33 beton  untuk  mengetahui  efek  terhadap  beton  pasca  kebakaran.  Percobaan  ini
menggunakan benda uji berbentuk kubur dengan ukur15 cm x 15 cm x 15 cm.
2.2 Bahan Penyusun Beton
2.2.1 Semen
2.2.1.1 Umum
Arti  kata semen adalah  bahan  yang  mempunyai  sifat  adhesif  maupun kohesif, yaitu bahan perekat. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks,
dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Semen hidraulis dan 2. Semen non-hidraulis.
Semen  hidraulis  adalah  semen  yang  akan  mengeras  bisa  bereaksi  dengan air,  tahan  terhadap  air  water  resistance dan  stabil  di dalam  air  setelah  mengeras.
Contoh semen  hidraulis  anara  lain  kapur  hidrolik,  semen pozzolan,  semen  terak, semen  alam,  semen  portland,  semen  portland-pozzolan,  semen  portland  terak  tanur
tingg,  semen  alumina, dan  semen  ekspansif.  Contoh  lainnya  adalah  semen  portland putih, semen warna, dan semen-semen untuk keperluan khusus. Semen non-hidraulis
adalah  semen  perekat  yang  dapat  mengeras  tetapi  tidak  stabil  dalam  air. Contoh utama dari semen non-hidraulis adalah kapur.
Universitas Sumatera Utara
34
2.2.1.2 Semen Portland
Menurut  Standar  Industri  Indonesia  SII  0013-1981,  definisi semen Portland  adalah  suatu  bahan  pengikat  hidrolis  hydraulic  binder  yang  dihasilkan
dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung  satu  atau  lebih  bentuk  kalsium  sulfat  sebagai  bahan  tambahan  yang
digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
2.2.1.3 Jenis-Jenis Semen Portland
Pemakaian  semen  yang  disebabkan  oleh  kondisi  tertentu  yang  dibutuhkan pada pelaksanaan konstruksi di lokasi dengan perkembangan semen yang pesat maka
dikenal berbagai jenis semen Portland antara lain: 1.
Tipe    I,  semen Portland  yang  dalam  penggunaannya  tidak  memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-
bangunan  umum  yang  tidak  memerlukan  persyaratan  khusus.  Jenis  ini paling  banyak  diproduksi  karena  digunakan  untuk  hampir  semua  jenis
konstruksi. 2.
Tipe  II,  semen Portland  yang  dalam  penggunaannya  memerlukan ketahanan  terhadap  sulfat  dan  panas  hidras  dengan  tingkat  sedang.
Digunakan  untuk konstruksi  bangunan  dan  beton  yang  terus-menerus berhubungan  dengan  air  kotor  atau  air  tanah  atau  untuk  pondasi  yang
tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif garam-garam sulfat.
Universitas Sumatera Utara
35 3.
Tipe  III,  semen Portland  yang  memerlukan  kekuatan  awal  yang  tinggi. Kekuatan 28 hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini
umum  dipakai  ketika  acuan  harus  dibongkar  secepat  mungkin  atau  ketika struktur harus dapat cepat dipakai.
4. Tipe  IV,  semen Portland  yang  penggunaannya  diperlukan  panas  hidrasi
yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus minimum, misalnya pada bangunan seperti
bendungan gravitasi yang besar. 5.
Tipe  V,  semen Portland  yang  dalam  penggunaannya  memerlukan ketahanan  yang  tinggi  terhadap  sulfat.  Digunakan  untuk  bangunan  yang
berhubungan  dengan  air  laut  serta  untuk  bangunan  yang  berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.
Adapun sifat-sifat fisik semen Portland, yaitu : 1.
Kehalusan butir Kehalusan  semen  mempengaruhi  waktu  pengerasan  pada  semen.  Secara
umum,  semen  berbutir  halus  meningkatkan  kohesi  pada  beton  segar  dan dapat  mengurangi  bleeding  kelebihan  air  yang  bersama  dengan  semen
bergerak  ke  permukaan  adukan  beton  segar,  akan  tetapi  menambah kecendrungan  beton  untuk  menyusut  lebih  banyak  dan  mempermudah
terjadinya retak susut.
Universitas Sumatera Utara
36 2.
Waktu ikatan Waktu  ikatan  adalah  waktu  yang  dibutuhkan  untuk  mencapai  sutu  tahap
dimana  pasta semen  cukup  kaku  untuk  menahan  tekanan. Waktu  tersebut terhitung  sejak  air  tercampur  dengan  semen.  Waktu  dari  pencampuran
semen  dengan  air  sampai  saat  kehilangan  sifat  keplastisannya  disebut waktu  ikat  awal dan  pada  waktu  sampai  pastanya  menjadi  massa  yang
keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen Portland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :
1. Waktu ikat awal  60 menit
2. Waktu ikat akhir  480 menit
Waktu  ikatan  awal  yang  cukup  awal  diperlukan  untuk  pekerjaan  beton yaitu waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan.
3. Panas hidrasi
Silikat  dan  aluminat  pada  semen  bereaksi  dengan  air  menjadi  media perekat  yang  memadat  lalu  membentuk  massa  yang  keras.  Reaksi
membentuk media perekat ini disebut hidrasi. 4.
Pengembangan volume lechathelier Pengembangan  semen  dapat  menyebabkan  kerusakan  dari  suatu  beton,
karena  itu  pengembangan  beton  dibatasi  sebesar  ±  0,8    A.M  Neville, 1995.  Akibat  perbesaran volume  tersebut,  ruang  antar  partikel terdesak
dan akan timnul retak-retak.
Universitas Sumatera Utara
37
2.2.2 Agregat