Studi Perencanaan Pengembangan Mata Pencaharian Di Kawasan Pulau-Pulau Kecil (Studi Kasus Di P. Nusa, Dan Tinakareng Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud)

PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebagai negara kepulauan Indonesia melniliki ribuan pulau-pulau, baik
pulau-pulau besar maupun pularr-pulau kecil.

Kawasan pulau-polau tersebut

~nemilikipotensi sumberdaya perikanan yang melimpah yaug disertai dengan
adanya ekosisteln pesisir seperti hutan bakau, terumbu karang, dan padang la~nun
(sea grass). Keanekaragaman hayati laut di kawasan ini sangat tinggi dan

rnemiliki nilai ekonomis penting. Walaupun kawasan pulau-pulau kecil memiliki
potensi sumberdaya yang besar, tetapi selama ini belum mendapat perhatian yang
serius dari pemerintah

dalan pengelolaan dan pembangunannya, sehingga

kawasan pulau-pulau kecil identik dengan kawasan yang terbelakang dan kawasan
yang susall terjangkau sehinggga menjadi kawasan dengan pemunbuhan
pembangunan yang lambat.
Kawasan pulau-pulau kecil cenderung rentan dalam menerima dampak

dari kegiatan pembangunan yang dilakukan.

Kawasan ini lebill cocok

diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan dengan kegiatan
kearah konservasi lingkungan atau kawasan rehabilitasi ekosisitenl. Oleh karena
itu pemerintah mencoba untuk ~nengembangkankegiatan mata pencaharian di
kawas& pulau-pulau kecil yang ramah lingkungan diikuti ole11 kegiatan
rehabilitasi ekosistemnya untuk menjaga kelestarian lingkungannya.
Untuk mendukung kegiatan tersebut perlu diikuti oleh perencanaan yang
tepat, baik dalan perencanaan pelaksanaannya maupun dalan perencanaan

.

pemantauan dan pengawasan serta perencanaan evaluasinya. Kegiatan tersebut

dil~arapkan dapat menge~nbangkankawasan pulau-pulau kecil d a i masyarakat
yang menghuninya. Model perencanaan partisipatif merupakan salah satu
alternatif perencanaan yang


harus

pendayagunaan pulau-pulau kecil.

dilakukan

dalam

pengelolaan

dan

Model perencanaan ini dilakukan dengan

~nelibatkan selnua elemen masyarakat yang ada di kawasan tersebut baik
pemerintah daerah, lembaga perwakilan rakyat, lembaga sosial seperti yayasan
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), pihak swasta, lelnbaga ekonomi seperti
pengusaha dan koperasi, lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi dan sekolal~
setelnpat dan para stakeholder lainnya. Model perencanaan ini diharapkan dapat
memberikan arahan pada pernbangunan pulau-pulau kecil yang sesuai dengan

kebutuhan potensi wilayah dan daya dukung daerahnya.
Kawasan Kabupaten Kepulauan SangiIie Talaud merupakan kawasan
kepulauan pulau-pulau kecil yang melniliki 124 pulau baik yang berpenduduk
lnaupun yang tidak berpenduduk. Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya
alan yang besar tetapi perturnbuhan ekono~ninyacukup lambat bila dibandingkan
dengan kabupaten lain di Propinsi Sulawesi Utara. Kawasan ini sangat cocok
untuk dijadilcan model dalam pengelolaan dan pendayagunaan pulau-pulau kecil.
Mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Sangihe Talaud adalah
petani, sedangkan nelayan menempati urutan kedua.

Bidang

perikanan

merupakan mata pendlarian yang penting bagi ~nasyarakatKepulauan Sangihe
Talaud karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan dan pulau-pulau kecil.
Praktek-prektek kegiatan tidak ramah lingkungan sering terjadi dikawasan ini
seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman, penggunakan potassium dan
penambangan karang.


-

Ole11 karena itu perlu dikembangkan kegiatan mata

pencaharian altematif yang ramah lingkungan di kawasan pulau kecil.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan penelitian tentang Studi
Perencanaan dalam Pengembangan Mata Pencaharian di Kawasan Pulau-Pulau
Kecil (Studi Kasus di P. Nusa dan Tinakareng Kabupaten Sangihe Talaud).

Identifikasi dan Perurnusan Masalah
Kawasan pulau-pulau kecil di Kabupaten Sanghe Talaud rnen~pakax
kawasan yang kurang mendapatkan perhatian pembangunan, sellingga menjadikan
kawasan ini kawasan relatif terbelakang dibandingkan dengan kabupaten lain di
Propinsi Sulawesi Utara.

Mayoritas wilayah pulau-pulau kecil di Kabupateu

Sangihe Talaud merupakan wilayah tak berpenglluni, disamping ada beberapa
wilayah yang meiniliki penduduk.
Kawasan ini cenderung inemiliki aksesibilitas yang rendah sehingga

diperlukan investasi yang besar (big investment) untuk membangun sarana dan
prasarana serta transportasi antar pulau.

Selain itu daerah ini jnga kurang

me~nberikankepastian perlindungan hak dan kepastian berusaha.
Wilayah pulau-pulau kecil mempakan kawasan yang sangat snkar dan
mahal dalam penyediaan sarana dan prasarana publik. Sulitnya pengembangan
kegiatan ekonomi disebabkan beban yang besar baik ukuran inaupun danlpaknya.
Kegiatan ekonomi perikanan di perairan pulau-pulau kecil cenderung kearah
kegiatan tidak ramah lingkungan seperti pemboman, pembiusan dan penggunaan
racun baik ole11 nelayan asing maupun lokal. Dala~nkasus tertentu, pulan-pulau
kecil yang terisolasi dijadikan tempat penyelundupan, pembuangan limbah dan
atau penambangan pasir. Hampir seluruh aktifitas ekonomi yang berkernbang di
wilayah pulau-pulau kecil menimbulkan danpak yang perlu diwaspadai dalam

kelestarian lingkungan, selain memberikan danpak pada

'


peningkatan

pertumbulian ekonomi juga mengancam degredasi lingkungan pulau-pulau kecil.
San&e

Talaud sebagai kabupaten kepulauan memiliki beberapa

pennasalahan dalan pe~nban~wannya,diantaranya adalali sulitnya mernbangun
infrastruktur karena wilayahnya tersebar

di kawasan pulau kecil, kurangnya

sarana dan prasarana transportasi yang mengakibaikan aksesbilitasnya re~ldal~,
jalur distribusi dan pemasaran bagi komoditas yang ~nasukdan keluar menjadi
tidak lancar, kurangnya daya tarik investor dalan menge~nbangkan cisaha di
wilayali ini. Selain itu kawasan ini m e ~ p a k a nkawasan rentan bencana alam,
sering tejadinya gempa tektonik, gempa vulkanik, bencana meletusnya gunung
berapi dimana yang terakhir meletus pada Tahun 1992, kawasan rawan longsor
dan banjir karena memiliki lalian miring
wilayahnya.


sekitar 57,80 % dari total luas

Kabupaten Sanghe Talaud merupakan kawasan yang rentan

terliadap pemanasan global, angin topan, dan gelombang tsunami.
Berdasarkan kenyataan geografis di Kabupaten Sangihe Talaud,
pengembangan investasi di daerah ini sukar untuk dikembangkan, oleh karena itu
mata pencaharian yang berkembang di kawasan ini adalah pada sektor pertanian
dan perikanan. Pada pengembangan mata pencaharian bidang perikanan di daerah
ini sering tejadi praktek-praktek kegiatan yang tidak ramah lingkungan yang
cenderung merusak lingkungan kawasan yang notabene sangat rentan terjadi~iya
pembahan gejala alam ini. Kegiatan-kegiatan yang merusak tersebut diantaranya
adalah praktek penangkapan ikan dengan pengeboman, mengynakan racun dan
potassium, penghancuran karang dengan kegiatan penanbangan dan kegiatan
memsak lainnnya.

