k h i dengan cara
mencucinya dengan r h o , kemudian dibilas di hawah air mengalir dengan

menggunakan sikat sarnpai potongan tunas tersebut bersih dari kototanltawh Di
dalam laminar air j7mv umbi eksplan dipotong dengan ukuran L/z x '/z crn dan h g g i

tunas % cm, kemdian dicuci dengan BaycIin 5W ( b a l m &if NaOCl 5.25%)
selama 10 menit kemudian dibilas dengan akuades s t e d sebanyak 3 kali, selanjutnya

eksplan dicuci kembali dengan Baych 15% s e b 10 menit, k e m u d i d i b i
dengan a k d e s steril sampai Bayclin hilang.

Pem buatan Media

M d i yang diguuakan adahh media MS (Lampika 1). Untulc penyiapan media

MS semua h t a n komponen rnedia ( h a makro dan mikro, besi serta vitamin)
dipipet satu per satu dari larutafi stok d m dimaddcan ke dalam gelas piah. Sukrosa

sbauyak 900 ml sunbid diuk dengm magnetic stirrer. Setelah larut dilakukan

pengukuran pH. pH larutan diatur agar mncapai 5.8 dengan me-

0.1 N

HCl atau 0.1 N KOH. Setelah diperoleh pH yang diginkan, ke dalam Ianitan
tersebut ditambdcan agar k t 0 8 gll. Volume akhir larutan ditera sampai I liter
dengan rnenambahkan a k d . Media dipmaskan dengan hot plate clan d i u k
'

dengan magnetic stirrer sarnpai agarnya W. Larutan media dhasukkan ke dalam

botol-botol kultur dan ditutup dengan plastik. Media dalam botol disterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 120°C, te-

18-20 psi, selama 20 menit. Setelah diautoklaf,

botol kultur dishpan di rak.

Persiapm medii perbanyakan dilakukan sanra dengan pembuatan media MS
tetapi pada setiap liter media MS ini d i t a m w 2.9 pM IAA + 4.4 pM BA, atau

2.9 pM IAA

-t

22.2 pM BA. Untuk media ko~l~ervasi
pada setiap liter media MS

ditambdm 30 gram manitol, 40 gram manitol atau 50 gram rnanitol.
Penanaman Eksplan

E k s p h ymg sudah s t 4 ditanam di media MS dalam btol kultur yang
ditutup plastik dan diinlcubasikan di ruang terang pada suhu 25e0c. Setelah dam

tumbuh clan eksplan telah bebas dari kontaminan Cjarnur dm Wteri),setiap tanaman

dipindahkan ke media multiplikasi sesuai dengan perlakuan yang tehh dirancang
sebelurnnya. Setiap 4 minggu tanaman disubkultur dalam media multiplikasi yang

sejenis untuk rnemperoleh mother plant stock talas.

Anakan talas dari setiap asesi yang akan dikowmasi dipkahkan dari
kelompok tunas mother plant dengan cara memotongnya pada cawan petri,

.
dpdakm
Le media MS sampai mencapai tinggi kira-kira 1 cm, kermadian dbmm
*

di media k

o

M Botol kultur yang berisi eksplan ditutup dengau plastik dm

diletaLLm d a b rak loltnn yang dhhq*n daLm ~ a n g
temng bersuhu 25 Sl

OC.

Kdtur dipelibara s e h 6 huh untuk d d h t pmmhhamm kemudian sebagian
d i p ' i ke nnlrrmmedia MS untuk dilihat daya tumbuhnya (regmwth).
Pengamatan

Set*

empat minggu Jekali

dahun mEdia pabenyaLrm dihh*an -tan

terhadap peubah jumlah adcan, sedaaglran dalam media kommasi dilakukan

pengamtan terhadap pubah:
1. tinggi tamman (diukur dari permukaan media sampai dam tertinggi)
2. persentase daun hidup (jumlah dam h i d u p T ' dam total)
3. jumlah aaakan (ada tidaknya anakan pada eksplan)
4. jumlah a h (dihitung dengan skor, yaitu: (1)

jurritah akar 1-5, ( 2 ) jumlah

akar 6-10, (3) jumlah akar 11- 1 5, (4) jumlah ak.ar 16-20, dan ( 5 ) jumlah akar

lebii dari 20).

