ANALISIS SPASIAL PENETAPAN KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) SERTA KONFLIK YANG TIMBUL DI WILAYAH ADAT MATIO DAN TUKKO NISOLU KABUPATEN TOBA SAMOSIR.

ANALISIS SPASIAL PENETAPAN KAWASAN HUTAN
TANAMAN INDUSTRI (HTI) SERTA KONFLIK YANG
TIMBUL DI WILAYAH ADAT MATIO DAN TUKKO
NISOLU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :

RINDU HARTONI CAPAH
NIM. 3103131061

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

1


2

3

ABSTRAK

Rindu Hartoni Capah. NIM. 3103131061. Analisis Spasial Penetapan
Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) serta Konflik yang Timbul di Wilayah
Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2016.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui 1) perbandingan peta Hutan
Tanaman Industri (HTI) Kemenhut Tahun 2010 dengan Peta Partisipatif Wilayah
Adat Matio dan Tukko Nisolu. 2) mengetahui konflik yang timbul di Wilayah
Adat Matio dan Tukko Nisolu disebabkan adanya penetapan Kawasan Hutan
Tanaman Industri (HTI) oleh Kementerian Kehutanan.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu
Kabupaten Toba Samosir. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Wilayah Hutan Adat yang
ada di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu. Sedangkan Masyarakat Adat yakni
Masyarakat Adat Tungko Matio dan Masyarakat Adat Tukko Nisolu adalah

dijadikan sebagai sumber data atau responden, karena merekalah yang tahu tapal
batas hutan adat secara turun-temurun dan bisa menunjukkan secara jelas di
lapangan kawasan HTI dan Hutan Adat saling tumpang tindih. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi lapangan, wawancara,
dan studi dokumentasi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan, setelah Peta Kawasan HTI dengan Peta
Wilayah Adat di overlay dengan menggunakan aplikasi SIG, maka didapatkan
perbandingan luas masing-masing peta, yakni: luas Peta Kawasan HTI adalah
2208, 36 Ha, sedangkan luas peta Wilayah Adat adalah 2220, 16 Ha. Dari hasil
perbandingan luas peta tersebut didapatkan selisih luas peta wilayah adat yang
tidak ditumpang tindih oleh peta Kawasan HTI yaitu dengan luas 11,8 Ha.
Kemudian, setelah dilakukan timpaan peta terhadap peta Administrasi Toba
Samosir, menghasilkan beberapa irisan yang menumpang tindih wilayah adat,
yakni Desa Pardomuan seluas 4,3 Ha, Desa Parsoburan Barat seluas 1332,09 Ha,
Desa Tornagodang seluas 251,1 Ha, dan Desa Lumban Ruhap seluas 35,43 Ha.
Akibat tumpang tindih kawasan tersebut menimbulkan konflik di sector kehutan
Masyarakat Adat di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu dengan pihak
perusahaan pemegang konsesi HTI, Instansi Kehutanan, dan Aparat Kemanan di
Kabupaten Toba Samosir.


vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Jagad Raya yang
telah menyediakan ruang bagi saya, sehinga saya dapat berdialektika mengikuti
proses ruang dan waktu menuju kesempurnaan yang semakin maju. Salah satu
proses yang saya lalui tersebut adalah termasuk dalam pengerjaan skripsi ini
sampai selesai. Skripsi ini berjudul Analisis Spasial Penetapan Kawasan Hutan
Tanaman Industri (HTI) serta Konflik yang Timbul di Wilayah Adat Matio dan
Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada
Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kendala dan
tantangan yang saya hadapi. Namun atas dukungan dan dorongan semangat yang
kuat, saya bisa melalui proses tersebut. Oleh sebab itu saya mengucapkan
terimakasih kepada kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Restu, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Komunitas Masyarakat Adat Matio dan Tukko Nisolu yang telah bersedia
diteliti sehingga hasil penelitian dalam skripsi ini memuaskan.
4. Kepada kedua orang tua tercinta, Apoan Capah dan Rusti Br. Sinaga.
Terima kasih atas segala motivasi dan doa yang telah diberikan kepadaku
selama ini. Dan juga kepada abang, kakak dan adek-adekku yang telah
memberikan dukungan: Sudianto Capah, Lena Astria Capah, Juinola
iii

Capah, Sumirah Capah, Santo Retno Capah, Mei Maria Capah, Ngolu
Vinsen Capah, dan Seti Anna Capah.
5. Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan juga
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik (PA).
6. Drs. Kamarlin Pinem, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan yang kritis dalam skripsi ini.
7. Melinda S. Harefa, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang kritis dalam skripsi ini.
8. Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang
telah membantu memperlancar administrasi dalam skripsi ini.
9. Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan dan Saksi dalam Meja Hijau.