Oleh karena itu perlu dikembangkan kegiatan lnata

pencaharian yang ramah lingkungan dan dapat menjadi tumpuan masyarakat

untuk mendapatkan penghasilan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan mata
pencdharian bersama-sama dengan para stakeholder yang ada di kawasan pulaupulau kecil tersebut. Diharapkan perencanaan dengan melibatkan masyarakat
lokal pulau-pulau kecil akan lnendukung berkanbangnya kegiatan ekono~niyang
ramall lingkungan yang memberikan dampak pada pembangunan kawasan pulaupulau kecil yang berkelanjutan.
Dan penjelasan di atas, pemlnusan masalah penelitian ini adalal~:
1.

Bagaimana kondisi pemanfaatan su~nberdaya perikanan laut dalilln
bentuk berbagai upaya penangkapan ole11 nelayan di kawasan pulau kecil
Kabupaten Sangihe Talaud.

2.

Bagaimana pengembangan mata pencaharian di kawasan pulau-pulau
kecil di Kabupaten Sangihe Talaud dengan model perencanaan yang
partisipatif.

3.


Apa altematif mata pencaharian yang ramah lingkungan yang dapat
dikembangkan di pulau-pulau kecil di Kabupaten Sangihe Talaud.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalab:

I. Mengetahui kondisi pemanfaatan sumberdaya laut di kawasan pulau kecil
Kabupaten Sanghe Talaud
2. Mengetahui pola pengembangan mata pencallarim yang sesuai di kawasan

pulau-pulau kecil

3. Mengetahui aspek-aspek pendukung keberhasilan aktivitas pengembangan
mata pencallatian altematif di kawasan pulau kecil

Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat
lnemberikan manfaat pada : terciptanya rumusan

pola


pengembangan mata

pencaharian yang ramah lingkungan di kawasan pulau kecil di Kabupaten Sanghe
Talaud sehingga mampu ~neningkatkankesejahteraan masyarakat dan kelancaran
pengembangan dan pembangunan pulau-pulau kecil.

Kerangka Pemikiran
Pengelolaan Pulau-pulau kecil diarahkan pada peningkatan produktivitas
wilayah, yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal
pulau, produk dolnestik bruto, devisa negara, gizi masyarakat dan penyerapan
tenaga kerja, tanpa rnengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya kawasan
pulau-pulau kecil. Pengalaman dari proses pembangunan yang telah dilakukan
selama ini, ternyata upaya peningkatan produktifitas dan produksi sektor kelautan

lebil~sulit dibandingkan dengan usaha produksi pada usal~aperikanan darat dan
pertanian lain yang ine~nanfaatkansumberdaya daratan.
Kawasan pulau-pulau kecil sebagai aset untuk dikembangkan dalam
rangka mewujudkan penguatan masyarakat penghuninya, penguatan ekonomi dan
penguatan pendapatan negara merniliki karakteristik tersendiri setiap pulaunya,

diantaranya pulau berpenduduk dengan aktivitas ekono~niyang sudah ramai,
pulau tanpa pendudnk yang 11anya menjadi persinggahan para nelayan, dan
persembunyian para penyelundup, pulau tanpa penduduk dengan ekosisiteun yang
rnasih alami yang cocok dikembangkan sebagai daerah konservasi, dan pulau
tanpa penduduk yang memiliki potensi wisata bahari yang tinggi. Pulau-pulau
kecil mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, bruk sebagai
kawasan sentra kegiatan ekonomi, pariwisata, konse~asimaupun kegiatan politik
dan pertahanan keamanan.
Oleh karena itu pengelolaan pulau-pulau kecil hendaknya disusun dalam
bingkai pendekatan yang harmonis dengan memperhatika~l sistern nilai dan
kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat, potensi
lokal dan unit usaha masyarakat. Pwnberdayaan diharapkan akan meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk pengambilan keputusan dan pengawasan pengelolaan
sumberdaya pulau-pulau

kecil.

Upaya

tersebut

akan

lebih

menjamin

kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian sumberdaya
pulau-pulau kecil.
Pendekatan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil dilakukan bersarna-sama
dengan masyarakat lokal di pulau tersebut. Pengelolaan berbasis masyarakat

(community based development) dilakukan dengan melibatkan unasyarakat dalam

sernua proses pembangiman, dari mulai perencanaan sampai evaluasi dan
pemantauan. Dalam paradigma ini masyarakatlah yang merupakan pelaku utama
pembangunan (main stakeholder), sehingga merekalah yang meuentukan apa yang
dibuh~hkandan apa yang hams dibangun. Paradigma ini sangat memperhatikan
pengetahuan tradisionai (indigeneozcs knowledge) yang merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang mereka, seperti properly right (hak-hak kepernilikan),
territorrial zrse right (hak ulayat), dan entitlement (liak-hak perolehan rakyat).
Dalam kaitan dengan paradigma ini, maka keterlibatm masyakat bukan hanya
pada tahap perencanaan tetapi seluruh tahap pembangunan. Perencanaan yang
melibatkan masyarakat disebut sebagai participatory development.
Pengelolaan berbasis masyarakat harus diikuti dengan pilihal-pilihan
kegiatan yang tepat dan cocok dikembangkan di kawasan pulau kecil. Pilihmkegiatan tersebut harus mengacu pada :
=

Pilihan kegiatan ekonomi (usaha) berdasarkan potensi surnberdaya,
kelayakan usaha serta kebutuhan, keinginan d m kemampuan masyarakat,
sehingga memperoleh dukungan masyarakat (acceptable).

=

Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka, diinformasikan dan
diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut melnantaunya
(transparancy).

=

Pengelolaan kegiatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
(accozmtability).

*

Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
secara berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal lnaupun eksternal
(szrstainabilily).

TINJAUAN PUSTAKA

BatasanIDefinisi Pulau-Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil memiliki pengertianldefinisi yang sangat beragam dan telah
mengalami perdebatan yang panjang.

Landasan para peneliti di Limnologi dan

Geoteknologi LIP1 adalah definisi yang telah mengalami pembahasan mendalam di
International Hydrological Programme VIP-111 UNESCO, tentang definisi pulaupulau kecil pada awalnya beberapa negara pasifik dalam pertemuan CSC, 1984
menetapkan batasannya adalah 5000 km2. Tetapi kemudian para ahli yang memiliki
kepentingan hidrologi, sosial ekonomi dan demografis menetapkan batasan pulaupulau kecil ialah pulau dengan ukuran kurang dari 1000 km' atau pulau dengan lebar
kurang dari 10 km2. Oleh karena itu kemudian diputuskan definisi pulau-pulau kecil
adalah pulau dengan luas kurang dari 2000 km2 atau pulau yang memiliki lebar
kurang dari 10 km (Anonim, 1993).
Batasan pulau kecil juga dapat didefinisikan sebagai pulau dengan luas 10.000
km2 atau kurang dan mempunyai penduduk 500.000

orang atau kurang (Bell

et.al. 1990). Pulau kecil merupakan habitat yang susah terjangkau dengan habitat lain,
keterisolasian suatu pulau akan menambah keanekaragaman organisme yang hidup
di suatu pulau. Keterisolasian juga akan membentuk kehidupan yang unik di pulau
tersebut.

Selain itu pulau kecil juga memiliki

lingkungan yang khusus dengan

proporsi spesifik edemik yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau continen, pulau

kecil juga memiliki tangkapan air yang relatif kecil sehingga kebanyakkan air dan
sedimen hilang ke dalam air.
Setelah Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia didirikan
kemudian menetapkan batasan pulau-pulau kecil yang termaktub dalam pedoman
umum pengelolaan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat
Tahun 2001. Berdasarkan pedoman tersebut pengertian dan karakteristik pulaupulau kecil adalah :
a)

Pulau yang ukuran Iuasnya kurang atau sama dengan 10.000 km2, dengan
jumlah penduduknya kurang atau sama dengan 200.000 orang.

b)

Secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas
fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk, sehingga bersifat insular.

c)

Mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal
dan bemilai tinggi.

d)

Daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar
aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut.

e)

Dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau bersifat khas
dibandingkan dengan pulau induknya.

Nilai Ekonomi Sumberdaya di Kawasan Pulau-pulau Kecil
Sumberdaya pulau-pulau kecil memiliki nilai ekonomi yang tinggi
cliantaranya bermanfaat sebagai bahan pangan, bahan baku industri farmasi dan
kosmetik, sumber plasma nuftah, sebagai jasa-jasa lingkungan laut, pengembangan
kawasan industri seperti transportasi, pelabuhan, agribisnis dan agroindustri, rekreasi
dan pariwisata (Dahuri, 2001).
Bahan baku pangan utama asal laut, sebagai sumber protein hewani adalah
ikan. Potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumberdaya
perikanan pelagis besar (976.832 todtahun) dan pelagis kecil (3.177.000 todtahun),
ikan demersal (1.786.000 todtahun), udang (78.800 todtahun), ikan karang (76.000
todtahun) dan curni-curni (28.000 todtahun) (dari berbagai sumber dalam Ditjen
Perikanan 1998) Secara keseluruhan sumberdaya ikan di Indonesia telah
dimanfaatkan sebesar 62% dari potensi lestari.
Selain itu masih banyak lagi komoditas pulau kecil yang menjadi bahan baku
pangan seperti ekosistem mangrove yang dijadikan sebagai bahan baku minyak
goreng, cuka, pengganti teh, minuman fermentasi, daging dan propegules, sayursayuran, atau buah. Tumbuhan lamun dapat diynakan sebagai bahan makanan,
misalnya samo-samo oleh penduduk & kepulauan seribu telah dimanfaatkan bijinya
sebagai makanan (Nontji, 1987).
Rumput laut juga menjadi bahwa bahan baku pangan, seperti untuk sayur,
acar, manisan, kue, ialapan dan juga agar-agar dipakai untuk industri makanan
sebagai 1lzickener dun stubilizer. (Dahuri dll, 1996)

Sumber Bahan Baku Industri Farmasi dan Kosmetik
Obat-obatan yang dibuat dengan memanfaatkan sumberdaya keanekaragaman
hayati senilai US$ 40 milyarltahun, dan lebih dari 35.000 spesies mengandung
potensi obat-obatan, yang baru dimanfaatkan baru 5.000 spesies (Lestari,1998).
Keanekaragaman hayati pesisir, laut dan pulau-pulau kecil berpotensi sebagai
penyedia bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetik. Berbagai bahan kimia
atau bioaktif yang terkandung dalam biota perairan laut seperti omega 3, sunchlorela
dan lain-lain memiliki potensi yang sangat berarti bagi penyediaan bahan baku
industri farmasi dan kosmetik (Lestari, 1998).
Minyak dari hati ikan adalah sumber vitamin A dan D yang sangat baik.
Insulin telah dapat diekstrak dari ikan paus dan tuna, sedangkan obat cacing dapat
dihasilkan dari alga merah jenis Digenea simplex. Organisme laut juga menghasilkan
toksin yang menyebabkan terjadinya keracunan makanan atau keracunan akibat
gigitan atau sengatan. Sebenarnya toksin adalah molekul, yang mempunyai &fitas
fisiologi yang kuat dengan fungsi khusus.

Toksin mempunyai potensi untuk

digunakan sebagai obat atau reagen farmasi, walaupun kadang-kadang tidak dapat
digunakan secara langsung sebagai obat. Dalam ha1 ini toksin dapat digunakan
sebagai model sintesis suatu obat atau untuk menyempurnakan kerja obat lainnya.
Obat-obatan asal laut telah banyak digunakan sebagai anti biotik, anti kanker,
analgetik, anti hemolitik, antispasmodik, bahan anti hipotensi dan anti hipertensi, obat
perangsang atau penghambat pertumbuhan dan lain sebagainya (Lestari, 1998).

Mangrove berperan juga sebagai bahan baku obat-obatan seperti untuk
minuman fermentasi, pelapis permukaan, rempah-rempahan dari kulit kayu, bahan
obat-obatan dari kulit, daun dan buahnya. Pemanfaatan lamun sebagai bahan farmasi
telah dicoba di Philipina, namun informasi tentang ha1 ini masih minim (Lestari,
1998).
Rumput laut mengandung keragenan, agar dan algn. Keragenan merupakan
bahan kimia yang dapat diperoleh dari berbagai jenis alga merah seperti glidium,
gracilaria dan hypnea, sedangkan algin banyak digunakan dalam industri kosmetik
sebagai bahan pembuat sabun, cream, lotion, shampoo; dalam industri farmasi
digunakan untuk membuat emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, dan filter.
Agar-agar digunakan untuk industri farmasi dan bidang mikrobiologi untuk kultur
bakteri; bidang industri kosmetik agar-agar untuk pembuatan bahan dasar salep,
cream, sabun dan lotion. selain itu masih banyak lagi komoditas laut yang dapat
dijadikan sebagai bahan baku obat-obatan dan kosmetik. (Lestari, 1998)
Sumber Plasma Nutfah
Sekitar 17% spesies di Dunia terdapat di Indonesia yang hanya merupakan
1,3% dari luas permukaan bumi.

