Revolusi Hijau

3. Revolusi Hijau

Revolusi Hijau merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian melalui kebijakan modernisasi pertanian. Kebijakan ini secara nasional dan intens baru dilakukan pada masa Orde Baru. Namun kalau kita lihat apa yang dilakukan oleh Orde Baru, ide modernisasi pertanian pertama kali dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada 1960 dalam kegiatan Demonstrasi Masal (DEMAS). Demas merupakan suatu upaya untuk memaksimalkan hasil pertanian untuk memperoleh keuntungan yang tinggi dengan menerapkan prinsip-prinsip bertani modern pada sekelompok petani tradisional. Dalam pelaksanaan modernisasi pertanian ini, program Demas ini menerapkan penggunaan varietas unggul, pupuk kimia, pestisida, perbaikan tata cara bertanam dan penyediaan sarana irigasi yang baik. Aktivitas tersebut dikenal sebagai Panca Usaha Tani. Pemerintah pada tahun 1964 kemudian memformulasikan program tersebut menjadi program pembangunan pertanian dengan nama Bimbingan Massal (Bimas).

Program Bimas yang merupakan pengembangan dari Demas aktivitasnya meliputi penyuluhan pertanian dan pemberian kredit modal kepada petani. Program penyuluhan pertanian Bimas tidak ditujukan kepada individu- individu petani, namun lebih ditujukan kepada kelompok tani. Kelompok tani inilah yang menjadi objek penyuluhan pertanian yang berisi informasi bagaimana cara bertani modern dan pemberian subsidi. Program Bimas ini menerapkan ekstensifikasi pertanian, yaitu usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum

dimanfaatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.

Sejarah Indonesia 189

Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi,

seperti Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.

Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian lebih tinggi lagi, pemerintah Orde Baru mengembangkan program Bimas menjadi Intensifikasi Massal (Inmas) pada tahun 1969. Format pengembangan Inmas aktivitasnya hampir serupa dengan Bimas.

Pemerintah Orde Baru melaksanakan Program Inmas sebagai program modernisasi pertanian berskala nasional. Target pelaksanaan Inmas adalah pengoptimalan produktivitas lahan dan kualitas hasil pertanian, terutama pertanian padi. Untuk mensukseskan

program ini pemerintah mengeluarkan

Sumber: Dokumen Kemendikbud

kebijakan subsidi secara nasional

Gambar 5.14 Pengairan Sawah

terhadap pupuk dan pestisida, bibit unggul dan teknologi lainnya. Sistem pertanian yang dikembangkan pada pola

ini adalah sistem intensifikasi pertanian, yaitu pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan

menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit.

Program intensifikasi pertanian pada awalnya menggunakan program Panca Usaha Tani, yang dikembangkan sebelumnya, kemudian dilanjutkan

dengan program sapta usaha tani. Program sapta usaha tani meliputi kegiatan sebagai berikut:

• Pengolahan tanah yang baik • Pengairan yang teratur • Pemilihan bibit unggul • Pemupukan • Pemberantasan hama dan penyakit tanaman • Pengolahan pasca panen

190 Kelas XII SMA/MA

Dalam upaya meningkatkan hasil pertanian pemerintah melakukan penataan

program Inmas menjadi Intensifikasi Khusus (Insus). Kalau Inmas titik tekannya pada penerapan panca usaha tani,

sedangkan Insus menekankan peningkatan hasil dari setiap hektar sawahnya melalui sapta usaha tani yang penekakannya pada pengembangan teknologi pertanian. Sumber: Dokumen Kemendikbud Walaupun program Insus mampu Gambar 5.15 Pemilihan Bibit Unggul

meningkatkan hasil yang cukup siginifikan, pada Pelita I hasil produksi padi mencapai

22.464.376 juta ton padi dari lahan seluas 8.508.598 hektar sawah pada Pelita V produksi padi mencapai angka 48.181 juta ton padi dari lahan seluas 11.021.800 hektar sawah, pemerintah terus berusaha meningkatkan hasil pertanian dengan mengubah program Insus menjadi Supra Insus. Program ini mengembangkan teknologi pertanian yang sudah ada dengan penggunaan zat perangsang tumbuhan yang bertujuan meningkatkan hasil padi di setiap hektar sawahnya dan juga memfasilitasi kerja sama antarkelompok tani.

