mencari kerja dan menunggu pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan, digolongkan
sebagai non angkatan kerja. Dalam hal ini cakupan mengenai tenaga kerja dan bukan angkatan kerja
dibedakan hanya oleh batas usia di mana setiap negara mempunyai batas usia yang berbeda. Khususnya di Indonesia yang dipilih batas usia 15 tahun dan
batas usia maksimal 55 tahun. Sedangkan usia 15 tahun digolongkan sebagai bukan usia kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja dikelompokkan menjadi tenaga kerja bekerja dan bukan tenaga kerja mencari kerja atau
menganggur. Tenaga kerja man power adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau
jasa.
2.2 Penelitian Terdahulu
a. Dimas dan Nenik Woyanti 2009, melakukan penelitian berjudul
“Penyerapan Tenaga Kerja Di DKI Jakarta” dengan menggunakan alat statistika regresi berganda dengan pendekatan OLS Ordinary Least Square.
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian antara lain: angkatan kerja, PDRB, upah riil, dan tingkat investasi. Kesimpulan yang
dihasilkan dalam penelitian tersebut adalah PDRB, tingkat upah riil, investasi secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja di DKI Jakarta.
b. Syarifudin 2007 dalam penelitiannya mengenai “Analisis Tingkat
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Manufaktur Di Indonesia” menggunakan Analisis Kuantitatif dengan metode Ordinary Least Square
OLS. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan rentang waktu 1984-2004 untuk menggambarkan penyerapan tenaga kerja pada sektor
industri manufaktur di Indonesia. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu perubahan pada nilai output riil, jumlah perusahaan, jumlah investasi, ekspor
riil, dan penyerapan tenaga kerja periode sebelumnya memiliki kecenderungan hubungan positif dan kuat terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor
industri manufaktur di Indonesia.
c. Hery Ferdinan 2011 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah, PDRB, Dan Upah Riil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Sumatera Barat”. Penelitian dilakukan menggunakan data yang
bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan
menggabungkan data cross section dan time series. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi penyerapan
tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2010 adalah pengeluaran pemerintah dan besarnya Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang
berpengaruh positif. Sedangkan upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.
d. Sitanggang dan Nachrowi 2004 melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral”. Penelitian dilakukan di 30 provinsi di Indonesia pada kurun waktu 1980-2000.
Metode analisis yang digunakan adalah regresi data panel Generalized Least Squared GLS dengan penimbang Cross Section Weights. Kesimpulan yang
dihasilkan yaitu sektor ekonomi Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian
paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dengan upah yang lebih rendah dari upah di sektor-sektor lainnya. Adanya peningkatan dan penurunan
dalam jumlah penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output dan juga upah.
e. Vanda Ningrum 2008 dalam penelitiannya mengenai “Penanaman Modal
Asing Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Sektor Industri” menggunakan regresi dengan metode Pool Least Square. Variabel yang digunakan adalah
Tenaga Kerja Terserap sebagai variabel dependen dan Nilai PMA Penanaman Modal Asing sebagai variabel independen. Kesimpulan yang dihasilkan
adalah setelah tahun 1998 daya tarik investasi asing di Indonseia terus melemah. Industri kimia dan farmasi tidak banyak menyerap pekerja dari
investasi yang ditambahkan walaupun industri ini memberikan kontribusi OMA terbesar. Industri yang mampu menyerap banyak tenaga kerja adalah
pada industri tekstil. Industri yang paling efisien dalam menyerap tenaga kerja per jumlah investasi terjadi pada industri barang dari kulit dan sepatu.
Keberadaan investor asing di Indonesia lebih berkontribusi dalam meningkatkan industri padat modal dibandingkan dengan industri padat karya.
Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel
Metode Hasil
Dependen Independen
Dimas dan Nenik
Woyanti 2009
Penyerapan tenaga kerja
Angkatan kerja, upah
riil, PDRB, investasi
Ordinary Least
Square OLS
PDRB, investasi dan upah riil secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja di DKI Jakarta
Syarifudin 2007
Penyerapan tenaga kerja
Nilai output riil, jumlah
perusahaan, investasi,
ekspor riil Ordinary
Least Square
OLS Perubahan pada nilai output
riil, jumlah perusahaan, jumlah investasi, ekspor riil
dan jumlah penyerapan tenaga kerja periode sebelumnya
memiliki kecenderungan hubungan positif yang kuat
terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri
manufaktur di Indonesia.
Hery Ferdinan
2011 Penyerapan
tenaga kerja Pengeluaran
pemerintah, PDRB,
upah riil Regresi
data panel, data cross
section dan time series
Pengeluaran pemerintah dan PDRB berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat tahun
2005-2010. Sedangkan upah riil berpengaruh negatif
terhadap penyerapan tenaga kerja
Sitanggang dan
Nachrowi 2004
Penyerapan tenaga kerja
Perubahan populasi,
net migration,
output, upah
Generalized Least
Square GLS,
Cross Section
Weights Sektor pertanian paling
banyak menyerap tenaga kerja walaupun dengan upah yang
lebih rendah dibandingkan sektor lainnya. Penyerapan
tenaga kerja dipengaruhi perubahan populasi, net
migration, output, dan juga upah
Vanda Ningrum
2008 Penyerapan
tenaga kerja Penanaman
Modal Asing
PMA Pool Least
Square
Industri yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja adalah pada industri tekstil.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis