85
karakteristik dan daya dukungnya. Konsep ini mengacu pada kondisi fisik, kimia dan bilogi wilayah perairan dan daratan.
3. Analisis ekonomi sumberdaya lahan wilayah pesisir yang meliputi
penggunaan lahan wilayah pesisir saat ini eksisting dan penggunaan lahan berdasarkan pada daya dukung. Analisis ekonomi berdasarkan
daya dukung lahannya yang secara ekologi akan memberikan keberlanjutan sumberdaya wilayah pesisir. Nilai ekonomi memberikan
nilai tambah yang berarti bagi masyarakatnya dan lingkungannya. Pendekatan dilakukan pada wilayah pesisir dengan menggunakan model-
model valuasi ekonomi. 4. Analisis dengan rumusan model perencanaan penataan ruang wilayah
pesisir. Model ini merupakan hasil analisis dari kebijakan tata ruang yang berbasis daratan, analisis kesesuaian dan daya dukung lahan serta
analisis ekonomi sumberdaya lahan wilayah pesisir. Analisis terhadap unsur-unsur diatas menghasil rumusan model perencanaan tata ruang
wilayah pesisir Sumberdaya wilayah pesisir dapat ditampilkan dalam satuan unit terkecil
yang mewakili bentuk perbedaan kenampakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Dalam penelitian ini satuan terkecil yang digunakan adalah
batas adminstratif desa. Dari aspek kenampakan bentangan alamnya secara spasial dapat ditampilkan dalam bentuk peta. Sistem informasi geografis
dilakukan untuk mendapatkan penyajian spasial dari skenario penyusunan model perencanaan tata ruang wilayah pesisir di Kabupaten Bekasi. Analisis SIG
dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer Arc-View versi 3.3 ESRI, 1995.
86
Untuk menentukan sebaran spasial karakteristik geo-fisika-kimia perairan digunakan pendekatan spasial berdasarkan pada parameter-perameter
pendukung untuk suatu lokasi di wilayah pesisir. Penentuannya secara diskriptif yang dihasilkan oleh setiap peta kondisi fisik wilayah pesisir misalnya peta
batimetri, peta distribusi phytiplankton, peta jenis substrat dan peta lainnya. Peta- peta tersebut menggambar secara spasial akan peta kesesuaian dan daya
dukung lahan. Langkah berikutnya adalah overlay dengan peta rencana tata ruang
berbasis daratan yang sudah ada khususnya dalam pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya; Berdasarkan kesesuaian dan daya dukung
lahannya; dan peta analisis ekonomi. Dengan teknik overlay peta kesesuaian dan daya dukung dapat diketahui kesesuaian dan daya dukung lahan untuk
permukiman, pelabuhan, industri, pertanian, perikanan tambak, budidaya laut, konservasi dan pariwisata.
Setelah didapatkan kawasan berdasarkan rencana tata ruang berbasis daratan, kesesuaian lahan, daya dukung, dan nilai ekonomi, maka langkah
berikutnya adalah mengklasifikasikan wilayah persisir berdasarkan pada fungsi kawasan yaitu kawasan pre-servasi, konservasi dan pemanfaatan intensif atau
kawasan lindung dan budidaya. Dari metode itu diketahui parameter-parameter yang menjadi kriteria
pokok dalam penentuan satuan rencana tata ruang wilayah pesisir dari ketiga skenario diatas maka dirumuskan dalam bentuk suatu proses dan model yang
sederhana agar model yang akan dirumuskan dapat diketahui dengan lebih mudah baik secara spasial peta tata ruang wilayah pesisir maupun dalam
bentuk konsep dalam penyusunan rencana tata ruan wilayah pesisir berikutnya.
87
Model yang akan dihasilkan dapat diterapkan juga di wilayah lainnya, dengan dasar bahwa wilayah pesisir Kabupaten Bekasi.
Akhirnya dari hasil analisis SIG yang diintegrasikan dengan anilisis matematis yang lainnya, akan didapatkan model perencanaan tata ruang wilayah
pesisir. Proses penyusunan model rencana tata ruang wilayah pesisir dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap input, tahap proses dan tahap output
seperti Gambar 12 berikut :
Gambar 12 Proses Analisis Sistem Informasi Geografis Rokhmin, 2000
POTENSI DAN PERMASALAHAN
DATA PRIMER
DATA SEKUNDER
BASIS DATA PETA DASAR
PETA TEMATIK KE-1
PETA TEMATIK KE-2
PETA TEMATIK KE-N
OVERLAY MODELLING
KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG
LAHAN
ANALISIS SPASIAL Pola Pemanfaatan Ruang
TABULAR
TATA RUANG BERBASIS
OVERLAY MODELLING
PEMANFAATAN SAAT INI VALUASI
EKONOMI
Analisis Kuantitatif dari Karakteristik Ekosistem
Pesisir
TATA RUANG WILAYAH PESISIR
88
ANALISIS KONDISI WILAYAH PESISIR KABUPATEN BEKASI
Kondisi Geofisik Topografi, Geologi, Geomorfologi dan Hidrologi
Wilayah pesisir Pantura Kabupaten Bekasi pada umumnya merupakan dataran rendah, dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0 - 25 m dpl dan kemiringan lahan
0 – 4 . Kemiringan lereng seperti ini memperkecil daya erosi dan kestabilan lereng. Topografi daerah perairan wilayah Pantura Kabupaten Bekasi memperlihatkan
perairan yang relatif dangkal sampai jarak 1,202 km dari garis pantai, dengan kedalaman rata-rata 2 - 15 m. Dari pantai ke arah laut, dasar lautnya melandai dengan
kedalaman semakin meningkat sampai kedalaman 25 – 30 m. Pada jarak yang lebih jauh mempunyai kedalaman ± 300 meter. Topografi perairan dangkal ini tentu tak
lepas dari akibat banyaknya sungai yang bermuara ke Laut Jawa, yang banyak membawa substrat sedimentasi, sehingga perairan sekitar menjadi dangkal. Sratigrafi
wilayah pesisir Kabupaten Bekasi tersusun oleh endapan Kuarter dengan ketebalan mencapai lebih dari 100 meter PPGL,1996. Endapan tersebut dibedakan menjadi
satuan batuan yang terdapat di daerah daratan dan yang terdapat di laut lepas pantai pesisir Kabupaten Bekasi. Di daerah daratan satuan batuannya dapat
dibedakan menjadi endapan volkanik, endapan sungai, endapan rawa, endapan pematang pantai, endapan laut, dan terumbu karang Situmorang, 1997.