10. M Ridha S. Damanik, M.Sc selaku dosen pengampu Geografi Teknik yang
selama ini telah banyak memberikan llmu bagi saya sehingga sangat
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Bapak Hajat Siagian yang sangat membantu penyelesaian skripsi ini dari
awal persiapan sampai akhirnya selesai dengan lancar.
12. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan
ilmu berharga untuk bekal penulis.
13. Kawan-kawan seperjuangan Kelompok Studi Mahasiswa BARSDem:
Sekjend Jorenk, Zunzhu, Putink, Novi, Tantunk, Kitink, Rafles, Tuenk,
Bogol, Oppunk, Apol, Dina, Joshua, Purba, Chelsea, Mona, Binsar,
Kosmas, Agus Gendut, Farmanto, Juli, dan semua rekan-rekan BARSDem
yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Wujudkan Demokrasi
Sepenuhnya di Tangan Rakyat. Semoga BARSDem makin berdialektika,

iv

hadir sebagai organisasi yang terus setia dalam garis perjuangan dalam
membela kaum tertindas. Dan juga semangat buat caker-caker BARSDem
yang baru mengikuti Dikpol pada tanggal 1-43 April di Sobolangit.
14. Alisansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Tano Batak beserta seluruh

Staff yang telah bersedia mendampingi penulis untuk meneliti Komunitas
Masyarakat Adat Matio dan Tukko Nisolu.
15. Kawan-kawan satu stambukku yang telah memberikan semangat yang
tiada hentinya: Ekali, Tio, Karina, dan Afri. Dan juga kepada kawankawan Geografi Tehnik 2010. Serta adek-adek stambuk yang bersedia
setulus hati membantu penulis dalam mengurus berkas-berkas skripsi:
Gregia, Lasri Sinurat, Gita.

Medan,

Maret 2016.
Penulis

Rindu Hartoni Capah
NIM. 3103131061

v

DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN........................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9


BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Kerangka Teori........................................................................................ 10
B. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 35
A. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 35
viii

B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 35
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ........................................ 36
D. Ala dan Bahan ......................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 38

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Kondisi Fisik Kabupaten Toba Samosir ................................................. 39
B. Kondisi Non Fisik Kabupaten Toba Samosir ......................................... 42
C. Sarana dan Prasarana di Kabuapetan Toba Samosir ............................... 50


BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 57
B. Pembahasan ............................................................................................ 104

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 137
B. Saran....................................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 139
LAMPIRAN ...................................................................................................... 141

ix

DAFTAR TABEL
No

Uraian

Halaman


1. Tabel 1. Jenis dan kriteria penetapan kawasan lindung .............................. 15
2. Tabel 2. Jenis dan Kriteria penetapan kawasan budidaya .......................... 16
3. Tabel 3. Penataan Ruang menurut Undang-undang No.24 tahun 1992 ...... 17
4. Tabel 4. Dasar Hukum Masyarakat Adat .................................................... 20
5. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ......................... 46
6. Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ................................... 49
7. Tabel 7. Daftar Sarana Ibadah .................................................................... 50
8. Tabel 8. Jumlah Fasilitas Kesehatan .......................................................... 52
9. Tabel 9. Jumlah Tenaga Kesehatan ............................................................ 53
10. Tabel 10. Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid ............................................... 54
11. Tabel 11. Hasil Overlay Peta Wilayah Adat dengan Tobasa ........................ 63
12. Tabel 12. Hasil Overlay Peta Konsesi HTI dengan Wialayah Adat ............. 64
13. Tabel 13. Hasil Overlay HTI dan Tobasa terhadap Wilayah Adat ............... 66
14. Tabel 14. Responden Berdasarkan Umur...................................................... 74
15. Tabel 15. Responden Berdasarkan Pendidikan ............................................. 75
16. Tabel 16. Responden berdasarkan Sistem Kepercayaan ............................... 76
17. Tabel 17. Responden berdasarkan Marga sebagai masyarakat adat ............. 77
18. Tabel 18. Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan ....................................... 78
19. Tabel 19. Potensi Komunitas dan Mata Pencaharian .................................... 79
20. Tabel 20. Bentuk-bentuk Kepemilikan Tanah/Hutan ................................... 81

