SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

(1)

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE

GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

KABUPATEN GROBOGAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Fisika

oleh

Riza Isnaini Ningtyas 4211409017

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE

GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

KABUPATEN GROBOGAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Fisika

oleh

Riza Isnaini Ningtyas 4211409017

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE

GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

KABUPATEN GROBOGAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Program Studi Fisika

oleh

Riza Isnaini Ningtyas 4211409017

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini yang berjudul Survei Sebaran Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole Di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan , telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.

Semarang, Agustus 2013

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Khumaedi, M.Si. Drs. Hadi Susanto, M.Si.

NIP 196306101989011002 NIP 195308031980031003


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Survei Sebaran Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole Di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan

disusun oleh

Riza Isnaini Ningtyas 4211409017

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal Agustus 2013

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 19631012 198803 1001 NIP. 19630610 198901 1002

Penguji 1

Drs. Suharto Linuwih, M.Si. NIP. 19680714 199603 1005

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Khumaedi, M.Si. Drs. Hadi Susanto, M.Si.

NIP 196306101989011002 NIP 195308031980031003


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2013 Penulis

Riza Isnaini Ningtyas NIM. 4211409017


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

 Hidup itu penuh pengorbanan dan penuh tantangan

 Janganlah merasa terlambat untuk mencapai impian Anda. Kehidupan ini selalu menyediakan hati baiknya untuk jiwa yang ikhlas membarukan diri dan bangkit melakukan kebaikan yang selama ini tertunda karena keraguan dan rasa malas. Waktu memang tidak menunggu, tapi kehidupan bisa menyegerakan pencapaian impian Anda, jika Anda segera memulai. Tidak ada kata terlambat untuk memulai pencapaian impian Anda (Mario Teguh)

PERSEMBAHAN:

 Untuk Bapak dan Ibu yang senantiasa memberi doa, kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku.

 Untuk Kakak-kakakku, Adik-adikku dan Keluargaku yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan.

 Untuk Dosen dan Guru yang telah mengajar dan mendidikku.

 Untuk semua teman - teman yang selalu ada untuk membantu dan memberikan semangat.


(6)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Survei Sebaran Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole Di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan . Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES).

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, motivasi materi dan moril serta pengarahan dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Agus Yulianto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.

5. Dr. Supriyadi, M.Si , selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

6. Drs. Hadi Susanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan motivasi ,perhatian serta petunjuk maupun pengarahan dalam penyusunan skripsi.


(7)

7. Drs. Suharto Linuwih, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi Dosen Penguji.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Ngusman, selaku Kepala Desa Jatilor yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Bapak Mulyono dan Ibu Indaryati yang tak pernah lelah memberikan nasehat, dukungan, do a, pengorbanan dan kasih sayang kepada penulis.

11. Kakakku Evia, Adikku Titan dan Keluargaku yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan.

12. Fitri, Hilmi, Ema & Wakhidah yang telah membantu berjalannya proses penelitian.

13. Alfi, Lisma, Ucik, Sheila, Eka, Delvita, Sri, Ika, Shinta, Ani, Mamila, Mz yuda, Mb Aya dan semua sahabat Fisika 2009 serta Geofisika Unnes yang telah berjuang bersama, memberikan motivasi dan do a.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis sadar dengan apa yang telah disusun dan disampaikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2013

Penulis


(8)

ABSTRAK

Ningtyas, Riza Isnaini. 2013. Survei Sebaran Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole Di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Khumaedi, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Drs. Hadi Susanto, M.Si.

Kata Kunci : Air Tanah, Geolistrik,Dipole - Dipole

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Desa Jatilor, penggunaan sumur galian telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan kedalaman sekitar 5-20 meter. Namun beberapa sumur galian dengan kedalaman dibawah 7 meter tidak dapat memenuhi kebutuhan air disebabkan karena keringnya air sumur ketika memasuki musim kemarau. Masyarakat di daerah tersebut tidak mengetahui sebaran dan kedalaman air tanah sumur galian. Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebaran dan kedalaman air tanah sumur galian. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah penelitian geolistrik konfigurasi dipole-dipole dengan 6 lintasan di daerah tersebut. Hasil menunjukkan lapisan dengan interval resistivitas 300-500 m merupakan lapisan napal, kerikil dan batu gamping. Lapisan dengan interval resistivitas 100-200 m merupakan kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan yang memiliki interval resistivitas 0,225-20 m terdapat lapisan tanah, lempung dan lempung basah. Lintasan yang paling berpotensi mengandung air tanah adalah lokasi dengan titik koordinat E 110 48.755 ,S 07 02.318 dengan kedalaman air tanah sumur galian sekitar 4,62-17,9 m.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Penegasan Istilah ... 4

1.3. Permasalah . ... 5

1.4. Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 5

1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Kabupaten Grobogan... 7


(10)

2.2 Air Tanah... 11

2.3 Metode Geolistrik Tahanan Jenis ... 12

2.4 Rumus-rumus Dasar Listrik ... 14

2.5 Potensial di Sekitar Titik Arus di Permukaan Bumi ... 16

2.6 Faktor Geometri ... 16

2.7 Konfigurasi Dipole-dipole ... 18

2.8 Sifat Kelistrikan Batuan ... 21

2.9 Program Komputer Res2Dinv ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian... 26

3.3 Alat Penelitian ... 26

3.4 Diagram Alir Penelitian ... 27

3.5 Prosedur Penelitian... 28

3.5.1 Persiapan ... 29

3.5.2 Pengukuran Lapangan (Pelaksanaan)... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.1.1Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama... 32

4.1.2Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama ... 34

4.1.3Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Kedua ... 35

4.1.4Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Kedua ... 36


(11)

4.1.5Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Ketiga ... 38

4.1.6Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga ... 39

4.2 Pembahasan ... 40

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan... 45

5.2 Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 48


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Stratigrafi Kabupaten Grobogan ... 10 3.1 Variasi Material Bumi (Batuan) ... 23


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Peta Geologi Kabupaten Grobogan ... ..7

2.2 Segmen Penghantar Listrik yang Mempunyai Panjang l dan Luas PenampangAdialiri ListrikI... 14

2.3 Potensial di Sekitar Titik Arus pada Permukaan Bumi ... 16

2.4 Permukaan Equipotensial dan Arah Aliran Arus Listrik Akibat Dua Sumber Arus (I dan I) di Permukaan Bumi Homogen ... 17

2.5 Konfigurasi Dipole-dipole ... 18

2.6 Variasi Harga n terhadap Kedalaman Pengukuran ... 19

3.1 Peta Geologi Kecamatan Godong ... 25

3.2 Diagram Alir Proses Penelitian ... 27

3.3 Stacking ChartGeolistrik Multichannel... 28

3.4 AlatResistivity Multi channel... 29

3.5 ProgramGeoResyang Dijalankan Langsung di Lapangan... 30

4.1 Penampang Resistivitas Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama ... 33

4.2 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama ... 34

4.3 Penampang Resistivitas Lintasan Pertama pada Lokasi Kedua ... 35

4.4 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Kedua... 37

4.5 Penampang Resistivitas Lintasan Pertama pada Lokasi Ketiga... 38

4.6 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga ... 39


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama... 48

2. Data Penelitian Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama ... 51

3. Data Penelitian Lintasan Pertama pada Lokasi Kedua ... 54

4. Data Penelitian Lintasan Kedua pada Lokasi Kedua ... 57

5. Data Penelitian Lintasan Pertama pada Lokasi Ketiga ... 60

6. Data Penelitian Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga... 63

7. Foto Penelitian ... 66


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kebutuhan air di pedesaan meningkat baik untuk keperluan kehidupan sehari hari manusia, peternakan, maupun pertanian. Akibat pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan air pada daerah pemukiman meningkat, akibatnya banyak daerah resapan air digunakan sebagai daerah pemukiman, sehingga daerah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Semakin meningkat kebutuhan air bersih, maka eksploitasi air tanah juga akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan persediaan air tanah semakin berkurang. Eksploitasi air tanah yang dilakukan secara berlebihan (penggunaan sumur bor) khususnya pada daerah berpantai atau pesisir dapat menyebabkan suatu masalah dimana air laut akan masuk dan terpenetrasi pada daerah air tawar. Air laut tersebut akan menyusup ke zona air tanah atau terjadi intrusi air laut (Hadiet al., 2009: 22).

Air merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan, hal ini dikarenakan seluruh makhluk hidup membutuhkan air untuk mempertahankan hidup. Pada kenyataannya ketersediaan air semakin berkurang bahkan pada musim kemarau banyak daerah di dunia khususnya Indonesia mengalami kekeringan dan kesulitan air, sehingga banyak warga masyarakat daerah tersebut terpaksa harus membeli air dengan harga yang mahal untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehari-sehari (Karuniaet al.,2012: 92).


(16)

Untuk melayani kebutuhan air bersih yang bersumber dari air tanah tersebut, perlu diketahui potensi air tanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan air semakin meningkat baik untuk keperluan kehidupan sehari-hari manusia, peternakan maupun pertanian. Masalah ini memerlukan pemecahan berupa pencarian sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Sadjabet al.,2012: 38).

