Karakteristik, Perilaku Dan Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga Petani Miskin Di Propinsi Bengkulu

KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RUMAHTANGGA PETANI
MISKIN DI PROVINSI BENGKULU

BAHRIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI
DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Karakteristik,
Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga Petani Miskin di
Provinsi Bengkulu adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutif dari karya yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, September 2008


Bahrin
NIM. P061030051

ABSTRACT

BAHRIN. 2008. Characteristic, Behavior and the Fulfillment of Household’s
Poor Farmers Needs in Bengkulu Province, Supervised by BASITA GINTING
SUGIHEN, PANG S. ASNGARI and DJOKO SUSANTO.
One of the major and root causes of poverty among the poor farmers is
related to their unproductive behaviors. Those kind of behavior exist caused by
some factors, especially related to their characteristics. The study objectives are:
(1) To describe and to analyse distribution of the poor farmers according to their
characteristics; ( 2) To describe and to analyse distribution of the poor farmers to
work on farm and to manage the yield to fulfill various household needs and in
making social interaction; (3) To describe and to analyse distribution of the poor
farmers to fulfill their household needs; (4) To analyse the relationship between
behavior of the family characteristics and fulfillment of poor farmer household
needs; (5) To formulate an action strategic to reinforce the poor farmers capacity
in order to achieve better quality of life. The important study results show that:

(1) Most of the poor farmers have characteristics: low level of formal and non
formal education, low level of information access, and low level market and
financial capital; (2) Most of the poor farmers work on farm in good categories,
but low level in managing of their yield to fulfill various household needs and in
making social interaction; (3) Most of the poor farmers fulfill their household
needs in acceptable categorys, but low level in their housing and job
opportunities outside agricultural work; (4) Poor farmers behavior inmanaging
their lives affected by: age, formal education, non formal education, information
access, motivation, group access, culture value orientation, market access, capital
access and the width of landownership; (5) The strategic approach to empower
poor farmers in this particular areas is changing their which based on behavior
K3RIV ( hard working, smart work, creative, responsive, innovative and vision) in
learning process by non formal education though participative approach,
planned, continual and handled professionally.

Keyword: poverty, behavior, household’s needs

RINGKASAN
BAHRIN. 2008. Karakteristik, Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga
Petani Miskin di Provinsi Bengkulu. Di bawah Bimbingan BASITA GINTING

SUGIHEN, PANG S. ASNGARI, dan DJOKO SUSANTO.
Salah satu akar penyebab terjadi dan sulit bangkitnya keluarga miskin dari
lilitan kemiskinannya adalah karena prilakunya yang tidak produktif. Tidak
produktifnya prilaku rumahtangga petani miskin dalam melangsungkan
kehidupannya dipengaruhi oleh banyak faktor atau karakteristik, baik sosial,
budaya maupun ekonomi.
Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran
rumah-tangga petani miskin dilihat dari sejumlah
karakteristik, (2)
Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran rumahtangga petani miskin di lihat
dari perilakunya dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), mengelola hasil usaha
untuk memenuhi beragam kebutuhan rumahtangga (konsumsi) dan melakukan
interaksi sosial, (3) Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran rumahtangga
petani miskin dilihat dari pemenuhan kebutuhan rumahtangga, (4) Menganalisis
hubungan karakteristik dengan perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga
petani miskin, dan (5) Merumuskan suatu strategi pemberdayaan untuk
mengembangkan kapasitas rumahtangga petani miskin.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kepahiang di
Provinsi Bengkulu. Masing-masing Kabupaten dipilih dua kecamatan dan dua
desa, dan dari delapan desa terpilih diperoleh sampel (contoh) sebanyak 240

Kepala Rumahtangga petani miskin. Penentuan lokasi dan responden dilakukan
secara acak sederhana. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara.
Data dianalisis dengan: (1) Analisis statistika deskriptif, (2) Analisis korelasi , dan
(3) Analisis regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Kepala rumahtangga petani miskin
umumnya usia produktif, yang sebagian besar memiliki karakteristik yang rendah
dalam hal: pendidikan formal, pendidikan non formal, akses informasi, akses
pasar, akses modal di bank atau lembaga keuangan resmi dan tingkat pendapatan,
(2) Perilaku petani miskin dalam bekerja dan berusaha sebagian besar pada
kategori baik, namun perilaku dalam mengelola hasil usaha untuk memenuhi
berbagai kebutuhan rumahtangga dan perilaku interaksi sosial masih kurang. Pola
bekerja dan berusaha mengikuti pola budaya yang sudah turun-temurun, (3)
Tingkat pemenuhan kebutuhan dasar rumahtangga patani miskin (pangan, air
bersih, akses layanan pendidikan dasar bagi anggota keluarga, akses layanan
kesehatan, kebutuhan atas tanah dan kebutuhan akan rasa aman) sebagian besar
pada kategori cukup, namun tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan dan akses
terhadap lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha sebagian besar pada
kategori kurang, (4) Perilaku rumahtangga miskin dalam melangsungkan
kehidupan rumah-tangganya berhubungan secara nyata dengan: umur, pendidikan
formal, pendidikan non formal, motivasi berprestasi, orientasi nilai budaya,

harapan atau aspirasi, akses kelompok, akses pasar, luas pemilikan dan
penguasaan lahan, akses modal, serta jumlah dan komposisi anggota
rumahtangga, (5) Strategi alternatif untuk memberdayakan petani miskin di dua
lokasi penelitian adalah melalui perubahan perilaku kerja yang berorientasi pada

