Keragaman Jenis Anggrek Di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

(1)

KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN HUTAN

TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

PARASIAN P. SITUMORANG 060307009

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010


(2)

KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN HUTAN

TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

PARASIAN P. SITUMORANG 060307009/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN


(3)

Judul Skripsi :Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Nama : Parasian P. Situmorang

NIM : 060307009

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Luthfi A.M. Siregar, SP., MSc., Phd. ) (Ir. Hot Setiado, MS) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua Departemen Budidaya Pertanian


(4)

ABSTRAK

PARASIAN P. SITUMORANG : Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara di bawah bimbingan LUTHFI A. M. SIREGAR SP., MSc., Phd. Dan Ir. HOT SETIADO MS.

Anggek memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi. anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10 % yang mencakup ±1200 genus, lebih dari 50.000 spesies alam dan lebih dari 100.000 spesies hibrida. Di indonesia terdapat ±5.000 spesies alam, 406 spesies diantaranya terdapat di Sumatera Utara. Anggrek memiliki penyebaran yang sangat luas mulai dari benua arktik hingga antartika dan melimpah di daerah tropis. Data world conservation monitoring center (1995) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tumbuhan berbunga lainnya di Indonesia maka anggrek menerima ancaman kepunahan tertinggi sebanyak 203 jenis (39 %). Semakin maraknya pembangunan pemukiman, perkebunan, maupun pengrusakan hutan telah mempercepat kepunahan spesies anggrek alam. Banyak spesies anggrek telah punah sebelum sempat dideskripsi dan didokumentasikan. agar keberadaan anggrek di suatu tempat dapat diketahui dengan baik, diperlukan suatu penelitian berupa eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi.

Dari hasil eksplorasi ditemukan 112 spesies anggrek yang terhimpun dalam 38 genus. Dari jumlah tersebut ditemukan 78 spesies anggrek epifit (24 genus), 32 spesies anggrek teresterial (18 genus) dan 2 spesies anggrek saprofit (2 genus).


(5)

ABSTRACT

PARASIAN P. SITUMORANG : The Variety of Orchid Species in forest Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Orchid has the very high variabilities. Orchid represent the biggest family of plant flower reached 7-10 % including ±1200 gender, more than 50.000 natural species and more than 100.000 hybrid species. In Indonesia, there are ±5000 natural species, 406 species there are in north Sumatra. Orchid own the very wide spreading start from arktic continent up to antartic and abundance in tropical area. Data of world conservation of monitoring center ( 1995) indicating that compared to other plant flowers in Indonesia, orchid accept the highest destruction threat as much 203 type (39%). Progressively the hoisterous of settlement development, plantation, and also forest ruining have quickened the experienced orchid species destruction. A lot of orchid species have totally disappeared before have time to describe and documented. To be knowable orchid existence somewhere better, needed an research in the form of exploration, inventarisation, and identification.

The result of exploration founded 112 orchid species mustered in 38 gender. from the amount found 78 species of epiphytic orchid (24 gender), 32

species of terrestrial orchid (18 gender) and 2 species of saprofit orchid (2 gender).


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Lumban suhi-suhi, Kabupaten Samosir, pada tanggal 19 Februari 1986, anak kedelapan dari sembilan bersaudara, putra ayahanda W. Situmorang dan Ibunda E. Simarmata.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pangururan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi HIMADITA. Penulis juga melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Bangun mulai bulan Juni 2010 sampai bulan Juli 2009.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda W. Situmorang dan Ibunda E. Simarmata atas sumbangan materil dan morilnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luthfi A. M Siregar, SP., MSc., Ph,D selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Hot Setiado MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Begitu juga kepada abangda Robertus, Liner, Senrawasi, Lasrin, Kakanda Rusmawani, Resmida, Elprida dan adinda Merliana Situmorang yang telah memberi semangat, dukungan moril dan materil, serta teman-teman saya, Hendri, Erwin, Syamsir Bulang, Andri, Sonong, Bellito, Brian, Benni, Ika, Lidya Mimi, Hera, Heni, Victor, Susi, Ruth, Selvia, Ruben, dan teman-teman lainnya yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini berguna sebagai informasi dalam usaha konservasi anggrek.

Medan, September 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh Iklim ... 9

Lingkungan Tumbuh ... 10

BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian Eksplorasi ... 12

Inventarisasi ... 13

Identifikasi ... 13

Analisis Data Analisis Ekologi ... 13

Analisis Taksonomi ... 16 Pelaksanaan Penelitian


(9)

Pengambilan Sampel ... 17 Pemberian Kode ... 17 Inventarisasi Anggrek ... 17 Di Laboratorium

Pembuatan Herbarium Basah ... 17 Identifikasi Anggrek ... …. 18 HASIL DAN PEMBAHASAN

Eksplorasi ... 19 Inventarisasi

Tingkat Populasi, Frekuensi dan Kerapatan Jenis Anggrek ... …. 28 Tingkat kerapatan relatif, Frekuensi relatif dan Indeks Nilai

Penting Jenis Anggrek ... … 35 Indeks Keanekaragaman (H’) ... .... 41 Indeks Keseragaman (E’) ... … 42 Identifikasi

Deskripsi Jenis ... 47 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 118 Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA ... 149


(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek ... 10

2. a. Keragaman jenis anggrek epifit ... 20

b. Keragaman jenis anggrek teresterial ... 24

c. Keragaman jenis anggrek saprofit ... 26

3. a. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit ... 28

b. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial ... 31

c. Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek saprofit ... 33

4. a. Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit ... 35

b.Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial ... 38

c.Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek saprofit ... 40

5. a. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek epifit... 41

b. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek teresterial……… 44

c. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek saprofit……… 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Tanaman anggrek simpodial dan monopodial ... 7

2. Bunga tanaman anggrek ... 8

3. grafik keragaman spesies pada genus anggrek epifit ... 23

4. grafik keragaman spesies pada genus anggrek teresterial ... 25

5. grafik keragaman spesies pada genus anggrek saprofit ... 26

6.Agrostophyllum bicuspidatum ... 51

7.Agrostophyllum laxum ... 52

8. Anoectochilus longicalcaratus ... 52

9. Apostasia sp ... 53

10.Apendicula alba ... 54

11.Appendicula pauciflora ... 54

12.Appendicula ramosa ... 55

13.Appendicula sp1 ... 56

14.Appendicula sp2 ... 56

15.Arundina graminifolia ... 57

16.Arundina sp ... 57

17.Ascidieria longifolia ... 58

18.Bulbophyllum adelphidium ... 59

19.Bulbophyllum biflorum ... 59

20.Bulbophyllum flavidiflorum ... 60

21.Bulbophyllum lobbii ... 61

22.Bulbophyllum longivagans ... 62

23.Bulbophyllum mirum ... 62


(12)

25.Bulbophyllum ovalifolium ... 63

26.Bulbophyllum romburghii ... 64

27.Bulbophyllum stelis ... 65

28.Bulbophyllum virescens ... 66

29.Bulbophyllum sp1 ... 66

30.Bulbophyllum sp2 ... 67

31.Bulbophyllum sp3 ... 67

32.Bulbophyllum sp4 ... 68

33.Bulbophyllum sp5 ... 68

34.Bulbophyllum sp6 ... 69

35.Bulbophyllum sp7 ... 70

36.Bulbophyllum sp8 ... 70

37.Bulbophyllum sp9 ... 71

38.Bulbophyllum sp10 ... 71

39.Calanthe chrysoglossoides ... 72

40.Calanthe speciosa ... 73

41.Calanthe triplicata ... 73

42.Ceratostylis radiata ... 74

43.Ceratostylis subulata ... 75

44.Cleistoma muticum ... 75

45.Coelogyne brachygine ... 76

46.Coelogyne cuprea... 77

47.Coelogyne dayana ... 77

48.Coelogyne pandurata ... 78

49.Coelogyne salmonicolor ... 79


(13)

53.Cymbidium dayanum ... 81

54.Cymbidium lancifolium ... 82

55.Cymbidium sp ... 83

56.Dendrobium compressistylum ... 83

57.Dendrobium indragiriense ... 84

58.Dendrobium kuyperi ... 84

59.Dendrobium sociale ... 85

60.Dendrobium sp1 ... 86

61.Dendrobium sp2 ... 86

62.Dendrobium sp3 ... 87

63.Dendrobium sp4 ... 87

64.Dendrobium sp5 ... 88

65.Dendrochilum sp1 ... 88

66.Dendrochilum sp2 ... 89

67.Eria densa ... 89

68.Eria pachystachya ... 90

69.Eria taluensis ... 91

70.Eria tjadasmalangensis ... 91

71.Eria sp1 ... 92

72.Eria sp2 ... 93

73.Eria sp3 ... 93

74.Eria sp4 ... 94

75.Eria sp5 ... 94

76.Eria sp6 ... 95

77.Gastrochilus sororius ... 96

78.Goodyera schlechtendaliana ... 96

79.Goodyera sp ... 97


(14)

81.Liparis elegans ... 99

82.Liparis pallida ... 100

83.Liparis rheedii... 100

84.Liparis terrestris ... 101

85.Macodes petola ... 102

86.Malaxis sp1 ... 102

87.Malaxis sp2 ... 103

88.Neuwiedia veratrifolia... 104

89.Neuwiedia zollingeri ... 105

90.Neuwiedia sp ... 105

91.Oberonia lotsyana ... 106

92.Octarrhena parvula ... 107

93.Paphiopedilum curtisii ... 108

94.Paphiopedilum tonsum ... 108

95.Phaius corymbioides ... 109

96.Phaius flavus ... 110

97.Phaius sp ... 110

98.Phalaenopsis sp ... 111

99.Platanthera angustata ... 112

100. Podochilus microphyllum ... 112

101. Podochilus muricatum ... 113

102. Podochilus sp1 ... 114

103. Podochilus sp2 ... 114

104. Podochilus sp3 ... 115

105. Renanthera angustifolia ... 115

106. Schoenorchis sumatrana ... 116


(15)

110. Thrixspermum sp ... 119

111. Trichoglottis adnata ... 119

112. Trichoglottis velutina... 120

113. Trichotosia sp1 ... 120

114. Trichotosia sp2 ... 121

115. Vanda sp ... 121

116. Vanilla sp2 ... 122

117. Vanilla sp1 ... 123


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Peta jalur penelitian ... 152 2. Peta Taman Eden 100 ... 153


(17)

ABSTRAK

PARASIAN P. SITUMORANG : Keragaman Jenis Anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara di bawah bimbingan LUTHFI A. M. SIREGAR SP., MSc., Phd. Dan Ir. HOT SETIADO MS.

Anggek memiliki tingkat keragaman yang sangat tinggi. anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10 % yang mencakup ±1200 genus, lebih dari 50.000 spesies alam dan lebih dari 100.000 spesies hibrida. Di indonesia terdapat ±5.000 spesies alam, 406 spesies diantaranya terdapat di Sumatera Utara. Anggrek memiliki penyebaran yang sangat luas mulai dari benua arktik hingga antartika dan melimpah di daerah tropis. Data world conservation monitoring center (1995) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tumbuhan berbunga lainnya di Indonesia maka anggrek menerima ancaman kepunahan tertinggi sebanyak 203 jenis (39 %). Semakin maraknya pembangunan pemukiman, perkebunan, maupun pengrusakan hutan telah mempercepat kepunahan spesies anggrek alam. Banyak spesies anggrek telah punah sebelum sempat dideskripsi dan didokumentasikan. agar keberadaan anggrek di suatu tempat dapat diketahui dengan baik, diperlukan suatu penelitian berupa eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi.

Dari hasil eksplorasi ditemukan 112 spesies anggrek yang terhimpun dalam 38 genus. Dari jumlah tersebut ditemukan 78 spesies anggrek epifit (24 genus), 32 spesies anggrek teresterial (18 genus) dan 2 spesies anggrek saprofit (2 genus).


(18)

ABSTRACT

PARASIAN P. SITUMORANG : The Variety of Orchid Species in forest Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Orchid has the very high variabilities. Orchid represent the biggest family of plant flower reached 7-10 % including ±1200 gender, more than 50.000 natural species and more than 100.000 hybrid species. In Indonesia, there are ±5000 natural species, 406 species there are in north Sumatra. Orchid own the very wide spreading start from arktic continent up to antartic and abundance in tropical area. Data of world conservation of monitoring center ( 1995) indicating that compared to other plant flowers in Indonesia, orchid accept the highest destruction threat as much 203 type (39%). Progressively the hoisterous of settlement development, plantation, and also forest ruining have quickened the experienced orchid species destruction. A lot of orchid species have totally disappeared before have time to describe and documented. To be knowable orchid existence somewhere better, needed an research in the form of exploration, inventarisation, and identification.

The result of exploration founded 112 orchid species mustered in 38 gender. from the amount found 78 species of epiphytic orchid (24 gender), 32

species of terrestrial orchid (18 gender) and 2 species of saprofit orchid (2 gender).


(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek (famili : Orchidaceae) merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia, mulai dari benua Arktik hingga Antartika (kendati didaerah kutub jarang) dan melimpah didaerah tropis. Anggrek tumbuh disemua tempat kecuali daerah kutub yang benar-benar beku dan padang pasir yang benar-benar panas dan kering. Di Asia anggrek paling banyak terdapat dikawasan malesia (semenanjung Malaya, kepulauan Indonesia, Sabah, Serawak, dan Papua Niugini) (Gunadi, 1985).

Anggrek merupakan famili tumbuhan berbunga terbesar yang mencapai 7-10% dan memiliki lebih dari 50.000 spesies alam yang terhimpun dalam ±1200

genus (Pranata, 2005) dan lebih dari 100.000 spesies hibrida (Kartohadiprodjo dan Prabowo, 2009). Sekitar 80% genera dan spesies anggrek berada di kawasan Asia Tenggara (Amiarsi et all., 1996). Di Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5.000 jenis (Rukmana, 2000), dan diperkirakan 139 genus, 1.118 spesies anggrek liar tersebar luas di kawasan Sumatera dan 406 spesies diantaranya tersebar di Sumatera Utara (Comber, 2001).

Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi karena berbunga indah dengan warna-warna yang menarik. Selain sebagai tanaman pot berbunga indah anggrek juga dikenal sebagai tanaman bunga potong yang mempunyai arti penting dalam dunia perdagangan bunga, sehingga bunga anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara dan sumber penghasilan


(20)

bagi masyarakat yang membudidayakannya (Sabran, dkk, 2003). Beberapa spesies anggrek juga memiliki fungsi lain seperti bahan makanan, obat-obatan, perekat, dan tenunan (Ginting, 1990).

Puspitaningtyas dan Mursidawati (1999) menyatakan bahwa anggrek alam atau anggrek liar sering menjadi bahan utama untuk mendapatkan jenis-jenis hibrida yang komersial, namun keberadaan jenis angrek liar sering kali terancam kepunahan dengan semakin sempitnya lahan, karena banyak dipakai untuk pemukiman, perkebunan atau karena adanya kerusakan alam. Ditambah lagi dengan adanya pengambilan anggrek alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Pengambilan anggrek liar secara terus menerus tanpa disertai usaha membudidayakannya tentu sangat merugikan keberadaan anggrek tersebut, karena dapat menyebabkan kepunahan.

Kegiatan eksplorasi khususnya anggrek saat ini dirasakan sangat penting karena banyak habitat anggrek alam yang rusak. Data dari World Conservation Monitoring Center (1995) menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan asli Indonesia yang berstatus terancam lainnya maka anggrek merupakan tumbuhan yang menerima ancaman kepunahan tertinggi yaitu sebanyak 203 jenis (39%). Bahkan tidak tertutup kemungkinan bila sudah banyak anggrek yang punah sebelum sempat dideskripsi atau didokumentasikan.

Agar keberadaan jenis-jenis anggrek di suatu wilayah dapat diketahui dengan baik, diperlukan suatu penelitian berupa eksplorasi dan inventarisasi. Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis


(21)

ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya. Inventarisasi bertujuan untuk mendata keragaman jenis tanaman di suatu kawasan, sehingga apabila nantinya kawasan tersebut mengalami perubahan ekosistem, sudah tersedia data keragaman floranya. Identifikasi bertujuan untuk mengetahui marga dan spesies anggrek berdasarkan morfologinya (Mujahidin dkk., 2002).

Taman Eden 100 adalah sebuah Agro Wisata Rohani yang didirikan oleh keluarga L. Sirait pada tahun 1999, berada di Desa Lumban Rang Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara (16 km dari Parapat atau 55 km dari Balige). Kawasan konservasi Taman Eden 100 berada di ketinggian 1000-2000 meter di atas permukaan laut dimana di tempat ini telah disediakan lokasi penangkaran Anggrek Danau Toba. Kawasan hutan Taman Eden 100 memiliki luas ±1000 ha. Hutan Taman Eden 100 termasuk tipe hutan hujan dataran tinggi di Sumatera Utara yang berdasarkan pengamatan di lapangan memiliki keanekaragaman anggrek yang tinggi. Namun sampai sejauh ini kegiatan pelestarian anggrek di kawasan Taman Eden 100 masih dilakukan secara sederhana karena minimnya dana (http//:tamaneden 100.wordpress.com).

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan eksplorasi,

inventarisasi dan identifikasi untuk dapat mengetahui keragaman spesies anggrek yang terdapat di kawasan hutan Taman Eden 100.


(22)

Tujuan Penelitian

Mengetahui keragaman jenis anggrek, kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keanekararagaman, indeks keseragaman jenis dan bentuk morfologi jenis anggrek di Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utaradi Kawasan Hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.

Hipotesis Penelitian

Diduga terdapat berbagai jenis anggrek, tingkat kerapatan, frekuensi, kerapatan relatif, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keanekararagaman dan indeks keseragaman yang berbeda di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan data penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan pula berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam konservasi dan budidaya anggrek.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Pranata (2005), anggrek diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Orchidales

Family : Orchidaceae

Genus : ±1200 genus, seperti Dendrobium, Spathoglottis, dan Cymbidium Species : Lebih dari 50.000 spesies alam dan 100.000 spesies hibrida , seperti

Calanthe triplicata, Ascocentrum miniatum.

Umumnya anggrek mempunyai akar yang berbentuk silindris, berdaging lunak, mudah patah, ujung meruncing, licin dan agak lengket. Akar anggrek epifit ada 2 jenis yaitu akar lekat dan akar udara dan mempunyai lapisan filamen yang berongga. Lapisan ini berfungsi untuk memudahkan akar dalam menyerap air hujan yang jatuh di kulit pohon media tumbuh anggrek. Di bawah lapisan filamen terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Akar anggrek epifit berambut pendek atau nyaris tak berambut. Pada anggrek Teresterial akarnya mempunyai rambut yang cukup panjang dan rapat. Fungsi rambut akar ini untuk menyerap air dan zat organik yang ada di tanah . Pada anggrek saprofit, akarnya mempunyai klorofil untuk menggantikan fungsi daun dan seringkali bersimbiosis dengan Mikoriza (http://www.rachimudin.com, 2009).


(24)

Batang anggrek beruas-ruas. Anggrek yang hidup di tanah (anggrek tanah) batangnya pendek dan cenderung menyerupai umbi. Sementara itu, anggrek epifit batangnya tumbuh dengan baik, seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pada anggrek saprofit, batangnya tipis dan halus. Pertumbuhan batang dapat bersifat memanjang (monopodial) atau melebar (simpodial), tergantung genusnya (http://budireve.wordpress.com, 2008).

a. Tipe monopodial

Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaeonopsis.

b. Tipe simpodial

Pada umumnya anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang utama dan mempunyai umbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Ketika batang yang satu telah menua dan habis daunnya, pseudobulb tetap aktif dan apabila rhizoma diantara tumbuhan tersebut tidak dipotong maka batang yang lebih muda dapat memanfaatkan sari makanan di pseudobulb disebelahnya. Anggrek yang memiliki pseudobulb lebih tahan terhadap kekurangan air tetapi apabila pseudobulb tersebut tertanam dalam media tanamnya akan rentan terhadap kebusukan (http:// beswandjarum.com, 2009). Pertumbuhan batang akan berhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuh di sampingnya. Tunah anakan tersebut tumbuh dari rhizoma yang menghubungkannya dengan


(25)

samping batang, contonya genus Dendrobium, Oncidium dan Cattleya Darmono (2008).