Di samping itu Indoensia kaya dengan berbagai

jenis spesies endemik. Sehingga sangat kaya dengan potensi plasma nutfah.(Dahuri
dl[, 1996)
Ekosistem hutan mangrove merupakan tempat pemijahan (spuwning ground),
tempat pengasuhan (nursery ground), dan tempat mencari makan veedeng ground)
berbagai jenis ikan laut. Hutan mangrove di Segara Anakan, Cilacap merupakan

ekosistem yang menentukan bagi keberlangsungan 80% sumberdaya perikanan di
Samudera India. Begitu juga halnya dengan ekosistem terumbu karang. ~ u m b e r d a ~ a
biota karang bersifat sangat spesifik di perairan laut tropis, sehingga memiliki peran
penting sebagai penyedia plasma nutfah khususnya bagi sumberdaya perikanan
karang (Dahuri dll., 1996).
Ekosistem padang lamun merupakan habitat bagi bermacam-macam biota laut
Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah ganggang-ganggang renik (biasanya
ganggang bersel tunggal) hewan-hewan renik dan mikroba, serta habitat ikan pada
berbagai fase kehidupannya. Penelitian pada tahun 1992 di Pulau Pari, kepulauan
Seribu menemukan fauna epibentik yang terdapat dl padang lamun sebanyak 27 jenis
Crustacea ( 5 jenis kepiting, 7 jenis udang, 10 jenis Amphipoda, dan 5 jenis Isopoda),

55 jenis Polycaeta, 3 jenis Echinodermata, 9 jenis udang, 10 jenis Amphipoda, dan 5
jenis Isopoda), 55 jenis Polycaeta, 3 jenis Echinodermata, 9 jenis ikan, dan 18 jenis
mollusca. Sedangkan di pulau Pan, teluk Banten, teluk Kotania (Seram Barat), dan
teluk Kuta (Lombok Selatan) ditemukan masing-masing 79, 106, 202 dan 85 jenis
ikan.
Bagi sumberdaya perikanan laut lebih dari 60 % protein hewani yang
diperoleh dari perairan pesisir, sebagian besar tergantung pada ekosistem padang
lamun untuk produktivitas dan maintenance-nya. Di samping itu bagi perikanan
tangkap dunia, padang lamun menyuplai lebih dari 12 %. Negara berkembang
merupakan penghasil setengah dari perikanan tangkap dunia.
Sumberdaya ikan merupakan sumber plasma nutfah yang amat diperlukan
dalam pengembangan pembudidayaan ikan. Pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah

ini antara lain adalah sebagai sumber induk alami udang dalam usaha pembenihan
(hatchery). Induk alami ini sangat penting artinya perkembangan budidaya udang
karena hanya dengan menggunakan induk alami dapat dijaain keberhasilan
pembenihan. Hal ini karena induk hasil budidaya masih sulit diperoleh mutu yang
memenuhi standar.

Ketersediaan induk dari alam telah memungkinkan

berkembangnya budidaya udang di Pantai utara jawa. Di samping plasma nutfah
merupakan bahan baku dalam industri rekayasa genetik guna memperoleh jenis ikan
yang unggul (Dahuri dll, 1996).
Jasa-Jasa Lingkungan Laut
Wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil lautan Indonesia yang sangat luas
memiliki berbagai macam jasa-jasa lingkungan (environmentul service) yang sangat
potensial untuk kepentingan pembangunan dan kelangsungan hidup manusia.
Pemanfaatan jasa-jasa lingkungan kawasan pesisir dan lautan meliputi pariwisata
bahari, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan
penilitian, pertahanan keamanan, pengatur iklim (climure reguluror), kawasan
perlindungan (konservasi dan preservasi), dan sistem penunjang kehidupan serta
fungsi-fungsi lainnya (Dahuri, 1996).
Sumber Keindahan dan Pariwisata
Sumber daya hayati pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang melimpah dan
beraneka ragam tinggi, seperti populasi ikan hias, terumbu karang, padang lamun,
hutan mangrove, dan berbagai bentang alam yang unik dengan taman-taman laut dan

Budidaya Laut
Potensi lahan untuk kegiatan hudidaya di laut (marine bused uquucu[ture)
adalzh sebesar 80.925 hektar dengan perkiraan produksi sekitar 46,7 ribu ton per
tahun. Jenis komoditi yang diusahakan dalam jenis budidaya ini antara lain ikan
kerapu, ikan baronang, kakap putih, teripang, kerang-kerangan (termasuk kerang
mutiara) dan mmput laut. Pengembangan marikultur sangat berpotensi dalam
peningkatan devisa negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat apalagi produksi
dari penangkapan dari tahun ke tahun menurun (Anonim, 1994).
Permintaan produk perikanan cenderung terus meningkat. Pada tahun 1996
tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia mencapai 20,18 kg per kapita per tahun
dan cenedemng meningkat sebesar 4 3 4 % per tahun. Di samping itu permintaan ikan
dunia cendemng makin meningkat dan telah mengalami kekurangan sejak tahun
1990. Kekurangan pasokan ikan tersebut diperkirakan sebesar 19,6 jutan ton tahun
2000,373 juta ton tahun 2010, dan 62,4 juta ton tahun 2020.
Nilai Ekouomi Terumbu Karang
Hasil penelitian tentang terumbu karang Taka Bone Rate, dengan tingkat
diskon sebesar 5% dan proyeksi kehidupan proyek selama 20 tahun, diperoleh NPV
ekosistem terumbu karang seluas 500 km2 senilai Rp. 103,43 milyar dengan asumsi
jumlah tangkapan tidak bembah dengan berubahnya waktu atau intensitas aktivitas
penangkapan tetap. Jika dilakukan pengelolaan yang baik sehingga memungkinkan
hasil tangkapan naik sebesar 5% per tahun dan keanekaragaman hayati yang dapat
dimanfaatkan diketahui, maka NPV sebesar Rp. 222,95 milyar (tingkat diskon 5%).

Nilai rata-rata penangkapan ikan pada terurnbu karang di perairan Indonesia
dapat menghasilkan US$70.000 per km2 dalam bentuk nilai saat ini jika manajemen
temmbu karang yang efektif dapat dilakukan. Jika tidak akan tejadi kerugian negara
yang jauh lebih besar dari manfaat langsung yang diperoleh dari berbagai kegiatan
yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya temmbu karang, seperti terlihat pada
Tabel 1
Tabel 1 . Jumlah Manfaat Dan Kerugian Disebabkan Oleh Ancaman Terhadap
Temmbu Karang (nilai saat ini; suku diskonto 10%; jangka waktu 25
tahun;
dalam ribuan US$;per km2)
Manfaat bersih
untuk

Fungsil
Ancaman

kayu
Sedimentasiqerkotaan
Penangkapan
ikan berlebihan

Kerugian bagi negara

".'I

n.4

"4

".(I

"4

".'I

39

109

-

".'I

n.cl

109

S e l s g menunjukkan lokasi dari nilai rendah dan tinggi atas nilai potensi
panwsata
dan perlindungan pantru
hdak dapat dihihlng
;:). rnencakup keruglan kehilangan pengamanan pangan dan nilai
keanekaragaman
hayati (tidak dapat dihitung)
(**) kerusakan hutan,disebabkan oleh enoambilan kayu untuk pengolahan batu
kaput (karang) d~perkirakanUS$6?.0@0