Penerapan bibit unggul yang dilakukan oleh pemerintah mampu meningkatkan jumlah hasil panen di tiap hektarnya dan mampu memperpendek masa tanam padi. Jika sebelumnya setahun hanya dua kali panen, dengan program-program yang diterapkan oleh pemerintah mampu menjadi tiga kali panen setiap tahunnya. Penggunaan bibit unggul yang ditopang teknologi

hasil pertanian mampu meningkatkan jumlah hasil panen secara siginifikan. Keberhasilan ini ditopang oleh pengolahan lahan pasca panen yang

menggunakan teknologi modern sehingga membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengelolaan konvensional.

Penggunaan pestisida dalam pemberantasan hama mampu menurunkan jumlah hama pengganggu. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida mendorong peningkatan produktivitas lahan semakin tinggi sehingga hasil panen pun bertambah di setiap hektarnya. Penggunaan teknologi dalam pengolahan pasca panen, terutama Sumber: Dokumen Kemendikbud mesin pengolah gabah membuat gabah Gambar 5.16 Penggunaan Pestisida semakin cepat diolah menjadi beras

Sejarah Indonesia 191 Sejarah Indonesia 191

Pengolahan gabah yang menggunakan mesin pengolah merupakan salah satu upaya mekanisasi pertanian. Mekanisasi merupakan usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga utama. Mekanisasi juga terkait dengan program pasca panen, yaitu pengolahan hasil panen.

Selain program intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi dikembangkan pula program diversifikasi pertanian, yaitu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian.

Diversifikasi pertanian dilakukan melalui dua cara, yaitu: • Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain

bertani juga beternak ayam dan beternak ikan. • Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu

lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang. Program pengembangan pertanian melalui Revolusi Hijau berdampak

pada peningkatan hasil pertanian, terutama padi, membawa Indonesia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1987. Keberhasilan swasembada ini merupakan dampak positif dari proses modernisasi pertanian dan merupakan salah satu prestasi yang dicapai Orde Baru.

Selain membawa keberhasilan Indonesia menjadi negara penghasil swasembada beras, revolusi hijau juga membawa dampak terhadap kehidupan petani di tingkat lokal. Di antaranya menurunnya pendapatan buruh tani karena penggunaan teknologi modern, seperti traktor untuk pengolahan lahan siap tanam. Masuknya mesin pengolah padi, heuler, mengurangi juga pendapatan petani, mereka kehilangan pendapatan buruh penumbuk padi. Hal ini menyebabkan surplus ekonomi bagi petani kaya. Di sisi lain Revolusi Hijau juga menguatkan sistem ekonomi uang dan semakin mengintegrasikan sistem ekonomi desa ke sistem ekonomi makro. Hasil pertanian sebagian di perjualbelikan di samping disimpan sebagai cadangan. Uang mulai mengalir ke pedesaan dan menghidupkan ekonomi di tingkat lokal.

192 Kelas XII SMA/MA

Untuk mempertahankan hasil pertanian yang ada, pemerintah juga menerapkan program rehabilitasi pertanian, yaitu usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif.

Dalam rangka menjalankan kebijakan rehabilitasi pertanian, pemerintah menjalankan langkah-langkah: • Memperluas, memperbaiki, dan memelihara jaringan irigasi di seluruh

wilayah Indonesia. • Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui penerapan

berbagai paket program yang diawali dengan program Bimbingan Massal (Bimas) pada tahun 1970, kemudian program intensifikasi massal

(Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus yang bertujuan meningkatkan produksi pangan secara berkesinambungan.

• Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.

Langkah lain yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan hasil pertanian, antara lain:

• Membangun gudang-gudang, pabrik penggilingan padi, dan menetapkan harga dasar gabah.

• Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.

• Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui pembentukan kelompok tani dan Koperasi Unit Desa (KUD) di seluruh pelosok daerah

yang bertujuan untuk memberikan motivasi produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para petani.