Struktur bawah permukaan kemungkinan merupakan suatu sistem perlapisan dengan nilai resistivitas listrik yang berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas listrik ini antara lain: homogenitas tiap tanah, kandungan mineral logam, kandungan aquifer (misalnya: air, minyak, dan gas), porositas, permebilitas, suhu, dan umur geologi tanah. Adanya kenyataan ini menunjukkan bahwa bila dilakukan pengukuran di permukaan, maka yang diukur bukan resistivitas yang sebenarnya, melainkan kombinasi nilai resistivitas listrik berbagai macam tanah, baik karena variasi lateral maupun vertikal. Nilai resistivitas listrik di setiap titik akan memiliki besar yang berbeda, sehingga menyebabkan bidang equipotensial menjadi tidak beraturan (Muallifah, 2009: 179).

Informasi bawah permukaan merupakan salah satu komponen penting dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan bumi. Informasi ini meliputi struktur geologi (lipatan, patahan, rekahan), jenis dan sifat fisis batuan, susunan batuan di bawah permukaan, kedalaman, ketebalan dan distribusinya, termasuk kondisi akuifer pengandung air tanah. Salah satu cara untuk bisa mengetahui


(17)

kondisi bawah permukan tersebut adalah melakukan pengukuran geofisika dengan metode geolistrik (Naryanto, 2008: 38).

Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena resitivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya dimana bumi dianggap sebagai sebuah resistor. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi (Hendrajaya, 1990).

Berdasarkan data pemerintah Desa Jatilor (2012), menyatakan bahwa Desa Jatilor Kecamatan Godong secara geografis berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas permukaan air laut dengan titik koordinat 7o2 27,52 LS dan 110o 48 55,12 BT serta memiliki luas wilayah 339.905 Ha. Batas wilayah Desa Jatilor sebelah Utara Desa Penganten Kecamatan Klambu, sebelah Selatan Desa Gundi dan Desa Sumberagung Kecamatan Godong, sebelah Barat Desa Bringin dan Desa Kemloko Kecamatan Godong dan sebelah Timur Desa Wolo dan Desa Ngeluk Kecamatan Penawangan. Luas tanah sawah seluas 238.182 Ha (70%) terdiri dari sawah irigasi teknis 58.879 Ha (17%), sawah Irigasi setengah teknis 78.303 Ha (23%), dan sawah tadah hujan 101.000 Ha (30%). Tanah bukan sawah seluas 101.723 Ha (30%) terdiri dari pekarangan/bangunan : 63.490 Ha (19%), tegalan 35.000 Ha (10%) dan lain-lain (sungai, jalan, makam, dll) 3.233 Ha (1%).

Daerah penelitian didominasi oleh endapan aluvial (tanah lempung) yang merupakan Formasi Lidah dimana banyak terdapat sungai dangkal. Tanah


(18)

lempung merupakan jenis tanah yang mudah longsor dan mempunyai karakteristik dalam kondisi kering cenderung mengalami retak dengan demikian apabila hujan turun air akan meresap dalam tanah sehingga air tanah mudah ditemukan di daerah ini pada musim penghujan, namun pada musim kemarau kondisi tanah kering dan cenderung mengalami keretakan sehingga air tanah sulit didapat.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Desa Jatilor, penggunaan sumur galian telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih dengan kedalaman sekitar 5-20 meter. Namun beberapa sumur galian dengan kedalaman dibawah 7 meter tidak dapat memenuhi kebutuhan air disebabkan karena keringnya air sumur ketika memasuki musim kemarau. Masyarakat di daerah tersebut tidak mengetahui sebaran dan kedalaman air tanah sumur galian. Berdasarkan observasi dan informasi geologi di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE DI DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN .

1.2

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami atau menafsirkan istilah-istilah yang ada. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Survei adalah teknik penelitian dengan memberi batas yang jelas atas data penelitian yang hasilnya dapat memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung air tanah.


(19)

1.3

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sebaran air tanah di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?

2. Berapakah kedalaman air tanah sumur galian di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan?

1.4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti mempunyai tujuan mengetahui penyebaran air tanah dan kedalaman air tanah sumur galian di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Masyarakat khususnya di Desa Jatilor dapat mengetahui penyebaran, letak dan kedalaman air tanah yang tepat untuk digunakan sebagai sumur galian. Apabila sudah diketahui letak yang tepat untuk digunakan sebagai sumur galian akan bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan air untuk keperluan kehidupan sehari hari, pertanian dan industri rumah tangga.

2. Bagi Peneliti, yaitu mengetahui nilai resisitivitas lapisan tanah dengan menggunakan metode geolistrik dan mengetahui penyebaran air tanah di Desa Jatilor serta memperdalam ilmu pengetahuan tentang geolistrik dan mencoba memberikan sumbangsih pemikiran yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.


(20)

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi disusun untuk memudahkan pemahaman tentang struktur dan isi skripsi. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bagian awal skripsi berisi tentang lembar judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, lembar pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari:

Bab 1 Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, permasalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab 2 Tinjauan Pustaka terdiri dari kajian teori yang mendasari penelitian. Bab 3 Metode Penelitian berisi berisi uraian metode pengumpulan data, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan berisi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya.

Bab 5 Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Geologi Kabupaten Grobogan

Keadaan geologi regional menunjukkan bahwa kabupaten Grobogan merupakan endapan alluvial yang termasuk Zona Randublatung. Daerah ini mempunyai kenampakan morfologi datar. Di bagian utara terdapat perbukitan bergelombang lemah dan sedang. Sedangkan di bagian selatan dibatasi oleh bagian darat Formasi Kendeng. Di sebelah timur terdapat jalur patahan yang berarah barat-timur, yang merupakan patahan normal. Di sebelah selatan terdapat jalur patahan yang berarah barat-timur yang merupakan patahan naik, tegak lurus patahan tersebut terdapat patahan normal (Indrianaet al., 2007: 162).

Gambar 2.1 Peta Geologi Kabupaten Grobogan


(22)

Kondisi geologi kabupaten Grobogan dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Topografi Kabupaten Grobogan

Kondisi topografi kabupaten Grobogan dan sekitarnya terdiri dari:

a. Daerah dataran, berada pada ketinggian sampai dengan 50 mdpl, dengan kelerengan 0 - 8%

b. Daerah perbukitan, berada pada ketinggian antara 50 -100 mdpl, dengan kelerengan 8 - 15%

c. Daerah dataran tinggi, berada pada ketinggian antara 100 - 500 mdpl, dengan kelerengan >15%

2. Litologi dan Jenis Tanah Kabupaten Grobogan

Kondisi litologi dan jenis tanah kabupaten Grobogan dan sekitarnya terdiri dari:

a. Alluvial dengan bahan induknya endapan liat dan pasir.

b. Asosiasi Litosol, Mediteran kuning dan Rensina dengan bahan induknya batu kapur dan napal lunak.

c. Komplek Regosol kelabu dan Grumosol kelabu tua dengan bahan induknya batu kapur dan napal.

d. Grumosol dengan bahan induk endapan liat.

e. Grumosol dengan bahan induk batu kapur dan napal.

f. Asosiasi Grumosol tua coklat dengan bahan induk napal lunak.

g. Asosiasi Mediteran merah kekuningan dan Mediteran coklat kekuningan dengan bahan induk batu liat lunak.


(23)

h. Komplek Mediteran coklat kemerahan dan Litosol dengan bahan induk batu kapur dan napal.

3. Stratigrafi

Urutan stratigrafi dan macam litologi secara regional dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

a. Batuan dasar yang berumur Pretersier yang ditembus oleh beberapa sumur eksplorasi menunjukkan susunan batuan ubahan yaitu kwarsit,slate,phyllit. b. Formasi Ngimbang (Eosen-Oligosen Bawah). Formasi ini terletak tidak

selaras di atas batuan dasar. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari batuan sedimen klastik kasar mengandung lignit dengan sisipan serpih. Ke arah muda merupakan perlapisan antara batu gamping mengandung dolomit dan sisipan halus serpih.

c. Formasi Kujung (Oligosen atas Miosen bawah). Formasi bagian bawah disebut anggota Kranji, terdiri dari napal dan serpih, kadang-kadang dijumpai sisipan batu gamping dolomitan dan pasir halus. Bagian atas disebut anggota Prupuh, merupakan batu gamping terumbu, dolomitan kadang-kadang dijumpai mineral pirit.

d. Formasi Tuban (Miosen bawah Miosen tengah). Formasi ini dapat dibagi menjadi dua anggota yaitu anggota Tawun yang tersusun dari serpih, kadang-kadang mengandung mineral pirit dan gipsum, dengan sisipan batu gamping dengan kandungan fosil orbitoid dan anggota Pasir Ngrayong.

e. Formasi Kawengan (Miosen tengah Pliosen). Formasi Kawengan ke arah lateral mengalami perubahan facies menjadi Formasi Karren, yang tersusun


(24)

oleh batu gamping keras, secara lokal berupa batu gamping terumbu. Di daerah Tuban dan Purwodadi, Formasi Karren tidak selaras di atas formasi Kujung. Formasi Kawengan yang banyak mengandung mineral glukonit dapat dibagi menjadi empat anggota yaitu: anggota Platen Kompleks, anggota Wonocolo, anggota Ledok dan anggota Mundu. Anggota Platen Kompleks merupakan perlapisan antara batu gamping pasiran dan batu pasir gampingan. Anggota Wonocolo tersusun dari napal yang berlapis dengan batu gamping pasiran dan batu pasir gampingan. Anggota Ledok merupakan perlapisan antara batu pasir gampingan dan batu gamping pasiran dengan sisipan napal. Anggota Mundu pada umumnya tersusun oleh napal.

f. Formasi Lidah (Pleistosen) terdiri dari lempung, pasir glaukonitan dan batu gamping pasiran. Secara lokal Formasi Lidah berhubungan secara tak selaras di atas Formasi Kawengan.