Gambar 1: Tanaman anggrek simpodial dan monopodial

Daun anggrek berjenis monokotil yang tidak memiliki urat daun atau hanya tulang daun memanjang dari pangkal sampai ujung. Ada daun yang helaiannya tipis tapi sebagian besar berdaging atau sukulen, dilihat dari bentuknya ada bermacam-macam, hastate (mata tombak), sagittate (panah), triangular (segitiga), cordate (jantung), trullate (sekop), subulate (jarum), dan linear (pita). Daun tumbuh saling berhadapan, setiap tumbuh daun di kanan akan disusul tumbuh daun di kiri (http:// beswandjarum.com, 2009).

Bunga Anggrek dapat mencapai 50 kuntum bunga per tanaman dan termasuk ke dalam bunga majemuk. Berdasarkan letak tumbuhnya terdiri dari dua

jenis secara umum, yang pertama tumbuh disekitar ketiak daun (lateral) atau sisi-sisi batang, jenis ini dinamakan pleuranthe (misalnya Vanda dan

Dendrobium) dan yang kedua tumbuh dari ujung tanaman (terminal) atau dinamakan dengan acranthe (misalnya Cattleya, Oncidium). Bunga anggrek terdiri dari lima bagian utama, yaitu sepal, petal, stamen (benang sari), pistil (putik), dan ovari (bakal buah). Sepal adalah mahkota bunga yang terletak dibelakang sedangkan petal yang di depannya. Sepalnya berjumlah tiga, yang


(26)

diatas bernama sepal dorsal dan dua yang disamping menjorok bawah dinamakan sepal lateral. Petalnya juga berjumlah tiga, dua petal diapit sepal dorsal dan sepal lateral dan membentuk sudut sekitar 120o, sedangkan yang dibawah termodifikasi menjadi petal bibir atau labelum. Pada labelum terdapat gumpalan yang berisi

protein, zat wangi dan minyak sebagai penarik serangga (http:// beswandjarum.com, 2009).

Gambar 2: Bunga tanaman anggrek

Buah anggrek berbentuk capsular segi enam. Tidak seperti buah pada umumnya yang memiliki cadangan makanan (endosperm), buah anggrek tidak memiliki cadangan makanan sendiri, karena sifatnya ini pada masa awal perkecambahannya adalah masa yang paling rentan, di alam biji ini mendapatkan

makanan hasil penguraian sisa-sisa tanaman oleh jasad renik mikoriza sedangkan oleh pembudi daya anggrek, biji ini di tumbuhkan pada media agar dan pupuk serta ditanam dalam botol karena sifatnya yang sangat rentan tersebut. Jumlah biji anggrek perbuah, ada yang hanya puluhan sampai ada juga yang jutaan, dengan embrio dalam biji terdiri dari sekitar 8-100 sel (http:// beswandjarum.com, 2009).


(27)

Syarat Tumbuh

Iklim

Menurut Gunadi (1985) Anggrek dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kebutuhan temperatur yaitu :

a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)

Anggrek ini biasanya menyukai sinar matahari dalam intensitas yang tinggi. Pada siang hari temperatur berada di sekitar 27o-30oC dan pada malam hari temperatur berada di bawah 21oC. Beberapa contoh anggrek panas adalah Dendrobium phalaeonopsis, Arachnis sp., dan Vanda sp.

b. Anggrek sedang (ketinggian 650-1500 m dpl)

Anggrek ini memerlukan temperatur pada siang hari 21-26oC dan pada

malam hari 15-21oC. Beberapa contoh anggrek sedang yaitu Dendrobium nobile dan Dendrobium moschatum.

c. Anggrek dingin (ketinggian >1500 m dpl)

Anggrek dingin tumbuh baik pada temperatur siang antara 15-21oC dan pada malam hari antara 9-15oC. Beberapa contoh anggrek dingin yaitu Cymbidium dan Miltonia.

Anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang berbeda-beda menurut jenis dan tipe habitatnya. Angin dan curah hujan berpengaruh terhadap kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara 60-80% di siang hari dan 59-60% pada malam hari (Gunadi, 1986).


(28)

Menurut Iswanto (2002), suhu yang sesuai untuk beberapa genus anggrek dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Kisaran suhu yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek

Jenis anggrek Udara dingin (oC) Udara sedang (oC) Udara panas (oC)

Cattleya 12-15,5 20 26,5-32 Cymbidium 15-18 25 21-38 Dendrobium 12-18 25 21-32 Odontoglossum 5-13 18 16-32 Paphiopedilum 12,5-14 20 29-30 Phalaeonopsis 15-21 21 27-35

Vanda 15,5 30 26,5-38

Lingkungan tumbuh

Mahyar dan Sadili (2003) membedakan anggrek menjadi 3 berdasarkan cara hidupnya, yaitu :

a. Epifit : Anggrek yang hidupnya menumpang pada pohon lain dan memproses sendiri kebutuhan makanannya. Anggrek ini membutuhkan naungan dari cahaya matahari langsung dan menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara sekitar

b. Saprofit : Anggrek yang hidup pada humus atau kayu yang lapuk. Anggrek ini membutuhkan sedikit cahaya matahari dan seringkali daunnya tidak memiliki khlorofil atau memiliki daun berklorofil yang sangat tipis.

c. Teresterial : Anggrek yang hidup di tanah dan memerlukan cahaya matahari langsung.


(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan hutan Taman Eden 100 Desa Lumban Rang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara dengan ketinggian 1000-2000 m diatas permukaan laut, yang di mulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan Taman Eden 100 secara administratif berada di desa Lumban Rang, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di antara 02o39’00” LU - 02o42’00” LU dan 98o62’00” BT - 98o64’00” BT. Lokasi ini berjarak ±16 km dari Parapat dan ±55 km dari kota Balige. Hutan Taman Eden 100 berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Ajibata Kabupaten Simalungun Sebelah Selatan : Desa Sionggang Tengah dan Sionggang Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Sipanganbolon

Sebelah Timur : Lumban Julu

Hutan Taman Eden 100 merupakan daerah yang terdiri dari tebing-tebing yang tinggi, jurang yang terjal, sungai yang deras, sehingga setengah dari luas hutan ini praktis belum terjamah tangan manusia. Hutan wisata Taman Eden 100 memiliki kelembaban relatif berkisar antara 72-92%, dengan kisaran suhu yaitu 17-27oC dan kecepatan angin berkisar antara 1-4 knot. Hutan Taman Eden 100 memiliki tekstur tanah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat,


(30)

berlempung halus, liat berdebu, lempung berdebu, lempung liat berdebu dan berdebu halus dengan pH tanah 4,2-6,9 serta suhu tanah berkisar antara 16-24oC. Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari famili Annonaceae, Myrtaceae, Araceae, Euphorbiaceae, Papilionaceae, Rubiaceae, Caesalpiniaceae, Mimosaceae, Rosaceae, Zingiberaceae dan Orchidaceae.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah anggrek yang terdapat di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, kantong plastik transparan, karung ukuran 50 kg, tali plastik, kertas koran dan Petroleum eter 50%.

Alat yang digunakan adalah buku identifikasi, kamera digital, pacak, galah, parang, gunting stek, meteran, spidol, teropong, handsprayer, kalkulator, alat tulis dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Eksplorasi

Eksplorasi dilakukan dengan metode jelajah. Penentuan petak sampel dilakukan dengan metode Non-Probability (Tidak Acak) dengan teknik purposive sampling dimana penelusuran dilakukan menurut jalan setapak dengan jarak masing-masing 20 meter ke kiri dan ke kanan jalan setapak. Anggrek yang ditemui dilapangan diberi kode dan dijadikan herbarium basah lalu diinventaris dan diidentifikasi jenisnya.


(31)

Inventarisasi

Inventarisasi dilakukan secara eksploratif. Untuk mengetahui jumlah populasi dan indeks nilai penting jenis anggrek dilakukan pengamatan jumlah individu dan frekuensinya. Pengamatan dilakukan pada setiap kali penjumpaan. Setiap kali dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan penjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Indeks nilai penting dihitung dari penjumlahan kerapatan relatif dan frekuensi relatif.

Identifikasi

Identifikasi tingkat marga dilakukan dengan cara melakukan pengamatan morfologi tumbuhan. Bagian tanaman yang diamati adalah daun, batang, akar dan bunga. Untuk mengidentifikasi sampai tingkat jenis diperlukan pengamatan morfologi bunganya. Metode identifikasi dilakukan dengan cara pembuatan herbarium basah dan penelusuran pustaka

Analisis Data

Analisis ekologi

Metode yang digunakan untuk inventarisasi jenis anggrek adalah analisis Cluster dengan teknik non hierarki. Anggrek dikelompokkan menurut kesamaan tempat tumbuhnya. Anggrek yang ditemukan dikelompokkan kedalam 3 kelompok (cluster) yaitu :

1. Anggrek Epifit (anggrek penumpang) 2. Anggrek Saprofit (anggrek humus) 3. Anggrek Teresterial (anggrek tanah)


(32)

Pada kegiatan inventarisasi anggrek pengamatan dilakukan pada setiap kali perjumpaan. Jadi setiap kali berjalan dijumpai anggrek, maka pada saat itu pula dilakukan pengamatan populasi dan pengulangan perjumpaan dihitung sebagai frekuensinya. Persentase kemelimpahan dihitung dari penjumlahan persentase jumlah individu dan persentase frekuensi keterdapatannya.