Keterangan:

Mangrove
Ekosistem mangrove di Indonesia yang memiliki keanekaragaman jenis yang
termasuk tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat 89 jenis; 35 jenis berupa pohon, tema
5 jenis, perdu 9 jenis, epifit 29 jenis, dan parasit 2 jenis (Nontji,1987). Ekosistem ini

mempunyai nilai ekonomis yang penting, memberikan kontribusi secara langsung
dalam peningkatan pendapatan negara. Produk dari mangrove diantaranya kayu
bakar, bahan bangunan, alat dan teknik penangkapan ikan, pupuk, bahan baku kertas,
bahan makanan, bahan obat-obatan, minuman, peralatan nunah tangga, bahan baku
tekstil dan kulit, madu, lilin dan tempat rekreasi. Produk ini sangat penting dalam
mendukung hidup dan kehidupan masyarakat sehingga ekosistem mangrove
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Dahuri, 1996), Tabel 2 dan Tabel3 beberapa
produk dari hutan mangrove.
Tabel. 2. Produk Tidak Langsung Dan Ekosistem Mangrove (Dahuri et. al.,
1996)

I
Ikan Blodok (beberapa jenis)
Krustasea (udang dan kepiting)

B-g
Reptil
Fauna laimya (Amphibi, Serangga)

Produk
Makanan
Makanan
Makanan
Madu
Lilin
Makanan
Bulu
Rekreasi (mengamati dan berbum)
Kulit
Makanan
Rekreasi
Makanan
Rekreasi

I

Tabel 3. Produk Langsung dari Ekosistem Mangrove (Dahuri, et.al., 1996)

r

Kegunaan

Produk

Bahsu~Bakar

Kayu bakar untuk memasak
Kayu bakar untuk memanggang ikan
Kavu bakar untuk memanaskan lembaran karet
~ a bakar
h untuk membakar batu bata

Konstruksi

Kabu untuk koZruksi berat lie~nhatan)
K a k penjepit jalan kereta ap:
Tlanv penvaneaa terowonnan pertambanvan

1
Memancing

Pipa air
i z h a n kavu
1 Lem
Pancing untuk menangkap ikan
Pelampung pancing
Racun ikan
Bahan untuk pemeliharaan iarinv
Tempat berl&dung untuk il&-ikan unik
1 ~ a k a n a temak
n
Pupuk hijau
Berbagai jenis kertas
Gda
hkohol
Minyak goreng, cuka
Minuman fermentasi
Pelapis permukaan
Rempah-rempah dari kulit kayu
Daging dari propagules
Sayur-sayuran, buah atau daun dari propagulas
Pembalut rokok
Bahan obat-obatan dari kulit, daun dan b u a h n ~
Perabot
Perekat
Minyak rambut
Peralatan tangan
Penumbuk padi
Batang korek api
Kemenyan
Serat sintetik
Bahan pencelup pakaian
Bahan untuk penyamakan kulit
Pengepakan

1
I

Pertanian
Produksi kertas, Makanan,
Minuman dan Obat-obatan

Peralatan rumah tangga

Produksi tekstil dan kulit
Lain-lain

Tianz 'dm alaUuntuk ban man
Bahan un& lantai, papan %in&ai
Material untuk membcat k a ~ g

I

Hasil yang perhitungan pada Tahun 1995 di Muara Cimanuk, Kabupaten
Indramayu, yaitu nilai manfaat total rata-rata sebesar Rp. 14.828.847,-lhaltahun.
Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan ini adalah surplus konsumen. Dari
luas total hutan mangrove di muara Cimanuk (8.023,55 ha) diperoleh nilai manfaat
total sebesar Rp. 118.980.000.000,-/ hdtahun (Agustono, 1996).
Nilai rata-rata manfaat bersih (NPV) yang lebih tinggi diperoleh bagi hutan
mangrove di Kabupaten Pemalang dan Madura, yakni masing-masing sebesar Rp.
241.410.000/haltahun dan Rp. 234.870.000/haltahun, seperti dilaporkan Dahuri dkk.
(1995).

Hasil ini diperoleh dari keempat manfaat pilihan dan manfaat eksistensi

yang dihitung pada hutan mangrove di Kabupaten Pemalang (seluas 210 ha) dengan
manfaat total sebesar Rp. 50.696.140.000,- per tahun.

Sedangkan di Madura

perhitungan dilakukan pada hutan mangrove seluas 2.088 ha, diperoleh nilai manfaat
total sebesar 490.409.300.000,- per tahun.

Tingginya nilai manfaat hutan bakau

menurut perhitungan Dahuri dkk. (1995) ini dbandingkan dengan perhitungan
lainnya, terutama karena dihasilkan dari manfaat tidak langsung (indirect zrse valzie)
berupa penahan abrasi. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya kompensasi berupa
pembangunan break water sebagai pengganti fungsi penahan abrasi gelombng laut di
pantai. Nilai-nilai perhitungan manfaat ekonomi hutan bakau ini akan meningkat
sesuai dengan nilai yang diberikan oleh masyarakat pada lokasi tertentu pada suatu
saat.

Padang Lamun
Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan padang lamun diketahui sangat
tinggi, walaupun untuk mengkuantifikasikan bukanlah ha1 yang mudah. Di Cairns
North Queensland, perikanan yang didukung oieh padang lamun mempunyai nilai
produksi mencapai US$ 540,000,- per tahun. Di Puget Sound, Washington 0,4 ha
padang lamun memiliki nilai sebesar US$ 412,325,- per tahun, diperhitungkan dari
nilai suplai energi yang dihasilkan bagi budidaya kerang, perikanan komersial dan
perikanan pemancingan, pajak kegiatan olah raga dan permainan air. Sedangkan nilai
ekonomi padang lamun di Indnesia belum diperhitungkan, termasuk di negara-negara
ASEAN. Berbagai bentuk pemanfaatan padang lamun di negara-negara ASEAN
selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Berbagai Bentuk Pernanfaatan Yang Berkelanjutan Dan
Yang Mengelirninasi Padang Lamun Di Beberapa Negara ASEAN
Kegiatan

Indonesia

Pen~anfalan
berkelanj~rtan
Makananlminuman
W1
Pup&
X
Pakan temak
X
Obat-obatan
Bahan bangunan
Mainan
Alas kaki
Ran
W2
W1
Crustacea
Kerang-kerangan
L1
L1
Pemanfaatan hewan lain
X
Rekreasi
L1
Pendidikan
L3
Preservasi
X
Pelindung pantai
Pen~anfaalanber.si$al
menghabiskan
Akuakultur
X
Ran
Kepiting
X
X
Udang
Sawah
Perkebunan tebu
Perkebunan kelapa sawit
Pertanian lainnya
Padang
gembalaan
ternak
Pengambilan garam
X
Pengembangan industri
X
Pengembangan
pernukiman
X
Pelabuhan
X
Lapangan udara
X
Rekreasi
X
Pertambangan
Penampung limbah
Kontruksi buangn air
L1
16. Pelayaran k a p i
Keteranrran:
L : ema an fa at an lokal
W : tersebar luas
X : informasi kurang