Di daerah daratan satuan batuannya dapat dibedakan menjadi endapan volkanik, endapan sungai, endapan rawa, endapan pematang pantai, endapan laut,
dan terumbu karang Situmorang, 1997. a. Endapan volkanik terdiri dari dua tipe, yaitu lempung lanauan tufTuf Banten vB
dan endapan volkanik kipas aluvial vF. Tuf Banten vB terdiri dari tuf putih hingga putih kekuningan, berisi pumice, dan lunak. Endapan volkanik kipas aluvial
89
vF terdiri dari lempung tufaan kaku dan sticky dengan kerikil yang tersebar. Lempung berwarna abu-abu – abu-abu muda dan lapukannya berwarna merah
hingga coklat mirip dengan tanah laterit. Kerikil berukuran halus-sedang 1-2 cm, membundar tanggung, terpilah buruk.
b. Endapan sungai terdiri dari dua jenis endapan yaitu endapan tua OC dan muda F, FR, FM, FMR. Endapan sungai tua OC membentuk channel-channel dengan
ketebalan 10 m dan terdiri dari pasir, lempung, dan lanau. Pasir merupakan yang dominan pada endapan ini, berukuran sedang-kasar, berwarna abu-abu – abu-abu
kecoklatan, membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, dan lepas-lepas. Lempung coklat dan lanau umumnya terdapat di bagian atas endapan. Endapan
sungai muda merupakan endapan dataran banjir dan channel. Endapan sungai muda berupa channel tersebar di Sungai Citarum, Kali Bekasi, dan Sungai
Cisadane. Endapan dataran banjir didominasi oleh lempung dengan bagian bawah lanau dan pasir, berwarna abu-abu dengan tebal 10 m dan menutupi endapan
rawa dan endapan laut. c. Endapan rawa terdiri dari endapan rawa R dan endapan laut dan rawa MR.
Endapan rawa tersusun oleh lempung, lanau yang mengandung sisa tumbuhan dan kayu, berwarna coklat - abu-abu gelap dan ketebalannya dapat mencapai 8 m.
d. Endapan pematang pantai b terdapat di bagian Timur Laut, Tengah, dan Barat Laut dengan ketebalan 1 - 3 m. Endapan ini berwarna abu-abu, lepas-lepas,
berukuran sedang-kasar, terpilah sedang. Fauna yang umum dijumpai adalah foraminifera dan moluska.
e. Endapan laut terdiri dari endapan laut M dan endapan laut dan rawa MR. Endapan laut mempunyai ketebalan maksimum 16,7 m, tersusun dari pasir,
lempung, dan lanau. Lapisan teratas umumnya pasir, dialasi oleh selang seling pasir dan lempung. Pasir berukuran sedang-halus, terpilah baik. Di bagian bawah, lanau
dan lempung dominan dan banyak terdapat laminasi dengan ketebalan 1 - 3 cm.
90
f. Terumbu karang K merupakan koloni koral yang menyusun sebagian besar pulau-pulau di lepas pantai uata Kepulauan Seribu. Di Pulau Nusa, sebelah Barat
Muara Pecah, terumbu karang memperlihatkan warna putih keruh, padat dan kompak dengan bagian teratas terdiri dari fragmen terumbu karang bercampur
dengan fauna laut. Satuan Geologi seperti terlihat Gambar 13 berikut :
Gambar 13 Satuan Geologi Dataran Pantai Wilayah Pesisir Kab.Bekasi PPGL1995
Berdasarkan bentuk bentang alam landscape secara umum, geomorfologi wilayah bagian Utara Jakarta dapat dibagi menjadi 2 dua satuan geomorfologi
sebagaimana ditunjukkan PPGL, 1996.