Analisis data ekologi anggrek dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut (Krebs, 1985) :

a. Kerapatan (K) Kerapatan (K) = b. Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan Relatif (KR) = c. Frekuensi (F)

Frekuensi (F) suatu spesies dihitung pada setiap pengulangan perjumpaan. d. Frekuensi relatif (FR)

Frekuensi Relatif (FR) = e. Indeks Nilai Penting (INP)

Untuk mengetahui jenis anggrek yang dominan maka dihitung dengan rumus : INP = KR+FR

f. Indeks Keanekaragaman (Diversitas)

Digunakan untuk menyatakan hubungan kemelimpahan spesies dalam komunitas dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wienner sebagai berikut :


(33)

s H’ = i=1 Dimana : pi =

Ni = jumlah individu suatu spesies N = jumlah individu seluruh jenis Ln = Log natural

Identifikasi Indeks Keanekaragaman Jenis sebagai berikut : 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman H’<1

2. Sedang, bila indeks keanekaragaman 1≤ H’≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman H’>3 g. Indeks Keseragaman (Equitabilitas)

Setelah diketahui indeks keanekaragaman, maka dapat juga dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan anggrek dapat menggunakan indeks Equitabilitas (E’). Indeks Equitabilitas (E’) =

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner Hmaks = Ln S ; S = jumlah spesies

Identifikasi indeks keseragaman sebagai berikut : 1. Rendah, bila indeks keseragaman <0,5 2. Tinggi, bila indeks keseragaman 0,5-1


(34)

Analisis taksonomi

Jenis-jenis anggrek yang ditemukan dideskripsi dengan cara membuat keterangan morfologi yang dilengkapi dengan foto, habitat dan distribusi dari masing-masing jenis.

Pelaksanaan Penelitian 1. Di lapangan

a. Persiapan bahan dan alat

Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi dan inventarisasi di lapangan dipersiapkan yaitu kantong plastik transparan, karung ukuran 50 kg, tali plastik, kertas koran, Petroleum eter 50 %. Alat yang dibawa adalah kamera digital, pacak, parang, galah, gunting stek, meteran, spidol, teropong, handsprayer, alat tulis.

b. Pengukuran lokasi penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Sebagai acuan digunakan jalan setapak dengan batas pengamatan masing-masing 20 meter ke kedua sisi jalan setapak. Batas pengamatan ditandai dengan menggunakan pacak dan tali plastik.

c. Pengambilan foto

Pengambilan foto dilakukan dengan kamera digital. Yang difoto adalah habitat dari spesies anggrek yang ditemukan. Foto anggrek tersebut kemudian dicetak untuk digunakan pada kegiatan inventarisasi.


(35)

d. Pengambilan sampel

Tanaman sampel yang diambil adalah 1 tanaman yang mewakili setiap spesies yang berbeda. Tanaman sampel yang diambil berukuran tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil dan memiliki semua bagian morfologi tanaman (daun, batang, akar, bunga dan buah (bila ada). Setiap tanaman sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang berbeda kemudian disusun ke dalam karung ukuran 50 kg.

e. Pemberian kode

Untuk mempermudah proses eksplorasi dan inventarisasi anggrek di lapangan perlu dibuat kode yang berbeda untuk masing-masing spesies yang ditemukan. Tanaman anggrek yang ditemukan diberi kode berurutan mulai dari A1, A2, A3, A4, dan seterusnya.

f. Inventarisasi anggrek

Setiap spesies anggrek yang ditemukan dihitung dan dicatat populasinya untuk dapat menentukan kemelimpahan dan tingkat dominasi anggrek tersebut. 2. Di laboratorium

a. Pembuatan herbarium basah

Kegiatan eksplorasi, inventarisasi dan identifikasi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan suatu langkah antisipasi untuk menghindarkan tanaman sampel menjadi keriput. Tanaman sampel yang keriput akan mempersulit proses identifikasi. Setiap tanaman sampel dijadikan herbarium basah dengan Petroleum eter. Dengan menggunakan handsprayer, larutan Petroleum eter disemprotkan secara merata ke seluruh permukaan tanaman.


(36)

Kemudian tanaman dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan.

b. Identifikasi anggrek

Untuk mengetahui genus dan spesies anggrek yang ditemukan maka perlu dilakukan kegiatan identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi dan kunci daterminasi anggrek.

Buku identifikasi yang digunakan antara lain : 1. Orchids of Sumatera (Comber, 2001) 2. Tumbuhan Monokotil (Sudarnadi, 1996) 3. Flora Pegunungan Jawa (Van Steenis) 4. Exotic Plant Manual (Alfred Byrd Graf) 5. Phalaenopsis Spesies (Rizal djafareer)

6. Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung (Retno Widhiastuti dkk, 2007)

7. Jenis-jenis Anggrek (Sastrapradja dkk., 1979) 8. Anggrek Indonesia (Sastrapradja dkk., 1976) 9. Growing Your Own Orchids (Wilma Rittershausen)

Selain itu juga digunakan berbagai buku determinasi anggrek yaitu : 1. Flora (Van Steenis, 1979)

2. Panduan Karakterisasi Tanaman Anggrek (Balai Penelitian Tanaman Hias, Departemen Pertanian)


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

EKSPLORASI

Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terdapat 112 spesies anggrek yang tercakup ke dalam 38 genus, dimana anggrek epifit paling banyak yaitu 78 spesies yang tercakup ke dalam 24 genus (tabel 2a), anggrek teresterial 32 spesies yang tercakup ke dalam 18 genus (tabel 2b) dan anggrek saprofit 2 spesies yang tercakup ke dalam 2 genus (tabel 2c).

Tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit

No Genus Spesies

1 Agrostophyllum Agrostophyllum laxum 2 Appendicula 1. Appendicula pauciflora

3 2. Appendicula ramosa

4 3. Appendicula sp 1

5 Arundina Arundina sp

6 Ascidieria Ascidieria longifolia 7

Bulbophyllum

1. Bulbophyllum adelphidium

8 2. Bulbophyllum biflorum

9 3. Bulbophyllum fladiflorum

10 4. Bulbophyllum lobbii

11 5. Bulbophyllum longivagans

12 6. Bulbophyllum mirum

13 7. Bulbophyllum odoratum

14 8. Bulbophyllum ovalifolium

15 9. Bulbophyllum romburghii

16 10. Bulbophyllum stelis

17 11. Bulbophyllum virescens

18 12. Bulbophyllum sp 1

19 13. Bulbophyllum sp 2


(38)

Lanjutan tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit

No Genus Spesies 21

Bulbophyllum

15. Bulbophyllum sp 4

22 16. Bulbophyllum sp 5

23 17. Bulbophyllum sp 6

24 18. Bulbophyllum sp 7

25 19. Bulbophyllum sp 8

26 20. Bulbophyllum sp 9

27 21. Bulbophyllum sp 10

28

Ceratostylis 1. Ceratostylis radiata

29 2. Ceratostylis subulata

30 Cleistoma Cleistoma muticum 31

Coelogyne

1. Coelogyne brachygine 32 2. Coelogyne cuprea

33 3. Coelogyne dayana

34 4. Coelogyne pandurata

35 5. Coelogyne salmonicolor

36 6. Coelogyne sp

37

Cymbidium

1. Cymbidium bicolor

38 2. Cymbidium dayanum

39 3. Cymbidium lancifolium

40 4. Cymbidium sp

41

Dendrobium

1. Dendrobium compressistylum

42 2. Dendrobium indragiriense

43 3. Dendrobium kuyperi

44 4. Dendrobium sp 1

45 5. Dendrobium sp 2

46 6. Dendrobium sp 3

47 7. Dendrobium sp 4

48 8. Dendrobium sp 5

49

Dendrochylum 1. Dendrochylum sp 1

50 2. Dendrochylum sp 2

51

Eria

1. Eria pachystochya

52 2. Eria taluensis

53 3. Eria tjadasmalangensis

54 4. Eria sp 1

55 5. Eria sp 2


(39)

Lanjutan tabel 2a: Keragaman jenis anggrek epifit

No Genus Spesies 59 Eria 9. Eria sp 6

60 Gastrochilus Gastrochilus sororius 61 Malaxis Malaxis sp 1

62 Oberonia Oberonia lotsyana 63 Octarrhena Octarrhena parvula 64 Phalaenopsis Phalaenopsis sp 65

Podochilus

1. Podochilus microphylum

66 2. Podochilus muricatum

67 3. Podochilus sp 1

68 4. Podochilus sp 2

69 5. Podochilus sp 3

70 Renanthera Renanthera angustifolia 71 Schoenorchis Schoenorchis sumatrana 72

Thrixpermum 1. Trixpermum centipeda

73 2. Trixpermum sp

74 Trichoglottis Trichoglottis adnata 75

Trichotosia

1. Trichotosia velutina

76 2. Trichotosia sp1

77 3. Trichotosia sp2

78 Vanda Vanda sp

Banyaknya spesies anggrek epifit yang ditemukan disebabkan oleh tekstur batang pohon inang yang rata, kasar dan sedikit retak-retak (mengelupas), sehingga banyak debu yang menempel pada batang pohon tersebut. Debu ini dalam kurun waktu yang lama akan menumpuk dan tersiram oleh air hujan menyebabkan batang pohon tersebut menjadi lembab, kondisi yang demikian cocok untuk pertumbuhan anggrek epifit. Menurut Amalia (2004), tipe kulit batang pohon dengan permukaan yang rata dan sedikit retak-retak yang paling banyak jumlah individu epifitnya. Gunadi (1985) juga menyatakan kebanyakan anggrek tropis ditemui hidup menempel di pohon lain secara epifitis, artinya ia menumpang tapi tidak mempunyai hubungan organis dengan pohon inangnya itu.


(40)

Dari tabel di atas diketahui spesies terbanyak adalah genus Bulbophyllum yaitu 21 spesies kemudian genus Eria dengan 9 spesies dan Dendrobium dengan 8 spesies. Banyaknya spesies dari genus Bulbophyllum diakibatkan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Terdapat banyak pohon besar dan tinggi sehingga memudahkan penyebaran biji melalui angin, dan didukung oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang cocok untuk pertumbuhannya. Menurut Gunadi (1985), kisaran suhu anggrek Bulbophyllum adalah berkisar antara 15-19 o

C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rifai (1993), bahwa jumlah jenis anggrek yang hidup sebagai epifit pada pepohonan belantara pegunungan sangatlah besar, terutama dari jenis-jenis Bulbophyllum. Menurut Steenis (1997), Bulbophyllum sering ditemukan tumbuh menumpang pada batang-batang pohon yang tinggi. Purwanto et all (2005) juga menyatakan anggrek spesies liar seperti genus Bulbophyllum memiliki daerah penyebaran yang relatif luas.


