Apakah Zakat dalam Keadaan Rukuk Layak Mendapat Pujian Khusus?

9. Apakah Zakat dalam Keadaan Rukuk Layak Mendapat Pujian Khusus?

1 . QS. Ar-Rum [30]: 39.

160 T AFSIR I MAMAH D AN K EMAKSUMAN

Jika maksud dari rukuk adalah rukuk dalam shalat, maka tidak perlu mendapat pujian. Karena, tidak ada beda antara berinfak dalam keadaan rukuk atau dalam keadaan selain rukuk.

Jawab: Mengingat rukuk dalam ayat Wilayah sebagai keterangan waktu untuk perbuatan sedekah Ali bin Abi Thalib as., memberi zakat dalam keadaan ruku tidak lantas perlu men- dapat pujian, akan tetapi itu karena permintaan pengemis terjadi ketika Ali as. dalam keadaan rukuk. Dan menurut ulama Ushul Fikih, proposisi (firman) dalam hal ini adalah proposisi faktual yang mengungkapkan kenyataan dan kejadian riil di luar, dan kata rukuk di dalamnya tidak memiliki kekhususan tertentu. Pujian dan pemuliaan itu dikarenakan Ali bin Abi Thalib as. melakukannya dalam keadaan tersebut. Jika ia memberikan zakat tidak dalam keadaan rukuk, maka pengemis itu akan keluar dari masjid dengan tangan hampa.

10. Apakah Kandungan Ayat tersebut Berlawanan dengan Ayat Sebelumnya? Fakhru Razi mengatakan, "Jika ayat tersebut menunjukkan keimamahan Ali bin Abi Thalib, maka akan bertentangan dengan ayat sebelumnya yang menunjukkan sahnya kekhali- fahan Abu Bakar.

Jawab: Sebaliknya, ayat sebelumnya justru tidak menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan sahnya kekhalifahannya. Ayat itu berbunyi:

A YAT W ILAYAH (K EPEMIMPINAN )

ىَلَع ةهلِذَأ ُهَنوُّبُِيُ َو ْمُهُّ بُِيُ مْوَقِب ُهللَّا ِتَِْيَ َفْوَسَف ِهِنيد ْنَع ْمُكْنِم هدَتْرَ ي ْنَم اوُنَمآ َنيذهلا اَهُّ يَأ يا ... مِئلا َةَمْوَل َنوُفا َيُ لا َو ِهللَّا ِليبَس في َنوُدِهاُيُ َنيرِفاكْلا ىَلَع ةهزِعَأ َينِمْؤُمْلا Hai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kalian

yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan

yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela... 1

Fakhru Razi mengklaim berikut argumentasinya: Ayat ini menunjukkan sahnya kekhalifahan Abu Bakar,

karena dalam ayat ini Allah swt. berbicara kepada kaum Mukminin, dimana jika mereka murtad dari agama mereka, Allah swt. akan mendatangkan suatu kaum yang memiliki ciri-ciri yang tersebut dalam ayat ini, sehingga berperang dengan mereka. Sepeninggal Nabi saw., satu-satunya orang yang memerangi orang-orang yang murtad adalah Abu Bakar. Dan karena ayat ini termasuk pujian untuk Abu Bakar, maka dengan sendirinya menunjukkan sahnya kekhilafahannya.

Untuk mempermudah berdalil dengan ayat ini atas sahnya kekhalifahan Abu Bakar, Fakhru Razi menambahkan sebuah kalimat dalam ayat ini dari dirinya sendiri!

Perhatikan kembali redaksi ayat di atas. Ia menyatakan, "Barang siapa di antara orang-orang mukmin yang murtad dari agamanya, maka Allah kelak akan mendatangkan suatu

1 . QS. Al-Maidah [5]: 54.

162 T AFSIR I MAMAH D AN K EMAKSUMAN

kaum yang memiliki ciri-ciri tersebut, antara lain berjuang di jalan Allah.”

Dalam ayat ini, tidak ada kalimat yang berbunyi "Mereka akan berperang dengan orang-orang yang murtad itu". Namun demikianlah Fakhru Razi menambahkan kalimat tersebut dalam argumentasinya!