Satuan Geomorfologi Dataran Pantai
Satuan geomorfologi dataran pantai letaknya memanjang sepanjang Pantai Utara Kabupaten Bekasi. Satuan geomorfologi dataran pantai merupakan
PANTURA KABUPATEN BEKASI
91
daerah dengan kelerengan datar hingga landai 1
o
- 3
o
. Litologi yang menempati satuan tersebut adalah endapan pasir dan lempung serta sebagian
ditempati rawa-rawa. Pola aliran sungai yang berkembang umumnya sub- dendritik dengan arus yang tidak begitu kuat.
Satuan Geomorfologi Fluvial
Satuan geomorfologi fluvial terletak di bagian Selatan dari satuan geomorfologi dataran pantai, memanjang dari Barat ke Timur. Satuan ini umumnya berupa
dataran dan tidak begitu terpengaruh oleh proses interaksi dengan laut. Litologinya terdiri dari lempung dan kerikil gravel yang merupakan hasil
transportasi endapan volkanik. Pola aliran sungainya adalah sub-paralel hingga paralel. Kawasan Pantura Jakarta terletak pada satuan geomorfologi
dataran pantai. Dengan demikian, topografi di kawasan tersebut relatif datar, sehingga potensi terjadinya gerakan tanah adalah sangat kecil. Kondisi litologi
mengindikasikan bahwa di kawasan tersebut terdapat tanahbatuan yang relatif lunak. Arus sungai yang tidak cukup besar menunjukkan bahwa erosi oleh air
sungai juga tidak besar dan sedimentasi adalah intensif. Menurut Hollings 1976, kawasan Pantura Jakarta termasuk Pantura Kabupaten Bekasi berada
pada Zona 4 dengan potensi gempa sedang. Pengamatan terhadap kualitas sedimen sungai antara lain dilakukan melalui
pengukuran kualitas sedimen. Dengan memilih 10 sepuluh lokasi pengukuran sesuai dengan lokasi pengukuran kualitas perairan muara sungai dan menggunakan
parameter besi Fe dan logam seperti tembaga Cu, timah hitam Pb, Chromium Cr, Nikel Ni, Cadmium Cd, Seng Zn, Mangan Mn, dan Mercury Hg.
Kandungan logam dalam sedimen mengindikasikan kemungkinan sifat akumulatif, sehingga kadarnya senantiasa bertambah sesuai dengan perjalanan waktu.
92
Kondisi hidrologi di muara-muara sungai umumnya sangat dipengaruhi oleh proses pasang-surut. Jika saluran muara dangkal, proses sedimentasi akan berlanjut.
Adanya proses akresi pantai yang dominan pada bulan Desember - Maret akan menyebabkan pendangkalan pada mulut sungai dan saluran. Proses pendangkalan
tersebut menyebabkan sering terjadinya penyumbatan pada muara-muara sungai, sehingga mengubah karakter banjir serta mempengaruhi pergerakan volume air
sungai ke arah lepas pantai terutama pada musim penghujan. Salinitas air luat Kabupaten Bekasi seperti Gambar 14.
Pada sistem aliran Kali Bekasi, terlihat bahwa kualitas air termasuk kategori buruk. Sedangkan kualitas sedimen di sistem Sungai S.Ciherang relatif lebih baik, oleh
karena DPS sistem Kali Bekasi masih didominasi oleh permukiman. Wilayah pesisir Kabupaten Bekasi sebagiannya merupakan wilayah yang
setiap tahun menghadapi masalah banjir dan genangan air. Terutama wilayah sebagian wilayah Babelan dan Tarumajaya yang rawan banjir. Morfologinya yang
merupakan dataran rendah, melintasnya beberapa wilayah, dan bagian Utara Kabupaten Bekasi yang berhubungan langsung dengan Laut Jawa, menyebabkan
wilayah ini menjadi wilayah potensial banjir. Secara garis besar, beberapa faktor yang menjadi penyebab banjir adalah a curah hujan yang tinggi di hulu, b batuan dan
jenis tanah di hulu sungai tergolong rawan longsor dan peka erosi, c perubahan penggunaan lahan yang pesat di daerah aliran sungai, d gradien sungai dan
drainase yang sangat landai, e pengaruh pasang-surut, f pengambilan air tanah, dan g pendangkalan sungai di sekitar muara antara lain oleh sampah kota, dan i
penyempitan badan sungai oleh pemukiman di bantaran sungai.