K3RIV (kerja keras, kerja cerdas, kreatif, responsif, inovatif dan visi masa depan)
yang dilaksanakan melalui proses pembelajaran secara partisipatif, terencana,
berkesinambungan dan ditangani secara profesional.
Pemimpin formal dan informal lokal (desa) hendaknya dapat mengambil
peran lebih aktif dalam menggerakkan kelembagaan sosial yang ada di tingkat
desa untuk ikut ambil bagian dalam memberdayakan keluarga miskin. Pemerintah
Daerah perlu melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
penyuluh serta pembentukan dan penataan kelembagaan penyuluhan sampai ke
tingkat desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Kata kunci: kemiskinan, perilaku , kebutuhan rumahtangga

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini
tanpa mencantumkan atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin
IPB

KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RUMAHTANGGA PETANI
MISKIN DI PROVINSI BENGKULU

BAHRIN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul Disertasi

:

Nama Mahasiswa
NRP
Program Studi

:
:
:

Karakteristik, Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan

Rumahtangga Petani Miskin di Provinsi Bengkulu
Drs. Bahrin, M.Si
P061030051
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui:
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA.
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota

Prof. (Riset) Dr. Djoko Susanto, SKM.
Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Prof.Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro M.S.

Tanggal Ujian: 27 Agustus 2008

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga naskah disertasi
yang berjudul ”Karakteristik Sosiodemografi, Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan
Rumahtangga Petani Miskin di Provinsi Bengkulu” ini dapat diselesaikan.

Selesainya tulisan ini tidak terlepas atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini pertama-tama penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang mendalam kepada Bapak Dr.Ir. Basita Ginting Sugihen,

MA. selaku ketua komisi pembimbing, Prof. (Riset) Dr. Djoko Susanto, SKM.
dan Prof. Dr. Pang S Asngari selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak mencurahkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada
penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Robert
M.Z. Lawang dan Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. yang berkenan bertindak
sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka.
Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr.Ir. Siti
Amanah, M.Sc. selaku Koordinator Mayor Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan (PPN) yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu Bapak Dr. Khairil, M.Pd. atas
perhatian dan dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.
Demikian juga penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor terutama dari Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam
penulisan naskah disertasi ini, terutama kepada Dr. Bustang, Dr. Herman Subagio,
Dr. Abdul Farid, Dr. Sunaryadi dan Ir. Miswar Budi Mulya, M.Si. Semoga Allah
SWT memberikan imbalan pahala atas semua perbuatan baik tersebut.
Ucapan terima kasih juga kepada ke dua orang tua Ayahenda Wahim dan
Ibunda Zubaidah. Demikian pula istri dan anak-anak saya, yakni: Rodiatul Azla,

S.Pd., Alfin Ardiansya, Putri Oktarina Sari, Faturahman Asidiqi dan Rahmawati
Meilarini yang telah lama menantikan penyelesaian studi penulis.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih membutuhkan penyempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhirnya, semoga semua usaha kita menuju kebaikan selalu dituntun dan diridhoi
oleh Allah SWT.

Bogor, September 2008
Bahrin

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Taba, Kecamatan Talo Kecil Kabupaten Seluma
Provinsi Bengkulu pada tanggal 04 Desember 1963 sebagai anak keempat dari
pasangan Ayahanda Wahim dan Ibunda Zubaidah. Pendidikan sarjana di tempuh
di Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu, lulus pada tahun 1989. Pada tahun 1993 penulis
memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang Strata 2 (S2)
pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pem-bangunan, Institut Pertanian Bogor,
lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2003 penulis kembali memperoleh kesempatan
untuk mengikuti pendidikan Program Doktor pada Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan
beasiswa BPPS Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap Yayasan di Universitas Muhammadiyah Bengkulu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jabatan
struktural yang pernah diemban: (1) Kasubbag Akademik dan Kemahasiswaaan,
(2) Kabag Akademik dan Kemahasiswaan, dan (3) Sekretaris Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Pada Masya-rakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah
Bengkulu.

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT
RINGKASAN

................................................................................................

iii

.............................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

xvi

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................................

1

Masalah Penelitian ..............................................................................

4

Tujuan Pernelitian ...............................................................................

7

Kegunaan Penelitian ...........................................................................

7

Definisi Istilah .....................................................................................

8

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

12

Petani ...................................................................................................

12

Perilaku ...............................................................................................

13

Karakteristik Rumahtangga Petani ......................................................

23

Pandangan tentang Kemiskinan ..........................................................

45

Teori Kemiskinan.................................................................................

51

Pengertian Kemiskinan .......................................................................

52

Dimensi Kemiskinan............................................................................

60

Faktor Penyebab Kemiskinan .............................................................

68

Ciri dan Ukuran Kemiskinan ..............................................................

70

Pemenuhan Kebutuhan Dasar .............................................................

74

Strategi Penanggulangan Kemiskinan .................................................

78

Konsep Pemberdayaan ........................................................................

80

Tujuan Pemberdayaan .........................................................................

82

Desa dan Kemiskinan ..........................................................................

83

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ................................................

89

Kerangka Berpikir ...............................................................................

89

Hipotesis Penelitian ...........................................................................

96

Halaman
METODE PENELITIAN ................................................................................

98

Desain Penelitian .................................................................................

98

Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................

98

Populasi dan Sampel ...........................................................................

100

Data dan Instrumentasi ........................................................................

102

Pengukuran Variabel Penelitian ..........................................................

