Pengertian Jaminan Tinjauan Terhadap Jaminan Pada Umumnya

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Terhadap Jaminan Pada Umumnya

2.2.1. Pengertian Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara- cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya, di samping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-barangnya. Selain istilah jaminan, dikenal juga dengan agunan. Istilah agunan dapat di lihat di dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu agunan adalah : “Jaminan tambahan diserahkan debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkann prinsip syariah.” Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank. Jadi unsur-unsur dari agunan adalah : 1. Jaminan tambahan; 2. Diserahkan oleh debitur kepada bank; 3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan. Di dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta, dari tanggal 20 sd 30 Juli 1977 disimpulkan pengertian jaminan, yaitu Jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda”. 5 Hartono Hadisoeprapto dan M.Bahsan berpendapat bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah : “Sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan” 6 Jadi komponen dari jaminan atas definisi diatas adalah : 1. Pemenuhan kewajiban kepada kreditur; 2. Wujud dari jaminan harus dapat dinilai dengan uang 3. Timbulnya jaminan karena adanya perikatan antara debitur dengan kreditur. Istilah yang digunakan oleh M.Bahsan adalah jaminan. Ia berpendapat bahwa jaminan adalah “Segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat” 7 Alasan digunakan istilah jaminan adalah : 1. Telah lazim digunakan dalam bidang Ilmu Hukum dalam hal ini berkaitan dengan penyebutan-penyebutan seperti hukum jaminan,lembaga jaminan, jaminan kebendaan, jaminan perorangan, hak jaminan dan sebagainya. 5 Mariam Darus Badrulzaman, 1987: Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung. Citra Aditya Bakti. Hal. 227 6 Hartono Hadisoeprapto, 2004: Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty. Yogyakarta. Hal.50 7 M.Bahsan, 2005. Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia. Raja Grafindo Persada. Hal. 148 2. Telah digunakan dalam beberapa peraturan perundang-undangan tentang lembaga jaminan, seperti yang tercantum dalam Undang- Undang-Undang Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia. Pada dasarnya, jenis jaminan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Jaminan materiil kebendaan, dan 2. Jaminan inmateriil perorangan. Jaminan materiil kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai ciri-ciri dan mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Jaminan inmateriil perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap harta kekayaan debitur pada umumnya. 8 Jaminan kebendaan dapat dilakukan pembebanan dengan : 1. Gadai pand, yang diatur di dalam Bab 20 Buku II KUH Perdata; 2. Hipotek, yang diatur dalam Bab 21 Buku II KUH Perdata; 3. Creditverband, yang diatur dalam Stb.1908 Nomor 542 sebagaimana telah diubah dengan Stb.1937 Nomor 190; 4. Hak Tanggungan, sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996; 5. Jaminan Fidusia, sebagaimana yang diatur di dalam UU Nomor 42 Tahun 1999. Sedang yang termasuk jaminan perorangan adalah : 8 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981. Hukum Perdata, Hak Jaminan Atas Tanah . Liberty, Yogyakarta, Hal. 46-47 1. Penanggung borg adalah orang lain yang dapat ditagih; 2. Tanggung-menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng; 3. Perjanjian garansi. Dari kedelapan jenis jaminan tersebut diatas yang masih berlaku adalah : 1. Gadai 2. Hak Tanggungan 3. Jaminan Fidusia 4. Borg 5. Tanggung-menanggung 6. Perjanjian garansi Sedangkan hipotek dan creditverband sudah tidak berlaku lagi, karena telah dicabut dengan UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan ataupun lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda-benda yang harus memenuhi syarat- syarat tertentu. Syarat-syarat benda jaminan yang baik dan lazim digunakan adalah : 1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya; 2. Tidak melemahkan potensi kekuasaan si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya; 3. Memberikan kepastian kepada si kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat dengan mudah untuk diuangkan guna melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit. 9

2.2.2. Kedudukan dan Manfaat Jaminan