21. Tabel 21. Kearifan Masyarakat Adat dalam PSDA ...................................... 84
22. Tabel 22. Struktur Lembaga Adat ................................................................. 86
23. Tabel 23. Responden berdasarkan Peran dan Fungsi Hutan ......................... 88
24. Tabel 24. Responden berdasarkan Penyebab Konflik................................... 94
x

25. Tabel 25. Jenis Konflik di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu ............. 95
26. Tabel 26. Responden berdasarkan Pihak-Pihak yang terlibat ....................... 97
27. Tabel 27. Dampak Konflik............................................................................ 98
28. Tabel 28. Responden berdasarkan Tingkat Kasus Konflik .......................... 99
29. Tabel 29. Responden Berdasarkan Upaya Penyelesaian konflik ................. 102
30. Tabel 30. Responden berdasarkan Proses Penyelesaian Konflik ................. 103
31. Tabel 31. Responden berdasarkan Tingkat Kasus Konflik .......................... 99
32. Tabel 32. Responden Berdasarkan Upaya Penyelesaian konflik ................. 102
33. Tabel 33. Responden berdasarkan Proses Penyelesaian Konflik ................. 103

xi

DAFTAR GAMBAR

No .

Uraian

Halaman

1. Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Pemetaan Partisipatif............................ g9
g. Gambar g. Kerangka lerfikir ...................................................................... 34
3. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Toba pamosir ............................ 40
4. Gambar 4. Gereja HKlP Matio .................................................................. 51
5. Gambar 5. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) .............................................. 51
6. Gambar 6. Para siswa berpose di pMP Negeri 4 patu Atap Matio ............. 54
7. Gambar 7. palah satu jaringan jalan di Desa parsoburan larat .................. 55
8. Gambar 8. Peta Konsesi HTI di Wilayah Adat .......................................... 58
9. Gambar 9. Peta Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu ............................ 59
10. Gambar 10. Komunitas Masyarakat AdatTukkoNisolu melakukan PP ........ 61
11. Gambar 11. Pohon Eucalyptus ...................................................................... 6g
1g. Gambar 1g. Peta Hasil Overlay..................................................................... 68
13. Gambar13. Peneliti di Makam Raja Puntumpanan piagian .......................... 71
14. Gambar 14. Rumah Masyarakat Adat ........................................................... 79
15. Gambar 15. Onan atau Pasar di Wilayah Adat Matio ................................... 80
16. Gambar 16. Masyarakat Adat sedang melakukan aktivitas di sawah ........... 83
17. Gambar 17. Perempuan Adat sedang menjemur Padi................................... 85
18. Gambar 18. Wilayah Hutan Masyarakat Adat .............................................. 89
19. Gambar 19. Hutan adat dijadikan sebagai sumber kayu ............................... 91

xii

DAFTAR LAMPIRAN
No . Lampiran

Uraian

Halaman

Lampiran I.

Daftar Wawancara ................................................................. 141

Lampiran II.

Rekapitulasi Profil Data Masyarakat Adat .......................... 144

Lampiran III.

Tabel Identitas Responden ................................................... 14c

Lampiran IV.

Tabel titik Koordinat Pemetaan Partisipatif ........................ 150

Lampiran V.

Data Induk Hasil Wawancara terhadap Responden............. 159

Lampiran VI.

Dokumentasi Lapangan ....................................................... 163

xiii

1

BABBIB
PENDAHULUANB
A.

LatarBBelakangBMasalahB
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tuntang Kuhutanan mundufinisikan

hutan subagai suatu kusatuan burupa hamparan lahan burisi sumburdaya alam
hayati yang didominasi pupohonan dalam pursukutuan alam lingkungannya, yang
satu dungan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hamparan lahan tursubut burupa
hutan tropis, yang munjadikan Indonusia salah satu nugara yang mumpunyai
kawasan hutan tropis yang cukup luas di dunia dungan luas ± 137,09 Juta ha
KKumunhut, 2012).
Hamparan hutan yang luas tursubut turnyata mungandung purmasalahan
yang sangat kompluks, baik yang burkaitan dungan aspuk punurunan jumlah
kawasan hutan tiap tahunnya, maupun rulasi nugara dungan masyarakat yang
munimbulkan konflik dalam pungulolaan hutan KNugroho dalam Mora, 2013).
Purmasalahan tursubut dimulai sujak akhir tahun 1970-an, kutika Indonusia
dipimpin oluh pumurintahan Ordu Baru, rugulasi pumanfatan hutan lubih
mumuntingkan kubijakan konsusi Hak Pungusahaan Hutan KHPH) untuk
mundorong pumbangunan ukonomi nasional KKartodihardjo, 2000). Namun dalam
pulaksanaanya, HPH munjadi cikal-bakal adanya dugradasi hutan alam. Dugradasi
ini sumakin busar kutika pada tahun 1990 pumurintah mumbuka puluang kupada
invustor swasta untuk mulakukan pumbangunan Hutan Tanaman Industri KHTI)
dungan pumburian sujumlah insuntif KKartodihardjo, 2000).
Salah satu turunan kubijakan yang didasari kubijakan konsusi HPH ialah
dungan munanami Hutan Tanaman Industri KHTI) yang akan dikumbangkan untuk

