Pengaruh Interstock Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus Grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan Dan Cikoneng

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG

Oleh

Anto Sugianto
A34301048

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


Oleh

Anto Sugianto
A34301048

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

RINGKASAN
ANTO SUGIANTO. Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng.
(Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Interstock terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar
Nambangan dan Cikoneng yang dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan
pada bulan Nopember 2004 – Juni 2005.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor. Faktor

pertama adalah batang atas yang terdiri dari kultivar Nambangan (V1) dan
kultivar Cikoneng (V2). Faktor kedua adalah jenis Interstock yaitu : Flying
Dragon (I1), Troyer (I2), Citrumelo (I3), dan Rangpur lime (I4), diulang sebanyak
4 kali.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan pada
tahun sebelumnya, tanaman telah berumur 2 tahun saat dipindahkan ke drum.
Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan Interstock terpilih.
Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan
dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya
ditanam di dalam polybag, dipindahkan ke wadah drum diameter 60 cm, tinggi 40
cm dengan media yang baru yaitu : campuran tanah, arang sekam, dan pupuk
kandang (2:1:1). Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 januari
2005.
Penyiraman bibit dilakukan setiap satu hari sekali sebanyak 3 liter air
untuk tiap bibit dalam drum. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk
NPK 15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya
dan diberikan pupuk daun pada minggu ke-3 setiap bulannya sebanyak 2 ppm.
Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan yang
lebih cepat dan lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Jenis Interstock
Flying Dragon bersifat menghambat pertumbuhan batang atas, sebaliknya

Interstock Citrumelo bersifat memacu pertumbuhan batang atas. Sementara itu,
Interstock Troyer dan Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat
Flying Dragon dan Citrumelo. Pertumbuhan tanaman batang atas Nambangan
dengan Interstock Citrumelo cenderung lebih cepat dan lebih besar dari kombinasi
perlakuan yang lain.

Judul

: PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN
VEGETATIF JERUK BESAR (Citrus grandis (L.) Osbeck)
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG

Nama

: Anto Sugianto

NRP

: A34301048


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc
NIP. 131 578 794

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lepang Besar Kota Bumi, Lampung Utara pada
tanggal 01 Nopember 1984. Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara
dari Bapak Udin A. dan Ibu Sulaida.
Tahun 1995 penulis lulus dari SDN 01 Lepang Besar, kemudian pada
tahun 1998 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 08 Bandar Lampung.

Selanjutnya pada tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 09 Bandar Lampung.
Tahun 2001 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
UMPTN. Penulis diterima sebagai mahasiswa Hortikultura, Jurusan Budi Daya
Pertanian, Fakultas Pertanian
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjabat sebagai ketua divisi
beasiswa SCFC (Student's Centre For Charity) BEM Faperta IPB 2002/2003.
Penulis juga pernah menjadi humas pada kepanitiaan Festival Tanaman ke XXV
Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) Faperta IPB 2004/2005. Pada tahun
2004 penulis berhasil mendapatkan penghargaan Outstanding Academic
Excellence Odd Semester. Selanjutnya Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
mata kuliah Hortikultura dan Dasar-dasar Hortikultura semester genap 2004/2005.
Pada semester ganjil 2005/2006 menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Dasardasar Agronomi.

KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Interstock terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar
Nambangan dan Cikoneng. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan yang diberikan selama penelitian berlangsung hingga tulisan ini
dibuat.
2. Prof. Dr. Ir. G. A. Wattimena, MSc dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS
sebagai dosen penguji atas petunjuk yang diberikan.
3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Keluarga tercinta, Bapak, Umak, Bang Imam, Yuk Lina, Bang Iwan, Yuk
Eni, Yuk Dian, Berlin, Arung, Calvin, Puput dan Akbar, atas kasih sayang
yang diberikan selama ini, i love you so much...
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan’38 Hortikultura : Encep, Fajar,
Hendi, Mono, Rully, Aldi, Felix, Devis, Surya, Syamsul, Jimmy, Sun-sun,
Ita, Ara, Turi, Gina, Leli, Mami, Herlin, Puput, Zaqi, Tince, Maya dan
lain-lain yang saya cintai dan banggakan.
6. Teman-teman satu bimbingan Bhayu, Rohma dan Veti.
7. Anak-anak kosan Pondok Delapan (plus) atas kebersamaannya.
8. Mas Gandi dan seluruh staf kebun percobaan IPB Cikabayan.
9. Mbak Sri dan Mas Herik atas saran-sarannya.
10. Pihak-pihak yang telah membantu penyelesain skripsi ini
Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat

khususnya petani, civitas akademik dan penulis sendiri.

Bogor, Oktober 2005

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian....................................................................................
Hipotesis ................................................................................................

1
1
3
4

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................
Deskripsi Jeruk Besar .............................................................................

Jeruk Besar Nambangan .........................................................................
Jeruk Besar Cikoneng .............................................................................
Javansche Citroen...................................................................................
Jenis Interstock.......................................................................................
Flying Dragon...................................................................................
Troyer...............................................................................................
Citrumelo..........................................................................................
Rangpur Lime...................................................................................
Okulasi dengan Interstock.......................................................................

5
5
6
6
7
7
7
7
8
8

8

METODOLOGI.................................................................................................10
Waktu dan Tempat ................................................................................. 10
Bahan dan Alat ....................................................................................... 10
Metode Penelitian................................................................................... 10
Pelaksanaan............................................................................................ 11
Pengamatan ............................................................................................ 12
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
Keadaan Umum Penelitian...................................................................... 13
Tinggi Tanaman ..................................................................................... 14
Jumlah Daun...........................................................................................16
Luas Daun .............................................................................................. 17
Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas ............................ 18
Jumlah Tunas ......................................................................................... 21
Panjang Tunas ........................................................................................ 22
Cabang Sekunder.................................................................................... 23
Pembahasan............................................................................................ 25
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 29
Kesimpulan ............................................................................................ 29

Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
Lampiran............................................................................................................ 32

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. Rata-rata Tinggi Tanaman Jeruk Besar Nambangan (V1) dan
Cikoneng (V2) pada Berbagai Perlakuan .............................................

15

2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan .....................................................................

16


3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada
Berbagai Perlakuan..............................................................................

17

4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan .....................................................