109

Analisis Data .......................................................................................

115

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

117

Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ....................................................

117

Karakteristik Rumahtangga Petani Miskin .........................................

125

Perilaku Rumahtangga Petani Miskin .................................................

143

Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga ................................................

151

Jenis Kemiskinan ...............................................................................

161

Karakteristik dan Perilaku Rumahtangga Petani Miskin ....................

164

Karakteristik dan Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga Petani
Miskin .................................................................................................

185

Strategi Pemberdayaan Rumahtangga Petani Miskin ....................

189

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

208

Kesimpulan .........................................................................................

208

Saran ....................................................................................................

209

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

211

LAMPIRAN ................................................................................................

220

DAFTAR TABEL

Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Ciri-ciri utama kepribadian seseorang ...................................
Nilai-nilai dasar kemajuan dan terbelakang......................................
Pengkategorian Miskin dan Kaya ..................................................
Karakteristik tradisional, transisi dan modern ................................
Jumlah Rumahtangga Miskin Sebagai Populasi Penelitian ............
Lokasi dan Jumlah Sampel Penelitian .............................................
Koefisien validitas instrumen penelitian .........................................
Peubah, Sub Peubah, Indicator dan Parameter Penelitian ..............
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Seluma Stahun 2007 ..
Luas lahan sawah (Ha) menurut jenisnya di Kabupaten Seluma ....
Luas panen dan jumlah produksi padi di Kabupaten Seluma tahun
2005-2006 ........................................................................................
Luas panen, produksi dan rata-rata produksi per Ha tanaman
palawija di Kabupaten Seluma tahun 2006 ....................................
Jumlah, kepadatan penduduk, dan penduduk miskin per kecamatan
di Kabupaten Seluma tahun 2007 ..................................................
Luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Kapahiang Tahun 2007
Luas dan keadaan tanaman serta produksi empat komoditas utama
perkebunan rajyat di Kabupaten Kepahiang tahun 2006 ...............
Luas panen dan produksi sayur-sayuran di Kabupaten Kepahiang
Jumlah, kepadatan penduduk dan penduduk miskin per kecamatan
di Kabupaten Kepahiang tahun 2007 .............................................
Karakteristik Internal Rumahtangga Petani Miskin ........................
Karakteristik Eksternal Rumahtangga Petani Miskin ....................
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik internal dan eksternal .
Perilaku Rumahtangga Petani Miskin Dalam Melangsungkan
Kehidupannya ...........................................................................
Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga Petani Miskin ....................
Jumlah keluarga miskin menurut kondisi rumah ...........................
Pemenuhan hak memperoleh pendidikan bagi anggota rumahtangga petani miskin .....................................................................
Tingkat kematian balita dan tempat berobat bagi anggota rumah
tangga petani miskin ...................................................................
Pemilikan dan penguasaan lahan rumahtangga petani miskin ........
Nilai koefisien korelasi antara karakteristik dengan perilaku
rumahtangga petani miskin ............................................................

28 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku bekerja sebagai peubah tak
bebas di Kabupaten Kepahiang .....................................
29 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku bekerja sebagai peubah tak
bebas di Kabupaten Seluma .........................................

21
31
55
83
101
102
107
110
118
119
120
121
122
123
124
124
125
126
132
140
144
151
153
154
155
158
166

167

169

30 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku bekerja sebagai peubah tak
bebas di dua lokasi penelitian ......................................
31 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku mengelola hasil usaha sebagai
peubah tak bebas di Kabupaten Kepahiang .............
32 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku mengelola hasil usaha sebagai
peubah tak bebas di Kabupaten Seluma ...................
33 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku mengelola hasil usaha sebagai
peubah tak bebas di dua lokasi penelitian ...............
34 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku interaksi sosial sebagai peubah
tak bebas di Kabupaten Kepahiang .......................
35 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku interaksi sosial sebagai peubah
tak bebas di Kabupaten Seluma ...........................
36 Hasil regresi antara karakteristik rumahtangga petani miskin
sebagai peubah bebas dan perilaku interaksi sosial sebagai peubah
tak bebas di dua lokasi penelitian .........................
37 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik dengan tingkat
pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin .........................
38 Karakteristik yang dominan berpengaruh terhadap perilaku petani
miskin dalam melangsungkan kehidupannya .di Kabupaten
Kepahiang........
39 Strategi pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan petani
miskin di Kabupaten Kepahiang .........................................
40 Karakteristik yang dominan berpengaruh terhadap perilaku petani
miskin dalam melangsungkan kehidupannya di Kabupaten
Seluma........................................................................................
41 Strategi pelaksanaan penyuluhan untuk pemberdayaan petani
miskin di Kabupaten Seluma .........................................

171

172

173

174

175

176

177
187

191
197

199
205

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka berpikir penelitian .........................................................

2

Kerangka analisis hubungan karakteristik dengan perilaku dan

94

Pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin.. .........................

97

3

Bagan lokasi penelitian ....................................................................

100

4

Hasil analisis korelasi antara karakteristik dengan perilaku rumahtangga
petani miskin .. ......................................................................................... 165

5

Hasil analisis korelasi antar peubah di Kabupaten Kepahiang .............. 194

6

Hasil analisis korelasi antar peubah di Kabupaten Seluma . ....................203

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Peta Wilayah Provinsi Bengkulu ......................................................... 220

2

Hasil Uji Beda ....................................................................................... 222

3.