93
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat
KETERANGAN
0.7 0.7
1.4 Miles
N E
W S
Sumber : 1. Bakosurtanal Peta Skala 1 : 25.000
2. BPLHD Tahun 2001 3. Peta Laut Nusantara
4. Bapedal Da DKI Jakarta
PETA SALINITAS
WILAYAH PESISIR KAB. BEKASI
BABELAN BAHAGIA
KABELAN MARUNDA
SETIASIH JAYASAKTI
HURIPJAYA
BUNIBAKTI LAUT JAWA
MUARABAKTI
KEDUNGJAYA SETIAMULYA
TARUMAJAYA PANTAIBAKTI
PANTAIMEKAR
PANTAIHURIP
SAMUDRAJAYA
BABELANKOTA Tg. GEMBONG
Tg.KARAWANG
PUSAKARAKYAT SEGARAMAKMUR
PANTAIMAKMUR MUARAGEMBONG
TELUKJAKARTA PANTAIBAHAGIA
KEC.CILINCING
PAHLAWANSETIA KEDUNGPENGAWAS
PANTAISEDERHANA
PANTAIHARAPANJAYA PANTURA KAB.BEKASI
30.75 30.50
30.65 30.15
30.00
30.50 31.50
27.50
KABUPATEN KARAWANG KAWASAN BELUM JELAS
KAWASAN HUTAN LINDUNG KAWASAN INDUSTRI
KAWASAN PARIWISATA KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN
KAWASAN PELABUHAN UMUM KAWASAN PEMUKIMAN
KAWASAN PERKEBUNAN KAWASAN TAMBAK
KOTA BEKASI LAUT JAWA
PROPINSI DKI JAKARTA SALINITAS 27 - 28 PPM
SALINITAS 28 - 29 PPM SALINITAS 29- 30 PPM
SALINITAS 30 - 31 PPM SALINITAS 27 PPM
Batas Kecamatan Batas Propinsi
Jalan Tol Jalan Primer
Sungai Titik Sampel Salinitas
KAWASAN NON STUDY
Gambar 14 Peta Salinitas Air Laut Laut Di Perairan Pantura Kabupaten Bekasi PPGL, 2005 dan Analisis GIS, 2007
94
Penggunaan lahan yang kurang tepat di dareah belakang hinterland dapat memperbesar aliran permukaan yang membawa material rombakan sehingga pada
kondisi tertentu mengakibatkan proses sedimentasi pada beberapa dasar sungai yang mempunyai gradien landai. Di sisi lain, pembangunan fisik di sekitar kawasan pantai
utara Kabupaten Bekasi yang semakin pesat mengakibatkan berkurangnya lahan terbuka sebagai tempat resapan hujan. Hal ini mengakibatkan aliran permukaan
bertambah besar sehingga daya dukung aliran permukaan menjadi terbatas sehingga terjadi banjir di beberapa tempat. Gambaran curah hujan menunjukkan bahwa wilayah
pantura memiliki curah hujan sekitar 1000 - 2.000 mm. Kondisi kualitas air tanah di wilayah Kabupaten Bekasi relatif buruk,
sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa parameter kunci yang telah melebihi baku mutu sesuai Permen Kesehatan Nomor 416Men.KesPerIX1990. Parameter yang
terdeteksi melampaui baku mutu adalah kekeruhan, amonia NH3, Khromium Cr, deterjen, organik, dan total coliform.
Batimetri, Pola Arus dan Gelombang
Wilayah Pantura Kabupaten Bekasi merupakan perairan teluk, sehingga kondisi arus di perairan Teluk ini dipengaruhi oleh arus yang berkembang di Laut Jawa
di depannya, topografi dasar laut, musim, cuaca dan pasang surut. Arus laut pada musim barat di daerah ini berkecepatan maksimum 1,5 knot dengan arah Tenggara.
Pada musim timur akan terjadi sebaliknya, yaitu berpengaruh pada pantai Utara Kabupaten Bekasi yang menghadap ke arah timur, tetapi di sini pengaruh tidak
sebesar pada waktu musim barat. Batimetri dasar perairan Pantura Kabupaten Bekasi adalah landai dengan
kemiringan rata-rata 1 : 300 Batimetri dan Arus Permukaan seperti Gambar 15 dan Gambar 16, sedimen dasar terdiri dari material berbutir halus yang mempunyai
kemampuan meredam energi gelombang yang cukup besar. Kontur batimetri relatif sejajar
dengan garis
pantai melengkung
sesuai dengan
bentuk
95
Ka bu pa te n B eka si
Provinsi Jawa Bar at
K ET ERANG AN
0.7 0.7
1.4 Miles
N E
W S
Sumber : 1. Bakosurtanal Pet a S kala 1 : 25. 000
2. BPLH D Tahun 2001 3. Peta Laut Nusantara
4. Bapedal Da D KI Jakarta
PETA BATRIMETRI
WILAYAH PESISIR
KAB.BEKASI
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
.
. .
.
. .
BABEL AN BAHAGIA
KABELAN MARUNDA
SETIASIH JAYASAKTI
HURIPJAYA
BUNIBAKTI LAUT JAWA
MUARABAKTI
KEDUNGJAYA SETIAMULYA
TARUMAJAYA PANTAIBAK TI
PANTAIMEKAR
PANTAIHURIP
SAMUD RAJAYA
BAB ELANKOTA PUSAKARAKYAT
SEGARAMAKMUR PANTAIMAKMUR
MUARAGEMBONG
TELUKJAKART A PANTAIB AH AGIA
KEC.CILINCING
PAHLA
W ANSETIA
KEDUNGPENGAWAS PANTAISEDERH AN A
PANTAIHAR APANJAYA PANTURA KAB.BEKASI
KAW ASAN HUTAN LINDUNG KAW ASAN INDUSTR I
KAW ASAN PARIWISATA KAW ASAN PELABUHAN PERIKAN AN
KAW ASAN PELABUHAN UMUM KAW ASAN PEMU KIMAN
KAW ASAN TAMBAK KOTA BEKASI
LAUT J AWA PROPINSI DKI JAKARTA
BATI METRI 6 - 10 METER BATRI MET RI 0 - 5 METER
BATRI MET RI 11- 20 METER BATRI MET RI 21 30 METER
Batas Kecamatan Batas Propinsi
Jalan Tol Jalan Primer
Sungai
Gambar 15 Peta Batimetri Pantura Kabupaten Bekasi PPGL, 2005 dan Analisis GIS, 2007
96
perairan Pantura Bekasi. Di perairan Pantura Kabupaten Bekasi tidak ditemukan palung atau tonjolan yang dapat mengubah pola gelombang datang akibat refraksi
dan difraksi. Dilihat dari kondisi batimetri yang ada, dapat disimpulkan bahwa kondisi
tersebut berada dalam kondisi seimbang yang stabil, dimana tidak terlihat terjadinya perubahan yang berarti pada keadaan batimetri.