(41)

Gambar 3. grafik keragaman spesies pada genus anggrek epifit

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa genus Bulbophyllum memiliki persentase tertinggi yaitu 27 % kemudian menyusul genus Eria yaitu 12 % dan Dendrobium 10 %.

27%

3% 8%

5% 10%

3%

1% 1%

1% 1%

3%

6% 1%

1% 4%

1% 1% 1%

12%

1% 1%

4% 1%

1%

Agrostophyllum Appendicula Arundina Ascidieria

Bulbophylum Ceratostylis Cleistoma Coelogyne

Cymbidium Dendrobium Dendrochylum Eria

Gastrochilus Malaxis Oberonia Octarrhena

Phalaenopsis Podochilus Renanthera Schoenorchis


(42)

Tabel 2b : Keragaman jenis anggrek teresterial

No Genus Spesies

1 Agrostophyllum Agrostophyllum bicuspidatum 2 Apostasia Apostasia sp

3

Appendicula

Appendicula alba 4 Appendicula sp 2 5 Arundina Arundina graminifolia 6

Calanthe

1. Calanthe chrysoglossoides

7 2. Calanthe speciosa

8 3. Calanthe triplicata

9 Dendrobium Dendrobium sociale 10 Eria Eria densa

11

Goodyera 1. Goodyera schlectendaliana

12 2. Goodyera sp

13 Lepidogyne Lepidogyne longifolia 14

Liparis

1. Liparis elegans

15 2. Liparis pallida

16 3. Liparis rheedii

17 4. Liparis terrestris

18 Macodes Macodes petola 19 Malaxis Malaxis sp 2 20

Neuwiedia

1. Neuwiedia veratrifolia

21 2. Neuwiedia zollingeri

22 3. Neuwiedia sp

23

Paphiopedilum 1.Paphiopedilum curtisii

24 2. Paphiopedilum tonsum

25

Phaius

1. Phaius corymbioides

26 2. Phaius flavus

27 3. Phaius sp

28 Platanthera Platanthera angustata 29

Spathoglottis 1. Spathoglottis aurea

30 2. Spathoglottis plicata

31

Vanilla 1. Vanilla sp1

32 2. Vanilla sp2

Dari tabel di atas diketahui bahwa spesies terbanyak terdapat pada genus Liparis yaitu 4 spesies kemudian menyusul genus Calanthe, Neuwiedia, dan


(43)

lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhannya. Menurut Fitter & Hay (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik

langsung atau tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan pembungaan.

Gambar 4. grafik keragaman spesies pada genus anggrek teresterial

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa genus Liparis memiliki persentase tertinggi yaitu 13 %, kemudian menyusul genus Calanthe, Neuwiedia dan Phaius masing-masing 9 %.

9% 6%

9% 3%

6% 6%

3% 3% 6%

3% 9%

3% 3% 6% 3% 13%

3% 3%

Agrostophyllum Apostasia Appendicula Arundina

Calanthe Dendrobium Eria Goodyera

Lepidogyne Liparis Macodes Malaxis

Neuwiedia Paphiopedilum Phaius Platanthera Spathoglottis Vanilla


(44)

Tabel 2c : Keragaman jenis anggrek saprofit

No Genus Spesies

1 Anoectochylus Anoectochylus longicalcaratus 2 Corybas Corybas stenotribonos

Dari tabel diketahui bahwa masing-masing genus mempunyai 1 spesies. Sedikitnya spesies maupun genus pada anggrek saprofit yang ditemukan di lapangan disebabkan oleh lingkungan yang kurang sesuai. Vegetasi pohon yang tidak terlalu rapat menyebabkan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan tanah tinggi. Anggrek saprofit hanya memerlukan sedikit atau tidak ada cahaya matahari sama sekali dalam proses hidupnya. Pranata (2005) menyatakan bahwa umumnya anggrek saprofit berukuran kecil dan sangat jarang. Anggrek ini tumbuh di media yang mengandung humus atau daun-daun kering dan sangat sedikit membutuhkan cahaya.

Gambar 5. grafik keragaman spesies pada genus anggrek saprofit

50% 50%


(45)

Dari hasil penelitian di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir ditemukan beberapa jenis anggrek yang endemik/langka yaitu Corybas stenotribonos, Eria taluensis, Bulbophyllum longivagans dan Paphiopedilum tonsum, Paphiopedilum curtisii, Schoenorchis sumatrana dan Trichoglottis adnata. Hal ini diketahui dari penelitian Comber (2001) yang menyatakan bahwa Corybas stenotribonos dan Bulbophyllum longivagans adalah jenis anggrek yang jarang ditemui karena sangat rentan terhadap perubahan iklim. Sedangkan Paphiopedilum tonsum hanya tumbuh pada habitat yang mengandung banyak serasah pohon.

Ditemukannya beberapa jenis anggrek endemik di kawasan hutan Taman Eden 100 menandakan bahwa habitat atau kondisi lingkungan di hutan tersebut masih baik dan alami untuk pertumbuhan anggrek. Menurut Anwar et all (1984), faktor iklim yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di pegunungan adalah kelebaban udara, unsur hara, cahaya matahari, pengaruh angin dan suhu.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa kawasan hutan taman eden 100 memiliki kekayaan jenis anggrek yang tinggi. Hal ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widhiastuti et all (2007), melaporkan bahwa di kawasan hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 45 spesies anggrek yang terdiri atas 7 jenis anggrek teresterial dan 38 anggrek epifit. Sedangkan Ruhana (2003), menyatakan terdapat 10 jenis anggrek teresterial dan 25 jenis anggrek epifit di stasiun penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh.


(46)

INVENTARISASI

Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis angrek

Hasil penelitian di lapangan dengan luas lokasi penelitian 36,4 ha menunjukkan jumlah populasi, frekuensi dan kerapatan yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 3a, tabel 3b dan tabel 3c.

Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K) 1 Agrostophyllum laxum 73 48 2.0055 2 Appendicula pauciflora 437 403 12.0055 3 Appendicula ramosa 336 334 9.2308 4 Appendicula sp 1 41 32 1.1264 5 Arundina sp 78 52 2.1429 6 Ascidieria longifolia 12 12 0.3297 7 Bulbophyllum adelphidium 42 10 1.1538 8 Bulbophyllum biflorum 33 31 0.9066 9 Bulbophyllum fladiflorum 254 216 6.9780

10 Bulbophyllum lobbii 16 16 0.4396

11 Bulbophyllum longivagans 322 226 8.8462

12 Bulbophyllum mirum 8 5 0.2198

13 Bulbophyllum odoratum 43 43 1.1813

14 Bulbophyllum ovalifolium 203 184 5.5769

15 Bulbophyllum romburghii 48 21 1.3187

16 Bulbophyllum stelis 42 14 1.1538

17 Bulbophyllum virescens 83 34 2.2802

18 Bulbophyllum sp 1 87 32 2.3901

19 Bulbophyllum sp 2 32 22 0.8791

20 Bulbophyllum sp 3 30 14 0.8242

21 Bulbophyllum sp 4 41 16 1.1264

22 Bulbophyllum sp 5 36 24 0.9890

23 Bulbophyllum sp 6 56 21 1.5385

24 Bulbophyllum sp 7 52 36 1.4286

25 Bulbophyllum sp 8 24 18 0.6593


(47)

Lanjutan Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)

28 Ceratostylis radiata 17 17 0.4670

29 Ceratostylis subulata 35 24 0.9615

30 Cleistoma muticum 11 11 0.3022

31 Coelogyne brachygine 62 62 1.7033

32 Coelogyne cuprea 132 103 3.6264

33 Coelogyne dayana 36 23 0.9890

34 Coelogyne pandurata 37 23 1.0165

35 Coelogyne salmonicolor 116 97 3.1868

36 Coelogyne sp 40 20 1.0989

37 Cymbidium bicolor 64 42 1.7582

38 Cymbidium dayanum 34 34 0.9341

39 Cymbidium lancifolium 38 7 1.0440

40 Cymbidium sp 61 61 1.6758

41 Dendrobium compressistylum 20 20 0.5495

42 Dendrobium indragiriense 78 78 2.1429

43 Dendrobium kuyperi 34 12 0.9341

44 Dendrobium sp 1 41 33 1.1264

45 Dendrobium sp 2 34 34 0.9341

46 Dendrobium sp 3 56 38 1.5385

47 Dendrobium sp 4 15 9 0.4121

48 Dendrobium sp 5 23 14 0.6319

49 Dendrochylum sp 1 73 73 2.0055

50 Dendrochylum sp 2 25 25 0.6868

51 Eria pachystochya 16 12 0.4396

52 Eria taluensis 42 42 1.1538

53 Eria tjadasmalangensis 23 16 0.6319

54 Eria sp 1 23 23 0.6319

55 Eria sp 2 21 19 0.5769

56 Eria sp 3 72 72 1.9780

57 Eria sp 4 83 66 2.2802

58 Eria sp 5 41 38 1.1264

59 Eria sp 6 76 48 2.0879

60 Gastrochilus sororius 24 24 0.6593

61 Malaxis sp 1 13 4 0.3571

62 Oberonia lotsyana 36 5 0.9890

63 Octarrhena parvula 34 8 0.9341


(48)

Lanjutan Tabel 3a : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek epifit

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)

65 Podochilus microphylum 237 74 6.5110

66 Podochilus muricatum 69 69 1.8956

67 Podochilus sp 1 11 11 0.3022

68 Podochilus sp 2 28 28 0.7692

69 Podochilus sp 3 14 14 0.3846

70 Renanthera angustifolia 20 20 0.5495

71 Schoenorchis sumatrana 18 6 0.4945

72 Trixpermum centipeda 20 19 0.5495

73 Trixpermum sp 46 32 1.2637

74 Trichotosia velutina 84 84 2.3077

75 Trichotosia sp 1 14 14 0.3846

76 Trichotosia sp 2 8 8 0.2198

77 Trighoglottis adnata 63 63 1.7308

78 Vanda sp 4 1 0.1099

Total 4709 3591 129.3686

Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 437 individu, kemudian menyusul Appendicula ramosa (336) dan Bulbophyllum longivagans (322). Sedangkan populasi terkecil terdapat pada spesies Phalaenopsis sp yaitu 1 individu. Tingginya populasi Appendicula pauciflora disebabkan iklim yang sesuai untuk perkembangan spesies ini. Pohon yang tidak terlalu rapat menyebabkan cahaya yang masuk cukup banyak. Menurut Latif (1960), anggrek akan tumbuh optimal pada daerah dengan pencahayaan yang sesuai.