Instrumen penelitian .............................................................................. 225

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia.
Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000, pengurangan kemiskinan dan kelaparan ditempatkan sebagai tujuan pertama pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDGs). Hal itu didasari
atas kenyataan bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial yang krusial dan
berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. Berbagai dampak tersebut antara lain; munculnya generasi yang tidak
berkualitas (lost of generations) yang mempunyai kemampuan bersaing rendah,
gizi buruk, meningkatnya kriminalitas, derajat kesehatan rendah serta rentan
terhadap berbagai penyakit.
Pemerintah telah berusaha terusmenerus menanggulangi kemiskinan sejak
Pelita pertama. Dalam kurun waktu antara tahun 1976 sampai tahun 1996 sudah
terjadi penurunan jumlah penduduk miskin secara bertahap. Tahun 1976 jumlah
penduduk miskin mencapai 54,2 juta (40,01 %) terus mengalami penurunan
menjadi 22,5 juta atau (11,30 %) pada tahun 1996. Namun seiring dengan
terjadinya krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia tahun 1997, jumlah
penduiduk miskin kembali meningkat dan mencapai angka tertinggi pada tahun
1998 yakni sebesar 49,5 juta jiwa (24,20 %). Dengan semakin membaiknya
kondisi perekonomian Bangsa Indonesia, maka jumlah penduduk miskin secara
perlahan kembali mengalami penurunan menjadi 35,1 juta (15,97 %) pada tahun
2005 dan tahun 2006 kembali meningkat menjadi 39,05 juta (17,75 %). Tahun
2007 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 37,17 juta atau
sekitar (16,58 %) dari total jumlah penduduk (Bappenas, 2007). Dari jumlah
tersebut (63, 41 %) bertempat tinggal di pedesaan dan (36,59 %) di perkotaan.
Data BPS menyebutkan bahwa penduduk miskin per Maret 2008 berjumlah 34,96
juta jiwa (15,42 %) dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan terjadinya kenaikan
harga BBM diperkirakan jumlah penduduk miskin akan meningkat lagi.

Berdasarkan data jumlah penduduk miskin di atas, menunjukkan bahwa
berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini belum
optimal dan perlu ditingkatkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian dan penelitian
guna menemukan substansi yang mengakar mengenai kemiskinan tersebut,
sehingga upaya penanggulangannya dapat dilakukan secara tepat

ke sumber

masalah yang sesungguhnya. Dengan demikian, maka upaya pemberdayaan
penduduk miskin dapat lebih efektif dan berkesinambungan.
Secara umum pada hakekatnya setiap orang menginginkan suatu tingkat
kehidupan yang layak, baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Namun karena
berbagai faktor baik internal (individual) maupun eksternal (lingkungan sosial dan
alam) telah menyebabkan sebagian individu atau keluarga tidak atau belum dapat
mencapai suatu tingkat kehidupan yang layak tersebut.
Mengacu kepada teori Tabularasa (Idris, 1982) bahwa semua manusia
dilahirkan sama seperti lilin yang putih bersih. Tidak seorangpun yang dilahirkan
membawa harta benda. Setiap individu mempunyai potensi tertentu termasuk
individu atau rumahtangga miskin. Orang atau keluarga miskin bukanlah sosok
tanpa daya. Sen (1982), pemenang hadiah Nobel Ekonomi menyatakan bahwa
orang miskin bukan karena tidak memiliki sesuatu tetapi karena tidak bisa
melakukan sesuatu. Seringkali mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan
yang membuatnya tidak dapat berbuat banyak untuk memperbaiki kondisi
kehidupannya. Misalnya karena ditimpa musibah (kematian, sakit menahun dsb)
menyebabkan mereka terbelenggu hutang dan seringkali terpaksa menjual sawah
atau kebun yang merupakan sumber pendapatan keluarganya. Terjadinya
perbedaan kemampuan dalam memenuhi berbagai kebutuhan dan mencapai suatu
tingkat kehidupan yang lebih layak pada dasarnya sangat ditentukan oleh perilaku
masingmasing individu yang bersangkutan dalam memanfaatkan setiap peluang
dan potensi yang dimiliki.
Setiap orang berperilaku tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya yang beragam (Susanto, 2006: 8). Perilaku individu mencakup keseluruhan tindakan yang dilakukan untuk melangsungkan kehidupannya. Efektivitas
perilaku seseorang dalam merespon setiap perangsang atau stimulus dan
memanfaatkan potensi serta peluang yang ada sangat ditentukan oleh tingkat

pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Efektivitas perilaku tersebut pada
akhirnya akan menentukan keberhasilan (produktivitas) individu atau keluarga
yang bersangkutan
Perilaku individu merupakan hasil dari proses belajar yang dilalui sepanjang
hidupnya dan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.
Lewin (Utami, 2006: 21), membuat

persamaan

dasar

perilaku

manusia:

