Konfigurasi dipole-dipole LANDASAN TEORI

8 Dengan: ∆V : beda potensial antara P 1 dan P 2 volt I : besarnya arus yang diinjeksikan melalui elektroda C 1 dan C 2 ampere r 1 : jarak antara C 1 dan P 1 meter r 2 : jarak antara C 2 dan P 1 meter r 3 : jarak antara C 1 dan P 2 meter r 4 : jarak antara C 2 dan P 2 meter Nilai resistivitas semu tergantung pada tahanan jenis lapisan-lapisan pembentuk formasi geologi subsurface geology dan spasi serta geometrik elektroda. Bentuk umum resistivitas semu adalah : I V   K a  2.10 Dengan mensubstitusikan persamaan 2.9 dengan persamaan 2.10 maka akan didapatkan persamaan: 1 1 2 3 4 1 1 1 1 2 K r r r r             2.11 Dimana K adalah besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda arus dan disebut dengan Faktor geometri geometrical factor. Letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda arus mempengaruhi besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial tersebut Lilik Hendrajaya dan Idam Arif, 1990.

2.2 Konfigurasi dipole-dipole

Pada metode geolistrik tahanan jenis resistivitas, arus listrik dialirkan ke dalam bumi melalui dua elektroda arus dan besarnya potensial yang disebabkanya diukur dipermukaan bumi melalui dua elektroda potensial. Terdapat berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan elektroda tersebut. Aturan-aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam istilah geofisika sering dinamai sebagai konfigurasi elektroda. 9 Metode geolistrik yang sering digunakan di Indonesia sejauh ini terbatas pada konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi Wenner. Kedua konfigurasi ini digunakan dalam pelaksanaan di lapangan yang tidak terlalu sulit cukup datar dan luas, dan penetrasi yang tidak terlalu dalam. Pada sounding listrik metode resistivitas untuk penetrasi dalam, kedua konfigurasi ini menjadi sangat lemah, karena membutuhkan bentangan elektroda lurus yang panjang sehingga membutuhkan keadaan lapangan yang baik merata dan tuntutan perubahan bentangan yang memakan waktu lama. Untuk mengatasi kelemahan kedua konfigurasi tersebut digunakan konfigurasi dipole-dipole yang pada prinsipnya mempunyai keunggulan dalam pelaksanaan yang dapat menutup beberapa kelemahan konfigurasi Schlumberger dan Wenner tersebut, terutama kebutuhan kabel dan waktu untuk perubahan bentangan yang relatif pendek Lilik Hendrajaya dan Idam Arif, 1990. Susunan konfigurasi elektroda dipole-dipole adalah sebagai berikut: Gambar 2.5 Konfigurasi elektroda dipole-dipole Dari gambar diatas terlihat bahwa untuk konfigurasi dipole-dipole kedua elektroda potensial diletakkan di luar elektroda arus. a adalah jarak antara kedua elektroda potensial, na adalah jarak antara elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam C 2 dan P 1 , dengan n = 1,2,3,…bilangan bulat. Jika n-nya semakin besar maka kedalaman penyelidikan akan semakin besar. Masing-masing konfigurasi elektroda mempunyai faktor geometri yang berbeda. Faktor geometri untuk konfigurasi dipole-dipole adalah: P 2 P 1 C 1 C 2 10 1 1 2 1 1 1 2               na a na a na na a K  2.12 2 1    n n an K  2.13 Resistivitas semu mewakili suatu bobot rata-rata dari resistivitas sebenarnya pada suatu volume tanah yang besar, dimana nilai resistivitas semu suatu tipe tanah atau batuan khusus dapat meliputi suatu rentang yang luas dan nilainya bergantung pada spasi elektroda. Gambar 2.6 Urutan pengukuran menggunakan multi-elektroda Morais, 2008 Untuk medium berlapis, jika jarak antar elektroda arus kecil maka akan memberikan nilai resistivitas semu yang harganya mendekati ρ batuan di dekat permukaan, sedangkan untuk jarak bentangan yang lebar, resistivitas yang diperoleh akan mewakili harga ρ batuan yang lebih dalam Kurniasari, 2008. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Semakin besar jarak elektroda, semakin dalam lapisan batuan yang diselidiki. Elektroda Arus Elektroda Potensial n 11

2.3 Software Res2dinv