DARI PLURALISME HINGGA DIALOG ANTARPERADABAN (4)

WAWASAN MUHAMMADIYAH

DARI PLURALISME
HINGGA DIALOG ANTARPERADABAN (4)

w.

pd

fsp

ke negara lain. Di samping itu, kesuksesan sektor
swasta tidak mudah untuk dirembetkan manfaatnya ke
sektor negara, tetapi kegagalan sektor swasta, terutama
yang besar, sangat mudah menjadi tanggungan negara.
Muhammadiyah memandang perlunya disusun tata
ekonomi dunia baru dengan Sistem Ekonomi Islam/
Syariah yang berkeadilan serta memfasilitasi pengaruh
sukses ekonomi antarnegara, dan di sisi lain menghambat dampak kegagalan ekonomi antarnegara. Pada tingkat domestik, perlu dilakukan sinkronisasi antara sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem hukum agar
penanganan krisis ekonomi tidak lagi ditangani secara
ad hoc dan memunculkan banyak ketidak-adilan yang

kemudian diatasi secara ad hoc pula.

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w

3. Krisis Ekonomi Global
Globalisasi ekonomi telah menyebabkan semakin
tingginya tingkat keterkaitan ekonomi antarnegara. Krisis keuangan tahun 2008-2009 yang berawal dari krisis
kredit perumahan di Amerika Serikat telah menjalar
ke hampir seluruh dunia. Untuk menyelamatkan perekonomiannya, pada umumnya negara-negara di dunia mengambil kebijakan ekonomi Keynesian yang hampir mirip, dengan ciri: (1) segera memberikan bail-out
kepada perusahaan-perusahaan swasta yang gagal,

sebelum kegagalan tersebut merembet secara sistemik
ke perusahaan lain, dan (2) memberikan stimulus fiskal
kepada perekonomian dengan harapan bisa merestorasi pertumbuhan ekonomi yang pada umumnya sangat
tertekan, bisa menciptakan pekerjaan baru untuk mengkompensasi banyaknya pekerjaan yang hilang, dan bisa
menghambat proses pemiskinan masyarakat terutama
di tingkat akar rumput. Kebijakan seperti itu memberikan tekanan fiskal yang luar biasa sehingga banyak negara terpaksa menerapkan kebijakan defisit anggaran
yang teramat longgar disertai oleh meningkatnya utang
negara relatif terhadap PDB-nya. Akibat umum dari
krisis ini adalah (1) memburuknya kondisi fiskal negara,
(2) krisis keuangan yang semula terjadi di sektor swasta
merembet menggerogoti sektor negara, (3) peringkat
kredit sektor swasta di banyak negara melorot tajam,
yang karena kebijakan bail-out, menyebabkan peringkat kredit sektor negara pun ikut memburuk, dan
(4) memburuknya kinerja dan stabilitas ekonomi. Di
banyak negara, kesulitan ekonomi ini menjadi semakin
pelik untuk dipecahkan, ketika kesulitan ekonomi itu
berinteraksi dengan permasalahan politik dalam negeri.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini adalah
bahwa di antara negara-negara yang menganut sistem
pasar bebas, kesuksesan ekonomi tidak mudah untuk

menjalar ke negara lain, sementara kegagalan ekonomi
sangat mudah, bahkan tak tertahankan, untuk menjalar

litm
erg
er.
co
m)

Muktamar Satu Abad (Muktamar ke-46) tanggal 3 s.d. 8 Juli 2010 M bertepatan dengan 20 s.d.
25 Rajab 1431 H, telah memutuskan beberapa hal penting. Salah satu hal penting tersebut adalah
Keputusan tentang Isu-isu strategis keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal. Salah
satu butir dalam keputusan ini adalah tentang sikap Muhammadiyah terhadap masalah
pluralisme. Agar tidak terjadi salah paham tentang sikap Muhammadiyah ini, Suara
Muhammadiyah memuat secara lengkap keputusan Muhammadiyah sebagaimana yang ada
dalam lampiran VII Tanfidz Muktamar Muhammadiyah ke-46.

52

25 RABIULAWAL - 9 RABIULAKHIR 1432 H


4. Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim
Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim berakibat pada menurunnya jumlah dan kualitas produksi hasil
pertanian dan kelautan yang berdampak sistemik terhadap menurunnya pendapatan petani, nelayan dan masyarakat yang bekerja pada dua sektor tersebut. Jumlah
penganggur dan orang miskin bertambah. Kerusakan
alam telah berdampak pada menurunnya daya tahan
tubuh, tingkat kesehatan dan penyebaran penyakit endemi dan pandemi.
Meskipun kerusakan alam dan dampak kerusakan
yang ditimbulkannya sudah terlihat jelas, pemahaman
dan kesadaran masyarakat masih sangat rendah karena
kurangnya sosialisasi oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan. Masalah lingkungan hidup dan
pemanasan global tidak hanya terbatas di kalangan elit,
bahkan telah menjadi ladang bisnis di kalangan elit dan
negara. Karena itu, Muhammadiyah mengajak kepada
semua pihak, terutama pemerintah, untuk memperluas
dan mempercepat informasi tentang perubahan iklim
kepada masyarakat melalui jalur pendidikan formal,
media massa dan organisasi-organisasi sosial.