B = f { P,S }; B adalah perilaku individu, f berarti fungsi atau disebabkan oleh,
P adalah Persons dan S adalah Situations. Persamaan Lewin ini merumuskan
bahwa perilaku adalah fungsi dari faktor-faktor atau karakteristik yang bersifat
individual dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat individu itu berada.
Mengacu kepada konsep Lewin tersebut, maka cara seseorang bertindak atau
berperilaku tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri melainkan
harus dilihat dalam kaitannya dengan berbagai faktor, baik yang bersifat
individual maupun yang terkait dengan situasi dan kondisi lingkungannya.
Demikian juga halnya dengan perilaku individu atau rumahtangga miskin yang
umumnya kurang produktif harus dilihat keterkaitannya dengan berbagai faktor,
baik sosial, budaya, maupun ekonomi. Perbedaan karakteristik tersebut
menyebabkan perbedaan perilaku individu dalam memanfaatkan potensi dan
peluang, yang selanjutnya berujung pada perbedaan hasil yang dicapai.
Adanya perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan dalam mengakses dan mememenuhi berbagai kebutuhan dan keperluan
hidup, seperti kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, tingkat partisipasi
politik dan sebagainya. Ada yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
layak dan ada yang tidak. Individu atau rumahtanga yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara layak dan bermartabat menurut ukuran tertentu itulah
yang kita sebut sebagai individu atau rumahtangga miskin.
Beranjak dari pemikiran di atas, guna
terkait

menelusuri berbagai faktor yang

dan menemukan substansi yang merupakan akar masalah kemiskinan

terutama di daerah pedesaan, maka penelitian ini mengambil tema tentang
“Karakteristik, Perilaku dan Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga Petani
Miskin.”

Masalah Penelitian
Kemiskinan di pedesaan Jawa umumnya berawal dari sempitnya pemilikan
dan penguasaan lahan, bahkan banyak petani yang tidak memiliki lahan sama
sekali. Hampir 70 persen warga pedesaan di Jawa, khususnya di sekitar Jabotabek
tidak mempunyai tanah sebagai lahan pertanian (Somantri, 2007). Hal ini bertolak
belakang dengan yang terjadi di luar Jawa, khususnya di Provinsi Bengkulu.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa luas pemilikan dan atau
penguasaan lahan setiap keluarga petani rata-rata di atas satu hektar. Kalau demikian mengapa mereka miskin?
Dari perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan memandang bahwa
perubahan perilaku merupakan kunci keberhasilan berbagai program pembangunan termasuk upaya suatu keluarga atau rumahtangga untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya sejalan dengan perubahan lingkungan strategis. Perilaku
dalam konteks ini menyangkut keseluruhan tindakan yang merupakan hasil
kombinasi dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Rendahnya pengetahuan,
sikap dan keterampilan menyebabkan rendahnya kemampuan dan kreativitas
dalam memanfaatkan berbagai potensi dan peluang, selanjutnya berimplikasi pada
rendahnya produktivitas dan tingkat pendapatan dan berujung pada kemiskinan.
Hasil penelitian Papilaya (2006) menemukan bahwa salah satu akar
penyebab kemiskinan adalah kurang produktifnya perilaku rumahtangga miskin;
seperti ketergantungan, apatis, fatalis dan suka berhutang. Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Mawardi (2005) bahwa perilaku yang buruk merupakan
salah satu penyebab kemiskinan.
Perilaku individu merupakan hasil dari proses belajar dan dipengaruhi oleh
banyak faktor; yakni sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan, baik internal
maupun eksternal. Karakteristik tersebut, seperti; umur, pendidikan formal,
pendidikan non formal, orientasi nilai budaya, motivasi berprestasi, harapan atau
aspirasi, pemilikan dan penguasaan lahan, pendapatan, jumlah dan komposisi
anggota rumahtangga, akses informasi, akses terhadap kelompok atau organisasi,
akses pasar dan akses terhadap sumber modal.
Perbedaan karakteristik tersebut dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
perilaku individu baik dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), perilaku dalam

memenuhi beragam kebutuhan rumahtangga (konsumsi) dan perilaku dalam
interaksi sosial. Perbedaan perilaku dalam bekerja dan berusaha akan menyebabkan terjadinya perbedaan hasil atau pendapatan yang diperoleh. Selanjutnya
perbedaan dalam mengelola hasil usaha (pendapatan) untuk memenuhi beragam
kebutuhan (konsumsi) akan berimplikasi pada perbedaan tingkat kesejahteraan
rumahtangga. Begitu juga halnya dengan perbedaan perilaku dalam melakukan
hubungan sosial akan

berimplikasi terhadap kemampuan dalam mengakses

jaringan dan struktur sosial yang ada bagi kelangsungan hidupnya.
Di samping beberapa karakteristik yang disebutkan di atas, kemampuan
rumahtangga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, juga dipengaruhi oleh
kebijakan dan program fasilitasi yang diperuntukkan bagi mereka, seperti program
bantuan beras (raskin), asuransi kesehatan (askeskin) dan program BLT plus.
Sedangkan kemampuan untuk memperoleh layanan pendidikan dan layanan
kesehatan bagi anggota rumahtangga juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
layanan publik dasar tersebut di daerah pedesaan. Jauhnya jarak jangkauan ke
sekolah atau ke sarana layanan kesehatan (puskes-mas) seringkali menjadi
hambatan bagi warga desa umumnya dan rumahtangga miskin khususnya untuk
memperoleh layanan dasar tersebut. Begitu juga dengan keterbatasan sarana
layanan listrik menyebabkan sulitnya rumahtangga miskin untuk mengakses
layanan tersebut.
Berbagai kebijakan dan program yang diperuntukkan bagi rumahtangga
miskin seringkali kurang optimal. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya
antara lain; data yang tidak akurat dan minimnya sosialisasi, sehingga banyak
rumahtangga miskin yang tidak tahu, seperti program askeskin, sertifikat untuk
kelurga miskin dan sebagainya. Hal ini akan dapat teratasi jika pemimpin formal
dan informal lokal (desa) mempunyai kepedulian terhadap nasib keluarga miskin
yang ada di wilayah atau lingkungannya. Kepedulian pemimpin formal dan
informal lokal sangat penting paling tidak untuk dua alasan; pertama, memberi
perhatian dan dukungan kepada keluarga miskin untuk berusaha secara optimal
guna memperbaiki kondisi kehidupannya dan kedua, untuk memfasilitasi berbagai
kebijakan dan program yang diperuntukkan bagi kelurga miskin atau mem-