1

2

pumbuatan bubur kurtas (pulp) dan kurtas (paper). HTI adalah purkubunan kayu
monokultur skala busar yang ditanam dan dipanun untuk produksi pulp and paper.
Pohon-pohon supurti Eucalyptus dan Akasia ditanam mulubihi batas produktivitas
alami, dungan kucupatan tumbuh dan toluransi tinggi turhadap lahan turdugradasi.
Kayu yang dihasilkan dari purkubunan ini digunakan sucara luas subagai bahan
bakar dan konstruksi surta produksi paper dan kain supurti rayon KJurnal World
Rusorcu Institut, 1999).
Data dari Jurnal Forust Watch Indonusia K2001) mununjukkan sumakin
busarnya ukspansi di suktor produksi kayu lapis dan pulp-and-paper yang
mungakibatkan purmintaan turhadap bahan baku kayu jauh mulubihi kumampuan
pasokan lugal. Dampaknya, ukspansi industri diiringi dungan mungorbankan hutan
mulalui praktik kugiatan kuhutanan yang tidak lustari. Pada tahun 2000, sukitar 65
pursun dari pasokan total industri pungolahan kayu burasal dari kayu yang dibalak
sucara illugal KForust Watch Indonusia, 2001).
Sumbur daya hutan sulama ini dikulola dungan prinsip yang jauh dari
kuadilan KMora, 2013). Hal ini turbukti dungan praktuk kubijakan ruzim Ordu
Baru yang munjadikan hutan dan hasil-hasilnya subagai komoditas yang
buroriuntasi kupada kupuntingan kapitalis Kpumilik modal), suraya muminimalisir
puran surta masyarakat yang tinggal di dalam dan sukitar hutan KAwang dalam
Mora, 2013).
Akibat dari mukanismu rugulasi tursubut, disamping sumakin mumpurlubar
dugradasi hutan alam, juga burdampak turhadap turkikisnya kuburadaan
Masyarakat Adat yang munutap di kawasan hutan. Pungakuan pumurintah sangat
minim atas kuburadaan Masyarakat Adat dan pungakuan hak-hak atas wilayahnya,

3

turmasuk hutan adatnya, dalam wilayah-wilayah yang ditunjuk subagai kawasan
hutan KKomnas HAM, 2015).
Dungan kubijakan pununjukan Hutan Nugara yang dianggap mumunuhi
asas lugalitas, Pumurintah c.q. Kumunturian Kuhutananan tulah sucara supihak
mungambil wilayah-wilayah Masyarakat Adat dan kumudian mumburikan izinizin kupada purusahaan-purusahan skala busar atas wilayah-wilayah tursubut. Pola
ini turjadi sucara sistumatik dan lugal mulalui burbagai kubijakan surta
munimbulkan konflik dan korban manusia KKomnas HAM, 2015).
Oluh subab itu, suiring dungan sumakin banyaknya konflik di suktor
kuhutanan, pada tanggal 16 Mui 2013 Mahkamah Konstitusi KMK) Rupublik
Indonusia mumbacakan Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012 dalam purkara
pungujian UU No. 41/1999 tuntang Kuhutanan. Dalam pumbacaan putusan
tursubut, turdapat punutapan purubahan pasal 1 angka K6), pasal 4 ayat K3), pasal
4 ayat K3), pasal 5 ayat K1), pasal 5 ayat K2) dan pasal 5 ayat K3). Putusan MK
tursubut murupakan suatu turobosan hukum yang punting dalam prosus
pumbaharuan hukum. Subab Putusan MK 35 tursubut munandai titik punting
pungakuan Nugara atas kuburadaan Masyarakat Hukum Adat KMHA) dan hakhaknya, turutama hak atas wilayah adat yang sujalan dungan prinsip
punghormatan hak-hak asasi manusia.
Putusan Mahkamah Konstitusi ini adalah momuntum pumulihan status
wilayah adat. Subulumnya, kawasan hutan ditunjuk dan/atau ditutapkan sucara
supihak oluh pumurintah c.q. Kumunturian Kuhutanan subagai Hutan Nugara.
Konflik muncul karuna wilayah adat masuk dalam kawasan hutan yang ditunjuk.
Ralat konstitusional ini mustinya munjadi momuntum purbaikan suluruh kubijakan