Tabel 2.1 Stratigrafi Kabupaten Grobogan (Indrianaet al., 2007: 162)

Masa Zaman Umur dalam

jutaan tahun Formasi

Kenozoikum

Eosen 35-56

Ngimbang Oligosen Bawah 30-34

Oligosen atas 25-27

Kujung

Miosen bawah 17-24

Miosen bawah 17-24

Tuban

Miosen tengah 11-20

Miosen tengah 11-20

Kawengan

Pliosen 3-6


(25)

2.2

Air Tanah

Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi keseharian kehidupan penduduk Indonesia. Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, air tanah juga dimanfaatkan untuk pertanian serta industri. Berbagai kepentingan tersebut seringkali mengakibatkan munculnya konflik kebutuhan air antara masyarakat dengan industri sehingga air dapat dikatakan bahwa air memiliki beberapa fungsi sosial (pemenuhan kebutuhan masyarakat), ekonomi (industri) dan daya dukung lingkungan (Rejekiningrumet al., 2010: 1).

Air tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian air tanah adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumber daya ini dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Sirkulasi suplai air di bumi juga disebut siklus hidrologi. Siklus ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya sehingga air yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer. Angin akan mengangkut uap air pada jarak yang sangat jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah mengalami jenuh


(26)

akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang jatuh ke permukaan bumi juga disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke bumi ini mengakhiri siklus hidrologi dan akan dimulai dengan siklus yang baru (Putranto & Kusuma, 2009: 48) .

2.3

Metode Geolistrik Tahanan Jenis

Metode geolistrik merupakan salah satu geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaiaman cara mendeteksinya di permukaan bumi (Hendrajaya, 1990). Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi batuan di bawah permukaan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau resistivitas).

Metode geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang geologi teknik seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air, juga digunakan dalam eksplorasi panas bumi (geothermal). Keunggulan secara umum adalah harga peralatan relatif murah, waktu yang dibutuhkan relatif sangat cepat, bisa mencapai 4 titik pengukuran atau lebih per hari, beban pekerjaan ; peralatan yang kecil dan ringan sehingga mudah untuk mobilisasi, kebutuhan personal sekitar 5 orang, terutama untuk konfigurasi Schlumberger, serta analisis data secara global bisa langsung diprediksi saat di lapangan (Broto & Afifah, 2008: 121).


(27)

Berdasarkan pada tujuan penyeledikannya, metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Aplikasi teknik mapping memberikan informasi lapisan bawah permukaan secara horisontal. Aplikasi teknik sounding memberikan informasi detail pada kedalaman dan karakteristik air bawah permukaan pada daerah penelitian (Ezeh & Ugwu, 2010: 420). Kombinasi antara data teknik mapping dan sounding sangat efisien dalam menggambarkan zona air pada suatu area tanpa mengeksploitasi sumber permukaan pada area tersebut (Ibe & Akaolisa, 2010: 364).

Pada metoda ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektroda tersebut maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika dipunyai suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal ini, alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau kalau tidak, alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi beda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi (Hendrajaya, 1990).


(28)

2.4

Rumus-rumus Dasar Listrik

Dalam metode geolistrik untuk mendeteksi batuan penyusun di suatu daerah berdasarkan sifat kelistrikan batuan penyusunnya, definisi-definisi yang sering digunakan adalah:

a. Resistansi R = V/I dalam b. Resistivitas = E/J dalamm c. Konduktivitas = 1/ dalam (m)-1 dengan

V : beda potensial 2 buah titik (volt)

I : besar arus listrik yang mengalir (ampere) E : medan listrik (volt/meter)

J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Gambar 2.2 Segmen Penghantar Listrik yang Mempunyai Panjangldan Luas Penampang Adialiri ListrikI

Suatu kawat yang penampangnya homogen dialiri arus listrik kecepatan rata-rata pembawa muatan konstan, dan besarnya sebanding dengan kuat medan listrik E, akibatnya rapat arus sebanding dengan kuat medan E pula. Pernyataan

A Q P I E l

.

.

2.4

Rumus-rumus Dasar Listrik

Dalam metode geolistrik untuk mendeteksi batuan penyusun di suatu daerah berdasarkan sifat kelistrikan batuan penyusunnya, definisi-definisi yang sering digunakan adalah:

a. Resistansi R = V/I dalam b. Resistivitas = E/J dalamm c. Konduktivitas = 1/ dalam (m)-1 dengan

V : beda potensial 2 buah titik (volt)

I : besar arus listrik yang mengalir (ampere) E : medan listrik (volt/meter)

J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Gambar 2.2 Segmen Penghantar Listrik yang Mempunyai Panjangldan Luas Penampang Adialiri ListrikI

Suatu kawat yang penampangnya homogen dialiri arus listrik kecepatan rata-rata pembawa muatan konstan, dan besarnya sebanding dengan kuat medan listrik E, akibatnya rapat arus sebanding dengan kuat medan E pula. Pernyataan

A Q P I E l

.

.

2.4

Rumus-rumus Dasar Listrik

Dalam metode geolistrik untuk mendeteksi batuan penyusun di suatu daerah berdasarkan sifat kelistrikan batuan penyusunnya, definisi-definisi yang sering digunakan adalah:

a. Resistansi R = V/I dalam b. Resistivitas = E/J dalamm c. Konduktivitas = 1/ dalam (m)-1 dengan

V : beda potensial 2 buah titik (volt)

I : besar arus listrik yang mengalir (ampere) E : medan listrik (volt/meter)

J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Gambar 2.2 Segmen Penghantar Listrik yang Mempunyai Panjangldan Luas Penampang Adialiri ListrikI

Suatu kawat yang penampangnya homogen dialiri arus listrik kecepatan rata-rata pembawa muatan konstan, dan besarnya sebanding dengan kuat medan listrik E, akibatnya rapat arus sebanding dengan kuat medan E pula. Pernyataan

A Q P I E l

.

.


(29)

tersebut dinamakan Hukum Ohm, dan jika dinyatakan dalam relasi matematik diperoleh:

J = E (2.1)

= Berdasarkan persamaan

= maka dapat diperoleh hubungan:

= = atau = =

Hubungan diatas dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

= (2.2)

Dengan R adalah hambatan yang dinyatakan oleh hubungan:

= (2.3)

Persamaan (2.3) menyatakan hambatan penghantar listrik yang dilewati arus listrik. BesaranAadalah luas penampang penghantar,ladalah panjang penghantar listrik, adalah resistivitas listrik, dan adalah konduktivitas ( Sutarman et al, 2003).


(30)

2.5

Potensial di Sekitar Titik Arus di Permukaan Bumi

Permukaan yang dilalui arusIadalah permukaan setengah bola dengan luas2r2, sehingga :

J = E

= 1

2 =

1

 

r I Vr

2

 (2.14)

Maka

I V r 2

(2.15)

2.6

Faktor Geometri

Letak dua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda arus mempengaruhi besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial tersebut. Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap kedua elektroda arus disebut faktor geometri (Hendrajaya, 1990). Jika pada permukaan bumi

Permukaan equipotensial Gambar 2.3 Potensial di Sekitar Titik Arus pada Permukaan Bumi

Arus

Permukaan bumi

Titik arus


(31)

diinjeksikan dua sumber arus yang berlawanan polaritasnya seperti pada gambar (2.4), maka besarnya potensial disuatu titik P adalah :

        2 1 1 1

2 r r

I

(2.16)

dengan :

r1: Jarak dari titk P ke sumber arus positif

r2: Jarak dari titk P ke sumber arus negatif

Jika ada dua titik yaitu P dan Q yang terletak didalam bumi tersebut, maka besarnya beda potensial antara titik P dan titik Q adalah :

q p

pq V V

V  

                              4 3 2 1 2 1 1 2 r I r I I r r I             4 3 2 1 1 1 1 1

2 r r r r

I

(2.17) dengan:

r3: jarak titik Q ke sumber arus positif

r4: jarak titik Q ke sumber arus negatif

  2 1 2 2 r I r I V p  

Gambar 2.4 Permukaan Equipotensial dan Arah Aliran Arus Listrik Akibat Dua Sumber Arus (Idan I) di Permukaan Bumi Homogen


(32)

2.7

Konfigurasi Dipole dipole

Menurut Waluyo, sebagaimana dikutip oleh Andriyani et al. (2010: 47), pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial terpisah dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam terpisah sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat.

Menurut Rohidah (2009), rangkaian elektroda konfigurasi dipole dipole dapat dilihat pada Gambar 2.5. Jarak antara pasangan elektroda arus adalah a yang besarnya sama dengan jarak pasangan elektroda potensial. Terdapat besaran lain dalam susunan ini, yakni n . Ini adalah perbandingan antara jarak elektroda arus potensial terdalam terhadap jarak antara kedua pasang elektroda arus atau potensial. Besarnya a dibuat tetap serta faktor n meningkat mulai dari 1 ke 2 ke 3 sampai sekitar 6 untuk meningkatkan kedalaman pengukuran.