fasilitasi dan mempermudah kelurga miskin untuk mengakses berbagai program
yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan keluarganya.
Dengan demikian berbagai faktor (karakteristik), baik internal maupun
eksternal tersebut secara langsung atau tidak langsung ikut menentukan pola
perilaku rumahtangga miskin, baik dalam bekerja (berproduksi), mengelola hasil
usaha untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga (konsumsi) dan perilaku dalam
interaksi sosial. Berdasarkan pemikiran tersebut maka secara umum permasalahan
yang menjadi fokus penelitian ini adalah tentang keterkaitan “ Karakteristik,
perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga

petani miskin di

Provinsi

Bengkulu.”
Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, dirumuskan beberapa
masalah penelitian secara spesifik sebagai berikut:
(1) Bagaimana sebaran rumahtangga petani miskin dilihat dari sejumlah karakteristik (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, motivasi berprestasi, orientasi nilai budaya, harapan atau aspirasi, luas pemilikan dan atau
penguasaan lahan, pendapatan rumahtangga, jumlah dan komposisi anggota
rumahtangga,

kepedulian pemimpin formal dan informal, akses sumber

informasi, akses layanan pendidikan, akses layanan kesehatan, akses layanan
listrik, akses terhadap kelompok/organisasi sosial lokal, akses pasar, akses
sumber modal, dan akses terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan) ?
(2) Bagaimana sebaran rumahtangga petani miskin dilihat dari perilakunya dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), mengelola hasil usaha untuk memenuhi beragam kebutuhan rumahtangga (konsumsi) dan perilaku interaksi
sosial?
(3) Bagaimana sebaran rumahtangga petani miskin dilihat dari tingkat pemenuhan
kebutuhan rumahtangga ( pangan, pakaian, air bersih, perumahan, layanan
pendidikan, layanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha,
kebutuhan atas tanah, dan rasa aman)?
(4) Seberapa besar hubungan karakteristik dengan perilaku dan pemenuhan
kebutuhan rumahtangga petani miskin?
(5) Bagaimana strategi pemberdayaan untuk mengembangkan kapasitas rumahtangga petani miskin di Provinsi Bengkulu?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
karakteristik, perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin di
Provinsi Bengkulu. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran rumahtangga petani miskin
ditelaah dari sejumlah karakteristik (umur, pendidikan formal, pendidikan non
formal, motivasi berprestasi, orientasi nilai budaya, harapan atau aspirasi, luas
pemilikan dan penguasaan lahan, pendapatan rumahtangga, jumlah dan
komposisi anggota keluarga,

kepedulian pemimpin formal dan informal,

akses sumber informasi, akses terhadap layanan pendidikan, akses terhadap
sarana layanan kesehatan, akses terhadap sarana layanan listrik, akses terhadap
kelompok/organisasi sosial lokal, akses pasar , akses sumber modal, dan akses
terhadap kebijakan penanggulangan kemiskinan).
(2) Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran rumahtangga petani miskin ditelaah dari perilakunya dalam bekerja dan berusaha (berproduksi), mengelola
hasil usaha untuk memenuhi beragam kebutuhan rumahtangga (konsumsi) dan
melakukan interaksi sosial.
(3) Mendeskripsikan dan menganalisis sebaran rumahtangga petani miskin
ditelaah dari tingkat pemenuhan kebutuhan rumahtangga ( pangan, pakaian,
air bersih, perumahan, layanan pendidikan, layanan kesehatan, lapangan
pekerjaan dan kesempatan berusaha, kebutuhan atas tanah, dan rasa aman).
(4) Menganalisis hubungan karakteristik dengan perilaku dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin.
(5) Merumuskan pilihan strategi pemberdayaan untuk mengembangkan kapasitas
rumahtangga petani miskin di Provinsi Bengkulu

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis diharapkan dapat memperkaya khasanah teoritis dalam
disiplin ilmu penyuluhan pembangunan terutama dalam kaitannya dengan
pemahaman fenomena kemiskinan dilihat dari aspek perilaku. Mengembangkan

pendekatan dalam upaya mengangkat harkat dan martabat petani miskin di
pedesaan agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat serta merumuskan suatu
strategi yang dapat digunakan bagi upaya pemberdayaan petani miskin di daerah
pedesaan khususnya di Provinsi Bengkulu. Selain itu juga diharapkan dapat
bermanfaat dalam memperkaya pengembangan metodologi penelitian bagi upaya
pengembangan disiplin ilmu penyuluhan pembangunan khususnya dan disiplin
ilmu sosial umumnya.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
memberi kontribusi untuk:
(1) Merumuskan kebijakan dan program bagi upaya pemberdayaan rumahtangga
petani miskin di perdesaan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
untuk hidup layak dan bermartabat serta dapat menunaikan fungsi-fungsi
sosialnya secara wajar.
(2) Memberi masukan bagi pelaksanaan penelitian lanjutan terutama bagi upaya
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan pedesaan sebagai bagian
integral dari pembangunan daerah.
(3) Dapat menghasilkan suatu strategi pemberdayaan yang dapat diaplikasikan
untuk pengembangan kapasitas rumahtangga petani miskin di pedesaan .