19

5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan .....................................................................

20

6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan .....................................................

21

7. Rata-rata Jumlah Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan .....................................................................

22

8. Rata-rata Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan .....................................................................

23

9. Rata-rata Jumlah Cabang Sekunder Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan .....................................................

24

Lampiran
1. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Pertumbuhan Tinggi Tanaman.............................................................

33

2. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Jumlah Daun Tanaman ........................................................................

34

3. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Luas Daun Tanaman............................................................................

35

4. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Batang Bawah Tanaman.......................................................

36

5. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Interstock Tanaman..............................................................

37

6. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Diameter Batang Atas Tanaman ..........................................................

38

7. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Jumlah Tunas Tanaman .......................................................................

38

8. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Panjang Tunas Tanaman......................................................................

39

9. Sidik Ragam Pengaruh Batang Atas (BA) dan Interstock (I) terhadap
Jumlah Cabang Sekunder Tanaman .....................................................

39

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Teks

1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) Berbagai
Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime
pada 23 MSP .......................................................................................

13

2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan .....................................................

14

3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock......................

15

4. Keragaan Interstock Tanaman; V1 = Nambangan; V2 = Cikoneng;
I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime pada 23
MSP ....................................................................................................

27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk Besar (Citrus Grandis (L.) Osbeck) merupakan buah nasional yang
mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah. Permintaan terhadap jeruk
ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Harjadi (1989), permintaan
jeruk meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya
pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat serta kemajuan sektor pariwisata dan
industri olahan yang pesat.
Jeruk besar mempunyai keunggulan komparatif karena beberapa kultivar
hanya ditemukan di Indonesia, namun sebagian telah hilang karena pelestariannya
kurang diperhatikan maupun karena serangan penyakit (Susanto, 2000). Dua
diantara kultivar yang masih dibudidayakan adalah jeruk besar Cikoneng dan
Nambangan. Kultivar Nambangan adalah satu-satunya jeruk besar yang
berkembang pesat dan menguasai pasar Jeruk besar di Jakarta dan sekitarnya
(Poerwanto et al., 2002). Kultivar Cikoneng pernah popular di kabupaten
Sumedang, tetapi hampir punah karena serangan Citrus Vien Phloem
Degeneration (CVPD) (Susanto, 2000).
Jeruk besar cukup populer di dalam dan luar negeri, mempunyai
karasteristik yang khas yaitu ukurannya besar, rasanya segar dan daya simpannya
lama (Setiawan dan Sunarjono, 2003). Jeruk ini juga memiliki banyak manfaat
yaitu: daging buahnya yang mengandung banyak air dapat langsung dimakan atau
dicampur dengan rujak, kadang-kadang sari buahnya diekstrak. Kulit buahnya
yang berwarna putih dapat dijadikan manisan (kaula) setelah dibuang kulitnya
yang mengandung banyak kelenjar minyak. Di Vietnam bunganya yang harum
digunakan untuk membuat parfum, kayunya digunakan sebagai gagang perkakas.
Daun, bunga, buah dan bijinya dapat digunakan sebagai obat batuk, demam dan
gangguan pencernaan (Niyomdham, 1997; Rukmana, 2002).
Perdagangan jeruk besar telah menembus pasar internasional seperti
Hongkong, Singapura dan Malaysia (Niyomdham, 1997), namun produksi jeruk
besar Indonesia masih belum dapat memenuhi permintaaan yang setiap tahun
semakin meningkat. Pada tahun 2000 Indonesia tercatat mengekspor 56 721 kg

jeruk besar segar dengan nilai US$ 55 143. Selain itu Indonesia juga mengimpor
sebanyak 14 458 kg dengan nilai US$ 15 519 berasal dari Taiwan, Thailand,
Australia dan Amerika Latin. Sedangkan pada tahun 2001, jumlah impor jeruk
besar segar Indonesia sekitar 77 432 kg dengan nilai US$ 74 028 berasal dari
Cina, Singapura, Vietnam, Australia, dan beberapa negara Amerika Latin. Nilai
ekspornya hanya sebesar 183 kg atau senilai US$ 734 dengan negara tujuan
Singapura (Biro Pusat Statistik, 2002).
Rendahnya produksi jeruk besar di Indonesia disebabkan oleh kurangnya
kemampuan teknik budidaya para petani dan penggunaan bibit jeruk yang
terinfeksi penyakit. Ketersediaan bibit bermutu pada saat yang tepat merupakan
kunci dalam mengusahakan tanaman jeruk (Poerwanto, 2000). Kesalahan dalam
memilih bibit akan berakibat fatal oleh sebab itu pengembangan bibit yang
berkualitas perlu diusahakan.
Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang bermutu adalah dengan
melakukan penyambungan, yaitu menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada
batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah. Tujuannya
adalah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul
dibandingkan dengan tanaman aslinya (Rochiman dan Harjadi, 1973).
Di Indonesia, penempelan merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk
perbanyakan tanaman jeruk besar secara komersial (Supriyanto, 1990). Iwamasa
et al. (1994) menyatakan bahwa fase juvenile seedling jeruk dapat dipersingkat
dengan mengokulasikan mata tempel pada tanaman batang bawah dewasa. Hasil
penyambungan batang atas diharapkan menghasilkan pertumbuhan optimum dan
produksi buah yang tinggi dengan kualitas buah yang baik. Sedangkan batang
bawah diharapkan memiliki sistem perakaran yang kokoh sehingga dapat
beradaptasi pada lahan yang kurang subur dan tahan terhadap penyakit (Garner,
1976).
Kultivar batang bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah Rough
Lemon dan Javansche Citroen. Kedua kultivar tersebut dipilih karena berbagai
keunggulan yang dimiliki. Flying Dragon, Citrumelo, Volkameriana, dan Rangpur
Lime merupakan kultivar batang bawah yang banyak dipakai di luar negeri.
Tetapi varietas tersebut tidak semua dapat digunakan sebagai batang bawah di