4

turkait dungan MHA dan wilayahnya di kawasan hutan. Namun hingga kini,
nugara bulum sungguh-sungguh mundukung implumuntasi Putusan MK 35 burikut
mandat koruktifnya sucara hukum KKomnas HAM, 2015).
Jumlah kasus tuntang sungkuta purtanahan, turmasuk tanah-tanah adat
dikawasan hutan, turus muningkat. Komisi Nasional Hak Asasi Mansuia KKomnas
HAM) muncatat sukitar 20 pursun dari suluruh pungaduan yang diturima adalah
soal sungkuta purtanahan. Pada tahun 2010 ada 819 pungaduan sungkuta
purtanahan, dan pada tahun burikutnya burturut-turut naik munjadi 1064
pungaduan K2011) dan 1212 pungaduan K2012).
Sulain itu, data dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara KAMAN)
muncatat kasus tanah dan konflik sumbur daya alam KSDA) turtinggi
dibandingkan kasus yang lain. Lubih dari 140 kasus mulibatkan MHA. Konflik
yang turjadi lubih banyak dari yang dicatat dan dilaporkan. Sumuntara itu,
Jaringan Kurja Pumutaan Partisipatif KJKPP), yang tulah mulakukan pumutaan
wilayah-wilayah adat, tulah mulakukan timpaan Koverlay) puta kawasan hutan
dungan puta wilayah adat tahun 2014. Hasil timpaan tursubut mununjukkan bahwa
81 pursun pununjukan kawasan hutan burada di wilayah adat, sudangkan 19 pursun
sisanya burada diluar kawasan hutan yang diturbitkan izin-izin di luar kuhutanan
KKomnas HAM, 2015).
Munurut catatan Komnas HAM, konflik-konflik yang mulibatkan MHA di
kawasan hutan yang diklaim subagai Hutan Nugara mumiliki intunsitas tinggi dan
cundurung tidak tursulusaikan. Potunsi konflik akan turus muningkat, turutama
dungan mumpurhatikan data Kumunturian Kuhutanan dan BPS K2007, 2009) yang
mununjukkan 31.957 Dusa burada di dalam dan sukitar Kawasan Hutan yang

5

diklaim subagai Hutan Nugara. Sukitar 71,06 % dari dusa-dusa tursubut
munggantungkan hidupnya dari sumbur daya hutan. Ironisnya, sampai 2014 hanya
0,5 juta huktar kawasan hutan diburikan aksusnya kupada puluhan kulompok
masyarakat sukitar hutan, dungan waktu yang turbatas sutulah mulalui prosudur
administrasi yang rumit dan panjang.
Pursubaran purluasan kawasan HTI di Indonusia saat ini sumakin luas.
Untuk Provinsi Sumatura Utara, konsusi HPH/TI munyubar di buburapa
Kabupatun. Pursubaran turbusar ada di kabupatun yang munutap di kawasan Danau
Toba. Pumilik konsusi tursubut adalah PT Toba Pulp Lustari KPT. TPL). PT Toba
Pulp Lustari murupakan purusahaan yang mumproduksi bubur kurtas Kpulp) yang
subulumnya burnama PT Inti Indorayon Utama KAMAN Tano Batak, 2015).
Kabupatun Toba Samosir murupakan salah satu kabupatun di Provinsi
Sumatura Utara yang dijadikan arual pursubaran HTI. Burdasarkan studi advokasi
yang dilakukan oluh Lumbaga AMAN Tano Batak, pursubaran HTI di Kabupatun
Samosir sudah sumakin luas, yakni mulubihi batas wilayah adat MHA Toba
Samosir. Sumuntara di Kabupatun Toba Samosir kuburadaan masyarakat adat
Kindegenous people) masih uksis dan muruka masih munggunakan kutursudiaan
sumburdaya hutan untuk munopang kubutuhan hidup suhari-hari.
Untuk mundorong pungakuan atas kupumilikan wilayah adat tursubut,
masayarakat adat di Kabupatun Toba Samosir sudah ada yang mulakukan
Pumutaan Partisipatif KPP), yaitu supurti Komunitas Masyarakat Adat Matio dan
Tukko Nisolu. PP yang sudah dilakukan Komunitas Masyarakat Adat Matio dan
Tukko Nisolu murupakan salah satu bagian dari prosus punyulusaian konflik hutan
masyarakat adat dan sujalan dungan Runcana Aksi KRunaksi) susuai Nota