(33)

Jarak antara elektroda a dan n adalah kelipatan bilangan bulat, didapat titik di bawah permukaan yang terdeteksi yakni kedalaman pengukuran. Data biasanya ditampilkan seperti pada Gambar 2.6. Sebuah titik data pada plot ini terdapat pada perpotongan garis yang ditarik dari pusat dipole elektroda, 45o terhadap horisontal. Ini berdasarkan asumsi bumi homogen. Besarnya kedalaman pengukuran bergantung pada harganyang memberikan harga penyeimbang antara elektroda arus dan elektroda potensial. Untuk beberapa macam harga n dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6. Setiap susunan elektroda memiliki harga sensitivitas yang menunjukkan keakuratan data yang terukur berkenaan dengan besarnya faktor n yang digunakan. Harga sensitivitas terbesar umunya terletak antara pasangan elektroda arus dan pasangan elektroda potensial. Ini menunjukkan bahwa susunan ini sangat sensitif terhadap perubahan resistivitas di bawah elektroda pada setiap pasang. Seiring membesarnya faktor n harga sensitivitas tinggi semakin terkonsentrasi di bawah pasangan elektroda arus dan potensial, sedangkan harga sensiivitas di bawah elektoda arus potensial terdalam semakin mengecil.


(34)

Maka susunan ini sangat sensitif terhadap perubahan resistivitas secara mendatar dan kurang sensitif terhadap perubahan resistivitas secara vertikal, maka susunan ini sangat bagus untuk memetakan struktur vertikal, namun relatif kurang baik dalam memetakan struktur horisontal seperti lapisan sedimen. Median kedalaman pengukuran untuk susunan ini bergantung pada harga a dan faktor n . Satu kekurangan yang mungkin dari susunan ini adalah kecilnya kekuatan sinyal untuk harga faktor n yang besar. Tegangan berbanding terbalik terhadap pangkat tiga faktor n .

Untuk menggunakan susunan ini dengan efektif, resistivitymeter harus memiliki sensitivitas yang tinggi dan sirkuit penolak noise yang sangat baik, sebagaimana kontak elektroda dengan tanah yang harus baik. Penentuan besarnya harga a serta faktor n juga diupayakan secermat mungkin dengan pertimbangan ketepatan kedalaman pengukuran terhadap dimensi objek yang akan diteliti. Dengan upaya ini diharapkan titik data jatuh tepat pada objek yang diteliti. Untuk memperoleh faktor geometri pemasangan elektrode dipole-dipole dengan memasukkan :

C1P2= a + na = a(n+1)

C1P1= na

C2P2= a + na + a = a(n+2)

C2P1= na+a = a(n+1)

Dalam persamaan


(35)

sehingga diperoleh harga :

= 2 1

( + 1)

1 1

( + 2)+ 1 ( + 1)

= 2 2

( + 1)

1 1

( + 2)

= 2 2( )( + 2) ( + 1)( + 2) ( )( + 1) ( )( + 1)( + 2)

= 2 2 + 4 3 2

( )( + 1)( + 2)

= 2 2

( )( + 1)( + 2) = ( )( + 1)( + 2)

Jadi untuk pemasangan elektrode dipole-dipole diperoleh hubungan antara resistivitas, beda potensial dan arus adalah sebagai berikut :

= ( + 1)( + 2)

2.8

Sifat Kelistrikan Batuan

Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik (Telfordet al., 1990).

1. Konduksi secara elektronik

Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut.


(36)

Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.

3. Konduksi secara dielektrik

Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga terjadi polarisasi.


(37)

Tabel 2.2 Variasi Resistivitas Material Bumi (Batuan) (Telfordet al., 1990)

Bahan Resistivitas ( m)

Air (udara) Pyrite (pirit) Quartz (kwarsa) Calcite (kalsit)

Rock salt (garam batu) Granite (granit)

Andesite (andesit) Basalt (basal) Soil (tanah)

Silkclay (lempung halus) Marls (pasiran)

Unconsolidate wet clay (lempung basah)

Limestones (batu gamping) Sandstones (batu pasir) Shales (batu tulis) Sand (pasir) Clay (lempung) Fres water

Ground water (air tanah) Magnetite (magnetit) Dry gravel (kerikil kering)

Alluvium and sands (aluvium dan pasir) Gravel (Kerikil)

~

0,01-100 500-800.000

1 x1 10 1 10 30 1 10

200-100.000 1,7 x10 -45 x10 200-100.000 1-10 30 3 70 20 500-10.000 200-8.000 20-2.000 1-1.000 1-100 3-100 0.5-300 0.01-1.000 600-10.000 10-800 100-600


(38)

2.9

Program Komputer Res2DinV

Program komputer Res2DinV adalah program komputer yang secara otomatis menentukan model resistivi 2 dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survei goelistrik. Model 2-D menggunakan program inversi dengan teknik optimasi least-square non linier dan subroutine dari permodelan maju digunakan untuk menghitung nilai resistivitas semu.

Data hasil survey geolistrik di simpan dalam bentuk file *.datdengan data dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut :

Line 1 Nama tempat dari garis survei Line 2 Spasi elektroda terpendek

Line 3 Tipe Pengukuran (Wenner= 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole= 3, Pole-dipol= 4,Schlumberger= 7)

Line 4 Jumlah total datum point

Line 5 Tipe dari lokasi x datum point. Masukkan 0 bila letak elektroda pertama diketahui. Gunakan 1 jika titik tengahnya diketahui.

Line 6 Ketik 1 untuk data IP dan 0 untuk data resistivitas.

Line 7 Posisisi x, spasi elektroda, (faktor pemisah elektroda (n) untuk dipole-dipole, pole-pole, dan wenner-schlumberger) dan harga resistivitas semu terukur pada datum point pertama.

Line 8 Posisisi x, spasi elektroda dan resistivitas semu yang terukur untuk datum point kedua.

Dan seterusnya untuk datum point berikutnya. Setelah itu diakhiri dengan empat angka 0.


(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

Gambar 3.1 Peta Geologi Kecamatan Godong


(40)

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : 31 Maret 2012

Tempat : Desa Jatilor Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan

3.3

Alat Penelitian

Alat yang digunakan selama penelitian di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Resistivitimeter Multi Channel merk S-Field gunanya untuk memberikan

harga beda potensial (V) dan kuat arus (I).

2. Patok untuk mengetahui penempatan elektroda (elektroda potensial dan elektroda arus) yang akan dipasang.

3. Palu geologi digunakan untuk memukul elektroda potensial dan elektroda arus di permukaan tanah.

4. Elektroda

5. Aki (elemen kering) sebagai sumber arus.

6. Meteran digunakan untuk mengukur panjang lintasan yang akan diteliti. 7. Kabel listrik digunakan sebagai kabel penghubung.


(41)

3.4

Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Penelitian Kajian pustaka

Uji coba alat di lokasi penelitian

Alat dapat bekerja

Pengolahan Data dengan Software Res2Dinv

Interpretasi Data Hasil Pengolahan

Analisa data

Kesimpulan

Selesai

Persiapan alat penelitian Mulai

Pengambilan data Ya


(42)

3.5

Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Studi Literatur, yaitu mempelajari literatur-literatur atau teori-teori yang berhubungan dengan kondisi geologi dan jurnal-jurnal penelitian tentang geolistrik khususnya yang berhubungan dengan interpretasi serta tehnik akuisisi data.

b. Mengurus surat izin penelitian dan melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian.

c. Menyiapkan peralatan.

d. Melakukan uji test pada alat yang digunakan di lapangan.

e. Mempersiapkanstacking chartyang sesuai dengan luas daerah dan kedalaman yang di inginkan pada daerah yang sudah di observasi sebelumnya.

Gambar 3.3 Stacking ChartGeolistrik Multichannel C2 C1 P1

P2

C2 a C1 2a P1 a P2

C2 a C1 3a P1 a P2


(43)

3.5.2

Pengukuran Lapangan (Pelaksanaan)

Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan di tiga lokasi penelitian, yang terdiri dari dua bentangan untuk setiap lokasinya. Teknik pengukuran dalam penelitian ini, didasarkan pada stacking chart yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan seperangkat alat resistivity multi channel (seperti gambar 3.4). Beberapa hal tahapan yang dilakukan adalah:

a. Memasang elektroda sebanyak 16 elektroda pada lintasan sepanjang 75 meter dengan spasi antar elektroda sebesar 5 meter pada lapangan lokasi penelitian. b. Kabel penghubung elektroda pertama hingga elektroda ke delapan

dimasukkan pada lubang alatresistivity multi channel yang bertuliskan angka 1-8.

c. Kabel penghubung elektroda ke sembilan hingga elektroda ke enam belas dimasukkan pada lubang alatresistivity multi channel yang bertuliskan angka 9-16.

d. Sisa lubang dipergunakan untuk kabel penghubung dengan sumber arus atau aki dan kabel penghubung alat resistivity multi channel dengan USB agar terkoneksi dengan laptop.


(44)

e. Membuka software GeoRes-Multi channel (seperti gambar 3.5) pada laptop. Memilih settings mengubah metode didalamnya menjadi custom dan memasukan konfigurasidipole-dipoleyang telah dibuat dalam bentuk notepad setelah itu mengkliksave setting now.

f. Memilih resistivity setelah itu memilih direktori untuk menyimpan data yang dihasilkan dari pengukuran lalu mengklik start. Dengan software tersebut monitoring di bawah permukaan tanah dapat otomatis terbaca.

g. Data hasil pengukuran disimpan pada direktori yang sudah dipilih sebelum memulai pengukuran.

h. Mengulangi langkah poin a sampai g untuk lintasan berikutnya.