Frekuensi tertinggi terdapat pada Appendicula pauciflora yaitu 403 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Phalaenopsis sp dan Vanda sp yaitu masing-masing 1 kali. Tingginya frekuensi spesies Appendicula


(49)

Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 12,0055 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Phalaenopsis sp yaitu 0,0275 individu per ha. Tingginya kerapatan spesies Appendicula pauciflora disebabkan anggrek ini mempunyai bunga yang banyak yang menghasilkan banyak biji sehingga membuat penyebarannya tinggi. Selain itu suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya kawasan hutan Taman Eden yang sesuai untuk spesies ini membuat perkembanganya sangat pesat. Menurut Siregar (2005), bahwa seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat, suhu udara akan semakin berkurang sedangkan intensitas cahaya dan kelembaban semakin meningkat, hal ini disebabkan karena tajuk/kanopi sudah jarang sehingga cahaya matahari dengan mudah sampai ke lantai hutan tanpa penghalang.

Tabel 3b : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)

1 Agrostophyllum bicuspidatum 63 27 1.7308 2 Apostasia sp 31 31 0.8516 3 Appendicula alba 206 205 5.6593 4 Appendicula sp 2 135 83 3.7088 5 Arundina graminifolia 17 17 0.4670 6 Calanthe chrysoglossoides 54 53 1.4835 7 Calanthe speciosa 23 23 0.6319 8 Calanthe triplicata 72 72 1.9780 9 Dendrobium sociale 679 253 18.6538

10 Eria densa 36 21 0.9890

11 Goodyera schlectendaliana 12 12 0.3297

12 Goodyera sp 28 16 0.7692

13 Lepidogyne longifolia 30 30 0.8242

14 Liparis elegans 136 128 3.7363

15 Liparis pallida 51 51 1.4011

16 Liparis rheedii 36 16 0.9890

17 Liparis terrestris 73 73 2.0055

18 Macodes petola 12 10 0.3297


(50)

Lanjutan tabel 3b : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek teresterial

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)

20 Neuwiedia veratrifolia 33 26 0.9066

21 Neuwiedia zollingeri 24 16 0.6593

22 Neuwiedia sp 23 18 0.6319

23 Paphiopedilum curtisii 48 48 1.3187

24 Paphiopedilum tonsum 152 152 4.1758

25 Phaius corymbioides 32 32 0.8791

26 Phaius flavus 18 18 0.4945

27 Phaius sp 23 23 0.6319

28 Platanthera angustata 21 21 0.5769

29 Spathoglottis aurea 14 14 0.3846

30 Spathoglottis plicata 29 9 0.7967

31 Vanilla sp 1 12 12 0.3297

32 Vanilla sp 2 7 7 0.1923

Total 2204 1577 60.5494

Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 679 individu, kemudian menyusul Appendicula alba (206) dan Phapiopedilum tonsum (152). Sedangkan populasi terkecil terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 7 individu, kemudian spesies Vanilla sp 1, Macodes petola dan Goodyera schlectendaliana masing-masing 12 individu.

Dendrobium sociale tumbuh secara teresterial berbeda dengan spesies Dendrobium pada umumnya yang tumbuh secara epifit. Spesies ini tumbuh berkelompok dan menyebar secara merata di permukaan tanah yang mengandung humus. Pola penyebaran yang berkelompok disebabkan karena tumbuhan tersebut memilih habitat yang paling sesuai di dalam hutan, baik sesuai dengan faktor fisik lingkungannya maupun tersedianya unsur hara di dalam tanah. Suin (2002),


(51)

serta ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan yang hidup di dalamnya sangat menetukan tumbuhan tersebut hidup berkelompok.

Frekuensi tertinggi terdapat pada Dendrobium sociale yaitu 253 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 7 kali. Tingginya frekuensi spesies Dendrobium sociale disebabkan oleh jumlah populasi yang besar dan penyebaran yang luas.

Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 18,6538 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Vanilla sp 2 yaitu 0,1923 individu per ha. Tingginya kerapatan spesies Dendrobium sociale disebabkan kondisi iklim hutan yang sesuai untuk pertumbuhan spesies ini. Kondisi hutan yang sebagian besar setengah ternaungi membuat spesies ini tumbuh dengan pesat. Anggrek genus Dendrobium tumbuh dengan baik pada suhu 26-27oC pada siang hari dan 15-16oC pada malam hari serta kelembaban udara rata-rata 60-90 %. Menurut Anwar et all (1984), faktor fisik lingkungan yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan di daerah pegunungan adalah ketinggian, suhu udara dan kelembaban, dimana untuk setiap kenaikan 100 meter dpl, suhu turun 0,6 oC, sedangkan menurut Harwati (2007), setiap jenis anggrek membutuhkan cahaya matahari yang berbeda-beda, intensitas cahaya yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kebutuhan optimal tanaman anggrek menyebabkan pertumbuhannya terhambat.

Tabel 3c : Tingkat populasi, frekuensi dan kerapatan jenis anggrek saprofit

No Spesies Populasi Frekuensi (F) Kerapatan (K)

1 Anoectochylus longicalcaratus 74 61 2.0330 2 Corybas stenotribonos 633 56 17.3901


(52)

Dari tabel di atas bahwa populasi terbanyak terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 633 individu, sedangkan populasi terendah terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 74 individu. Tingginya populasi spesies Corybas stenotribonos disebabkan oleh sifatnya yang tumbuh berkelompok dan mempunyai siklus hidup yang relatif pendek. Hutan Taman Eden 100 mempunyai banyak serasah pohon dan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan spesies ini. Comber (2001) menyatakan bahwa anggrek jenis Corybas stenotribonos hanya akan tumbuh pada daerah yang kondisi tanah dan iklimnya benar-benar sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Frekuensi tertinggi terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 61 kali. Sedangkan frekuensi terendah terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 56 kali. Tingginya frekuensi Anoectochylus longicalcaratus disebabkan sifat tumbuhnya yang menyebar dan tidak berkelompok.

Kerapatan (K) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 17,3901 individu per ha sedangkan kerapatan terendah adalah spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 2,0330 individu per ha. Tingginya keraptan pada spesies Corybas stenotribonos disebabkan anggrek ini mempunyai biji yang banyak dan ringan sehingga memudahkan penyebarannya melalui angin. Menurut van Stenis (1997), bahwa anggrek memiliki buah kotak yang memiliki 6 celah, pada setiap celah terdapat biji yang banyak dan ringan yang mudah terbawa angin sehingga memudahkan dalam penyebarannya.


(53)

Tingkat kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek

Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, menunjukkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 4a, tabel 4b dan tabel 4c.

Tabel 4a : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

1 Agrostophyllum laxum 1.5502 1.3367 2.8869 2 Appendicula pauciflora 9.2801 11.2225 20.5026 3 Appendicula ramosa 7.1353 9.3010 16.4363 4 Appendicula sp 1 0.8707 0.8911 1.7618 5 Arundina sp 1.6564 1.4481 3.1045 6 Ascidieria longifolia 0.2549 0.3342 0.5891 7 Bulbophyllum adelphidium 0.8919 0.2785 1.1704 8 Bulbophyllum biflorum 0.7008 0.8633 1.5641 9 Bulbophyllum fladiflorum 5.3939 6.0150 11.4089 10 Bulbophyllum lobbii 0.3398 0.4456 0.7854 11 Bulbophyllum longivagans 6.8380 6.2935 13.1315 12 Bulbophyllum mirum 0.1699 0.1392 0.3091 13 Bulbophyllum odoratum 0.9131 1.1974 2.1105 14 Bulbophyllum ovalifolium 4.3109 5.1239 9.4348 15 Bulbophyllum romburghii 1.0193 0.5848 1.6041 16 Bulbophyllum stelis 0.8919 0.3899 1.2818 17 Bulbophyllum virescens 1.7626 0.9468 2.7094

18 Bulbophyllum sp 1 1.8475 0.8911 2.7386

19 Bulbophyllum sp 2 0.6795 0.6126 1.2921

20 Bulbophyllum sp 3 0.6371 0.3899 1.0270

21 Bulbophyllum sp 4 0.8707 0.4456 1.3163

22 Bulbophyllum sp 5 0.7645 0.6683 1.4328

23 Bulbophyllum sp 6 1.1892 0.5848 1.7740

24 Bulbophyllum sp 7 1.1043 1.0025 2.1068

25 Bulbophyllum sp 8 0.5096 0.5013 1.0109

26 Bulbophyllum sp 9 0.4884 0.4456 0.9340

27 Bulbophyllum sp 10 0.7220 0.8354 1.5574 28 Ceratostylis radiata 0.3610 0.4734 0.8344


(54)