Indonesia, misalnya Flying Dragon merupakan tanaman daerah sub-tropika,
sehingga kurang adaptif di daerah tropika. Batang bawah tersebut dapat digunakan
di Indonesia sebagai interstock yang disambungkan dengan batang bawah yang
adaptif seperti Javansche Citroen dan Rough lemon (Susanto, 2000).
Penggabungan antara batang atas dan batang bawah dapat menyebabkan
kecocokan atau ketidakcocokan yang akan mempengaruhi perkembangan dan
prokdutivitas tanaman. Untuk menghindari ketidakcocokan antara batang atas dan
batang bawah dapat digunakan interstock. Interstock adalah bagian batang yang
dipakai sebagai batang perantara antara batang atas dan batang bawah, untuk
membentuk bentukan khusus yang tidak dapat dirangsang oleh batang atas
maupun batang bawah. Dalam beberapa hal, pengaruh yang ditimbulkan oleh
interstock sama dengan pengaruh batang bawah. Interstock dapat menghambat
pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan generatif batang atas
(Hartmann et al., 1997).
Penelitian tentang penggunaaan interstock di Indonesia belum banyak
dilakukan. Pada tanaman buah-buahan belum ada yang memadai tentang
penggunaan interstock dan pengaruhnya terhadap penampilan batang atas.
Menurut Susanto et al., (2004) daya gabung dan pertumbuhan tanaman jeruk
“Cikoneng” hasil penyambungan dengan berbagai interstock cukup baik. Tidak
terjadi incompatible antara batang atas dan batang bawah. Jenis interstock
Rangpur lime bersifat paling menghambat pertumbuhan jeruk besar Cikoneng,
sebaliknya interstock Citromelo bersifat memacu pertmbuhannya. Sementara
Flying dragon dan Troyer bersifat intermediet, berada diantara sifat Rangpur lime
dan Citrumelo.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetatif
jeruk besar Nambangan dan Cikoneng hasil penyambungan dengan beberapa
interstock yang berbeda.

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1.

Terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatif dari batang atas Nambangan
dan Cikoneng.

2.

Interstock yang berbeda mempunyai kemampuan berbeda dalam
mengendalikan pertumbuahan vegetatif jeruk besar Nambangan dan
Cikoneng.

3.

Terdapat pengaruh interaksi antara batang atas dan interstock terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Jeruk Besar
Jeruk besar merupakan tanaman asli Asia. Jeruk ini telah tersebar ke
Indocina, Cina bagian selatan, bagian paling selatan Jepang, India, wilayah
mediteran, dan Amerika tropik (Niyomdham, 1997). Jeruk Besar termasuk
tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan, tergolong dalam anggota famili jerukjerukan (Rutaceae), yang beranggotakan tak kurang dari 1300 jenis tanaman
(Setiawan dan Sunarjono, 2003). Di Indonesia jeruk besar tersebar di Aceh Timur,
Gianyar, Banggai, Bone, Pangka Jene dan Buton, sedangkan di Jawa terdapat di
Garut, Pemalang, Magetan dan Jember (Harjadi, 1989).
Jeruk besar banyak tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian
400 meter diatas permukaan laut (dpl). Daerah yang cocok untuk pertanaman
jeruk besar adalah daerah basah sampai setengah kering, asal air tanah letaknya di
bawah 50 cm dari permukaan tanah dan tidak kurang dari 150 cm dari permukaan
tanah (Sarwono, 1994).
Tanaman jeruk besar berbentuk pohon. Tingginya antara 5-15 meter.
Batangnya kuat, agak bengkok. Garis tengah batang antara 10-30 cm. Kulit batang
agak tebal, dari luar berwarna coklat kuning, dari dalam kuning. Dahan waktu
masih muda bersudut, lama-kelamaan menjadi bulat dan berwarna hijau tua.
Tajuk pohon agak rendah tidak beraturan. Cabangnya berjauhan dengan ujung
yang merunduk. Dahan dan cabang tanaman ini ada yang berduri, ada yang tidak.
Letak daun terpencar-pencar, bentuk daun bulat telur, besar dan ujung daun
tumpul. Tepi daun agak rata, dekat ujungnya agak berombak. Tangkai daun
bersayap lebar, warna hijau kuning, berbulu agak suram, daun muda tidak berbulu
(Sarwono, 1994; Niyomdham, 1997).
Bunga jeruk besar merupakan bunga tunggal atau majemuk yang
bertandan. Bentuk bunganya agak besar, baunya harum, kelopak bunga berbentuk
lonceng atau cawan. Tajuk bunga 4-5, waktu masih kuncup tersusun seperti
genting. Benang sari 25-35, tegak, berbekas 4-5. Setelah mendapat sinar matahari
terlepas satu sama lainnya. Panjang benang sari tidak seragam. Waktu berbunga
terutama pada akhir musim kering (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

Buah jeruk besar berbentuk agak bulat sampai lonjong, berdiameter
10-20 cm, berwarna kuning kehijauan, mempunyai banyak sekali bintik kelenjar,
kulit buahnya setebal 1-4 cm, segmennya berisi daging buah yang besar-besar,
berwarna kuning pucat sampai merah jambu, berisi cairan yang rasanya agak
manis. Biji berukuran besar, jumlahnya tidak banyak, berpinggiran, berwarna
kekuning-kuningan, dan berembrio tunggal (Niyomdham, 1997).

Jeruk Besar Nambangan
Jeruk besar yang berasal dari Nambangan sebuah kelurahan di Kodya
Madiun, Jawa Timur ini sangat populer di daerah Magetan dan merupakan
varietas unggulan. Jeruk ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun, memiliki
karakteristik buah yang bulat, pendek, dengan kulit buah berwarna kuning
kehijauan. Daging buahnya berwarna merah muda hingga jingga bila buah jeruk
ini telah tua (dewasa). Rasa buahnya sedikit masam serta banyak mengandung air.
Jeruk ini memiliki daya simpan yang cukup lama pada suhu kamar sekitar
4 bulan. Setelah penyimpanan, kulit buahnya menjadi sedikit keriput tetapi daging
buahnya tetap segar (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

Jeruk Besar Cikoneng
Jeruk besar Cikoneng banyak ditanam di daerah Sumedang, Jawa Barat.
Punahnya jeruk Cikoneng, disebabkan oleh serangan penyakit CVPD (Citrus Vein
Phloem Degeneration) sekitar tahun 80-an sehingga tanaman yang terserang
menjadi mati kering (Susanto, 2000). Deskripsi jeruk Cikoneng adalah memiliki
bentuk tanaman yang seperti payung tinggi tanaman 5-10 m, bentuk daun bulat
panjang dengan ujung melebar, warna permukaan daun bagian atas hijau tua
dengan perabaan halus dan bagian bawah kekuningan, warna bunga putih dengan
posisi di percabangan, jumlah bunga ± 10 per tandan. Buahnya dicirikan dengan
kulit buahnya yang berwarna kuning, daging buahnya besar dengan warna
kemerah-merahan, kulitnya yang tipis dan kasar dan rasanya yang cukup manis
dengan sedikit rasa getir (Setiawan dan Sunarjono, 2003).