(45)

3.6

Metode Analisis Data

Data berupa nilai beda potensial (V), nilai potensial diri (Vsp) dari hasil pengukuran, dan nilai besarnya kuat arus (I) yang diinjeksikan diolah menggunakan program Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai faktor geometri (K) dan nilai resistivitas ( ). Data resistivitas semu ( ) hasil perhitungan, data datum point (dp), spasi elektroda (a) dan faktor pemisah elektroda (n) diinput ke program notepad dalam bentuk file text. Setelah file data lapangan sudah berada dalam bentukfile textdan mengikuti format data Res2Dinv, selanjutnya dilakukan inversi untuk menampilkan gambar penampang bawah permukaan daerah survei. Interpretasi data dilakukan dengan membaca dan mengevaluasi penampang sounding berdasarkan nilai hasil perhitungan dan keberadaan air tanah. Pada tahapan ini terlihat/tampak sebaran variasi nilai-nilai resistivitas bawah permukaan daerah penelitian dari warna yang diberikan pada gambar penampang hasil pemrosesan. Dari perbedaan nilai resistivitas inilah dapat menafsirkan sebaran kedalaman potensi sumber air tanah dibawah permukaan daerah survei.


(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Pada daerah survei dilakukan pengukuran sebanyak tiga lokasi untuk setiap lokasinya terdiri dari 2 lintasan, dimana setiap lintasan tersebut diterapkan pengukuran dengan metode geolistrik resistivitas konfigurasi dipole-dipole. Pengambilan data dilakukan di daerah survei dengan panjang lintasan 75 meter dengan spasi elektroda 5 meter untuk tiap lokasi. Jarak antara kedua lintasan 5 meter.

Setelah data diolah dengansoftwareRes2Dinv maka diperoleh penampang resistivitas bawah permukaan pada tiap lokasi dengan kedalaman 17,9 meter di bawah permukaan tanah. Kedalaman yang terukur adalah seperempat dari panjang lintasannya sesuai dengan koreksi dalamsoftwaretersebut.

4.1.1 Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.375 dan E 110 48.753 . Data lapangan yang diperoleh


(47)

diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Penampang Resistivitas Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-8 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 3-10 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar lebih dari 6 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif.


(48)

Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.

4.1.2 Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.438 dan E 110 48.974 . Data lapangan yang diperoleh diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama

Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-10 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa


(49)

menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 4-14 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar lebih dari 7 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif. Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.

4.1.3 Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Kedua

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.450 dan E 110 48.957 . Data lapangan yang diperoleh diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.3.


(50)

Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-12 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 5-15 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar 6-15 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif. Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.

4.1.4 Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Kedua

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.453 dan E 110 48.937 . Data lapangan yang diperoleh


(51)

diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Kedua

Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-14 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 4,5-17 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar 11-15 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif. Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.


(52)

4.1.5 Hasil Pengukuran Lintasan Pertama pada Lokasi Ketiga

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.316 dan E 110 48.754 . Data lapangan yang diperoleh diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Penampang Resistivitas Lintasan Pertama pada Lokasi Ketiga

Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-14 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan


(53)

yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 0,8-17 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar 0,8-17,9 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif. Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.

4.1.6 Hasil Pengukuran Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga

Setelah dilakukan proses akuisisi data langkah selanjutnya mengolah data dan menginterpretasikannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik dipole-dipole yang memiliki panjang lintasan 75 meter dengan target kedalaman yang ingin diketahui sekitar 18,75 meter di bawah permukaan tanah. Jarak spasi antar elektroda yang digunakan sebesar 5 meter. Lintasan ini terletak pada koordinat S 07 02.318 dan E 110 48.755 . Data lapangan yang diperoleh diolah dengan software Res2DINV dan menghasilkan gambar penampang bawah permukaan seperti pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Penampang Resistivitas Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga

Secara umum di bawah permukaan daerah penelitian terdiri dari beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan pertama adalah lapisan


(54)

paling atas yaitu lapisan tanah penutup yang memiliki interval resistivitas berkisar 0,225-20 m dengan kedalaman sekitar 0,8-17,9 meter di bawah permukaan tanah (warna biru). Pada lapisan ini diperkirakan terdapat beberapa aliran dan resapan air yang terjadi pada waktu hujan sehingga membentuk cekungan seperti mangkok yang dilapisi tanah, lempung dan lempung basah yang diprediksi bisa menahan air tanah dikala musim kering sehingga daerah tersebut tidak pernah kekeringan atau kekurangan air. Lapisan kedua adalah lapisan zona peralihan yaitu pada kedalaman cukup bervariasi sekitar 4-14 meter di bawah permukaan tanah (warna hijau) diprediksi terdapat kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ketiga adalah lapisan zona resistif yaitu berada pada kedalaman sekitar 4-17,9 meter di bawah permukaan tanah dengan interval resistivitas lebih dari 300 m diduga terdapat napal, kerikil dan batu gamping (warna ungu) yang sangat resistif. Sehingga menurut data geologi merupakan daerah aluvium atau alluvial yang terdiri dari lempung, napal, kerikil, pasir dan batu gamping.

4.2

Pembahasan

Pengukuran geolistrik dengan menggunakan aturan konfigurasi dipole-dipole, diperoleh hasil bahwa pada setiap lintasan penelitian terdapat beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang bervariasi dari tiap lapisan batuan tersebut.

Setelah dilakukan inversi maka diperoleh model penampang resistivitas 2D pada lintasan pengukuran. Kedalaman yang bisa terpetakan dengan panjang lintasan 75 meter adalah 17,9 meter di bawah permukaan tanah. Hasil inversi inilah yang menggambarkan struktur resistivitas listrik bawah permukaan pada


(55)

lintasan pengukuran. Penampang yang dihasilkan kemudian diinterpretasi untuk mengetahui sebaran air tanah di lokasi pengukuran. Dari penampang-penampang tersebut dapat dilakukan penafsiran jenis lapisan batuan penyusun pada setiap titik pengukuran berdasarkan sebaran kesamaan nilai resistivitasnya, yaitu dengan menentukan range (kisaran) kesamaan nilai resistivitasnya.

Pemetaan geologi daerah ini memperlihatkan bahwa stratigrafi daerah kabupaten grobogan dan sekitarnya tersusun dari berbagai variasi satuan litologi. Berbagai variasi tersebut meliputi formasi Ngimbang, formasi Kujung, formasi Tuban, formasi Kawengan dan formasi Lidah. Menurut jenis tanah yang terdapat pada tiap formasi, formasi Lidah merupakan lapisan tanah yang dapat menyimpan air tanah. Formasi Lidah terdiri dari pasir glaukonitan, batu gamping pasiran dan lempung. Pasir glaukonitan merupakan batuan yang berfungsi sebagai lapisan penyerap sehingga pasir glaukonitan bisa menyimpan air. Batu gamping pasiran dan lempung merupakan batuan yang bisa menyimpan air tetapi tidak mampu mengalirkan.

Menurut Juandi (2008), bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola distribusi resistivitas bawah permukaan tanah yaitu topografi, cuaca, kelembaban, kandungan mineral batuan, porositas batuan. Berdasarkan analisa pengamatan pada line pengukuran dapat diketahui apakah ada distribusi air bawah tanah merata atau tidak dalam tanah. Menurut Syamsurizalet al.(2013), nilai resistivitas 24,38-78,60 m diinterpretasikan lempung berpasir, nilai resistivitas 0,18-0,74m diinterpretasikan lempung basah, nilai resistivitas 1,17-8,83 m diinterpretasikan batu pasir, nilai resistivitas 122,11-160,07 m


(56)

diinterpretasikan kerikil, nilai resistivitas 8,34-12,04 m diinterpretasikan top soil, nilai resistivitas 754,02 m diinterpretasikan batuan lempung berpasir dan nilai resistivitas 1935,7m diinterpretasikan brangkal.

Nilai resistivitas yang terdapat pada gambar 4.1- 4.6 tampak bahwa daerah penyusun lapisan tanah/ batuan bawah permukaan yang memiliki interval resistivitas 100-200 m dapat diinterpretasikan sebagai daerah yang berpotensi memiliki air tanah. Dari keenam lintasan tersebut, maka daerah yang paling prospek mengandung air tanah adalah lintasan kedua pada lokasi ketiga.