Lanjutan tabel 4a : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

29 Ceratostylis subulata 0.7432 0.6683 1.4115 30 Cleistoma muticum 0.2336 0.3063 0.5399 31 Coelogyne brachygine 1.3166 1.7265 3.0431 32 Coelogyne cuprea 2.8032 2.8683 5.6715 33 Coelogyne dayana 0.7645 0.6405 1.405 34 Coelogyne pandurata 0.7857 0.6405 1.4262 35 Coelogyne salmonicolor 2.4633 2.7012 5.1645 36 Coelogyne sp 0.8494 0.5569 1.4063 37 Cymbidium bicolor 1.3591 1.1696 2.5287 38 Cymbidium dayanum 0.722 0.9468 1.6688 39 Cymbidium lancifolium 0.807 0.1949 1.0019 40 Cymbidium sp 1.2954 1.6987 2.9941 41 Dendrobium compressistylum 0.4248 0.5569 0.9817 42 Dendrobium indragiriense 1.6564 2.1721 3.8285 43 Dendrobium kuyperi 0.722 0.3342 1.0562 44 Dendrobium sp 1 0.8707 0.919 1.7897 45 Dendrobium sp 2 0.722 0.9468 1.6688 46 Dendrobium sp 3 1.1892 1.0582 2.2474 47 Dendrobium sp 4 0.3185 0.2506 0.5691 48 Dendrobium sp 5 0.4884 0.3899 0.8783 49 Dendrochylum sp 1 1.5502 2.0329 3.5831 50 Dendrochylum sp 2 0.5309 0.6962 1.2271 51 Eria pachystochya 0.3398 0.3342 0.674 52 Eria taluensis 0.8919 1.1696 2.0615 53 Eria tjadasmalangensis 0.4884 0.4456 0.934 54 Eria sp 1 0.4884 0.6405 1.1289 55 Eria sp 2 0.4459 0.5291 0.975 56 Eria sp 3 1.529 2.005 3.534 57 Eria sp 4 1.7626 1.8379 3.6005 58 Eria sp 5 0.8707 1.0582 1.9289 59 Eria sp 6 1.6139 1.3367 2.9506 60 Gastrochilus sororius 0.5096 0.6683 1.1779 61 Malaxis sp 1 0.276 0.1114 0.3874 62 Oberonia lotsyana 0.7645 0.1392 0.9037 63 Octarrhena parvula 0.722 0.2228 0.9448 64 Phalaenopsis sp 0.0213 0.0278 0.0491


(55)

Lanjutan tabel 4a : nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek epifit

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

67 Podochilus sp 1 0.2336 0.3063 0.5399 68 Podochilus sp 2 0.5946 0.7797 1.3743 69 Podochilus sp 3 0.2973 0.3899 0.6872 70 Renanthera angustifolia 0.4248 0.5569 0.9817 71 Schoenorchis sumatrana 0.3822 0.1671 0.5493 72 Trixpermum centipeda 0.4248 0.5291 0.9539 73 Trixpermum sp 0.9768 0.8911 1.8679 74 Trichotosia velutina 1.7838 2.3392 4.123 75 Trichotosia sp 1 0.2973 0.3899 0.6872 76 Trichotosia sp 2 0.1699 0.2228 0.3927 77 Trighoglottis adnata 1.3379 1.7544 3.0923 78 Vanda sp 0.085 0.0278 0.1128

Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 9,2801% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Phalaenopsis sp yaitu 0,0213%. Tingginya nilai kerapatan relatif spesies Appendicula pauciflora dibandingkan spesies lainnya disebabkan oleh banyaknya populasi dan penyebarannya yang dapat ditemukan di semua tempat di kawaan hutan Taman Eden 100.

Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 11,2225% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Phalaenopsis sp yaitu 0,0278%. Nilai frekuensi relatif yang lebih tinggi pada spesies Appendicula pauciflora disebabkan penyebarannya yang luas dan menghasilkan banyak biji sehingga mudah terpencar oleh angin. Polunin (1994) menyatakan bahwa pemencaran biji yang berukuran sangat kecil dengan bantuan angin dapat mencapai jarak beratus mil tanpa kehilangan kemampuannya untuk mulai dengan kehidupan yang baru setelah memperoleh kondisi yang sesuai.


(56)

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Appendicula pauciflora yaitu 10,5026% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Phalaenopsis sp yaitu 0,0491%. Tingginya nilai Indeks Nilai Penting (INP) spesies Appendicula pauciflora disebabkan tingginya kerapatan dan frekuensi anggrek ini. Hal ini juga menunjukkan bahwa jenis anggrek ini mendominasi anggrek epifit di kawasan hutan Taman Eden 100. Menurut Irwan (1997) menyatakan bahwa jenis yang mengendalikan suatu komunitas dapat menentukan keanekaragaman dan aspek struktur komunitas.

Tabel 4b : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

1 Agrostophyllum bicuspidatum 2.8585 1.7121 4.5706 2 Apostasia sp 1.4065 0.0197 1.4262 3 Appendicula alba 9.3466 12.9994 22.346 4 Appendicula sp 2 6.1252 5.2632 11.3884 5 Arundina graminifolia 0.7713 1.078 1.8493 6 Calanthe chrysoglossoides 2.4501 3.3608 5.8109 7 Calanthe speciosa 1.0436 1.4585 2.5021 8 Calanthe triplicata 3.2668 4.5656 7.8324 9 Dendrobium sociale 30.8076 16.0431 46.8507 10 Goodyera schlectendaliana 1.6334 0.0133 1.6467

11 Eria densa 0.5445 0.7609 1.3054

12 Goodyera sp 1.2704 1.0146 2.285

13 Lepidogyne longifolia 1.3612 1.9023 3.2635

14 Liparis elegans 6.1707 8.1167 14.2874

15 Liparis pallida 2.314 3.234 5.548

16 Liparis rheedii 1.6334 1.0146 2.648

17 Liparis terrestris 3.3122 4.629 7.9412

18 Macodes petola 0.5445 0.6341 1.1786

19 Malaxis sp 2 3.3576 3.8047 7.1623

20 Neuwiedia veratrifolia 1.4973 1.6487 3.146 21 Neuwiedia zollingeri 1.0889 1.0146 2.1035


(57)

Lanjutan tabel 4b : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis anggrek teresterial

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

25 Phaius corymbioides 1.4519 2.0292 3.4811 26 Phaius flavus 0.8167 1.1414 1.9581 27 Phaius sp 1.0436 1.4585 2.5021 28 Platanthera angustata 0.9528 1.3316 2.2844 29 Spathoglottis aurea 0.6352 0.8878 1.523 30 Spathoglottis plicata 1.3158 0.5707 1.8865 31 Vanilla sp 1 0.5445 0.7609 1.3054 32 Vanilla sp 2 0.3176 0.4439 0.7615

Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 30,8076 % sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Vanilla sp 2 yaitu 0,3176 %. Tingginya kerapatan relatif pada Dendrobium sociale menunjukkan faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhannya. Menurut Gunadi (1985), Dendrobium sociale termasuk ke dalam anggrek yang sedang yang dalam pertumbuhannya memerlukan suhu siang berkisar antara 21-26oC dan malam 15oC. Suin (2002), juga mengatakan faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan suatu organisme dan tiap jenis hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut.

Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 16,0431% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Goodyera schlectendaliana yaitu 0,0133 %. Tingginya frekuensi relatif spesies Dendrobium sociale disebabkan penyebarannya yang luas dan merata. Menurut Whitmore (1984), tingginya nilai frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan bahwa jenis tersebut penyebarannya sangat luas jika dibandingkan dengan jenis lainnya.


(58)

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Dendrobium sociale yaitu 46,8507% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Vanilla sp2 yaitu 0,7615%. Tingginya Indeks Nilai Penting pada spesies Dendrobium sociale disebabkan tingginya populasi dan penyebarannya yang luas, sehingga dapat dikatakan bahwa dendrobium sociale mempunyai peranan yang penting dalam komunitas ini. Heddy & Kurniati (1996) menyatakan bahwa umumnya jenis yang dominan dalam suatu komunitas mempunyai peranan yang penting. Tabel 4c : Nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting jenis

anggrek saprofit

No Spesies KR (%) FR (%) INP (%)

1 Anoectochylus longicalcaratus 10.4669 52.1368 62.6037 2 Corybas stenotribonos 89.5331 47.8632 137.3963

Kerapatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 89,5331% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 10,4669%. Kerapatan relatif yang tergolong sangat tinggi pada spesies Corybas stenotribonos disebabkan besarnya populasi anggrek ini dan sifat tumbuhnya yang berkelompok dalam jumlah besar. Selain itu faktor lingkungan yang mendukung membuat pertumbuhannya sangat pesat. Ewusie (1990) menyatakan bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting.

Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 52,1368% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 47,8632%. Frekuensi relatif spesies Anoectochylus longicalcaratus yang lebih tinggi daripada spesies Corybas stenotribonos


(59)

Spesies Anoectochylus longicalcaratus mempunayi biji yang halus dan ringan sehingga memudahkan untuk penyebarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Steenis (1997), bahwa biji anggrek banyak, berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung hingga mudah tertiup oleh angin.

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada spesies Corybas stenotribonos yaitu 137,3963% sedangkan yang terendah terdapat pada spesies Anoectochylus longicalcaratus yaitu 62,6037%. Indeks Nilai Penting (INP) spesies Corybas stenotribonos yang tinggi disebabkan kerapatan dan frekuensi spesies ini. Menurut Odum (1996) menyatakan bahwa umunya jenis yang dominan adalah jenis-jenis yang di dalam suatu komunitas dengan produktivitas yang besar dan sebagian mengendalikan arus energi.