1

-

Malaysi
a

Philipin
a

-

:i :
W2

L3

W2
L2

w2

W2
W2

L2
LI

L1

1 : tingkat pemanfatan kecil

2 : tingkat pemanfaatan sedang
3 : tingkat pemanfaatan tinggi

Konsep Kelembagaan Perikanan
Definisi kelembagaan sangat beragam, akan tetapi secara umum kelembagaan
dapat diartikan sebagai aturan yang dianut oleh masyarakat atau organisasi yang
dijadikan pegangan oleh seluruh anggota masyarakat atau anggota organisasi dalam
mengadakan transaksi satu sama lainnya (Hayami dan Ruttan, 1984). Kelembagaan
dicirikan oleh tiga ha1 yaitu : hak-hak kepemilikan (property right) yang berupa hak
atas benda materi mupun non materi, batas yurisdiksi, aturan representatif (role of
represenlutrf).
Masyarakat petani termasuk nelayan mempunyai hubungan patemalistik
yang telah berlangsung sejak jaman dulu (Scott, 1994). Seseorang atau kelompok
menjadi pengikut (client) dari lapisan atasnya dan sekaligus menjadi pemimpin
(patron) lapisan bawahnya. Sebagai patron adalah orang yang berada dalam posisi
membantu clientnya. Selain hubungan kelembagaan k e j a tersebut terdapat pula
sistem kelembagaan bagi hasil, dimana sistem bagi hasil perikanan lebih merupakan
ikatan antara pemilik dan nelayan buruh yang bersifat lokal dan sangat berbeda antar
daerah maupun peralatan yang digunakan (Taryoto et.al., 1993).

Banyak

kelembagaan yang mengandung aspek-aspek pengaturan komunal dan pengelolaan
wilayah pantai seperti Sasi di Maluku yang dapat berfungsi sebagai kontrol dalam
pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
kenyataannnya sumberdaya perairan
perairan Indonesia (Anwar, 1994).

Namun dernikian pada

menjadi akses terbuka di sebagian besar

Menurut Dahuri, et.al., (2001), dalam pemanfaatannya sumberdaya yang
bersifat milik bersama (common properly), keseimbangan jangka panjang dalam
usaha perikanan tidak dapat dipertahankan karena adanya peluang untuk
meningkatkan keuntungan (exses profit) bagi usaha penangkapan ikan, sehingga
terjadi ekstensifikasi usaha secara besar-besaran dibarengi masuknya pengusaha
bam yang tergiur dengan nilai rent yang cukup besar tersebut. Gambaran tersebut
menimbulkan munculnya konflik-konflik dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan,
dimana menurut Anwar (2000), bahwa kebanyakan konflik mempunayi sebab-sebab
ganda yang mempakan kombinasi dari masalah dalam hubungan antara pihak-pihak
yang bertikai yang cenderung mengarah kepada konflik terbuka.

Penyelesaian

konflik yang tejadi dalam masyarakat dapat ditempuh dengan berbagai strategi
seperti melalui instrumen kekuasaan, melalui sistem hukum dan peradilan, serta
melalui mediasi (Anwar, 2000).

Ekonomi Ramah Lingkungan di Pulau-pulau Kecil
Pemanfaatan

sumberdaya

perikanan

harus

memperhatikan

aspek

keberlanjutan agar dapat memberikan manfaat yang sama dimasa yang akan datang
yang tidak hanya terfokus pada masalah ekonomi tetapi juga masalah lain seperti
teknis, sosial dan budaya. Tingkat pemanfaatan sumberdaya sumberdaya optimal
melalui pendekatan MSY dan MEY. Pendekatan MSY (maximum suis~anableyield)
akan memberikan hasil lestari secara fisik, namun demikian dalam praktek
pengelolaan sumberdaya perikanan, tingkat tangkapan MEY (maimz~meconomrc
yield) akan lebih baik karena selain memberikan keuntungan secara ekonomi juga
memberikan keuntungan secara ekologi yang dapat mempertahankan diversitas yang
besar (Dahuri, et.al., 2001).
Oreintasi ekonomi yang membabi buta, bukanlah suatu konsep pengelolaan
sistem ekonomi jangka panjang, dalarn artian bahwa konsep ekonomi yang akan
dikembangkan haruslah cocok dengan karakteristik sumberdaya yang ada. Tidak
semua potensi ekonomi akan menjadi potensi andalan, jika konsep dan visi ekonomi
jangka panjangnya mempertimbangkan karakteristik resources yag dimiliki (Anonim,
2001).
Solusi pengemhangan kawasan pulau-pulau kecil dengan mengintegrasikan
misi konservasi dan ekonomi, sehingga turunan realistis yang akan dilakukan adalah
menseleksi terhadap pilihan-pilihan aktivitas prioritas yang akan dilakukan dalam
pengembangan kawasan pulau-pulau kecil tersebut. Sangat perlu menjadi perhatian
kita, bahwa konsep pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, tidaklah harus

mengekploitasi semua sumberdaya dan potensi ekonomi yang ada, justru ha1 ini
hanya bkrlangsung dalam jangka pendek (Anonim, 2001).
Oleh sebab itu, pilihan aktivitas yang dilakukan haruslah memberikan resiko
yang sangat kecil terhadap lingkungan, beberapa pilihan aktivitas prioritas yang dapat
dikembangkan dari integrasi konservasi dan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut
1) Wisata (ekowisata, wisata bahari, dan lain-lain)
Kegiatan pariwisata relatif memberikan resiko yang sangat kecil terhadap
lingkungan, apalagi jikalau pilihan wisatanya adalah ekotourism. Kegiatan
pariwisata adalah aktivitas ekonomi yang meberikan devisa yang sangat baik bagi
negara, dan terbukti sangat resisten terhadap krisis ekonomi yang terjadi. Dan
yang lebih penting memberikan multiplayer efect yang sangat besar terhadap
aktivitas lainnya.
2) Budi daya
Kegiatan budi daya, berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi
direkomendasikan untuk dapat dilakukan pada kawasan Taman Nasional
Kegiatan budi daya ini tentu sebaiknya juga mengacu kepada basic yang dimiliki
oleh masyarakta setempat, seperti marieculiure, aquaczrlture, dsb.
3) Pendidikan (researclz)

Sebenamya kegiatan penelitian, dapat menghasilkan income atau devisa, sebagai
contoh dikawasan Great Barrier Reef; tapi tentunya ha1 ini memerlukan
kreatifitasn dan inovasi yang sangat t i n g ~dalam mendesainnya (Anonim, 2001).