Menurut Ishaq (2008), diperkirakan bawah permukaan daerah penelitian terdiri tiga lapisan dari nilai resistivitas yang berbeda. Lapisan tanah penutup memiliki interval 10-150m, zona konduktif memiliki interval resistivitas kurang dari 100 m (termasuk didalamnya baik pasir maupun lempung), sedangkan lapisan resistif memilki interval resistivitas lebih dari 100m yang terletak relatif paling bawah yang diduga sebagai basement. Untuk lapisan penutup terlihat interval resistivitasnya cukup panjang dan didominasi oleh lapisan yang resitif. Menurut Irjan (2012), berdasarkan warna pengisi lapisan dapat diinterpretasikan bahwa interval resistivitas antara 0-20 m diduga merupakan lapisan yang bersifat bukan akuifer karena kemungkinan didominasi oleh lempung. Lapisan ini dapat terisi air namun tidak dapat mengalir atau sering disebut sebagai akuiklud. Untuk lapisan yang berada pada interval resistivitas sebesar 20-200 m merupakan lapisan yang diduga adalah lapisan pembawa sifat air tanah dan lapisan ini diduga terdiri dari pasir tufan. Selanjutnya untuk lapisan yang memiliki nilai resistivitas 200-1000 m diduga merupakan lapisan yang mempunyai


(57)

porositas yang lebih rapat namun bisa terisi air (akuitard), dan diduga litologinya tersusun atas batu pasir gampingan. Untuk lapisan yang memiliki nilai resistivitas di atas 1000m diduga merupakan lapisan yang tidak terdapat air dan didominasi oleh batuan breksi yang bersifat kedap air (akuifuge) sebagai akibat pengendapan dari letusan gunung api di masa lampau.

Pada gambar 4.1-4.6 menunjukan bahwa lapisan dengan interval resistivitas 300-500 m diinterpretasikan merupakan lapisan napal, kerikil dan batu gamping. Lapisan tersebut merupakan lapisan yang kedap air, sehingga sangat sulit untuk terdapatnya air tanah. Lapisan dengan interval resistivitas 100-200 m diinterpretasikan sebagai kerikil, lempung halus, dan pasir. Lapisan ini memungkinkan terdapatnya air tanah sebab pada lapisan ini terdapat kerikil dan pasir yang memiliki pori-pori dan air tanah berada di antara pori-pori pasir dan kerikil tersebut, sehingga pada lapisan tersebut sangatlah berpotensi terdapat air tanah. Lapisan yang memiliki interval resistivitas 0,225-20 m diinterpretasikan terdapat lapisan tanah, lempung dan lempung basah. Pada lapisan ini kemungkinan sedikit sekali mengandung air tanah, karena lapisan ini merupakan lapisan kedap air.

Penelitian ini dilakukan setelah malam harinya turun hujan sehingga hasil penelitian kurang akurat. Hasil penelitian kurang akurat disebabkan karena keadaan tanah daerah penelitian basah. Apabila ingin melakukan penelitian dengan keadaan tanah daerah penelitian kering harus menunggu waktu lebih lama dan biaya lebih banyak untuk menyewa alat penelitian. Penelitian ini tetap dilakukan walaupun malam harinya turun hujan karena sudah mempersiapkan alat


(58)

dan siap melakukan penelitian. Bentangan lintasan penelitian ini kurang panjang sehingga kedalaman yang dicapai tidak maksimal yaitu 17,9 meter di bawah permukaan tanah dengan panjang lintasan 75 meter.


(59)

BAB 5

PENUTUP

5.1

Simpulan

1. Lintasan yang paling berpotensi mengandung air tanah adalah lintasan kedua pada lokasi ketiga (E 110 48.755 ,S 07 02.318 ).

2. Kedalaman air tanah sumur galian adalah sekitar 4,62-17,9 m.

5.2

Saran

1. Daerah penelitian dan lintasan pengukuran harus lebih banyak lagi, ini dimaksudkan agar dapat dilakukan pemetaan sebaran air tanah di daerah penelitian.

2. Sebaiknya penelitian dilakukan pada musim kemarau untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

3. Untuk memperoleh kedalaman yang maksimal sebaiknya bentangan penelitian lebih panjang.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., A. H. Ramelan & Sutarno. 2010. Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-dipole Digunakan untuk Penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah pada Kawasan Karst di Pacitan, Jawa Timur. Jurnal Ekosains, 2(1): 46-54.

Broto, S. & R. S. Afifah. 2008. Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger.Teknik, 29(2): 120-128.

Ezeh, C. C. & G. Z. Ugwu. 2010. Geoelectrical Sounding For Estimating Groundwaterpotential in Nsukka L.G.A. Enugu State, Nigeria. International Journal of the Physical Sciences, 5(5): 415-420.

Hadi, A. I., Suhendra & R. Alpabet.2009. Survei Sebaran Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner di Desa Banjar Sari, Kec. Enggano, Kab. Bengkulu Utara. Jurnal Gradien, Edisi Khusus: 22-26. Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium

Tak Hingga.Bandung: Laboratorium Fisika Bumi ITB.

Ibe, K. K & C. C. Z. Akaolisa. 2010. Geoelectrical Investigation of Geologically Controlled Hydro-geophysical Parameters in Item area, of South Eastern Nigeria. International Journal of Physical Sciences, 5(4): 358-364.

Indriana, R. D. , M. I. Nurwidyanto & K. W. Haryono. 2007. Interpretasi Bawah Permukaan dengan Metode Self Potensial Daerah Bledug Kuwu Kradenan Grobogan.Berkala Fisika, 10(3):155-167.

Irjan. 2012. Pemetaan Potensi Air Tanah (Aquifer) Berdasarkan Interpretasi Data Resistivitas Wenner Sounding.Jurnal Neutrino, 4(2): 201-212.

Ishaq, Z.M. 2008. Studi Resistivitas dan Gravitasi untuk Investigasi Akuifer Air Bawah Tanah di Kampus UI Depok. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia. Juandi. 2008. Analisis Air Bawah Tanah dengan Metode Geolistrik. Journal of

Envirommental Science, 2(2): 48-54.

Karunia, D. N., Darsono & Darmanto. 2012. Identifikasi Pola Aliran Sungai Bawah Tanah di Mudal, Pracimantoro dengan Metode Geolistrik. Indonesian Journal of Applied Physics, 2(2):91-101.


(61)

Muallifah, F. 2009. Perancangan dan Pembuatan Alat Ukur Resistivitas Tanah. Jurnal Neutrino, 1(2):179-197.

Naryanto, H. S. 2008. Potensi Air Tanah di Daerah Cikarang dan Sekitarnya, Kabupaten Bekasi Berdasarkan Analisis Pengukuran Geolistrik. JAI, 4(1):38-49.

Pemerintah Desa Jatilor. Kondisi Geografis. Tersedia di http://desajatilor.grobogan.go.id// [diakses Januari 2013].

Putranto ,T. T. & K. I. Kusuma . 2009. Permasalahan Air Tanah pada Daerah Urban.Teknik, 30(1): 48-57.

Rejekiningrum, P., H. Pawitan, B. I. Setiawan & B. Kartiwa. 2010. Identifikasi Potensi Air Tanah untuk Keberlanjutan Sumber Daya Air: Studi Kasus di DAS Cicatih-Cimandiri Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal SDA, 6(1):1-102.

Rohidah, S. 2009. Eksplorasi Air Bawah Tanah dengan Menggunakan metode Dipole-dipole di Daerah Cilangkap Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta : Univerasitas Indonesia.

Sadjab, B. A., As ari & A. Tanauma. 2012. Pemetaan Akuifer Air Tanah di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis. Jurnal MIPA Unsrat Online, 1(1):37-44.

Syamsulrizal, Cari & Darsono. 2013. Aplikasi Metoda Resistivitas Untuk Indentifikasi Litologi Batuan Sebagai Studi Awal Kegiatan Pembangunan Pondasi Gedung.Indonesian Journal of Applied Physics, 3(1):99-106.

Suyoso, 2003. Common Textbook Listrik Magnet. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, & D.A. Keys. 1990. Applied Geophysic. London : Cambridge University Press.


(62)

Lampiran 1

Data Penelitian Lintasan Pertama pada Lokasi Pertama No. C2P1 (m) C1P1 (m) C2P2 (m) C1P2

(m) V (V) I (A) K ( m)

1 5 10 10 5 0.0111 0.1189 31.42857 2.934038

2 5 10 10 5 0.007 0.1189 31.42857 1.850294

3 5 10 10 5 0.0593 0.1196 31.42857 15.5829

4 5 10 10 5 0.0385 0.1187 31.42857 10.19377

5 5 10 10 5 0.0018 0.1175 31.42857 0.481459

6 5 10 10 5 0.1132 0.1186 31.42857 29.99759

7 5 10 10 5 0.0065 0.1189 31.42857 1.71813

8 5 10 10 5 0.0918 0.1182 31.42857 24.40899

9 5 10 10 5 0.0641 0.119 31.42857 16.92917

10 5 10 10 5 0.1375 0.1175 31.42857 36.77812

11 5 10 10 5 0.0231 0.1151 31.42857 6.307559

12 5 10 10 5 0.012 0.1193 31.42857 3.161298

13 5 10 10 5 0.0125 0.1191 31.42857 3.298549

14 5 15 15 5 2.2322 0.115 23.57143 457.5317

15 5 15 15 5 0.006 0.1153 23.57143 1.226614

16 5 15 15 5 0.008 0.1154 23.57143 1.634068

17 5 15 15 5 0.0039 0.1149 23.57143 0.800075

18 5 15 15 5 0.2024 0.115 23.57143 41.48571

19 5 15 15 5 0.0129 0.1154 23.57143 2.634934

20 5 15 15 5 0.0013 0.1143 23.57143 0.268091

21 5 15 15 5 1E-04 0.1154 23.57143 0.020426

22 5 15 15 5 0.2172 0.1157 23.57143 44.24991

23 5 15 15 5 0.696 0.1192 23.57143 137.6318

24 5 15 15 5 0.1637 0.1186 23.57143 32.53493

25 5 15 15 5 0.019 0.1161 23.57143 3.857512

26 5 20 20 5 0.01 0.1187 20.95238 1.765154

27 5 20 20 5 0.0189 0.1192 20.95238 3.322148

28 5 20 20 5 0.015 0.1159 20.95238 2.711697

29 5 20 20 5 0.006 0.1167 20.95238 1.077243

30 5 20 20 5 0.026 0.1166 20.95238 4.672058

31 5 20 20 5 0.255 0.1161 20.95238 46.01944

32 5 20 20 5 0.179 0.116 20.95238 32.33169

33 5 20 20 5 1.05 0.1162 20.95238 189.3287

34 5 20 20 5 0.01 0.1186 20.95238 1.766643

35 5 20 20 5 0.202 0.1186 20.95238 35.68618

36 5 20 20 5 0.021 0.1163 20.95238 3.783319

37 5 25 25 5 0.0226 0.1161 19.64286 3.823674

38 5 25 25 5 0.014 0.1169 19.64286 2.352438

39 5 25 25 5 0.006 0.117 19.64286 1.007326

40 5 25 25 5 0.017 0.1173 19.64286 2.846791


(63)