Pasang-surut adalah proses naik turunnya muka laut yang hampir teratur, yang dibangkitkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Hal ini terjadi, karena posisi
bulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secara teratur, maka besarnya kisaran pasang-surut juga berubah mengikuti perubahan posisi benda-benda angkasa
tersebut. Akibatnya, terbentuklah berbagai komponen harmonik pasang-surut yang dikelompokkan menurut siklusnya, seperti komponen pasang-surut harian diurnal,
ganda semidiurnal, perempat harian quarternal, maupun komponen pasut periode panjang seperti dua mingguan atau bulanan.
Komponen-komponen harmonik pasang-surut tersebut menentukan tipe pasang-surut suatu perairan. Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan
surut per hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang-surut tunggal diurnal tide. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasang-
surutnya dikatakan bertipe pasang-surut ganda semidiurnal tide. Tipe pasang-surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda, dan dikenal sebagai
pasang-surut campuran mixed tide. Pasang surut di perairan Pantura Kabupaten Bekasi mempunyai sifat harian
tunggal, yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Kisaran terbesar antara surut tertinggi dan surut terendah adalah 1,2 m. Gerakan periodik ini meskipun
kecil tetap berpengaruh pada kondisi pantai Kabupaten Bekasi.
97
Arah Arus Ê
Ú 0.6 - 0. 7
0.5 - 0. 6 0.2 - 0. 3
0.1 - 0. 2
0 9 0.8 - 0. 9
0.4 - 0. 5 0.3 - 0. 4
0.7 - 0. 8
Pemanfatan Kawasan
ARUS PERMU KAAN M Detik
KET ER ANGAN RELIEF DAN TI TI K
BATAS AD MI N ISTRASI Tit ik Sam pel Salinit as
Sungai Jalan Primer
Jalan T ol
Batas Propinsi Batas Kec amatan
KETERANGAN
U
0.7 0.7
1.4 Miles Sumber :
1. Bako surtanal Peta Skala 1 : 25.000 2. BPLHD Tahu n 20 01
3. Pet a Lau t Nusan tara 4. Bapedalda DKI Jakart a
PETA ARUS P ERMU KAAN
WILAYAH PESISIR KABUP ATEN BEKASI
Laut Jawa
Samu dera Hindia Teluk J akart a
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
Ê Ú
BABELAN BAH AGIA
KABELAN MARUNDA
SETIASIH JAYASAKTI
HURIPJAYA
BUNIBAKTI LAUT JAWA
MUARABAKTI
KEDU NGJAYA SETIAMULYA
TARUMAJAYA P
A NT AIBAK T
I
PANTAIM EKAR
PANTAIHURIP
SAMUDRAJAYA
BABEL ANKOTA Tg. GEMBONG
Tg.KARAWANG
PUSAKARAKYAT SEGARAMAKMUR
PANTAIMAKMUR MUARAGEMBONG
TELUKJAKARTA PANTAIB AHAGIA
KEC.CILINCING
PAHL AWANSETIA KEDU NGPENGAWAS
PANT AISEDERH AN A
PANT AIHAR APAN JAYA PANTURA KAB.BEKASI
0.38
0.92 0.92
0.49 0.59
0.18
Kabupat en Karawang Kota Bekasi
Laut Jawa Pr ov ins i D KI J akarta
W ilayah Non St udy Kaw as an Hutan Lindung
Kaw as an Indus tri Kaw as an Pariwisata
Kaw as an Pelabuhan Perikanan Kaw as an Pelabuhan Um um
Kaw as an Pem ukiman Kaw as an Tambak
Gambar 16 Peta Arus Permukaan Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi PPGL, 2005 dan Analisis GIS, 2007
98
Arus yang terjadi di perairan di Laut Jawa Pantura Bekasi terutama disebabkan oleh angin dan pengaruh pasang-surut. Pengaruh pasang-surut pada dasarnya tidak
terlampau besar, karena tunggang pasang purnama spring tide yang terjadi di Pantura Kabupaten Bekasi yaitu berkisar antara 90 cm hingga 150 cm tergantung
pada lokasi. Kecepatan arus berkisar antara 25 cmdetik hingga 50 cmdetik dan arahnya mengikuti arah angin, yaitu ke Timur pada saat musim Barat pada bulan
Desember hingga Februari dan ke Barat pada saat musim Timur pada bulan Juni hingga Agustus.