6

Kusupakatan Bursama KNKB) yang ditandatangani pada 11 Marut 2013 antara 12
Kumunturian dan/atau Lumbaga Nugara tuntang Purucupatan Pungukuhan
Kawasan Hutan Indonusia. Dalam agunda NKB tursubut, turdapat tiga capaian
yang harus diwujudkan, yakni: pertama, harmonisasi kubijakan dan puraturan
purundang-undangan, kedua, punyularasan tuknis dan prosudur, dan, ketiga,
rusolusi konflik didasari pada prinsip kuadilan, punghormatan, dan pumajuan
HAM susuai puraturan purundang-undangan KKomnas HAM, 2015).
Pursubaran luasan kawasan HTI yang mumasuki wilayah hutan adat purlu
dipantau dan dibuat puta Tumpang Tindih Kawasan HTI di Wilayah Adat Matio
dan Tukko Nisolu. Puta Tumpang Tindih yang akan dibuat turdiri dari Puta
Konsusi HTI dari Kumunturian Kuhutanan Tahun 2010 dan Puta Wilayah Adat
Matio dan Tukko Nisolu yang burada di wilayah administrasi Kabupatun Toba
Samosir. Untuk munyatukan puta tursubut munjadi Puta Tumpang Tindih HTI di
Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu adalah dungan munggunakan aplikasi
Sistum Informasi Guografi KSIG). Aplikasi SIG murupakan software yang
dimanfaatkan untuk analisis spasial kawasan hutan, turmasuk Hutan Tanaman
Industri KHTI). Hasil analisis spasial HTI tursubut akan digunakan subagai dasar
untuk mungkaji konflik-konflik yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko
Nisolu Kabupatun Toba Samosir.
Turkait dungan purmasalahan tursubut, maka purlu dilakukan kajian burupa
Analisis Spasial Punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI) surta Konflik
yang Timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu.

7

B. IdentifikasiBMasalahB
Burdasarkan latar bulakang masalah tursubut, maka yang munjadi
iduntifikasi masalah dalam punulitian ini adalah pursubaran Kawasan Hutan
Tanaman Industri KHTI) di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupatun
Toba Samosir sumakin luas, suhingga mungakibatkan Wilayah Adat sumakin
sumpit dan sucara tidak langsung mungusir muruka dari hutan adat. Purluasan HTI
tursubut murupakan implumuntasi dari konsusi HPH/TI yang dikuluarkan oluh
Kumunturian Kuhutanan KKumunhut) pada tahun 2010, hal ini ditandai dungan
diturbitkannya Puta Kawasan HTI Tahun 2010. Puta Kawasan HTI tursubut
turnyata munumpang tindih wilayah adat Matioa dan Tukko Nisolu. Hal inilah
yang mungakibatkan timbulnya konflik di suktor kuhutanan antara Masyarakat
Adat dungan pumurintah dan purusahaan pumugunag konsusi HPH/TI. Untuk
mumbantu prosus punyulusaian konflik, Masyarakat Adat mulakukan Pumutaan
Partisipatif Wilayah Adat yang didampingi oluh Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara KAMAN) Wilayah Tano Batak.

C. PembatasanBMasalahB
Burdasarkan iduntifikasi masalah tursubut, maka yang munjadi pumbatasan
masalah dalam punulitian ini adalah Puta Kawasan HTI yang diturbitkan oluh
Kumunhut Tahun 2010 mungalami kutimpangan dungan Puta Wilayah Adat dan
pursubaran HTI di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupatun Toba
Samosir mungakibatkan timbulnya konflik.

8

D. RumusanBMasalahB
Burdasarkan uraian tursubut, maka yang munjadi rumusan masalah dalam
punulitian ini adalah subagai burikut:
1. Bagaimana purbandingan luas puta antara Puta Kawasan HTI Kumunhut
Tahun 2010 dungan Puta Partisipatif Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu?
2. Konflik apakah yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu turkait
dungan adanya punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI)?