Definisi Istilah
Guna keperluan pengukuran dan menghindari kesalahan penafsiran
terhadap beberapa istilah atau variabel dalam penelitian ini, maka berikut ini
diberikan pengertian atau definisi terhadap variabel atau istilah-istilah yang
dipakai, yakni:
(1) Karakteristik rumahtangga petani miskin adalah gambaran ciri-ciri sosial,
budaya dan ekonomi, baik yang bersifat internal maupun eksternal yang
berhubungan atau diduga berhubungan dengan perilaku rumahtangga petani
miskin

dalam melangsungkan kehidupannya.

(2) Tingkat pendidikan formal adalah jumlah tahun seseorang mengikuti pendidikan formal

(3) Akses terhadap sumber informasi adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam menjangkau dan memanfaatkan sumber informasi baik
melalui media cetak, elektronik maupun para penyuluh atau kontak person
lainnya.
(4) Orientasi nilai budaya adalah sistem nilai sosial yang diinternalisasi dan
dijadikan acuan berprilaku oleh seseorang dalam hidupnya.
(5) Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan segala sesuatu secara baik

guna mencapai hasil yang

optimal.
(6) Harapan atau aspirasi adalah keinginan, tujuan atau target yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang.
(7) Pendapatan rumahtangga adalah keseluruhan penghasilan rumahtangga baik
dari hasil usahatani maupun penghasilan dari luar usahatani yang diukur
dengan satuan uang (rupiah).
(8) Jumlah dan komposisi anggota rumahtangga adalah banyaknya dan susunan
anggota rumahtangga dilihat dari usia produktif dan tidak produktif.
(9) Kepedulian pemimpin formal dan informal adalah tingkat perhatian dan atau
dukungan pemimpin formal dan informal lokal

terhadap rumahtangga

miskin baik bersifat material maupun immaterial.
(10) Perilaku adalah keseluruhan proses dan cara bertindak seseorang yang
merupakan hasil kombinasi dari pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
(11) Sarana layanan publik lokal adalah perangkat layanan publik yang disediakan
oleh pemerintah yang ditujukan untuk memberikan layanan kepada
masyarakat termasuk keluarga miskin, seperti sekolah, Puskesmas, air bersih,
listrik dan sebagainya.
(12) Akses

terhadap

kelompok/organisasi

sosial

lokal

adalah

peluang

keikutsertaan di dalam berbagai kegiatan atau struktur organisasi sosial lokal
(RT, RW, Kelurahan atau Desa).
(13) Akses pasar adalah kemampuan responden menggunakan peluang pasar
dalam menjual produk hasil usaha dan mendapatkan berbagai kebutuhan
rumahtangga.

(14) Akses sumber modal adalah kemampuan dalam mencari dan memperoleh
sumber modal.yang tercermin dari frekuensi dan besarnya pinjaman modal
yang diperoleh dari lembaga keuangan atau bank.
(15) Perilaku bekerja dan berusaha (berproduksi) petani miskin adalah
keseluruhan aktivitas (kerja) yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan
yang sah secara normatif.
(16) Perilaku dalam mengelola hasil usaha (konsumsi) petani miskin adalah
keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam memanfaatkan hasil usaha untuk
memenuhi kebutuhan rumahtangga.
(17) Perilaku interaksi sosial petani miskin adalah keseluruhan aktivitas
komunikasi atau kontak dengan pihak lain dalam sistem sosial
(18) Pemenuhan kebutuhan rumahtangga adalah kemampuan menyediakan atau
mengakses

berbagai

kebutuhan

bagi

kelangsungan

hidup

anggota

rumahtangga yang meliputi: pangan, pakaian, air bersih, perumahan,
pendidikan,

kesehatan, pekerjaan dan berusaha, tanah dan rasa aman

(Bappenas, 2004).
(19) Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan responden untuk
mengakses dan atau memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk dapat hidup
secara manusiawi.
(20) Kemiskinan secara sosial budaya-psikologis adalah menunjuk kepada kekurangmampuan dan ketidakberdayaan

seseorang atau sekelompok orang

secara sosial dan mental dalam melakukan tindakan dan atau mengakses
jaringan sosial dan struktur sosial dalam masyarakat.
(21) Kemiskinan politik adalah menunjuk kepada kondisi kekurangmampuan
seseorang atau kelompok orang untuk mengakses struktur kekuasaan
termasuk penggunaan hak-hak politik dalam kehidupan berkelompok, bermasyarakat dan bernegara.
(22) Luas pemilikan lahan adalah areal hamparan tanah/lahan pertanian yang
dimiliki oleh seorang individu atau rumahtangga, baik berupa lahan sawah
maupun lahan daratan.

(23) Luas penguasaan lahan adalah areal hamparan lahan yang diusahakan atau
digarap untuk memperoleh hasil, baik berupa lahan sawah maupun lahan
daratan.
(24) Pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu, kelompok
atau masyarakat yang lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis
masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki serta menentukan alternatif
pemecahannya dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dan
potensi yang dimiliki secara mandiri.

TINJAUAN PUSTAKA
Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mempelajari
sumber-sumber acuan yang relevan, artikel dan hasil-hasil penelitian yang terkait
dengan peubah penelitian, yang meliputi: petani, perilaku, karakteristik sosiodemografi, kemiskinan menurut berbagai sudut pandang, teori kemiskinan,
dimensi kemiskinan, ciri dan ukuran kemiskinan, faktor penyebab kemiskinan,
strategi penanggulangan kemiskinan,

konsep pemberdayaan, tujuan pember-

dayaan, desa dan kemiskinan.