Javansche Citroen
Javansche Citoen merupakan hasil persilangan (Citus paradisi × Citrus
limonia). Karasteristik Javansche Citroen mirip denagn Rough lemon, tahan
terhadap kekeringan, dapat merangsang pembentukan buah lebih awal dari
biasanya dan menghasilkan produksi tinggi dengan kualitas yang baik. Jenis ini
peka terhadap Exocortis (Sugiyarto, 1994). Exocortis adalah sejenis virus yang
dapat menyebabkan terganggunya kulit tanaman dan menyebabkan tanaman
menjadi kerdil (Niyomdham, 1997). Hasil penelitian Rahayuni dan Hadijah
(1996) dalam Susanto (2003) tanaman yang ditanam dengan batang bawah
Javansche Citroen tumbuh vigor sehingga berukuran lebih besar dibandingkan
dengan tanaman berbatang bawah Rough lemon, Citrus aurantifolia, Citrus
amblycarpa, dan Citroen nobilis.
Jenis Interstock
Flying Dragon
Flying Dragon (Poncirus trifoliata var. monstrosa), merupakan hasil
silangan dari Rangpur x Troyer. Batang bawah ini sering dipakai untuk jenis jeruk
Mandarin, Orange dan Kumquat. Flying Dragon mempunyai karakteristik mampu
mengurangi ukuran pohon apabila dipakai sebagai batang bawah pada berbagai
jenis jeruk (Roose et al., 1989). Menurut Ashkenazi et al. (1999) produktivitasnya
tinggi, tahan terhadap penyakit busuk akar, toleran terhadap tristeza,
Phythopthora, dan Nematoda.
Troyer
Troyer merupakan batang bawah yang sering dipakai di California,
Meksiko, Afrika Selatan, dan Australia dan sering digunakan sebagai batang
bawah Orange, Grapefruit (jeruk besar), Lemon dan jeruk Mandarin.
Karakteristik dari batang bawah ini adalah mampu mendorong tanaman tumbuh
lebih vigor, produktivitasnya tinggi, tahan terhadap exocortis tetapi rentan
terhadap serangan xyloporosis (Saunt, 1990). Menurut Wah (1991) Troyer dan
Citrumelo dapat digunakan pada tanah yang tergenang karena tidak terkena
tristeza.

Citrumelo
Citrumelo merupakan kultivar dihasilkan dari persilangan Citrus paradisi
dengan Poncirus trifoliata. Swingle Citrumelo merupakan salah satu batang
bawah yang paling potensial untuk grapefruit dan jeruk manis. Kultivar ini
mempunyai derajat poliembrioni tinggi dan sangat vigor dalam pembibitan.
Menurut Wutcher dan Dube (1977), grapefruit Redblush yang disambung dengan
batang bawah Swingle Citrumelo menghasilkan produksi buah tertinggi
dibandingkan dengan 17 batang bawah lainnya. Penyambungan grapefruit dengan
Swingle Citrumelo dapat meningkatkan kualitas buah dan efisiensi hasil, sehingga
dapat ditanam dengan kerapatan tinggi (Fallahi et al., 1989). Menurut Sugiyarto
(1994) Citrumelo mempunyai pertumbuhan subur, resisten terhadap Nematoda,
sangat resisten terhadap Phythopthora dan busuk akar dan dapat beradaptasi
dengan baik pada daerah kering dan daerah dengan salinitas tinggi.
Rangpur Lime
Rangpur Lime adalah batang bawah hasil persilangan Citrus reticulata
var. austera dengan Citrus limonia yang memiliki sifat yang mirip Rough Lemon
dan Javansche Citroen yaitu dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering.
Rangpur Lime dapat beradaptasi dengan baik pada daerah yang kadar lempungnya
tinggi dan daerah yang salinitasnya tinggi, akan tetapi kurang baik pada daerah
dingin dan tergenang (Wah 1991). Rangpur Lime bersifat toleran terhadap virus
tristeza dan Phythopthora dan banyak digunakan sebagai batang bawah lemon.
Batang bawah ini sifatnya rentan terhadap serangan exocortis dan xyloporosis
(Sugiyarto, 1994).
Okulasi dengan Interstock
Okulasi adalah pembiakan tanaman dengan cara vegetatif yang melibatkan
penyatuan bagian-bagian tanaman dengan jalan regenerasi, yang berhasil
mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi satu tanaman tunggal dimana
batang atas yang digunakan terdiri atas satu mata tunas. Batang bawah yang
digunakan sebaiknya berasal dari biji karena tidak membawa virus dari pohon
induk, dan untuk menyeragamkan genetiknya dapat dipilih bibit nuselar (Harjadi,
1989).