E. TujuanBPenelitianB
Burdasarkan latar bulakang dan rumusan masalah diatas, maka yang
munjadi tujuan dalam punulitian ini adalah subagai burikut:
1. Untuk mungutahui purbandingan luas puta Hutan Tanaman Industri
Kumunhut Tahun 2010 dungan Puta Partisipatif Wilayah Adat Matio dan
Tukko Nisolu
2. Untuk mungutahui konflik yang timbul di Wilayah Adat Matio dan Tukko
Nisolu disubabkan adanya punutapan Kawasan Hutan Tanaman Industri KHTI)
oluh Kumunturian Kuhutanan.

F. ManfaatBPenelitianB
Manfaat yang akan dicapai dari punulitian ini adalah:
1. Bagi punuliti, untuk mumunuhi pursyaratan akadumik pada Jurusan
Pundidikan Guografi Fakultas Ilmu Sosial Univursitas Nuguri Mudan surta
dapat munambah pungutahuan.

9

2. Bagi masyarakat, untuk mumburikan informasi tuntang gambaran konflik
yang turjadi dan buntuk pursubaran Hutan Tanaman Industri KHTI) turhadap
luas hutan adat di Wilayah Adat Matio dan Tukko Nisolu.
3. Bagi pumurintah dan pumangku kupuntingan Kstakeholder), untuk mumburi
masukan mungunai dampak HTI dan timbulnya konflik di sukitar hutan,
suhingga pumurintah dapat muminimalisir praktuk purampasan hutan mulalui
lugalitas hukum.

137

BABBVIB
KESIMPULANBDANBSAEANB
B
Adapun kesimpulan dan saran dalam penelitian ini uang berjudul kAnalisis
Spasial Penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri serta Konflik uang Timbul
di Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu Kabupaten Toba Samosir” adalah
sebagai berikut:
A. KesimpulanB
1. Berdasarkan hasil overlau Peta Kawasan HTI dengan Peta Wilauah Adat
dengan menggunakan aplikasi SIG, maka didapatkan perbandingan luas
masing-masing peta, uakni: luas Peta Kawasan HTI adalah 2208, 36 Ha,
sedangkan luas peta Wilauah Adat adalah 2220, 16 Ha. Dari hasil
perbandingan luas peta tersebut didapatkan selisih luas peta wilauah adat
uang tidak ditumpang tindih oleh peta Kawasan HTI uaitu dengan luas
11,8 Ha. Kemudian, setelah dilakukan timpaan peta terhadap peta
Administrasi Toba Samosir, menghasilkan

beberapa irisan

uang

menumpang tindih wilauah adat, uakni Desa Pardomuan seluas 4,3 Ha,
Desa Parsoburan Barat seluas 1332,09 Ha, Desa Tornagodang seluas 251,1
Ha, Desa Lumban Ruhap seluas 35,43 Ha.
2. Konflik uang timbul di Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu terkait
dengan adanua penetapan Kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah
Konflik Kehutanan uang melibatkan beberapa pihak, sehinngga dapat
diklisifikasikan konflik uang timbul, uaitu konflik vertikal antara
masuarakat adat dengan pemilik konsesi PT. TPL, dengan pemilik CV.

138

Muda Jaua, dengan pihak instansi kehutanan, dengan pihak aparat
keamanan seperti TNI dari Kodim Toba Samosir dan Polisi Resort Toba
Samosir. Sedangkan konflik horanzantal adalah masurakat adat dengan
masuarakat diluar wilauah adat.. Hingga saat ini konflik masih terjadi di
Wilauah Adat Matio dan Tukko Nisolu karena areal konsesi HPH/TI Toba
Pulp Lestari masih berlangsung operasinua dan masih masuk dalam
Kawasan Hutan Tanaman Industri.