41 5 25 25 5 0.002 0.1164 19.64286 0.337506

42 5 25 25 5 0.0034 0.1178 19.64286 0.566942

43 5 25 25 5 0.2526 0.1165 19.64286 42.59044

44 5 25 25 5 1.064 0.1194 19.64286 175.0419

45 5 25 25 5 0.2205 0.1192 19.64286 36.33599

46 5 25 25 5 0.023 0.1166 19.64286 3.874663

47 5 30 30 5 0.0228 0.1161 18.85714 3.703212

48 5 30 30 5 1.007 0.1174 18.85714 161.7474

49 5 30 30 5 0.008 0.1173 18.85714 1.28608

50 5 30 30 5 0.009 0.1173 18.85714 1.44684

51 5 30 30 5 1.077 0.1166 18.85714 174.1779

52 5 30 30 5 0.874 0.1174 18.85714 140.3845

53 5 30 30 5 1.091 0.1192 18.85714 172.5935

54 5 30 30 5 0.3924 0.1196 18.85714 61.86909

55 5 30 30 5 0.021 0.1174 18.85714 3.373083

56 5 35 35 5 0.785 0.1184 18.33333 121.5512

57 5 35 35 5 0.029 0.1172 18.33333 4.536405

58 5 35 35 5 1.202 0.1168 18.33333 188.6701

59 5 35 35 5 1.021 0.118 18.33333 158.6299

60 5 35 35 5 1.159 0.1176 18.33333 180.6831

61 5 35 35 5 1.114 0.1196 18.33333 170.7637

62 5 35 35 5 0.511 0.1194 18.33333 78.46175

63 5 35 35 5 0.0192 0.117 18.33333 3.008547

64 5 40 40 5 1.032 0.1181 17.95918 156.9338

65 5 35 35 5 1.091 0.1173 18.33333 170.5172

66 5 30 30 5 1.25 0.1184 18.85714 199.083

67 5 25 25 5 1.096 0.1179 19.64286 182.6003

68 5 20 20 5 1.144 0.1197 20.95238 200.2466

69 5 15 15 5 0.777 0.1194 23.57143 153.392

70 5 10 10 5 0.1094 0.1183 31.42857 29.06412

71 5 45 45 5 0.891 0.1179 17.67857 133.6014

72 5 45 45 5 1.125 0.1182 17.67857 168.2605

73 5 45 45 5 1.342 0.1186 17.67857 200.0391

74 5 45 45 5 0.006 0.1193 17.67857 0.889115

75 5 45 45 5 0.849 0.1198 17.67857 125.2847

76 5 45 45 5 0.3354 0.1184 17.67857 50.07933

77 5 50 50 5 0.941 0.1186 17.46032 138.5342

78 5 50 50 5 0.004 0.1188 17.46032 0.587889

79 5 50 50 5 0.011 0.1187 17.46032 1.618058

80 5 50 50 5 0.744 0.119 17.46032 109.1637

81 5 50 50 5 0.466 0.1183 17.46032 68.7786

82 5 55 55 5 1.073 0.1188 17.28571 156.1243

83 5 55 55 5 0.008 0.1196 17.28571 1.156235


(64)

85 5 55 55 5 0.402 0.1189 17.28571 58.44287

86 5 60 60 5 0.001 0.1193 17.14286 0.143695

87 5 60 60 5 1.082 0.1188 17.14286 156.1328

88 5 60 60 5 0.709 0.1188 17.14286 102.3088

89 5 65 65 5 0.497 0.1192 17.02381 70.98015

90 5 65 65 5 0.006 0.1181 17.02381 0.864884


(65)

Lampiran 2

Data Penelitian Lintasan Kedua pada Lokasi Pertama No. C2P1 (m) C1P1 (m) C2P2 (m) C1P2

(m) V (V) I (A) K ( m)

1 5 10 10 5 0.0081 0.124 31.42857 2.052995

2 5 10 10 5 0.2254 0.1244 31.42857 56.94534

3 5 10 10 5 0.0166 0.123 31.42857 4.24158

4 5 10 10 5 0.05 0.1242 31.42857 12.6524

5 5 10 10 5 0.0621 0.1239 31.42857 15.75233

6 5 10 10 5 0.0388 0.1238 31.42857 9.849988

7 5 10 10 5 0.0926 0.1246 31.42857 23.35703

8 5 10 10 5 0.0071 0.1242 31.42857 1.796641

9 5 10 10 5 0.1694 0.1249 31.42857 42.6261

10 5 10 10 5 0.0949 0.1245 31.42857 23.9564

11 5 10 10 5 0.0005 0.1245 31.42857 0.126219

12 5 10 10 5 0.125 0.1241 31.42857 31.6565

13 5 10 10 5 0.0046 0.1247 31.42857 1.159354

14 5 15 15 5 0.1778 0.1233 23.57143 33.99027

15 5 15 15 5 0.737 0.1247 23.57143 139.3115

16 5 15 15 5 0.007 0.1236 23.57143 1.334951

17 5 15 15 5 0.0742 0.1247 23.57143 14.02566

18 5 15 15 5 0.0124 0.1252 23.57143 2.33455

19 5 15 15 5 0.1139 0.1243 23.57143 21.59924

20 5 15 15 5 0.048 0.1241 23.57143 9.117071

21 5 15 15 5 0.0176 0.1247 23.57143 3.326842

22 5 15 15 5 0.0078 0.1246 23.57143 1.475579

23 5 15 15 5 0.0175 0.1245 23.57143 3.313253

24 5 15 15 5 0.3104 0.1247 23.57143 58.67339

25 5 15 15 5 0.0066 0.1247 23.57143 1.247566

26 5 20 20 5 0.324 0.125 20.95238 54.30857

27 5 20 20 5 0.796 0.1244 20.95238 134.0683

28 5 20 20 5 0.011 0.1238 20.95238 1.861682

29 5 20 20 5 0.018 0.1256 20.95238 3.00273

30 5 20 20 5 0.2013 0.1249 20.95238 33.76873

31 5 20 20 5 0.0888 0.1249 20.95238 14.89649

32 5 20 20 5 0.1154 0.1247 20.95238 19.38977

33 5 20 20 5 0.0228 0.1249 20.95238 3.824774

34 5 20 20 5 0.002 0.1241 20.95238 0.337669

35 5 20 20 5 0.507 0.1249 20.95238 85.0509

36 5 20 20 5 1.073 0.1253 20.95238 179.4246

37 5 25 25 5 0.498 0.1243 19.64286 78.69785

38 5 25 25 5 0.008 0.1247 19.64286 1.260167

39 5 25 25 5 0.016 0.1257 19.64286 2.500284


(66)