Perencanaan Pengembangan
Mata Pencaharian yang Ramah
Lingkungan di Kawasan Pulau-pulau kecil
Perencanaan adalah suatu proses yang bersinambung yang mencakup
keputusan-keputusan

atau pilihan-pilihan

berbagai alternatif

pengynaan

sumberdaya untuk mencapai ttjuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang
(Conyers dan Hill (1994). Berdasarkan defenisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar
perencanaan yakni :
Merencanaan berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih
diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang
diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan. Hal ini
menyiratkan bahwa hubungan antara perencanaan

dengan proses

pengambilan keputusan sangat erat, terutama sekali berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan dan urut-urutan tindakan di
dalam proses pengambilan keputusan.
Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya.

Sumberdaya

menunjukkan segala sesuatu yang dianggap berguna dalam pencapaian suatu
tujuan tertentu. Sumberdaya ini mencakup sumberdaya alam sumberdaya
manusia, sumberdaya modal dan keuangan. Perencanaan mencakup proses
pengambilan keputusasan tentang bagaimana proses pengambilan keputusan
tentang bagaimana penggunaan sumberdaya yang tersedia sebaik-baiknya..
=

Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep perencanaan
sebagai alat pencapaian tujuan mucul berkenaan dengan sifat dan proses
penetapan tujuan.

Perencanaan untuk

masa depan.

Salah satu elemen penting dalam

perencanaan adalah elemen waktu . Tujuan-tujuan perencanaan dirancang
untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan
berkaitan dengan masa depan.(Conyers dan Hill (1994).
Pengembangan pulau-pulau kecil memerlukan suatu upaya yang terencana
dan terarah guna mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin tejadi. Dengan
demikian aspek perencanaan menjadi ha1 penting untuk diperhatikan dalam
pengembangan pulau-pulau kecil (Anonim, 2001)
Berikut ini akan diuraikan, beberapa prinsip mendasar dalam ha1
perencanaaan pengembangan pulau-pulau kecil, yaitu :
a. Peran Serta Masyarakat dan Pelaku Pembangunan
Perencanaan dalam pengembangan pulau-pulau kecil

bertujuan

untuk

mengoptimasikan kepentingan antar para pelaku pembangungan (pemerintah,
swasta, dan masyarakat) dalam ha1 pemanfaatan mang. Pada saat ini, adanya
kecenderungan pergeseran paradipma pembangunan, dari "Top Down" bergerak
menuju "Bottom Up" (Anonim, 2001).
b. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah memberikan
peluang kepada Daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya
atas dasar prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan
potensi setiap daerah. Kewenangan daerah tersebut dilaksanakan secara luas,
utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi pada semua bidang.

pelaksanaan, pengawasan,

Otonomi daerah dimaksudkan untuk membatasi kewenangan pemerintah (pusat)
dan Propinsi sebagai daerah otonom, karena Pemerintah dan Propinsi hanya
diperkenankan menyelenggarakan kegiatan sebatas sebagaimana diatur dalam PP
No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi.

Pada sisi lain, pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai otonomi
daerah dalam konteks penataan ruang juga perlu memperhatikan berbagai aspek
hukum laut internasional sebagaimana dikenal sebagi UNCLOS 1982, seperti
menyangkut hak lintas damai dan selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional pada alur-alur laut kepulauan di Indonesia.
Dalam perencanaan pembangunan pulau-pulau kecil, Prinsip pembangunan
berkelanjutan hams

diterapkan pada penataan mang dengan terlebih dahulu

mengalokasikan ruang kedalam zona preservasi, konservasi, dan pemanfaatan
instensif. Clark (1976).
Dalam perncanaan pengembangan mata pencaharian ramah lingkungan di
kawasan pulau-pulau kecil, perlu diperhatikan sektor-sektor unggulan.

Sektor

unggulan merupakan sektor potensial untuk dikembangkan pada zona konservasi dan
pemanfaatan intensif. Sektor tersebut memiliki kriteria, yaitu :

-

Penghasil Devisa

-

Menyerap Tenaga Kerja banyak

-

D11. (Anonim,2001).

Memiliki "forward and backward linkage (self purification)" yang kuat

Pengembangan
mengintegrasikan

kawasan

antara misi

pulau-pulau

kecil

konservasi dengan

tersebut adalah

dengan

ekonomi

Dalam

misi

pengembangan kawasan tersebut, tidak dapat dipisahkan antara misi konservasi
dengan misi ekonomi, sehingga apabila dengan hanya melihat satu sisi saja, maka
akan muncul pennasalahan-permasalahanbesar di masa mendatang (Anonim, 2001).

Perencanaan Pembangunan Berbasis Masyarakat
Dalam mencapai hasil-hasil pembangunan yang berkelanjutan, banyak
kalangan sepakat bahwa suatu pendekatan berbasis masyarakat perlu diambil. Lund
menjabarkan logikan dan starteginya, sedangkan Pretty dan Guijt menjelaskan
implikasi praktis dari pendekatan ini:
Pendekatan pembangunan partisipatoris hams mulai dengan orang-orang
yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Pendekatan ini
hams menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan
memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan din. Ini
lnemerlukan perombakan dalam seluruh praktik dan pemikiran, disamping bantuan
pembangunan (J. Pretty dan Guijt, 1992:23).

Beberapa tipologi partisipasi menurut Bass (1996)

seperti dikutip oleh

Tadjudin (2000) adalah :

* Partisipasi Manipulatif
Partisipasi masyarakat ditunjukan dengan penempatan wakil masyarakat dalam
suatu lembaga resmi, namun wakil tersebut tidak dipilih oleh masyarakat itu
sendiri dan tidak memiiki kewenangan yang jelas. Artinya masyarakat diwakili
oleh lembaga boneka yang sama sekali tidak representatif.
Partisipasi Pasif
Masyarakat diberitahu tentang ha1 yang sudah jadi.

Ini merupakan tindakan

sepihak dari administratur, tanpa menghiraukan tanggapan masyarakat setempat.
Sumber informasi hanya dari pendapat profesional.
Partisipasi Konsultatif
Masyarakat diminta pendapat atas sesuatu hal. Pihak luar yang merumuskan
permasalahan, men,gxnpulkan

informasi, dan melakukan analisis.

Bentuk

konsilltasi tersebut tidak melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Partisipasi dengan Imbalan Material
Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan kontribusi sumberdaya yang
dimilikinya. Misalnya tenaga k e j a untuk mendapatkan imbalan makanan, uang
atau imbalan materi lainnya.
Partisipasi Fungsional
Partisipasi masyarakat dipandang oleh pihak luar sebagai cara untuk mencapai
tujuan, khusunya untuk mengurangi biaya. Masyarakat membentuk kelompok

yang sesuai dengan tujuan proyek yang telah ditetapkan sebelumnya.
Keterlibatan tersebut boleh jadi bersifat interaktif, namun keputusan pokoknya
tetap pada pengelola proyek bukan pada masyarakat.
Partisipasi Interaktif
Masyarakat terlibat dalam setiap tahapan pernbangunan rnulai dari tahapan
analisis, pengembangan rencana kegiatan, dan dalam bentuk pembentukan dan
pemberdayaan lembaga lokal.
Partisipasi Swakarsa
Masyarakat mengambil inisiatif secara mandiri untuk melakukan pembahan
sistem. Mereka membangun sendiri jaringan untuk melakukan konsultasi baik
teknis ataupun mengenai konsep dan sumberdaya.
In Young Wang (1981) berpendapat bahwa partisipasi itu dilakukan oleh
orang-orang secara pribadi atau melalui kelompok yang didorong oleh keinginan
untuk menyumbangkan tenaga atau sarana-sarana lainnya kepada suatu lembaga yang
mengatur kehidupan mereka. Ia membedakan partisipasi menjadi tiga jenis, yaitu (1)
voluniury pariicipafion (partisipasi sukarela), ( 2 ) induced pariicipation (partisipai

secara dorongan), (3) force partisipation (partisipasi dengan tekanan). Voluntary
participation adalah partisipasi yang berasal dari inisiatif dan prakarsa masyarakat

sendiri, induced participaiion adalah partisipasi masyarakat setelah mereka
memperoleh arahan dari pihak lain, sedangkan force puriicipution adalah partisipasi
masyarakat yang dilakukan karena ada paksaan pihak lain.