Petani
Petani adalah pelaku utama agribisnis, baik agribisnis monokultur maupun
polikultur dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan
dan atau komoditas perkebunan (Deptan, 2002). Mosher (1987) memberi batasan
bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan
untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan pendapatan.
Dalam pandangan Wolf (1985) petani adalah orang desa yang bercocoktanam artinya mereka bercocok tanam dan beternak di daerah perdesaan, tidak di
dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah-tengah kota atau dalam
kotak-kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dalam pada itu mereka
bukan farmer atau pengusaha pertanian (agricultural entrepreneur) seperti yang
kita kenal di Amerika Serikat.
Petani (Farm) di Amerika merupakan sebuah perusahaan yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dibeli di pasar untuk memperoleh laba
dengan jalan menjual hasil produksinya secara menguntungkan di pasar hasil
bumi. Sebaliknya petani pedesaan tidak melakukan usaha dalam arti ekonomi; ia
mengelola sebuah rumahtangga, bukan sebuah perusahaan bisnis.
Dengan demikian secara konseptual pengertian petani tersebut menunjuk
pada suatu bentuk atau bidang pekerjaan memelihara (budidaya) tanaman atau
hewan untuk memperoleh pendapatan atau memenuhi kebutuhan hidup. Jenis
tanaman yang dipelihara atau ditanam dapat bermacam-macam, baik tanaman

pangan, hortikultura maupun perkebunan. Begitu juga dengan jenis hewan yang
dipelihara juga beraneka ragam, seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau.
Dilihat dari tempat tinggal. umumnya petani tinggal di daerah perdesaan,
dan juga di daerah-daerah pnggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah di bidang pertanian, baik pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan maupun komuditas
perkebunan. Oleh karena itu, umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan (tanah).
Petani di perdesaan

di Provinsi Bengkulu kebanyakan mengusahakan

tanaman pangan (padi) baik sawah maupun ladang. Namun usaha tani padi tersebut sebagian besar hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga bukan untuk dijual. Namun sudah ada diantara petani yang mengusahakan tanaman pangan (padi) sebagian besar untuk dijual khususnya di daerah
transmigrasi. Di samping mengusahakan tanaman pangan, juga mengusahakan
tanaman perkebunan, seperti kopi, karet, kelapa sawit, kakau, dan lada.
Sedangkan memelihara ternak, seperti ayam, sapi, kerbau atau memelihara ikan
umumnya masih merupakan kegiatan sampingan.
Berdasarkan uraian di atas maka secara konseptual dapat diberi batasan
bahwa petani adalah orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dari kegiatan budidaya atau memelihara komoditas tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan.

Perilaku
Landasan teori yang mendasari penelitian ini adalah teori Lewin (Utami,
2006) tentang persamaan dasar perilaku manusia: B = f { P,S}; B adalah perilaku
individu, f berarti fungsi atau disebabkan oleh, P adalah persons dan S adalah
Situations. Persamaan Lewin merumuskan bahwa perilaku adalah fungsi dari
faktor-faktor

atau karakteristik

yang bersifat individual dengan situasi dan

kondisi lingkungan tempat individu itu berada.
Mengacu kepada teori Lewin tersebut, maka cara seseorang bertindak atau
berperilaku tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri sendiri melainkan
harus dilihat dalam kaitannya dengan berbagai faktor, baik yang bersifat

individual (internal) maupun yang terkait dengan situasi dan kondisi lingkungannya (eksternal). Demikian juga halnya dengan perilaku individu

atau

keluarga miskin yang umumnya kurang produktif harus dilihat keterkaitannya
dengan berbagai faktor, baik sosial, budaya, ekonomi maupun demografi (faktor
sosiodemografi).
Berbagai faktor atau karakteristik yang secara teoritis terkait dengan fungsi
pembentukan perilaku individu dalam melangsungkan kehidupannya, seperti:
umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, akses informasi, orientasi nilai
budaya, motivasi berprstasi, akses kelompok atau organisasi, akses pasar, dan
akses terhadap sumber modal.
Pengembangan teori Lewin tersebut

diharapkan dapat menjembatani

perpaduan antara teori perilaku individu dan teori struktur sosial. Teori perilaku
individu meyakini bahwa

sikap individu yang tidak produktif

telah meng-

akibatkan lahirnya kemiskinan. Di sisi lain teori struktur sosial melihat bahwa
kondisi miskinlah yang mengakibatkan perilaku tertentu pada setiap individu,
yaitu munculnya sikap individu yang tidak produktif merupakan akibat dari
adaptasi dengan keadaan miskin (Sherraden, 2006).
Menurut Sherraden, teori perilaku individu berkaitan dengan struktur sosial
dengan asumsi dasar bahwa sikap dan tingkah laku tertentu akan menentukan
kedudukan seseorang dalam tatanan ekonomi dan sosial masyarakat. Khaldun
(Lauer, 2003) juga menekankan pengaruh struktur sosial terhadap kepribadian
individu. Perilaku individu adalah produk dari lingkungan sosialnya.
Para sosiobiolog mengakui bahwa kebanyakan aktivitas manusia berasal dari
bentun-bentuk kegiatan belajar tertentu dalam lingkungan sosial dan kultural
tertentu. Meski demikian, mereka berpendapat bahwa perilaku manusia tidak
seluruhnya merupaka