Kita kembali ke pertanyaan awal: Seberapa jauh
membentang pengalaman manusia? Jawabannya: Realitas mutlak ada scr tersirat dlm semua pengalaman
baik dlm pengalaman indrawi maupun dlm refleksi budi; dia mrpkan isi kesadaran kita.
Kita tdk dpt menangkap realitas mutlak itu scr
langsung, tapi kita jg tdk bs menghindarkan diri dr realitas itu, krn Dia sdh tersedia dan berada dlm
pengenalan kita. Kita tdk mungkin diam di hdpannya; kita hrs berbicara tentangnya.
Adanya keragu2an terhdp eksistensinya. Dibutuhkan
kemampuan manusia utk menerobos masuk ke dunia di balik kesadaran manusia.
3. 3. Dapatkan org berbicara ttg “pengalaman akan Allah”? 1. Tdk ada satu pengalaman yg jelas akan Allah.
Jika ada pengalaman yg jelas akan Allah, tentu tdk
mungkin ada atheisme.
Ontologisme Gioberti: Realitas “ada” adalah substansi sendiri: dia adalah pencipta yg menghslkan eksistensi
pertama. Eksistensi pertama bergerak kembali menunju penciptanya sambil meniru penciptanya. Di dlm pikiran
manusia ada intuisi langsung.
Bertolak dr ontologisme, manusia dpt berbicara ttg
pengalaman akan Allah melalui intuisi. Kelemahan pand ini: intuisi tdk mungkin bebas dr pengalaman indrawi dan
refleksi budi. Hub antara Allah dan daya intuisi ttp tdk jelas.
2. Pengalaman transendental adalah pengalaman akan Allah dlm arti tertentu.
Arti pengalaman transendental: pengalaman awal yg tdk
tertematisir atau pengalaman prarefleksif, dan itu bersifat personal.
Pengalaman transendental adalah satu pengalaman
eksistensial: Dia senantiasa memanggil tetapi menantang eksistensi manusia utk menjawabNya.
3. Konsekwensi isi pengalaman transendental utk pengenalan yg jelas akan Allah.
a. Pengenalan akan Allah sebagai pengembangan pengalaman transendental.
Ada orang yg berpendapat bahwa pengenalan akan Allah
itu satu hal kebetulan, dan itu keluar dr satu kepercayaan yg disebabkan oleh faktor luar dan faktor dlm. Pendapat
demikian tdk cocok. Pengenalan akan Allah itu mrpkan satu momen pengenalan yg melampaui sesuatu yg
tertangkap scr indrawi dan yg terefleksi dlm pengertian budi. Pengenalan itu ada sca tersirat di dlm pengalaman
indrawi dan refleksi budi. Seorang atheist dan agnostik pun ada dlm momen itu.
Pengenalan atas cr yg disebut terakhir ini adalah
pengalaman transendental yg perlu dikembangkan. Di sinilah diperlukan metode utk mengembangkan isi
pengalaman transendental itu. Pengembangan metodis utk berbicara ttg Allah adalah satu keharusan. Tapi inilah
ketegangannya: ketegangan antara pengalaman langsung yg tak tertematisir dan hasil proses kesadaran manusia utk
mentematisir pengalaman langsung itu.
b. Moment eksistensial yg praktis dlm pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah mrpkan pengalaman transendental
yg perlu dikembangkan. Pengenalan akan Allah atas cr demikian mrpkan satu momen eksistensial yg praktis.
Maksudnya: momen pengalaman eksistensial yg menunjuk kpd satu ketersediaan subyek atau satu disposisi yg hrs
diambil subyek, ketika berhadapan dgn tantangan eksistensial.
Kemampuan pengenalan spt itu berbeda dgn pengenalan
dlm ilmu pengetahuan. Kemampuan pengenalan ilmiah bersifat sekunder, ttp kemampuan pengenalan yg dimaksud
adalah kemampuan pengenalan ktk berhadapan dgn pertanyaan eksistensial. Kemampuan pengenalan ini
terwujud dlm tindakan konkrit utk menyikapi tantangan eksistensial, dan perwujudan tindakan nyata itulah satu
momen eksistensial yg praktis, yg di dlmnya pengenalan manusia akan Allah menjadi nyata. Pengenalan yg nyata
akan Allah sll bergantung pd keputusan pribadi yg bebas.
c. Masih perlukah pembuktian akan adanya Allah? Org mempersempit arti kata “pembuktian” dgn pembuktian
matematis atau pembuktian ilmu2 empiris. Pembuktian dlm arti yg tepat: stp gerak pikir yg memperlihatkan kebenaran
pernyataan dgn cara mengungkapkan dasar2 yg berbicara ttg kebenaran itu scr jelas dan masuk akal. Setiap pembuktian
selalu berada dalam konteks tertentu. Pembuktian akan Allah: satu kegiatan berpikir untuk memahami dan mengenal Allah
dengan argumentasi yang masuk akal dalam konteks tertentu.
4. Pengembangan Metodis Beberapa Kenyataan Yang Menunjuk Kepada Allah
Ada 4 Kenyataan Mendasar: Pertama dan kedua adalah pembuktian Anthropologis tentang Allah. Ketiga dan Keempat:
pembuktian Kosmologis tentang Allah.
1. Manusia dalam usaha mencari arti hidup.
Stp pengalaman sll mempunyai arti tertentu. Arti
pengalaman dlm beberapa tataran:
Tataran empiris sesuatu yang diindrai
Arti bahasa kata atau bahasa
Tataran etika tujuan perbuatan manusia
Arti dlm tataran hdp kepenuhan hdp manusia dan melibatkan slh hdpnya.
Seluruh hdp manusia: aktivitas utk mencari arti hdpnya:
a. Tindakan manusia tdk mungkin ada tanpa pemahaman ttg artinya. Stp perbuatan baik yg dilakukan scr sadar
maupun tdk sadar sll memuat satu tujuan tertentu dan arti tertentu.
b. Arti stp peristiwa hdp mentransendir peristiwa itu sendiri. Peristiwa hdp tertentu memperluas horizon pengalaman
hdp kita dan membebaskan kita dr kesempitan pengalaman. Realisasi diri manusia adalah keberadaan
manusia itu sendiri. Dia bukan tujuan manusia. Keberadaan manusia itu bersifat “intensional”, yaitu
terarah kpd sesuatu. Dgn demikian, arti hdpnya bukan
2
terletak pd realisasi diri, tetapi pd karakter intensionalitasnya keberadaan manusia.
c. Mencari arti hdp berarti mencari dasar mutlak sbg pegangan hdp. Stp org, betapapun sederhana daya
refleksinya, mengakui adanya satu dasar mutlak yg menjd pegangan hdpnya. Apakah ada arti hdp di dlm
pengalaman penderitaan yg terus menerus? Atau di dlm perbuatan bunuh diri? Di dlm pengalaman dan
perbuatan bunuh diri ada arti hdp yg sedang dicari, tetapi krn jalan keluar dr bunuh diri tdk ada, maka org
itu menempuh bunuh diri.
d. Mengiakan adanya arti hdp berarti mengakui adanya realitas mutlak yg disbt Allah dlm bhs religius.
Pengalaman positif dan negatif manusia memuat satu petunjuk akan adanya arti mutlak yg ditemukan dlm
realitas mutlak. Realitas mutlak ini memberi arti terhdp semua yg kita alami. Realitas mutlak itu harus memiliki
watak personal, krn kita adalah hakekat personal. Realitas mutlak yg bersifat personal itu adalah Allah.
2. Manusia di hadapan tuntutan moral. 1. Manifestasi kesadaran moral dlm penilaian moral.