Sedangkan arus yang terjadi di perairan Pantura Kabupaten Bekasi lebih kecil, semakin mendekati kepantai arus semakin melemah. Besar arus diperairan ini
berkisar antara 10 cmdetik hingga 30 cmdetik Departemen PU dan Dishidros TNI- AL. Semakin melemahnya di perairan yang semakin mendekati pantai dan menjahui
Laut Jawa disebabkan oleh terjadinya arus dominan di Laut Jawa, sedang pengaruh pasang-surut memberikan kontribusi yang kecil pada magnitude arus. Arus di perairan
pantai memperlihatkan pola yang relatif kompleks, oleh karena dipengaruhi oleh bangunan-bangunan pantai seperti beton-beton penahan gelombang dan lahan
reklamasi. Ke arah perairan pantai terjadi perubahan pola dan konsentrasi arus, dimana pengaruh pasang-surut menjadi lebih besar, dan dipengaruhi pula oleh debit
saluran drainase dan badan sungai.
Abrasi dan Akresi
Morfologi pantai Pantura Kabupaten Bekasi terdiri dari dataran rendah pantai, dan dataran delta. Ketinggian pantai berkisar antara 0 - 5 m dari muka air laut. Bagian
Barat Pantura Kabupaten Bekasi sebagian besar merupakan pantai berlumpur, sedangkan ke arah Timur merupakan pantai berpasir.
Perubahan garis pantai di Pantura Kabupaten Bekasi pada umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia, antara lain pembangunan didepan garis pantai
99
atau penambangan pasir. Perubahan garis pantai oleh faktor alam terutama berupa penambahan pantai oleh sedimentasi. Abrasi terjadi di beberapa lokasi di Pantai Utara
Kabupaten Bekasi terutama diwilayah Babelan dan Muarogembong bagian Timur. Perubahan oleh aktifitas manusia menyebabkan terjadinya perubahan dalam
keseimbangan alam, sehingga pantai akan mencari keseimbangan yang baru. Faktor alam yang menyebabkan perubahan morfologi pantai yang utama adalah gelombang,
pasang-surut, arus, angin, dan discharge sedimen dari sungai. Tumbuhan pantai, pantai yang landai, karang reef,dan headland berfungsi sebagai pelindung pantai
terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang. Beberapa daerah yang mengalami erosi dan akresi pada umumnya
disebabkan oleh aktifitas manusia, yaitu pantai Muarogembong, muara Sembilangan dan Muara Bagong. Bagian pantai tersebut telah mengalami keseimbangan baru.
Pantai Babelan dan Tarumajaya juga mengalami erosi, namun hingga kini belum membentuk keseimbangan alam, dimana suplai sedimen tidak mencukupi untuk
menutup defisit yang diakibatkan oleh abrasi dan pengambilan pasir. Pembangunan tambak di wilayah perairan Muarogembong menyebabkan
kawasan tersebut mengalami kehilangan pelindung pantai alami berupa tanaman mangrove.
Kualitas Perairan Pantai Utara Kabupaten Bekasi
Kondisi hidrologi Kabupaten Bekasi termasuk dalam dataran utara Jawa Barat bagian timur, yang sangat luas. Bagian selatan Jawa Barat di batasi oleh punggung
pergunungan. Bagian utara Jawa Barat dibatasi oleh Laut Jawa, yang memiliki potensi air tanah dengan akuifer produktivitas sedang. Potensi ini tersebar dengan
perwatakan angka keterusan : sedang, muka air tanah dangkal, dan debit sumur umumnya kurang dari 5 liter per detik.
Sekitar 19.745 Ha 15,5 persen wilayah Kabupaten Bekasi memiliki air tanah
100
yang terintrusi air laut terutama Kecamatan Muaragembong dan Kecamatan Cabangbungin, sedangkan 25.605 Ha 20,1 persen memiliki air tanah dangkal dan
82.038.023 Ha 64,4 persen memiliki 104.185 Ha 81,79 dari luas kabupaten memiliki kedalaman efektif air tanah di atas 90 meter.
Sumber daya air tanah di daerah ini berasal dari cekungan artesis yang berumur kuarter, dengan batuan sedimen tersier terlipat dari jalur Bogor dan endapan
paparan sumber dari zona darat endapan laut, yang berselang-seling dengan kedalaman berkisar antara 15 – 20 m. Kualitas air tanah dangkal pada umumnya
kurang baik menurut persyaratan Departemen Kesehatan, yang apabila di eksploitasi berlebihan akan mengganggu keseimbangan lingkungan dan pada akhirnya akan
menyebabkan intrusi air laut pada kawasan tersebut. Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 90 – 250 m, dengan kualitas airnya
pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena terletak pada lapisan impermeabel dan bebas bakteri.
Kondisi Perairan Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi
Wilayah pantai utara Kabupaten Bekasi yang mempunyai panjang 40 Km terletak antara 2 tanjung, yaitu Tanjung Kerawang di sebelah barat dan Tanjung Pasir
di sebelah timur. Pantura Kabupaten Bekasi dibatasi 2 sungai besar, yaitu Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Bekasi di sebelah timur dengan kualitas air
sungai kurang baik. Kualitas air sungai yang membawa polutan dari kegiatan di darat akan mempengaruhi kualitas air laut pantura Kabupaten Bekasi. Dari hasil pengujian
dilaboratorium menunjukkan perairan Utara Kabupaten Bekasi bagian timur lebih baik dibandingkan dengan bagian barat dan tengah.