Ada beberapa ayat yang menyerupai kandungan ayat ini, seperti; "Barang siapa yang menjadi kafir, maka Allah akan mendatangkan orang- orang yang tidak demikian.”

Lihatlah ayat-ayat berikut ini:

َن ... يرِفاكِب ا ِبِ ا وُسْيَل ًامْوَ ق اِبِ انْلهكَو ْدَقَ ف ِءلاُؤه اِبِ ْرُفْكَي ْنِإَف Jika mereka; orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang

tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menye- rahkannya kepada kaum yang sekali- kali tidak akan

mengingkarinya. 1 ْمُكَلاثْمَأ اوُنوُكَي لا ... هُث ْمُكَرْ يَغ ًامْوَ ق ْلِدْبَ تْسَي اْوهلَوَ تَ ت ْنِإ َو

Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, di mana mereka tidak akan

seperti kalian. 2 ًائْيَش ُهوُّرُض َت لا َو ْمُكَرْ يَغ ًامْوَ ق ْلِدْبَ تْسَي َو ًاميلَأ ًبِاذَع ْمُكْبِّذَعُ ي اوُرِفْنَ ت هلاِإ ...

Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksa yang pedih dan akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan kalian tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. 3

Dengan demikian, kandungan ayat itu sama dengan ayat-ayat tersebut di atas ini. Dan ayat itu tidak menunjukkan bahwa

1 . QS. Al-An'am [6]: 89. 2 . QS. Muhammad [47]: 38. 3 . QS. Al-Taubah [9]: 39.

A YAT W ILAYAH (K EPEMIMPINAN )

Allah swt. mendatangkan sebuah kaum yang —menurut klaim Fakhru Razi —akan bangkit memerangi orang-orang yang murtad.

11. Apakah Pembatasan dalam Ayat Tersebut Berlawanan dengan Keimamahan para Imam? Jika ayat tersebut menunjukkan keimamahan Ali bin Abi Thalib as., maka tetap saja ini berlawanan dengan mazhab Imamiyah, sebagaimana berlawanan juga dengan mazhab Ahli Sunnah. Karena, Syi‘ah tidak hanya meyakini keimamahan Ali bin Abi Thalib as., tetapi bahkan meyakini keimamahan dua belas imam.

Jawab: Pertama, berdasarkan bukti-bukti yang telah diajukan sebelum- nya, maksud dari wilâyah dalam ayat Wilayah ini adalah pengelola, dan maksud dari rukuk adalah rukuk dalam shalat. Atas dasar ini, jelas bahwa pembatasan dalam ayat tersebut adalah pembatasan relatif; bukan pembatasan hakiki. Karena, ada para waliy selain rasul dan imam, seperti fukaha, para penguasa, para hakim, orang tua dan kakek serta wakil. Bila pembatasan dalam ayat tersebut dianggap sebagai pembatasan hakiki, maka akan menunjukkan penafian atas wilayah para wali tersebut, padahal tidak demikian. Hal ini dengan sendiri- nya adalah sebuah arahan (qarinah) bahwa pembatasan dalam ayat tersebut adalah pembatasan relatif, dan menunjukkan juga akan wilayah dan keimamahan Imam Ali bin Abi Thalib as. sepeninggal Nabi saw. Dan ini tidak bertentangan dengan keimamahan para imam yang lain.

Kedua, berdasarkan hadis- hadis yang terdapat pada Syi‘ah Imamiyah dan Ahli Sunnah, maksud dari “… alladzîna âmanû

164 T AFSIR I MAMAH D AN K EMAKSUMAN

…” (orang-orang yang beriman) bukan Imam Ali as. saja. 1 Para Imam Maksum juga berhasil memberikan zakat sunah dalam

keadaan rukuk sebagaimana yang tersebut dalam ayat ini. Dan ayat tersebut hanya terbatas untuk para Imam Maksum as. sejak awal kedudukan Imamah.

12. Apakah Ali bin Abi Thalib as. pada Zaman Nabi saw. Memiliki Kedudukan sebagai Wali ‘Pemimpin’? Jika ayat tersebut menunjukkan kepemimpinan dan keimama- han Ali bin Abi Thalib as., maka konsekuensinya adalah pada zamannya Nabi saw. pun ia sudah memegang kedudukan Imamah, padahal tidak demikian kenyataannya.