Syed A. Rahim (1975) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu : (1) ikut memberikan
masukkan dalam proses pembangunan, menerima imbalan atas masukkan tersebut
dan menikmati hasil pembangunan; (2) ikut memberi masukan dan ikut menikmati
hasil pembangunan ; (3) ikut memberi masukkan dan menerima imbalan tanpa ikut
menikmati hasil pembangunan; (4) menikmati hasil pembangunan tanpa memberi
masukan; ( 5 ) memberi masukkan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut menikmati
hasil pembangunan.
Cohen & Uphoff (1977) membedakan partisispasi berdasarkan tahapannya,
yaitu (1) partisipasi dalam pembuatan keputusan, kebijaksanaan, perencanaan
pembangunan; (2) partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan; (3)
partisipasi dalam memanfaatkan atau menggunakan hasil-hasil pembangunan; (4)
partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan. Partisipasi dalarn
pembuatan keputusan adalah proses dimana prioritas-priontas rencana dipilih untuk
diruangkan dalam program pembanguan it sendiri. Partisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan adalah partisipasi dalam mengikutsertakan masyarakat pada kegiatan
operasional berdasarkan rencana yang telah dibuat. Partisipasi dalam memanfaatkan
hasil pembangunan adalah partisipasi masyarkat dalam menggunakan hasil-had
pembangunan yang telah dilaksanakan.
mengawasi

pembangunan

adalah

Partisipasi dalam mengevaluasi dan

Partisipasi

masyarakt

dalam

bentuk

keikutsertaannya menilai serta mengisi kegiatan pembangnan dan memelihara hasilhas11 pembangunan yang dicapai.

Menurut Sustiwi (1986) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat
dibedakan dalam tiga tahap, yaitu : Tahap perencanaan, tahap pelakianaan dan tahap
pemanfaatan program. Menurut Rauf (1981) partisipasi masyarakat sangatlah mutlak
demi berhasilnya pembangunan.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tanpa

partisipasi masyarakat maka kegiatan pembangunan akan kurang berbasil. Adapun
syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi adalah sebagai berikut : (1)
adanya kesempatan untuk membangun, (2) adanya kemampuan untuk memanfaatkan
kemampuan tersebut, (3) adanya kemauan untuk berpartisipasi.
Menurut Madrie (1986), bahwa tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitan
dan kesesuaian kegiatan dalam kebutuhan merupakan faktor pribadi yang dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Selanjutnya Clusky- (Long, 1973), menghubungkan partisipasi dengan tingkat
pengetahuan. Dimana seseorang yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang
tinggi terhadap kepentingan kelompok, c e n d e ~ n gsemakin tinggi partisipasinya
dalam kegiatan pembangunan.

Ditambahkan oleh Suryani, et.all (1987) yang

menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi partisipsi masyarakat.
Munculnya paradigma pembangunan partisipatoris mengindikasikan adanya
dua perspektif yang pertama adalah pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan,
perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program yang akan mewarnai hidup
mereka, sehingga dengan demikian dapat dijamin bahwa persepsi setempat, pola
sikap dan pola berfikir serta nilai-nilai dalam pengetahuannya ikut dipertimbangkan

secara penuh.

Yang kedua adalah membuat umpan balik Cfeedback) yang pada

hakikatnya merupakan bagian tak terlepaskan dari kegiatan pembangunan (Jarnieson,
1989).
Menurut Friedman (1978) masih dalam Tadjudin (2000) masyarakat perlu
diajarkan proses adopsi inovasi dan jalan terbaik adalah memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk melakukan proses pembelajaran sosial dialogis (rnutuul
learning and societal guidance).

Pemerintah memiliki hak untuk memberikan

kontribusi ; konsep informasi, analisis dan altematif keputusan.
masyarakat

memberikan

kontribusi;

refleksi

pennasalahan,

Sedangkan

pertimbangan-

pertimbangan, tata nilai, proses pengambilan keputusan, dan aksi nyata atas
keputusan yang dbuat.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kawasan P. Nusa dan Tinakareng Kabupaten
Kepulauan Sangihe Talaud. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan,
yaitu tahapan penelitian pendahuluan serta pengumpulan data primer dan sekunder
yang dilaksanakan dari Bulan Agustus-September 2001. Sedangkan kegiatan
penelitian lanjutan dan analisis data akan dilaksanakan dari Bulan Mei

- Juli

2002.

Metode Pendekatan
Penelitian ini berupa studi kasus di wilayah Pulau Nusa dan Tinakareng
Kabupaten Keepulauan Sangihe Talaud. Dengan metode penelitian yang digunakan
bersifat penelitian deskripflj; yaitu menggambarkan atau menguraikan sifat dari suatu
keadaan atau kondisi yang ada pada lokasi penelitian diwaktu pengamatan, yang
dilanjutkan dengan menganalisis permasalahan yang ditemui.
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
diuraikan sebagai berikut :
1. Dalam penentuan pengembangan kegiatan ekonomi di kawasan pulau kecil

dilakukan berdasarkan perencanaan yang disusun bersama-sama dengan
masyarakat lokal pulau. Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode PRA
(Purtisiputory Rural Apru.siul). Hasil dari kegiatan perencanaan dengan PRA

dilakukan analisis SWOT untuk rnengetahui keunggulan dan kelemahan.

2. Setelah menganalisis permasalahan dengan SWOT, kemudian dilakukan
Analisys Hierurcly Process (AHP)

3. H a i l dari pilihan kegiatan ekonomi melalui AtIP kemudian disosialisasikan
melalui kegiatan seminar atau lokakarya dengan pendekatan ZOPP.
Secara lebih jelas digambarkan dalam Skema penelitian pada Gambar 1.

Pengumpulan data sekunder
(Sosiokultural, kelembagaan, dll)

Penentuan wilayah kajian dengan memperhatikan
strata yang dibuat atas dasar data sekunder yang
telah dikumpulkan sebelumnya

Penggalian informasi
dan pennasalahan di
lapangan
(Data primer)

Selesai ?

pemecahan

/

Bahan masukan dal