HASIL DAN P E M B W A P J

pnpm&m p i t u umur 16

MST (rninggu setehh m).Jumkah amhn yang

Sumber
Keragm
Asesi

**

**

Media

**

Asesi x Media

**

**
**

Minggu ke4

8

16

12

**
**

**

*
*

**

Keterangan: ** Berbeda nyata pada analisis ragam 5 %
Tabel 2. Pengaruh asesi tdas dan media p e r m terimdap jumlah anakan

1

0.1 d

0.2 f

0.5 fg

0.7g

MS+29pM I M M . 4 p M BA

0.5 bcb

2.1 a h

6.2 lxd

10.1 cde

MS+2.9pM IAA+4dpM BA

1.1 a
0.9 ab
0.1 d

2.7 ab
2.9 ab

5.5 cde

9.2 de
16.6 ab
2.2 f

MS

M S + ~ . ~ PMMA + ~ ~ JBA
~M

MS

0.5 ef

7.6 bc
1.5 f

MS+Z.PpM IAA+4.4pM BA

0.0d

MS+2.9pM LM+22.2pM BA

0.7 abc
0.0 d
0.7 abc

2.7 ab
0.1 ab
!.7 Cd

0.4 cde

1.1 de
0.1 f

0.8 fg

r .o fg

2.0 bc
3.0 ab

4.7 de
6.4 lxd

10.6 cde
11.4 cd

MS
MS+2.9pM IAA+4.4pM BA

MS+2.9pM lAA+22.2pM BA

MS
MS+2.9pM M + 4 . 4 p M BA

1

I

Umur (MST)

M A

MS+2 9yM IAA+22.2pM BA

0.0 d
0.4 lxd
0.9 ab

3.3 a

8.5 ab

6.4 b ~ d
0.3 g
4.6 de

3.9 f

15.6 ab
13.4 k

0.3 g
10.2 de

7.6 e

n:
mgka ymg diikuti oleh huruf yang sama pa& kdom yang

uaf uji 5% (DMRT)
mgka yang disajikan adalsrh m

sama ti& babeda nyata p d a

n jumlah kumulstif pmgarnatm

G a m k 3. Histogram pengar& asesi talas dan media p e r b m y h terhadapjumlrth
m&an padaumur4l6MST

G a m b 4. T a k pada media perbapbn MS (A), MS2.9 pM ISLA+ 4.4
BNB), dm W 2 . 9 pM IAA+ 22-2 @
BA (C).
I

-B

h a d p-

tedhat

No. 503, TaIas Jahe d m

-.