Interstock merupakan batang antara yang disisipkan diantara batang bawah
dan batang atas. Tanaman yang memakai interstock terdiri dari tiga bagian
tanaman yaitu batang bawah, bagian tengah (interstock) dan batang atas yang
berasal dari kultivar yang direkomendasikan. Alasan penggunaan interstock
adalah untuk menghindari ketidakcocokan (incompatibility) antara batang atas dan
batang bawah serta merangsang bentukan khusus yang tidak dirangsang oleh
batang atas maupun batang bawah (Hartmann et al., 1997) serta mengontrol
pertumbuhan batang atas (Castle and Krezdorn, 1992).
Setelah disambungkan akan terjadi pertautan yang terbentuk dari
bersatunya jaringan kalus yang dihasilkan kambium batang atas dan batang bawah
sebagai tanggap atas pelukaan. Penyatuan batang atas dan batang bawah terjadi
dalam waktu 24 jam, selanjutnya pembelahan sel membentuk kalus terjadi pada
2-3 hari setelah penyambungan. Jaringan kalus terdiri dari jaringan parenkimatik.
Dengan adanya kambium, jaringan kalus berdeferensiasi menjadi jaringan
kambium baru yang akan berkembang menjadi xilem dan floem yang menjadi
penghubung hidup antara batang bawah dan batang atas. Dasar dari teknik
sambungan ialah meletakkan kambium batang bawah dan kambium batang atas
dengan tekanan agar dapat menyatu satu dengan yang lain. Penekanan ini dapat
dilakukan dengan pengikatan daerah sambungan dengan tali atau benda lain yang
dapat menyatukan kambium batang atas dan batang bawah.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2004 sampai Juni 2005
bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan dan Laboratorium
Pendidikan Hortikultura (Lab. Dikhort) IPB Dramaga. Penelitian ini merupakan
penelitian lanjutan yang telah dilakukan tahun sebelumnya.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan telah berumur 2 tahun terdiri dari batang
bawah (rootstock), batang antara (interstock), dan batang atas (scion). Batang
bawah yang digunakan adalah Javansche Citroen (JC). Interstock yang digunakan
adalah Flying Dragon, Troyer, Citrumelo (Citrus paradisi x Poncirus trifoliata),
dan Rangpur Lime (Citrus reticulata x Citrus limonia). Sedangkan batang atas
yang digunakan adalah kultivar Nambangan dan Cikoneng.
Bahan media tanam berupa campuran tanah, arang sekam, pupuk kandang,
dengan perbandingan 2:1:1 satuan volume. Tanaman ditanam pada drum diameter
60 cm dan tinggi 40 cm. Untuk penanggulangan hama dan penyakit digunakan
insektisida dan fungisida.
Alat yang digunakan adalah jangka sorong, meteran, gunting pangkas,
hand sprayer, label, gembor, timbangan analitik dan alat budidaya lainnya
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu kultivar batang atas yang terdiri atas
V1: Nambangan dan V2: Cikoneng. Faktor yang kedua yaitu pemakaian interstock,
yang mana I1: Flying Dragon, I2: Troyer, I3: Citrumelo dan I4: Rangpur Lime.
Dengan demikian, percobaan ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dan setiap
kombinasi dilakukan pengulangan sebanyak 4 ulangan.
Kombinasi Perlakuan adalah sebagai berikut:
V1I1

: Batang atas Nambangan, interstock Flying Dragon

V1I2

: Batang atas Nambangan, interstock Troyer

V1I3

: Batang atas Nambangan, interstock Citrumelo

V1I4

: Batang atas Nambangan, interstock Rangpur Lime

V2I1

: Batang atas Cikoneng, interstock Flying Dragon

V2I2

: Batang atas Cikoneng, interstock Troyer

V2I3

: Batang atas Cikoneng, interstock Citrumelo

V2I4

: Batang atas Cikoneng, interstock Rangpur Lime

Model aditif untuk percobaan ini adalah:
Yijk = µ + Vi + Ij + (VI)ij + εijk
Keterangan:
Yijk

: Nilai pengamatan peubah tertentu pada bibit jeruk pada ulangan ke-k,
pada kombinasi perlakuan (taraf ke-i dari kultivar batang atas dan taraf
ke-j dari pemakaian interstock terpilih).

µ

: Nilai rataan umum.

Vi

: Pengaruh aditif taraf ke-i dari kultivar batang atas.

Ij

: Pengaruh aditif taraf ke-j dari penggunaan interstock terpilih.

(VI)ij : Pengaruh interaksi pada taraf ke-i kultivar batang atas dan taraf ke-j
pemakaian interstock terpilih.
εijk

: Pengaruh galat percobaan pada perlakuan kultivar batang atas ke-i,
interstock ke-j dan pada ulangan ke-k.

i

: 1,2

j

: 1,2,3,4

k

: 1,2,3,4
Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata secara statistik pada α = 5%

dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan bibit yang telah berumur kurang lebih 2 tahun
terhitung semenjak okulasi pertama saat dipindahkan ke dalam drum. Batang
bawah Javansche Citroen telah disambung dengan interstock terpilih. Hasil
okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan
Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Bibit yang sebelumnya ditanam di
dalam polybag dipindahkan ke wadah drum berukuran 60×40 cm dengan media
yang baru. Pemindahan tanaman ke dalam drum dilakukan pada 2-3 Januari 2005.

Penyiraman bibit dilakukan setiap hari sekali untuk memberikan air pada
keseluruhan bibit. Setiap penyiraman diberikan 3 liter air untuk tiap bibit dalam
drum (Harjadi, 1986). Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK
15:15:15 sebanyak 15 g yang diberikan pada minggu ke-1 setiap bulannya dan
diberikan pupuk daun Gandasil D sebanyak 2 g per liter air pada minggu ke-3
setiap bulannya. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara
manual dan penyemprotan dengan pestisida (insektisida ataupun fungisida)
dengan konsentrasi sesuai anjuran.

Pengamatan
Variabel atau peubah yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari batas sambungan (tempat
penempelan / okulasi) antara batang atas dan interstock sampai dengan titik
tumbuh. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.
2. Jumlah daun. Dihitung dari daun-daun yang muncul setelah tanaman pecah
tunas dan daun telah terbentuk sempurna pada satu tanaman, dengan
pengamatan dua minggu sekali.
3. Total Luas Daun. Total Luas Daun dihitung dengan menggunakan metode
gravimetri. Penghitungan dilakukan satu bulan sekali.
4. Diameter batang. Batang yang diukur meliputi batang bawah, interstock dan
batang atas. Batang diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
Bagian batang yang diukur diberi tanda dengan menggunakan spidol anti air
yang berwarna hitam. Pengamatan dilakukan satu bulan sekali.
5. Jumlah dan Panjang Tunas. Jumlah tunas yang muncul dari batang atas
dihitung dan diukur panjangnya. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.
6. Jumlah Cabang Sekunder. Pengamatan ini dilakukan dua minggu sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian
Selama penelitian berlangsung pertumbuhan vegetatif tanaman cukup
baik. Sampai akhir penelitian belum terlihat gejala ketidakcocokan antara batang
atas, interstock, dan batang bawah (Gambar 1).