Kualitas air laut pantura Kabupaten Bekasi sangat dipengaruhi oleh kualitas air sungai-sungai yang bermuara ke pantura Kabupaten Bekasi , karena dipengaruhi oleh
sungai, maka kualitas air laut juga sangat berbeda pada musim hujan dan musim
101
kemarau. Pada saat musim kemarau kadar turbiditas air laut masih memenuhi Baku
Mutu. Namun, kadar COD, BOD, sianida, fenol, nitrit, NH3, dan logam berat sudah melebihi Baku Mutu Air Laut Dinas KLH Kabupaten Bekasi 2006. Pada musim
hujan, kadar turbiditas sangat tinggi dan sebarannya meluas sampai 5 km ke tengah laut. Kadar parameter-parameter tersebut berbanding terbalik dengan nilai salinitas.
Kadar parameter yang melebihi baku mutu umumnya ditemukan di muara- muara sungai. Hal ini menunjukkan bahwa bahan polutan tersebut berasal dari
kegiatan di darat yang terbawa oleh air sungai. Nilai BOD dan COD yang tinggi di perairan pantura Kabupaten Bekasi banyak sekali mengandung bahan organik yang
mudah dan sukar mengurai. Selain parameter-paremeter tersebut kadar fosfat dan nitrat juga tergolong tinggi.
Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa perairan pantura Kabupaten Bekasi bagian timur lebih baik dibandingkan dengan bagian barat dan tengah.
Kualitas perairan Utara Kabupaten Bekasi bagian barat lebih baik dibandingkan dengan bagian tengah. Kadar logam berat dalam sedimen Utara Kabupaten Bekasi
ternyata juga tinggi. Kualitas perairan Pantura Kabupaten Bekasi dari arah pantai menuju ke arah
laut lepas, yaitu dari Zona C ke arah Zona A titik-titik pengujian menunjukkan kondisi beragam, yaitu konsentrasi beberapa parameter semakin kecil atau besar.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh arah arus, gelombang, dan pasang-surut laut. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kualitas perairan pantura Kabupaten Bekasi relatif
baik, sebagian besar parameter memiliki konsentrasi di bawah baku mutu yang ditetapkan, terutama bagi kehidupan biota laut.
Sungai-sungai yang terdapat di Wilayah Pesisir Pantura Kabupaten Bekasi, adalah Sungai Citarum, CBL dan Ciherang. Semuanya bermuara ke laut. Aliran-aliran
sungai tersebut selama ini digunakan untuk keperluan irigasi, transportasi dan air
102
minum. Sistem drainase yang buruk seringkali menyebabkan genangan-genangan apabila terjadi hujan, terutama daerah di pinggiran pantai. Daerah genangan di
wilayah Pantura Bekasi mengikuti garis pantai dengan jarak ± 1,5 km dari garis pantai. Genangan yang terjadi terus menerus ini akan menyebabkan turunnya kualitas lahan
berupa korosi tanah yang bersifat asam. Wilayah Pantura Kabupaten Bekasi pada awalnya merupakan areal pertanian,
dalam satu dasawarsa ini telah berubah menjadi kawasan industri dan permukiman. Seiring dengan perubahan tersebut, pada kenyataan telah terjadi kerusakan
lingkungan hidup terutama pencemaran air. Pencemaran oleh limbah industri dan rumah tangga dari kawasan industri dan permukiman banyak terjadi daerah aliran
sungai DAS. Warna air sungai sering tampak coklat kehitaman dan sepanjang hari berbau busuk. Kemungkinan pencemaran itu berasal dari pembuangan limbah
sejumlah pabrik industri pengolahan kertas, tekstil dan baja yang tidak menerapkan water treatment pengolahan air limbah. Kondisi tersebut juga terjadi pada DAS Kali
Canal Bekasi Laut CBL dan Kali Bekasi yang merupakan anak dari aliran Sungai Citarum. Keadaan yang demikian, menyebabkan Keputusan Gubernur KDH Tingkat I
Jawa Barat No. 38, Tahun 1991 tentang Sumber Air di Jawa Barat, yang menyebutkan bahwa sungai-sungai di Kabupaten Bekasi yang saat ini dapat dimanfaatkan untuk
keperluan air baku air minum, perlu dievaluasi. Kualitas perairan Pantura Kabupaten Bekasi dapat dibedakan atas kualitas
perairan pantai, yaitu di sekitar muara sungai-sungai dan kualitas perairan laut. Hasil penelitian terlihat bahwa kualitas perairan pantai lebih buruk dibandingkan kualitas
perairan laut. Kondisi tersebut disebabkan fungsi perairan pantai sebagai badan penerima buangan limbah cair yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di ke
laut. Muara sungai-sungai tersebut mempunyai kedalaman relatif dangkal, yaitu berkisar antara 0,75 - 3,75 meter, sehingga limbah cair cenderung mengendap di
sekitar perairan pantai. Pantura Kabupaten Bekasi mempunyai kedalaman sekitar 2 -
103
25 meter, pada kedalaman tersebut kecepatan arus menjadi lebih besar yang mempercepat proses pencampuran cemaran. Akibatnya terjadi pengenceran cemaran
diperairan laut dan menyebabkan kualitas perairan laut lebih baik dibandingkan perairan pantai. Kualitas perairan laut di Pantura Kabupaten Bekasi menunjukkan
bahwa perairan bersangkutan masih memenuhi baku mutu bagi peruntukan budidaya biota laut atau perikanan. Sedangkan kualitas perairan pantai pada umumnya telah
melampaui baku mutu untuk dimanfaatkan bagi budidaya biota laut atau perikanan. Kualitas perairan seperti digambarkan pada gambar 15 pada halaman berikut.