41 5 25 25 5 0.0245 0.125 19.64286 3.85

42 5 25 25 5 0.1288 0.125 19.64286 20.24

43 5 25 25 5 0.0067 0.1246 19.64286 1.056237

44 5 25 25 5 0.009 0.1247 19.64286 1.417688

45 5 25 25 5 0.585 0.1247 19.64286 92.14973

46 5 25 25 5 0.535 0.1244 19.64286 84.47692

47 5 30 30 5 0.449 0.1243 18.85714 68.11631

48 5 30 30 5 0.013 0.1242 18.85714 1.973775

49 5 30 30 5 0.17 0.1248 18.85714 25.68681

50 5 30 30 5 0.019 0.1251 18.85714 2.863995

51 5 30 30 5 0.015 0.125 18.85714 2.262857

52 5 30 30 5 0.007 0.1248 18.85714 1.057692

53 5 30 30 5 0.2145 0.1252 18.85714 32.30717

54 5 30 30 5 0.629 0.1247 18.85714 95.11742

55 5 30 30 5 0.601 0.1244 18.85714 91.10243

56 5 35 35 5 0.413 0.1256 18.33333 60.28397

57 5 35 35 5 0.019 0.1253 18.33333 2.779995

58 5 35 35 5 0.016 0.1257 18.33333 2.333599

59 5 35 35 5 0.01 0.1236 18.33333 1.483279

60 5 35 35 5 0.905 0.1245 18.33333 133.2664

61 5 35 35 5 0.911 0.1252 18.33333 133.3999

62 5 35 35 5 0.845 0.1258 18.33333 123.1452

63 5 35 35 5 0.006 0.1261 18.33333 0.872324

64 5 40 40 5 0.796 0.1245 17.95918 114.8234

65 5 35 35 5 0.013 0.1253 18.33333 1.902102

66 5 30 30 5 0.008 0.1246 18.85714 1.210731

67 5 25 25 5 1.033 0.1247 19.64286 162.7191

68 5 20 20 5 0.947 0.1252 20.95238 158.4817

69 5 15 15 5 0.971 0.1253 23.57143 182.6645

70 5 10 10 5 0.931 0.1257 31.42857 232.7765

71 5 45 45 5 0.99 0.1254 17.67857 139.5677

72 5 45 45 5 0.002 0.1244 17.67857 0.284221

73 5 45 45 5 0.983 0.1251 17.67857 138.9132

74 5 45 45 5 1.078 0.1259 17.67857 151.3701

75 5 45 45 5 0.977 0.1256 17.67857 137.5156

76 5 45 45 5 0.972 0.1251 17.67857 137.3587

77 5 50 50 5 1.337 0.1246 17.46032 187.3551

78 5 50 50 5 0.963 0.1257 17.46032 133.7652

79 5 50 50 5 1.018 0.1248 17.46032 142.4247

80 5 50 50 5 1.16 0.1247 17.46032 162.4216

81 5 50 50 5 0.998 0.1248 17.46032 139.6266

82 5 55 55 5 1.505 0.1245 17.28571 208.9558

83 5 55 55 5 0.003 0.1253 17.28571 0.413864


(67)

85 5 55 55 5 1.217 0.1251 17.28571 168.1592

86 5 60 60 5 1.575 0.1254 17.14286 215.311

87 5 60 60 5 0.007 0.1255 17.14286 0.956175

88 5 60 60 5 0.01 0.1251 17.14286 1.370332

89 5 65 65 5 0.002 0.1247 17.02381 0.273036

90 5 65 65 5 0.01 0.1245 17.02381 1.367374


(1)

85 5 55 55 5 0.001 0.1239 17.28571 0.139513 86 5 60 60 5 0.708 0.1243 17.14286 97.64395 87 5 60 60 5 1.309 0.1248 17.14286 179.8077 88 5 60 60 5 1.041 0.1237 17.14286 144.2661 89 5 65 65 5 0.896 0.1242 17.02381 122.8127 90 5 65 65 5 1.396 0.1243 17.02381 191.1926 91 5 70 70 5 0.039 0.1251 16.92308 5.275779


(2)

Lampiran 6

Data Penelitian Lintasan Kedua pada Lokasi Ketiga No. C2P1 (m) C1P1 (m) C2P2 (m) C1P2

(m) V (V) I (A) K ( m) 1 5 10 10 5 0.0045 0.1247 31.42857 1.134151 2 5 10 10 5 0.031 0.1248 31.42857 7.806777 3 5 10 10 5 0.0091 0.1247 31.42857 2.293504 4 5 10 10 5 0.0205 0.1246 31.42857 5.170832 5 5 10 10 5 0.2747 0.1255 31.42857 68.79226 6 5 10 10 5 0.109 0.1246 31.42857 27.49369 7 5 10 10 5 0.0686 0.1241 31.42857 17.37309 8 5 10 10 5 0.3147 0.1253 31.42857 78.93513 9 5 10 10 5 0.3318 0.1242 31.42857 83.96135 10 5 10 10 5 0.0403 0.1029 31.42857 12.30876 11 5 10 10 5 0.022 0.1234 31.42857 5.603149 12 5 10 10 5 0.1495 0.1247 31.42857 37.679 13 5 10 10 5 0.0291 0.1092 31.42857 8.375196 14 5 15 15 5 0.0084 0.125 23.57143 1.584 15 5 15 15 5 0.025 0.124 23.57143 4.752304 16 5 15 15 5 0.037 0.1248 23.57143 6.988324 17 5 15 15 5 0.2386 0.1247 23.57143 45.10139 18 5 15 15 5 0.3167 0.1248 23.57143 59.81628 19 5 15 15 5 0.112 0.1234 23.57143 21.39384 20 5 15 15 5 0.2606 0.1253 23.57143 49.02406 21 5 15 15 5 0.395 0.1233 23.57143 75.51269 22 5 15 15 5 0.303 0.109 23.57143 65.52425 23 5 15 15 5 0.484 0.1255 23.57143 90.90495 24 5 15 15 5 0.507 0.1249 23.57143 95.68226 25 5 15 15 5 0.2405 0.1249 23.57143 45.38774 26 5 20 20 5 0.0565 0.1253 20.95238 9.447801 27 5 20 20 5 0.045 0.1253 20.95238 7.524798 28 5 20 20 5 0.003 0.1246 20.95238 0.504471 29 5 20 20 5 0.486 0.1252 20.95238 81.33272 30 5 20 20 5 0.1848 0.1246 20.95238 31.07544 31 5 20 20 5 0.3093 0.1247 20.95238 51.9693 32 5 20 20 5 0.3682 0.1251 20.95238 61.668 33 5 20 20 5 0.002 0.11 20.95238 0.380952 34 5 20 20 5 0.585 0.1239 20.95238 98.92771 35 5 20 20 5 0.616 0.1227 20.95238 105.1888 36 5 20 20 5 0.458 0.1246 20.95238 77.01597 37 5 25 25 5 0.0151 0.1236 19.64286 2.399734 38 5 25 25 5 0.495 0.1241 19.64286 78.34983 39 5 25 25 5 0.616 0.1255 19.64286 96.41434 40 5 25 25 5 0.3684 0.1248 19.64286 57.9842


(3)

41 5 25 25 5 0.663 0.1254 19.64286 103.8534 42 5 25 25 5 0.0027 0.1245 19.64286 0.42599 43 5 25 25 5 0.055 0.1139 19.64286 9.485137 44 5 25 25 5 0.704 0.1246 19.64286 110.9837 45 5 25 25 5 0.642 0.1247 19.64286 101.1284 46 5 25 25 5 0.528 0.1244 19.64286 83.37161 47 5 30 30 5 0.0338 0.1255 18.85714 5.078657 48 5 30 30 5 0.005 0.1257 18.85714 0.750085 49 5 30 30 5 0.532 0.1241 18.85714 80.83803 50 5 30 30 5 0.558 0.1249 18.85714 84.24568 51 5 30 30 5 0.013 0.1245 18.85714 1.969019 52 5 30 30 5 0.047 0.1139 18.85714 7.781262 53 5 30 30 5 0.008 0.1243 18.85714 1.213654 54 5 30 30 5 0.741 0.1245 18.85714 112.2341 55 5 30 30 5 1.556 0.1259 18.85714 233.0557 56 5 35 35 5 0.0868 0.125 18.33333 12.73067 57 5 35 35 5 0.476 0.1243 18.33333 70.20649 58 5 35 35 5 0.814 0.1253 18.33333 119.1008 59 5 35 35 5 0.016 0.1253 18.33333 2.341048 60 5 35 35 5 0.048 0.1146 18.33333 7.678883 61 5 35 35 5 0.05 0.1251 18.33333 7.327471 62 5 35 35 5 0.884 0.1255 18.33333 129.1368 63 5 35 35 5 0.631 0.1242 18.33333 93.14278 64 5 40 40 5 0.2864 0.1246 17.95918 41.28018 65 5 35 35 5 0.739 0.1249 18.33333 108.4734 66 5 30 30 5 0.026 0.1255 18.85714 3.906659 67 5 25 25 5 0.036 0.1149 19.64286 6.15442 68 5 20 20 5 0.043 0.1259 20.95238 7.156095 69 5 15 15 5 0.892 0.1255 23.57143 167.5356 70 5 10 10 5 0.789 0.125 31.42857 198.3771 71 5 45 45 5 0.483 0.1261 17.67857 67.71412 72 5 45 45 5 0.015 0.1237 17.67857 2.143723 73 5 45 45 5 0.039 0.1253 17.67857 5.502508 74 5 45 45 5 0.022 0.1252 17.67857 3.106458 75 5 45 45 5 1.035 0.1251 17.67857 146.2616 76 5 45 45 5 0.004 0.1247 17.67857 0.567075 77 5 50 50 5 0.642 0.1251 17.46032 89.60451 78 5 50 50 5 0.03 0.1112 17.46032 4.710517 79 5 50 50 5 0.046 0.1262 17.46032 6.3643 80 5 50 50 5 0.927 0.1257 17.46032 128.7646 81 5 50 50 5 0.005 0.1261 17.46032 0.69232 82 5 55 55 5 0.04 0.1136 17.28571 6.086519 83 5 55 55 5 0.05 0.124 17.28571 6.970046 84 5 55 55 5 1.267 0.1249 17.28571 175.3483


(4)

85 5 55 55 5 0.009 0.1253 17.28571 1.241592 86 5 60 60 5 0.005 0.1247 17.14286 0.687364 87 5 60 60 5 1.227 0.1238 17.14286 169.9054 88 5 60 60 5 0.001 0.1251 17.14286 0.137033 89 5 65 65 5 1.248 0.1265 17.02381 167.9503 90 5 65 65 5 0.025 0.1254 17.02381 3.393901 91 5 70 70 5 0.992 0.1252 16.92308 134.087


(5)

Lampiran 7

Foto Penelitian

Foto 1 Mengukur Lintasan Penelitian Foto 2 Pemasangan Elektroda


(6)