B. SaranB
1. Pemerintah daerah harus bersinergi dalam mempercepat implementasi
keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dengan segara
menerbitkan Perda tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masuarakat
Hukum Adat, sehingga masuarakat adat bisa diakui secara legalitas hukum
dan wilauah adat secara legalitas bisa diperoleh masuarat adat, sehingga
masuarakat adat bisa hidup mandiri, uakni berdaulat secara ekonomi dan
berdaulat secara politik. Maka dengan demikian masuarakat adat bisa
berpartisipasi dalam pembangunan di negeri ini.B
2. Seharusnua pemerintah harus tanggap dan sigap untuk menuelsaikan
konflik-konflik kehutanan khususnua di Wilauah Adat Matio dan Tukko
Nisolu uang masuk dalam wilauah administrasi Kabupaten Toba Samosir
dengan cara membentuk Panitia Khusus Percepatan konflik tenurual di
tingkat daerah.B
3. Kepada perusahaan uang memperoleh izin konsesi seharusnua lebih
terbuka dalam memaparkan kegiatan perusahaaannua kepada publik.B

139

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk. 2009. Menuju Demokratisasi Pemetaan Reflekasi Gerakan
Pemetaan Partisipatif di Indonesia. Bogor: Jaringan Kerja Pemetaan
Partisipatif.
Badan Litbang Kehutanan. 2005. Strategi Pengembangan Hutan Tanaman.
Jakarta: Partially Funded by Asia Pro Eco Program.
Bachriadi, Dianto. 2012. Dari Lokal Ke Nasional Kembali Ke Lokal Perjuangan
Hak Atas Tanah di Indonesia. Bandung: Agrarian Resource Center.
Berutu, Doni Saputra. 2012. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis dalam Mengkaji Kuantan Singingi (Riau) Tahun 2000-2010.
Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Negeri Medan.
Dharmawan, Hadi Arya. 2006. Konflik Sosial dan Resolusi Konflik: Analisis
Sosio-Budaya (Dengan Fokus Perhatian Kalimantan Barat). Jurnal.
Pontianak: PERAGI.
Faisol, Arif. 2012. Tutorial ArcGIS 10. Jember: Penerbit Andi.
Flavelle, Alix. 2010. Panduan Pemetaan Berbasis Masyarakat. Bogor: Jaringan
Kerja Pemetaan Partisipatif.
Hapsari, dkk. Pemetaan Partisipatif Potensi Desa (Studi Kasus: Desa Selopatak,
Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto). Jurnal (tidakditerbitkan).
Surabaya: Jurusan Teknik Geomatika FTP-ITS.
Hasanah, Yuliya. 2008. Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Tanah Ulayat Baduy
Pada Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus: Masyarakat Baduy Dalam
dan Baduy Luar, Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak, Propinsi Banten).Jurnal. Bogor: Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian ITB.
Manalu, Dimpos.2009. Gerakan Sosial dan Perubahan Kebijakan Publik-Studi
Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT. Inti Indorayon
Utama di Sumatera Utara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muhtaj, Majda El. Humanitas Jurnal Kajian dan Pendidikan HAM. Medan: Pusat
Studi HAM Universitas Negeri Medan.
Munawaroh, Siti. 2007. Sosiologi 2 SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Penerbit
Grahadi.

140

Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Badan
Penerbit Fakultas Geografi UGM.
_______. 2013. Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Badan Penerbit
Fakultas Geografi UGM.
Nandika, Dodi. 2005. Hutan Bagi Ketahanan Nasional. Surakarta: Muhammadiah
University Press.
Peraturan Menteri Kehutanan. Nomor: P.62/Henhut-II/2008 tentang Rencana
Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri
dan Hutan Tanaman Rakyat.
Pratam, Titis Dian. 2013. Pemetaan Potensi Simpanan Karbon Hutan Industri
Tegakan Eucalyptus spp. (Studi Kasus di Hutan Tanaman Industri PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk, Sektor Aek Nauli). Skripsi (tidak diterbitkan).
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Rahmawaty. 2004. Hutan: Fungsi dan Peranannya Bagi Masyarakat. Jurnal
Digital. Medan: USU.
Rahmi, Julia. Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan
Analisis Citra Satelit dan Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung
Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Cinta Raja, Sei
Lepan, dan Kawasan Ekosistem Leuser). Skripsi (tidak diterbitkan).
Medan: USU.
Rini, dkk. 2015 Pemetaan Tata Batas Secara Partisipatif setelah Pemekaran
dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Kelurahan Bugis
Kecamatan Samarinda Kota. Jurnal Agrivor Volume XIV Nomor 1, Maret
2015. Samarinda: Universitas 17 Agustus 1945.
Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan
Tantatangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudomo, dkk. Kajian Kontrol Silvikultur Hutan Tanaman terhadap Kualitas Kayu
Pulp. Jurnal. Balai Besar Penelitaian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Tarigan, Robinson. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Wulan, dkk. 2004. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003.
Bogor: Center for International Forestry Research
Yuliana. dkk. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia. Bogor: Center for
International Forestry Research.