V1I1

V2I1

V1I2

V2I2

V1I3

V2I3

V1I4

V2I4

Gambar 1. Keragaan Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2) pada
Berbagai Interstock; I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo;
I4 = R. Lime pada 23 MSP.
Jenis hama yang menyerang tanaman cukup banyak walaupun tanaman
ditanam di dalam rumah kaca. Pada awal penelitian tanaman banyak yang
terserang hama kutu perisai, serangan hama diatasi secara manual dengan cara
membersihkan kutu dengan sikat. Hama lainnya yang menyerang tanaman yaitu
belalang (Valanga nigricornis), ulat anjing (Papilio demodocus Esper ordo
Lepidoptera), ulat pengorok daun (Phyillocnictis citrella staint), Kutu putih
(Planococcus citri Risco) dan Tungau (Tenuipalsus sp.). Serangan hanya

menyerang sebagian kecil dari keseluruhan tanaman yang digunakan. Pada akhir
penelitian ada beberapa tanaman yang terserang penyakit embun jelaga
(Capnodium citri).
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual
dan secara kimia. Hama ulat, belalang, dan tungau dikendalikan dengan
mematikan hama yang menyerang tanaman, serangan hama tidak membahayakan
karena pengendalian cepat dilakukan saat tingkat serangan masih rendah. Secara
kimia pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis (2 cc/liter).
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak dipengaruhi
secara nyata oleh batang atas dan penggunaan interstock ( Tabel Lampiran 1).
Batang atas Nambangan memiliki tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan batang atas Cikoneng selama penelitian berlangsung. Pada akhir
penelitian (23 MSP) batang atas Nambangan memiliki tinggi sebesar 57.61 cm
sedangkan batang atas Cikoneng memiliki tinggi sebesar 53.71 cm (Gambar 2).

Ting gi Tanam an (c

7 0. 0 0
6 0. 0 0
5 0. 0 0
4 0. 0 0

N a m b an ga n

3 0. 0 0

C ik on en g

2 0. 0 0
1 0. 0 0
0 .0 0
3

7

11

15

19

23

M ing gu S e te la h Ta n a m (M S T)

Gambar 2. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Batang Atas Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Tanaman yang disambungkan dengan interstock Citrumelo mempunyai
tinggi tanaman cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang
disambung dengan ketiga interstock lainnya yang digunakan pada penelitian ini.
Hingga 23 MSP batang atas dengan interstock Citrumelo memiliki tinggi sebesar
64.95 cm. Pada minggu yang sama batang atas dengan interstock Flying Dragon

memiliki tinggi tanaman 50.44 cm, sedangkan batang atas dengan interstock
Troyer dan Rangpur Lime masing-masing memiliki tinggi tanaman sebesar
54.74 cm dan 52.53 cm (Gambar 3).

T in g g i T an am an (

70.00
60.00
50.00

F . D ra g o n

40.00

Tro y e r

30.00

C it ru m e lo
R . L im e

20.00
10.00
0.00
3

7

11

15

19

23

M in g g u S e te la h P e m in d a h a n (M S P )

Gambar 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terhadap Berbagai Interstock
Pada 23 MSP batang atas Nambangan yang disambungkan dengan

interstock Flying Dragon memiliki tinggi tanaman yang paling rendah yaitu 46.60
cm, sedangkan yang paling tinggi yaitu Nambangan yang disambung dengan
interstock Citrumelo dengan tinggi 63.48 cm. Sementara itu pada batang atas
Cikoneng, tanaman yang tertinggi adalah tanaman yang disambung dengan
interstock Citrumelo (56.68 cm) sedangkan yang terendah pada tanaman dengan
interstock Rangpur Lime (41.08 cm) (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Jeruk Besar Nambangan (V1) dan Cikoneng (V2)
pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan
3
V1I1
V1I2
V1I3
V1I4
V2I1
V2I2
V2I3
V2I4

30.85
34.25
32.70
33.20
31.70
26.78
35.78
25.38

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
7
11
15
19
…cm…
31.63
42.10
43.28
43.50
36.50
40.30
43.18
48.30
34.80
43.25
43.90
47.18
34.63
41.88
48.35
48.80
32.38
35.00
36.43
36.65
27.33
39.13
47.23
49.25
36.55
41.80
56.30
56.50
26.38
29.50
33.00
35.30

23
46.60
52.68
63.48
57.73
42.58
53.75
56.68
41.08

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %
I1 = F. Dragon; I2 = Troyer; I3 = Citrumelo; I4 = R. Lime

Jumlah Daun
Jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (Tabel
Lampiran 2). Batang atas Nambangan nyata memiliki jumlah daun yang lebih
banyak pada 3, 19 dan 23 MSP. Pada 23 MSP rata-rata jumlah daun batang atas
Nambangan sebanyak 52.06 helai dan 40.25 helai daun pada batang atas Cikoneng
(Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada
Berbagai Perlakuan
Perlakuan

18.25a
11.69b

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
7
11
15
19
…helai…
21.56
33.38
34.50
46.63a
17.19
28.88
32.56
35.94b

52.06a
40.25b

11.13
16.13
17.75
14.88

15.50
19.50
20.25
22.25

23.38
30.00
35.25
35.88

23.25
32.00
38.75
40.13

27.13b
42.50ab
46.00a
49.50a

34.75b
42.38ab
51.00ab
56.50a

14.00
19.00
19.50
20.50
8.250
13.25
16.00
20.50

16.50
19.75
20.75
29.25
14.50
19.25
19.75
15.25

29.25
26.25
33.25
44.75
17.50
33.75
37.25
27.00

29.00
26.00
33.25
49.75
17.50
38.00
44.25
30.50

37.00
41.00
48.25
60.25
17.25
44.00
43.75
38.75

43.50
42.00
51.50
71.25
26.00
42.75
50.50
41.75

3
Batang Atas
Nambangan (V1)
Cikoneng (V2)
Interstock
F. Dragon (I1)
Troyer (I2)
Citrumelo (I3)
R. Lime (I4)
Interaksi
V1I1
V1I2
V1I3
V1I4
V2I1
V2I2
V2I3
V2I4

23

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan
tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %

Penggunaan interstock mulai memberikan pengaruh yang nyata pada
periode akhir pengamatan yaitu 19 MSP hingga 23 MSP. Tanaman dengan
Interstock Rangpur Lime memiliki rata-rata jumlah daun yang terbanyak sebesar
56.50 helai. Jumlah daun tersebut tidak berbeda nyata pada tanaman yang
disambungkan pada interstock Citrumelo (51.00 helai) dan Troyer (42.38 helai)
tetapi berbeda nyata dengan tanaman yang disambung dengan interstock Flying
Dragon yang mempunyai daun sebanyak 34.75 helai (Tabel 2).
Pada batang atas Nambangan, batang atas yang disambung dengan
interstock Rangpur Lime yang yang menghasilkan jumlah daun yang cenderung
lebih banyak dari ke tiga interstock lainnya yaitu sebanyak 71.25 helai daun.
Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, tanaman yang disambung dengan

interstock Citrumelo yang memiliki jumlah daun yang cenderung lebih banyak
yaitu sebanyak 50.50 helai. Penggunaan interstock Flying Dargon menyebabkan
batang atas menghasilkan jumlah daun yang cenderung lebih sedikit dibandingkan
interstock lainnya (Tabel 2).
Luas Daun
Luas daun tanaman dipengaruhi oleh penggunaan

batang atas dan

interstock tetapi tidak ada interaksi antara kedua faktor. Pengaruh batang atas
terhadap luas daun terlihat selama masa penelitian, kecuali pada 15 MSP.
Pengaruh sangat nyata terjadi pada 23 MSP. Perlakuan interstock menunjukkan
berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun batang 19-23 MSP (Tabel 3;
Tabel Lampiran 3).
Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada
Berbagai Perlakuan
Perlakuan
Batang Atas
Nambangan (V1)
Cikoneng (V2)
Interstock
F. Dragon (I1)
Troyer (I2)
Citrumelo (I3)
R. Lime (I4)
Interaksi
V1I1
V1I2
V1I3
V1I4
V2I1
V2I2
V2I3
V2I4

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
3
7
11
15
19
…cm 2…
1302.80a 1512.60a 2361.30a 2422.90 2632.30a
681.40b 984.50b 1647.40b 1885.00 1896.90b
647.50
1071.50
1378.80
870.50

863.50
1297.00
1593.50
1240.30

1418.80
1970.80
2617.50
2010.30

1409.00
2050.50
2929.00
2227.30

956.50
1474.00
1482.50
1298.00
338.50
669.00
1275.00
443.00

1127.00
1540.00
1587.50
1796.00
600.00
1054.00
1599.50
684.50

2093.50
2015.00
2543.50
2793.00
744.00
1926.50
2691.50
1227.50

2074.00
1994.00
2543.50
3080.00
744.00
2107.00
3314.50
1374.50

23
3620.00a
2239.00b

1446.50b
2088.30b
2153.00ab 2742.80ab
3205.30a
3733.00a
2253.50ab 3154.00 ab
2158.00
2212.50
3113.50
3045.00
735.00
2093.50
3297.00
1462.00

3050.00
3135.50
3900.00
4394.50
1126.50
2350.00
3566.00
1913.50

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %

Luas daun batang atas Nambangan terlihat lebih besar dari batang atas
Cikoneng sejak awal hingga akhir dari penelitian, kecuali pada 15 MSP. Pada
akhir penelitian nilai rata-rata luas daun batang atas Nambangan sebesar 3620.00
cm2, sedangkan batang atas Cikoneng memiliki rata-rata luas daun sebesar

2239.00 cm2 (Tabel 3). Interstock Citrumelo mempunyai luas daun yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan interstock yang lain selama
penelitian berlangsung. Pada 23 MSP interstock ini nyata menghasilkan luas daun
batang atas yang tertinggi yaitu sebesar 3205.00 cm2, tidak berbeda nyata dengan
tanaman yang disambungkan pada interstock Rangpur Lime yang memiliki luas
daun sebesar 2253.50 cm2 dan tanaman dengan interstock Troyer yang memiliki
luas daun sebesar 2153.00 cm2. Sementara itu, tanaman dengan interstock Flying
Dragon memiliki rata-rata luas daun yang terkecil yaitu sebesar 2088.30 cm2,
namun pada akhir penelitian penggunaan interstock tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap luas daun tanaman (Tabel 3).
Pada batang atas Nambangan, tanaman yang disambung dengan interstock
Rangpur Lime cenderung memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman yang
disambung dengan interstock yang lain pada 23 MSP yaitu sebesar 4394.50 cm2.
Sedangkan untuk batang atas Cikoneng, batang atas yang memiliki luas daun
terbesar yaitu pada batang atas Cikoneng yang disambungkan dengan interstock
Citrumelo sebesar 3566.00 cm2 (Tabel 3).
Diameter Batang Bawah, Interstock, dan Batang Atas
Diameter batang bawah Nambangan tidak berbeda nyata dibandingkan
dengan Cikoneng sampai dengan akhir penelitian. Pada 23 MSP rata-rata diameter
batang bawah tanaman berbatang atas Nambangan sebesar 13.49 cm cenderung
lebih besar dari rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Cikoneng
yang memiliki rata-rata diameter sebesar 13.44 cm. Rata-rata diameter batang
bawah pada penggunaan interstock berkisar antara 12.89 mm pada tanaman
dengan interstock Rangpur Lime sampai 14.28 mm pada tanaman yang
disambungkan pada interstock Flying Dragon (Tabel 4).
Pada batang atas Nambangan diameter batang bawah tanaman urutannya
yaitu: Nambangan dengan interstock Citrumelo (13.15 mm) < Nambangan dengan
interstock Troyer (13.30 mm) < Nambangan dengan intestock Rangpur Lime
(13.43 mm) < Nambangan dengan interstock Flying Dragon (14.10 mm).
Sedangkan pada batang atas Cikoneng, Cikoneng dengan interstock Rangpur
Lime (12.35 mm) < Cikoneng dengan interstock Troyer (12.85 mm) < Cikoneng

dengan intestock Citrumelo (14.13 mm) < Nambangan dengan interstock Flying
Dragon (14.45 mm) (Tabel 4).
Tabel 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan

11.42
11.53

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
7
11
15
19
…mm…
12.24
12.44
12.78
13.16
12.33
12.52
12.72
13.14

13.49
13.44

12.59
11.15
11.59
10.58

13.34
11.85
12.41
11.55

13.44
12.1
12.7
11.68

13.74
12.31
12.85
12.09

13.99
12.71
13.36
12.54

14.28
13.08
13.64
12.89

12.15
11.53
11.28
10.73
13.03
10.78
11.90
10.43

12.90
12.35
11.98
11.75
13.78
11.35
12.85
11.35

13.03
12.60
12.23
11.90
13.85
11.60
13.18
11.45

13.50
12.78
12.40
12.43
13.98
11.85
13.30
11.75

13.80
12.98
12.90
12.95
14.18
12.45
13.83
12.13

14.10
13.30
13.15
13.43
14.45
12.85
14.13
12.35

3
Batang Atas
Nambangan (V1)
Cikoneng (V2)
Interstock
F. Dragon (I1)
Troyer (I2)
Citrumelo (I3)
R. Lime (I4)
Interaksi
V1I1
V1I2
V1I3
V1I4
V2I1
V2I2
V2I3
V2I4

23

Keterangan :Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %

Diameter interstock tanaman hanya dipengaruhi oleh jenis interstock yang
digunakan. Pengaruh interstock telah tampak sejak 3 MSP sampai akhir
pengamatan. Rata-rata diameter tanaman dengan batang atas Nambangan dan
Cikoneng tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Selama penelitian berlangsung
tanaman dengan interstock Cirtumelo mempunyai rata-rata diameter yang lebih
besar dibandingkan dengan ketiga interstock lainnya dengan ukuran sebesar 21.19
mm. Diameter Interstock Flying Dragon sebesar 18.43 mm, diikuti Troyer sebesar
14.85 mm, dan Rangpur Lime memiliki ukuran terendah yaitu sebesar 12.45 mm
pada akhir penelitian (Tabel 5).
Pada batang atas Nambangan, tanaman yang memiliki diameter interstock
yang terbesar adalah tanaman Nambangan yang disambung dengan interstock
Citrumelo (20.50 mm) kemudian Nambangan dengan interstock Flying Dragon
(18.28 mm), Nambangan dengan interstock Troyer (15.63 mm) dan yang terkecil
adalah Nambangan dengan interstock Rangpur Lime (12.88 mm). Tidak berbeda

dengan batang atas Nambangan, pada batang atas Cikoneng tanaman yang
memiliki diameter yang paling besar, yaitu Cikoneng dengan interstock Citrumelo
(21.88 mm), diikuti Cikoneng dengan interstock Flying Dragon (18.58 mm) lalu
Cikoneng dengan interstock troyer (14.08 mm) dan yang terkecil pada batang atas
Cikoneng dengan interstock Rangpur Lime yaitu sebesar 12.03 mm (Tabel 5).
Tabel 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng
pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan

14.64
14.90

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
7
11
15
19
…mm…
15.21
15.46
15.71
16.23
15.36
15.62
15.71
16.21

16.82
16.64

16.98a
12.94b
18.93a
10.25c

17.43a
13.44b
19.39a
10.89c

17.68a
13.70b
19.61a
11.18c

17.64b
13.88c
19.88a
11.45d

17.99b
14.30c
20.53a
12.08d

18.43b
14.85c
21.19a
12.45d

16.43
13.65
18.33
10.18
17.53
12.23
19.53
10.33

16.90
14.18
18.73
11.03
17.95
12.70
20.05
10.75

17.20
14.40
18.88
11.38
18.15
13.00
20.35
10.98

17.25
14.63
19.28
11.68
18.03
13.13
20.48
11.23

17.78
14.95
19.83
12.38
18.20
13.65
21.23
11.78

18.28
15.63
20.50
12.88
18.58
14.08
21.88
12.03

3
Batang Atas
Nambangan (V1)
Cikoneng (V2)
Interstock
F. Dragon (I1)
Troyer (I2)
Citrumelo (I3)
R. Lime (I4)
Interaksi
V1I1
V1I2
V1I3
V1I4
V2I1
V2I2
V2I3
V2I4

23

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut Uji BNJ taraf 5 %

Batang atas Nambangan cenderung memiliki diameter yang lebih besar
dibandingkan batang atas Cikoneng. Pada minggu terakhir pengamatan tanaman
dengan interstock Citrumelo memiliki ukuran diameter batang atas sebesar 15.23
mm, tanaman dengan interstock Rangpur lime sebesar 14.73 mm, kemudian
tanaman dengan interstock Flying Dragon 13.58 mm dan tanaman dengan
interstock Troyer sebesar 13.01 mm (Tabel 6).
Diameter batang atas Nambangan berkisar antara 13.13 mm yaitu pada
tanaman Nambangan dengan interstock Troyer sampai 15.23 mm pada tanaman
Nambangan dengan interstock Rangpur Lime. Sementara itu pada tanaman batang
atas Cikoneng ukuran diameter batang atas berkisar antara 12.90 mm pada

tanaman Nambangan dengan interstock Troyer sampai 15.83 mm pada tanaman
Nambangan yang dengan interstock Citrumelo (Tabel 6).
Tabel 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan
Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan

12.05
12.00

Minggu Setelah Pemindahan (MSP)
7
11
15
19
…mm…
12.53
12.83
13.23
13.79
12.46
12.68
13.01
13.44

14.29
13.98

11.91
10.35
13.23
12.61

12.39
10.76
13.70
13.13

12.56
11.11
13.88
13.47

12.85
11.65
14.20
13.78

13.18
12.12
14.89
14.28

13.58
13.01
15.23
14.73

12.08
10.48
12.70
12.95
11.75
10.23
13.75
12.28

12.60
10.88
13.23
13.40
12.18
10.65
14.18
12.85

12.88
11.35
13.33
13.78
12.25
10.88
14.43
13.18

13.30
11.75
13.65
14.20
12.40
11.55
14.75
13.35

13.73
12.30
14.43
14.73
12.63
11.95
15.35
13.83

14.18
13.13
14.63
15.23
12.98
12.90
15.83
14.23

3
Batang Atas
Nambangan (V1)
Cikoneng (V