~

~

d i b m h g No. 21 h N o . $86. P a & ~ k ~ i A A ~ s a t z i a ( 2 . 9

j~~@~~di~BA4.4Nmdeqmjumlelhanrakan

daIam media $eagm BA 22.2 pM pPtda Nu. 503, T&
~

~

@

~

~

a

ngxk

i

k

o

~

~

i

J

B

E

A

m

y

d

LmntnX 33mt.q
e

t

h

~

J.umlahambnN0.21
m
g
&
~ p&

--w

i

BA 22.2 pM lebih 'lhggi 74.3% &@h&t~

~~~sIIIJ&
BA 4.4

ihggi80.4% d

~

JZ?E

i

pM sdangkm jm&di mahu No. 586 p.& 22.2 pM BA klih
i pads-zllPdia p@

Pada rdrhir p g m a t m p&

4.4 pM RA.

media MS rah-mta

jumlah

makm terkyak

dipmlehdsri No. 503 (2.21. P & ~ I D & ~ M S + ~ . ~ ~ M I A A +ra~
wm
Aa
,~BA

y

jumtah makm t e h u p k d i l e h dari No.503 (15.6) dan @a nmih MS + 2.9 pM

IAA + 22.2

pM BA mta-rata jumW anakan k r h y a k dipetoleh dari No.21 (1 7.6).

Ebplan yang d i g u d m pada p r c o b ini adaIah analran talas hasil
p d a q a k m daiam media MS yang ditamhh ntt pengatur tumbuh Pada saat anakan

dalam media tersebut mencapai tinggi !5 cm dipdabkm ke media MS untuk
mmstirnulir pertumbuhan akar dan dam Pada saat tinggi tatwnwn h-kira I cm

B d a s a r h a d k i s ragam dapat dilihat bahwa mulai umur simpan 12 MST, a*

Tabel 3. Rmgkasan a d s i s ragam pengaruh asesi dan konsentrasi manitol terhadap
peubah-peubah yang diamati.
Sunk
Keragaman
h i

Peubah
4

**

Tinggi
Skor jumlah akar
9%&un hidup
Jw&h anakan

**
tn
tn

**
**

Tinggi
Skor jumlah akar
% daun hidup
Jumlah anakan

Manit01

tn
tn
tn

8

**
**

Umur Simpan (MST)
12
16
20

tn

**

**
**
tn
tn

**
**

Tinggi
**
Skor jumlah akar
Manitol
% daun hidup
tn
tn
Jumlah anakan
tn
tn
Ketaangan: tn = tidak berbeda nyata
pada
analisis
ragam 5%
.
** = babe& nyata pada analisis ragam 5%
Asesi

x

-

**
**

**
*

**
**
**
**
**
**
**
*

**

**
* rp
**
**
**
**
**
**

**

**

**

*

**
*+

**
**

**

24

**

**

*

**

**

**
*

**

**
**

8*

**

**
**
**

**
**

N0.586
NO,~m
T h lahe
LumbuBmtm

2.37 b
i .80 r;ib
1.67 a
1.86 ab

KK
pa& taraf uji 5% @hBtT)

dagm cqat d m setelah umur 8 MST truuurran menyentuh permukaan atas btoL
Pada akbir pqpmtau tanamaa tertinggi arlnlah NO. 21, d9n tanaman terpendek
adahh Lumbu Banten

Pada media yang d b m W m r h l pertumbuhan tamman

(Garnbar 5 dan 6). Hsmbstanterkecil diaLrmiokb tamman p d a media dcqgan

ksi

Manitol

(dl)
No. 21

1

8

12

1

16

1

20

1

24

...........................Tinggi (m).........................
8.30 a

Po

1

Umur Simpan (MST)

3.93 de
1.54 f

++

12.2 a
5.77 c
2.04 gh

12.45 a
7.62 e
2.06 f

13.50 a

7.66 de
1.73 gh

14.33 a
7.38 f

2.29 hij

No. 586

No. 503

t;o"

1.06f

11.08h

1 1.13 f

)1.19h

I1.19j

1

iikuti oleh huruf yang m a p d a kolom yang sarna tidak h k d a nyata
pada hmf uji 5% (DMRT)

&l

30 g/l.

Pada umur simpan 24 MST tinggi tatwrrwn pada mrlllitol 30 fl

tertinggi Rrlalah No. 586, diikuti oleh Llrmbu Baaten, No. 21, No. 503 dan Talas

Jahe.

Pada konsentrasi d t o l 40 g/l tananmu tertinggi a&hh No. 586, diikuti

oleh Lumbu Banten, No. 503, No. 21 dan Tahs Jahe, sdangkm p d a koasentrasi
manitol 50 g/l, No. 586 adahh tamman tertinggi, d W i okeh No. 503, No. 21,
Lurnbu Banten clan Tahs Jahe. Dalam k & a i media yang ditambah d o 1 pada
30 - 50 g/l No. 586 slrlaLlh tanaman tertinggi dan Talas Jahe t e p d e k .

ko-i
Dengan

umur

simpan, p d a manitol 40 dan 50

gll terlihat

prhmbdm tinggi tamman No.586, sedangkao pada asesi lainnya tidak terlihat.

Skor Jumlah Akar

Berdadcm analisis ragam

terlihat bahwa asesi, manitol dm interaksmya

b e r p g a d nyata terhadap skor jumlah akar selama masa simpan (Tabel 6 clan

Lampiran 4). Dslam media MS pertumbuhan akar-tidak terhamhat d a n g k m dengan
pemmbbn mad01 pertumbuhan akar t e r h h t .

Skor jumlah akar t e h y a k

terdapat pada media MS,skor jumlah akar paling sedikit terdapat pada media MS

+

manit01 50 gll. Hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa akar pada media

MS lebih panjang d i W i akar pada media yang ditambah rnanitol (Gambar 7).
Pada umur 4 MST belum terlihat adanya perkban skor jumlah akar Talas Jahe

dm Lumh Baaten pada k b g a i media p e r k h a n Jumlah akar No. 2 1 d m No. 503
terhambat dengan pemmhhm manitol sedang No. 586 tidak terhadmt.

T h l 7 . Pengaruh asesi talas d m konsentrasi manitol terhadap skor jumlah alcar
k s i

Mar~itol

(gn>

No.21

Unnv S

i (MST)

116
1 20 1 24
........................ Skor Jumlah Akar.. .....................

4

18

12

0
30

40

No. 586

No. 503

Tdas
Jahe

50

1.0 f

0

1.5Me

1.2 f
2.6 a h

50

2.1 a

3.1 ab

0

1.6M

3.1 ab

50

1.1 ef
1-4bcdef
1.3 cdef
1.0 f
1.0 f

2.3 cd

0
30
40

50

2.8 abc

2-9 efg
4.8 ab

1 :::;

2.3 cd
1.2 f
1.1 f

I

Keterangan: Angka yang diikuti oleh hiuuf ymg
pada taraf uji 5%

4.2abcd
3.5 def
1.9 h

4.9 a
4.3 ab

2.5 d

ma pa& kolom yang

2.9 d
ma

tidak h b e d a nyata

Pada akhir pewamatan, sampai konsentrasi rnanitol 40 dl, skor ju&

akar No.

21, No. 503 dan Lumbu Banten s m a dengan skor jurnlah akar pada media kontrol

penurunan skor jumlah akar terjadi pada rnanitol 50 g/l. Skor jurnlah akar No. 586
pada media yang ditambah manit01 sama dengan skor jumlah akar pada media

kontrol. Skor jumlah akar Talas Jahe pada konsentrasi manit0130 g/I sarna dengan
skor jumlah akar pada media kontrol, penurunan skor jumlah akar terjadi pada

konsentrasi manitol yang lebih tinggi.

L;d.
.

JrkA

7

pbl-pl
-