Indeks keanekaragaman (H’) dan indeks keseragaman (E’)

Hasil penelitian tentang keragaman jenis anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, menunjukkan nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting yang berbeda pada setiap jenis anggrek seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5.1: Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek epifit

No Spesies Populasi pi ln pi pi (ln pi) H' E'

1 Agrostophyllum laxum 73 0.0155 -4.1669 -0.0646

2 Appendicula pauciflora 437 0.0928 -2.3773 -0.2206 3 Appendicula ramosa 336 0.0714 -2.6395 -0.1885 4 Appendicula sp 1 41 0.0087 -4.7444 -0.0413 5 Arundina sp 78 0.0166 -4.0984 -0.068 6 Ascidieria longifolia 12 0.0025 -5.9915 -0.015 7 Bulbophylum adelphidium 42 0.0089 -4.7217 -0.042 8 Bulbophylum biflorum 33 0.007 -4.9618 -0.0347 9 Bulbophylum fladiflorum 254 0.0539 -2.9206 -0.1574 10 Bulbophylum lobbii 16 0.0034 -5.684 -0.0193


(60)

Lanjutan tabel 5.1: Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek epifit

11 Bulbophylum longivagans 322 0.0684 -2.6824 -0.1835 12 Bulbophylum mirum 8 0.0017 -6.3771 -0.0108 13 Bulbophylum odoratum 43 0.0091 -4.6995 -0.0428 14 Bulbophylum ovalifolium 203 0.0431 -3.1442 -0.1355 15 Bulbophylum romburghii 48 0.0102 -4.5854 -0.0468 16 Bulbophylum stelis 42 0.0089 -4.7217 -0.042 17 Bulbophylum virescens 83 0.0176 -4.0399 -0.0711

18 Bulbophylum sp 1 87 0.0185 -3.99 -0.0738

19 Bulbophylum sp 2 32 0.0068 -4.9908 -0.0339 20 Bulbophylum sp 3 30 0.0064 -5.0515 -0.0323 21 Bulbophylum sp 4 41 0.0087 -4.7444 -0.0413 22 Bulbophylum sp 5 36 0.0076 -4.8796 -0.0371 23 Bulbophylum sp 6 56 0.0119 -4.4312 -0.0527 24 Bulbophylum sp 7 52 0.011 -4.5099 -0.0496 25 Bulbophylum sp 8 24 0.0051 -5.2785 -0.0269 26 Bulbophylum sp 9 23 0.0049 -5.3185 -0.0261 27 Bulbophylum sp 10 34 0.0072 -4.9337 -0.0355 28 Ceratostylis radiata 17 0.0036 -5.6268 -0.0203 29 Ceratostylis subulata 35 0.0074 -4.9063 -0.0363 30 Cleistoma muticum 11 0.0023 -6.0748 -0.014 31 Coelogyne brachygine 62 0.0132 -4.3275 -0.0571 32 Coelogyne cuprea 132 0.028 -3.5756 -0.1001 33 Coelogyne dayana 36 0.0076 -4.8796 -0.0371 34 Coelogyne pandurata 37 0.0079 -4.8409 -0.0382 35 Coelogyne salmonicolor 116 0.0246 -3.705 -0.0911

36 Coelogyne sp 40 0.0085 -4.7677 -0.0405

37 Cymbidium bicolor 64 0.0136 -4.2977 -0.0584 38 Cymbidium dayanum 34 0.0072 -4.9337 -0.0355 39 Cymbidium lancifolium 38 0.0081 -4.8159 -0.039

40 Cymbidium sp 61 0.013 -4.3428 -0.0565

41 Dendrobium compressistylum 20 0.0042 -5.4727 -0.023 42 Dendrobium indragiriense 78 0.0166 -4.0984 -0.068 43 Dendrobium kuyperi 34 0.0072 -4.9337 -0.0355 44 Dendrobium sp 1 41 0.0087 -4.7444 -0.0413 45 Dendrobium sp 2 34 0.0072 -4.9337 -0.0355 46 Dendrobium sp 3 56 0.0119 -4.4312 -0.0527


(61)

Lanjutan tabel 5.1: Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E’) anggrek epifit

49 Dendrochylum sp 1 73 0.0155 -4.1669 -0.0646 50 Dendrochylum sp 2 25 0.0053 -5.24 -0.0278 51 Eria pachystochya 16 0.0034 -5.684 -0.0193

52 Eria taluensis 42 0.0089 -4.7217 -0.042

53 Eria tjadasmalangensis 23 0.0049 -5.3185 -0.0261

54 Eria sp 1 23 0.0049 -5.3185 -0.0261

55 Eria sp 2 21 0.0045 -5.4037 -0.0243

56 Eria sp 3 72 0.0153 -4.1799 -0.064

57 Eria sp 4 83 0.0176 -4.0399 -0.0711

58 Eria sp 5 41 0.0087 -4.7444 -0.0413

59 Eria sp 6 76 0.0161 -4.1289 -0.0665

60 Gastrochilus sororius 24 0.0051 -5.2785 -0.0269

61 Malaxis sp 1 13 0.0028 -5.8781 -0.0165

62 Oberonia lotsyana 36 0.0076 -4.8796 -0.0371 63 Octarrhena parvula 34 0.0072 -4.9337 -0.0355

64 Phalaenopsis sp 1 0.0002 -8.5172 -0.0017

65 Podochilus microphylum 237 0.0503 -2.9898 -0.1504 66 Podochilus muricatum 69 0.0147 -4.2199 -0.062

67 Podochilus sp 1 11 0.0023 -6.0748 -0.014

68 Podochilus sp 2 28 0.0059 -5.1328 -0.0303

69 Podochilus sp 3 14 0.003 -5.8091 -0.0174

70 Renanthera angustifolia 20 0.0042 -5.4727 -0.023 71 Schoenorchis sumatrana 18 0.0038 -5.5728 -0.0212 72 Trixpermum centipeda 20 0.0042 -5.4727 -0.023

73 Trixpermum sp 46 0.0098 -4.6254 -0.0453

74 Trichotosia velutina 84 0.0178 -4.0286 -0.0717 75 Trichotosia sp 1 14 0.003 -5.8091 -0.0174 76 Trichotosia sp 2 8 0.0017 -6.3771 -0.0108 77 Trighoglottis adnata 63 0.0134 -4.3125 -0.0578

78 Vanda sp 4 0.0008 -7.1309 -0.0057


(1)

Saran

1. Perlu dilakukan eksplorasi lanjutan untuk mencari spesies yang belum ditemukan di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

2. Upaya terbaik untuk konservasi anggrek adalah dengan membiarkan anggrek tumbuh di habitat aslinya, oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat, peneliti dan instansi atau lembaga terkait agar tetap menjaga kelestarian anggrek di kawasan hutan Taman Eden 100 Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2004. Macroepiphyte diversity and distribution based on surface type of phorophyte (host) on mount Tangkuban Perahu.

Amiarsi, D., Syaifullah, dan Yulianingsih. 1996. Komposisi terbaik untuk larutan perendaman bunga anggrek potong Dendrobium Sovia Deep Pink. J. Hortikultura 9(1):45-50.

Anwar, J., S. J. Damanik., N. Hisyam & A. J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: UGM Press

Comber, J.B., 2001. Orchids .of Sumatra. Kinabalu: Natural History publications (Borneo).

Darmono, D. W. 2008. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan Usman Tanuwidjaja. Bandung: Penerbit ITB

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Fitter, A. H & R. K. M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ginting, R. 1990. Tanaman Budidaya Anggrek. Penerbit: Gloria.

Gunadi, T. 1985. Anggrek untuk Pemula. Bandung: Angkasa. Hal. 12-15. ________,.1986. Kenal Anggrek. Bandung: Angkasa.

Harwati, C. T. 2007. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Trehadap Pertumbuhan Anggrek (Orchidaceae). Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1 Heddy, S. S., & Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Suatu Bhasan

Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://beswandjarum.com.2009.deskripsi umum tanaman anggrek. Diakses pada tanggal 10 Februari 2010.

http://budireve.wordpress.com. 2008. ciri-ciri-anggrek. Diakses pada tanggal 10 Februari 2010.


(3)

http://nusaanggrek.com.2009.punahnya-anggrek. Diakses pada tanggal 10 Februari 2010.

http://rachimudin.com.2009. Pertani anggrek. Diakses pada tanggal 2 Februari 2010.

http//:tamaneden100.wordpress.com. 2010. Anggrek Toba. Diakses pada tanggal 23 Januari 2010.

Irwan, Z. D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas & Lingkungan. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawtan Anggrek. Jakarta : Agromedia Pustaka. Kartohadiprodjo, N.S. dan G. Prabowo. 2009. Asyiknya Memelihara Anggrek.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Krebs, C. J. 1985. Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Philadelphia: Harper and Publishers. Inc

Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. Bandung: Sumur Bandung

Mahyar, U.W., dan A. Sadili. 2003. Jenis-jenis Anggrek Taman Nasional gunung Halimun. Bogor: Biodiversity Conservation Project LIPI-JICA-PHKA. Mujahidin, S.P., M. Marjuki, D. Supriadi, Rahmat, Atjim, dan T. Jodi. 2002.

Eksplorasi Anggrek Jawa. Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Banten. Bogor: Pusat Konservasi Tanaman Kebun Raya Bogor -- LIPI. Odum, E. P. 1996. Fundamental of Ecology. W. B. Saunder Company. London Polunin, N. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.

Terjemahan Gembong Tjitrosoepomo. Yogyakarta: UGM Press

Purwanto, A., Erlina Ambarwati dan Fitria Setianingsih. 2005. Kekerabatan antar Anggrek Spesies Berdasarkan Sifat Morfologinya. Fakutas Pertanian UGM. 11(1)

Pranata, A.S., 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. Jakarta : Agro media

Puspitaningtyas, D.M. dan S. Mursidawati.1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. Vol. 1, No. 2 Bogor: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI. Rifai, M. A. 1993. Peri kehidupan alam sepanjang jalan pegunungan. Jakarta:


(4)

Ruhana. 2003. Kajian Jenis Anggrek di Stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser. Skripsi (tidak dipublikasikan). Aceh: Universitas Syah Kuala. Rukmana, R. 2000. Budidaya Anggrek bulan. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta. Sabran, M., A. Krismawati, Y.R. Galingging, dan M.A. Firmansyah. 2003.

Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan.

Siregar, K. 2005. Studi Ekotaksonomi Vegetasi Bawah Pada Jalur Pendakian Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Skripsi (tidak dipublikasikan). Medan: Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara

Smith, R. L. 1992. Elements of Ecology. Third Edition. New York: Harper Collins Publishers Inc.

Steenis. 1997. Flora. Cetakan ke-2. Jakarta: Pradnya Paramita

Suin, N. M. 2002. Metoda Ekologi. Cetakan ke-1. Edisi 2. Padang: Universitas Andalas

Whittmore, T. C. 1984. Plant Physiology. Third Edition. Calofornia: Wartson Publ. Co. Belman

Widiastuti, R., Aththorick Alief T. & Marliya. 2007. Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung. Medan: Pustaka Bangsa Press

World Conservation Monitoring Centre. 1995. Indonesian Threatened Plants. Eksplorasi 2(3): 8-9.


(5)

(6)

Lampiran 2. Peta Taman Eden 100

T

B

S

U