WAWASAN MUHAMMADIYAH


fsp

litm
erg
er.
co
m)

6. Migrasi Global
Migrasi global merupakan fenomena sosial yang
diakibatkan oleh industrialisasi, kemajuan teknologi
transportasi, keamanan dan kekerasan. Masyarakat
bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup, mendapatkan rasa
aman dan mencari pengalaman. Secara alamiah, migrasi global melahirkan percampuran etnis, akumulasi
dan akulturasi budaya. Tetapi, lambat-laun, migrasi global menimbulkan perubahan komposisi penduduk yang
langsung atau tidak langsung menimbulkan masalah
persatuan bangsa seperti sentimen antara pendatang
dengan penduduk asli, identitas kebudayaan, kewargaan dan masalah sosial-politik lainnya.

Muhammadiyah memandang migrasi global sebagai sesuatu yang alamiah dan Sunnatullah karena Allah
SwT menciptakan manusia yang berbeda-beda suku,
bangsa dan warna untuk saling mengenal dan bertebaran di muka bumi. Karena itu, Muhammadiyah mendesak agar semua negara membuka pintu imigrasi dan
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada kaum
migran dan pengungsi sebagai wujud tanggung jawab
kemanusiaan dan komitmen terhadap aturan-aturan
internasional yang berlaku dengan menghormati pranata
hukum dan kebudayaan yang berlaku di komunitas
setempat.

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w

w

w.

5. Islamophobia
Pasca peristiwa “11 September 2001”, kaum Muslimin di berbagai penjuru dunia kembali menghadapi
gelombang baru “Islamophobia” yang terus berkembang secara masif dan sistemik. Islamophobia adalah
sebuah wawasan dan pandangan dunia yang disebabkan oleh ketakutan dan kebencian tidak berdasar terhadap Islam, yang muncul melalui praktik-praktik pengasingan dan diskriminasi terhadap kaum Muslimin dalam berbagai bidang kehidupan. Secara ideologis,
Islamophobia muncul dalam bentuk penilaian serta
penggambaran negatif terhadap Islam yang dipersepsikan sebagai agama yang tidak rasional, primitif, dan
anti kemajuan hingga mengobarkan kekerasan dan
mendukung atau apresiatif terhadap terorisme. Islamophobia dimanifestasikan dalam bentuk miskonsepsi
atau penyamaan makna jihad dengan terorisme, penggambaran negatif tentang ajaran Islam dan intoleransi
ummat Islam di media massa, pelecehan terhadap Nabi
dan Kitab Suci, kebijakan yang diskriminatif terhadap
imigran Muslim, hingga semangat dan sikap rasisme
anti-umat Islam sebagai golongan minoritas yang
berbeda dengan kelompok mayoritas.
Muhammadiyah memandang bahwa Islamophobia
merupakan ancaman global yang mereduksi hakikat

peradaban dan keadaban umat manusia, bertentangan
dengan prinsip-prinsip hak asasi, serta berbahaya bagi
terwujudnya perdamaian dunia. Muhammadiyah menyerukan agar Islamophobia dengan segala bentuk dan
manifestasinya yang muncul di sejumlah negara segera diakhiri dan diganti dengan dialog dan kerjasama
antarperadaban yang kondusif serta menjunjung tinggi
hakekat kemanusiaan, semangat persaudaraan, prinsip
kesetaraan, serta komitmen terhadap keadilan dalam
tatanan global dan dinamika hubungan antar agama
dan peradaban di dunia. Muhammadiyah sangat menghargai prakarsa dan peran serta pemerintah Indonesia
dalam berbagai forum dialog. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, kiranya prakarsa dialog dengan
pemerintah berbagai negara, khususnya negara-negara
Barat dapat lebih ditingkatkan. Selanjutnya Muhammadiyah mendorong kepada kaum Muslimin agar jangan

takut melaksanakan ajaran agamanya dengan benar.

pd

Muhammadiyah mendesak para kepala negara dan
pemerintahan untuk mematuhi kesepakatan-kesepakatan tentang pengurangan emisi gas karbon, perdagangan karbon dan pengurangan konsumsi energi yang
dihasilkan dalam forum internasional perubahan iklim

seperti Protokol Tokyo, Deklarasi Bali, Kopenhagen
dan kesepakatan internasional lainnya. Muhammadiyah
mengajak komunitas beragama untuk melakukan aksi
bersama (interfaith action) mengatasi masalah perubahan iklim melalui kegiatan-kegiatan yang terpadu
berbasis masyarakat.

7. Dialog AntarAgama dan Peradaban
Tidak dapat dipungkiri, kekerasan bernuansa agama
yang terjadi di berbagai kawasan dunia telah menimbulkan sentimen dan rasa tidak suka di antara pemeluk
agama, khususnya pemeluk agama besar dunia: Islam,
Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Globalisasi yang ditandai oleh kemajuan teknologi informasi
yang menghilangkan batas-batas geografis antar negara
membuat “benturan” antar budaya dan peradaban tidak
terhindarkan. Fundamentalisme agama dan kebudayaan berkembang di hampir semua agama dan kebudayaan.
Pada sisi lainnya, dialog dan kerjasama antariman
(interfaith) dan antarperadaban (intercivilization)
berkembang dengan baik sebagai jawaban dan usaha
positif memecahkan berbagai masalah keagamaan dan
kebudayaan. Muhammadiyah sangat mendukung dan
berperan serta dalam prakarsa dan kegiatan dialog yang

terbuka, tulus dan bersahabat. Muhammadiyah menghimbau agar dialog yang sudah diselenggarakan oleh
negara dan masyarakat dapat ditingkatkan ke arah kerja
sama kemanusiaan yang konkret untuk menciptakan
perdamaian, keadilan dan kesejahteraan bersama
(common good) tidak terbatas pada elit pemimpin agama tetapi juga masyarakat akar rumput.l Habis
SUARA MUHAMMADIYAH 05 / 96 | 1 - 15 MARET 2011

53