Jawab: Pertama, berdasarkan dalil-dalil yang ada, Ali bin Abi Thalib as. juga memegang kedudukan wilayah dan Imamah. Akan tetapi, kedudukan wilayahnya dalam bentuk sebagai wakil. Yakni, kapan saja Nabi saw. tidak ada, maka Ali bin Abi Thalib as. tampil sebagai penggantinya. Salah satu dalil-dalil itu adalah hadis Manzilat. Hadis ini membuktikan bahwa seluruh kedudukan yang dimiliki oleh Nabi Harun as. di sisi Nabi Musa as. juga dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib a.s. di sisi Nabi saw. Ketika Nabi Musa as. pergi ke gunung Thur, ia berkata kepada saudaranya; Nabi Harun as., "Jadilah peng- gantiku di tengah- tengah kaumku!” Penggantian ini tidak terbatas pada zaman ketika pergi ke Thur saja, sebagimana

1 . Ushul Al-Kafi, jil. 1, hal. 143, hadis 7, hal. 146, hadis 16, hal. 228, hadis 3, cet. Al-Maktab Al-Islamiyah. Kamal Al-Din, jil. 1, hal. 274-279, cet. Dar Al-

Kutub Al-Islamiyah. Faraid Al-Simthain, jil. 1, hal. 312, hadis 250, cet. Muassasah Mahmudi. Yanabi Al-Mawaddah, hal. 114-116.

A YAT W ILAYAH (K EPEMIMPINAN )

para peneliti Ahli Sunnah juga menerangkan demikian. 1 Oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib as. senantiasa sebagai pengganti

Nabi saw. Kedua, andai saja di zaman Nabi saw. wilayah dan Imamah ini tidak ditetapkan untuk Ali bin Abi Thalib as.

karena suatu alasan, dan ayat Wilayah itu berlaku setelah wafat Nabi saw., maka berdasarkan alasan tersebut, sesaat setelah meninggalnya Nabi saw. wilayah dan Imamah itu ditetapkan untuk Ali bin Abi Thalib as.

13. Sambil Mengamati Ayat Wilayah, Apakah Ali bin Abi Thalib as. masih bisa Dianggap sebagai Khalifah Keempat? Katakana saja bahwa ayat Wilayah menunjukkan wilayah dan keimamahan Ali bin Bin Thalib as. Akan tetapi, ini tidak bertentangan dengan kekhalifahan ketiga khalifah sebelum- nya. Karena, berdasarkan ijma dan syura, pertama-tama kita meyakini kekhalifahan para khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib, lalu mengamalkan ayat Wilayah yang menunjukkan keimamahan Ali as. setelah kekhalifahan ketiga khalifah tersebut.

Jawab: Pertama, bersandar pada ijma dan syura dalam masalah kekhalifahan bisa diterima bila ijma dan syura itu berfungsi sebagai dalil yang sah. Ijma dan syura dianggap sebagai dalil berdasarkan argumentasi yang diklaim oleh Ahli Sunnah, namun menurut Syi‘ah Imamiyah, ini tidak cukup.

Kedua, ijma dan syura yang diklaim ini tidak pernah terjadi di tengah-tengah umat.

1 . Syarah Maqashid, Taftazani, jil. 5, hal. 276, cet. Syarif Razi.

166 T AFSIR I MAMAH D AN K EMAKSUMAN

Ketiga, ijma dan syura bisa sebagai dalil apabila tidak ada nas dalam sebuah masalah. Namun jika ada nas dari Allah swt. mengenai sebuah masalah, maka ijma dan syura tidak lagi berlaku, sebagaimana firman Allah swt.:

ْنِم ُةَرَ يِْلْا ُم َُله َنوُكَي ْنَأ ًارْمَأ ُهُلوُسَر َو ُهللَّا ىَضَق اذِإ ةَنِمْؤُم لا َو نِمْؤُمِل َناك ام َو ...ْمِهِرْمَأ Dan tidak ada bagi seorang mukmin laki-laki dan tidak (pula)

bagi seorang mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, bagi mereka pilihan tentang

urusan mereka... 1