Kondisi Perairan Sungai
Pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas perairan di pantai dan muara sungai telah melampaui baku mutu yang ditetapkan, terutama untuk
budidaya biota laut dan perikanan. Beberapa parameter menunjukkan konsentrasi di atas baku mutu, yaitu warna, zat padat tersuspensi, kecerahan, oksigen terlarut,
ammonia, nitrit, surfaktan, tembaga, timah hitam, seng, merkuri, arsen, dan coliform, seperti Gambar 17.
Beberapa parameter yang mengindikasikan kualitas air yang rendah untuk seluruh lokasi pengukuran adalah oksigen terlarut, nitrit, surfaktan, tembaga, seng,
merkuri, dan arsen. Seluruh lokasi pengukuran menunjukkan kadar oksigen terlarut melampaui baku mutu, oleh karena zat organik dalam air cukup tinggi. Oksigen terlarut
merupakan parameter kunci bagi aktifitas budidaya perikanan laut. Zat organik yang tinggi diperkirakan berasal dari limbah domestik yang umumnya langsung dibuang ke
sungai atau laut oleh masyarakat yang berdiam di sepanjang badan sungai. Akibat kandungan oksigen terlarut yang rendah, hampir di seluruh lokasi pengukuran
mencatat kadar nitrit yang tinggi. Selain nitrit, kadar surfaktan, logam tembaga Cu, seng Zn, merkuri Hg, dan arsen As juga melampaui baku mutu di seluruh lokasi
pengukuran, di mana tingginya kadar nitrit yang diperkirakan berasal dari limbah
104
domestik yang dibuang langsung ke sungai. Logam berat seperti tembaga, seng, merkuri, dan arsen bersifat toksik bagi ikan, sehingga dapat mengakibatkan kematian
atau terakumulasi pada hewan ikan. Kadar logam seng, merkuri, dan arsen yang tinggi
PETA KUALITAS
PERAIRAN WILAYAH
PESISIR KAB.BEKASI
Sumber : 1. B akosurtanal Pet a Skala 1 : 25.000
2. B PLHD Tahun 2001 3. P eta Laut Nusantara
4. B apedal Da D KI Jak arta
N E
W S
0.7 0 .7
1.4 Mil es
KET E RANG A N
Provinsi Jawa Barat
Kab u pa te n B eka si
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
. .
.
. .
.
. .
BABELAN BAHAGIA
KAB ELAN MARUNDA
SETIASIH JAYASAKTI
HURIPJAYA BUNIBAKTI
LAUT JAWA
MUARABAKTI KEDUNGJAYA
SETIAMULYA TARUM AJAYA
PAN T
AIBAK T I
PANTAIMEKAR
PANTAIH URIP
SAMUD RAJAYA
BAB ELANKOTA PUSAK ARAKYAT
SEGARAMAKMUR PANTAIMAKMUR
MUARAGEM BONG
TELUKJAKARTA PANTAIBAHAGIA
KEC.CILINCING
PAHLAWANSETIA KEDU NGPENGAWAS
PANTAISEDERH AN A
PANTAIHARAPAN JAYA PANTURA KAB.BEKASI
KAW ASAN HU TAN LIND U NG KAW ASAN IN D UST RI
KAW ASAN PARIW ISAT A KAW ASAN PELAB UHAN PE RIKANAN
KAW ASAN PELAB UHAN UMU M KAW ASAN PEMUKIM AN
KAW ASAN T AM BAK KO T A BEKASI
LAUT J AW A PROPI NSI DKI JAKARTA
KAW ASAN BUD IDAYA PER IKANAN KUA LIT AS AIR BAIK
KUA LIT AS AIR BUR UK Batas Kecamat an
Batas Propinsi J alan T ol
J alan Pr im er Sungai
KABUPATEN KAR AW ANG
Gambar 17 Kualitas Perairan Kabupaten Bekasi, 2007
105
diperkirakan berasal dari alam, limbah industri, atau terbawa arus laut ke muara pada waktu pasang.
Parameter warna yang melampaui baku mutu tercatat di muara Citarum dan muara Kali Bekasi pada waktu surut. Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh
tingginya jumlah material terlarut pada lokasi tersebut, sehingga kecerahan menjadi rendah. Zat padat tersuspensi mengakibatkan gangguan penetrasi sinar matahari ke
dalam air, sehingga proses fotosintesis, biota air, respirasi, dan oksigen terlarut dalam air menjadi terganggu. Parameter lainnya yang melampaui baku mutu adalah zat
padat tersuspensi sebagaimana tercatat di muara Kali Bekasi. Pengamatan pada salah satu lokasi menunjukkan bahwa zat padat tersuspensi yang terbawa dari hulu
mengendap di sepanjang sungai. Konsentrasi zat padat tersuspensi yang tinggi akan mengganggu penetrasi sinar matahari, proses fotosintesis, kehidupan biota laut,
respirasi, dan oksigen terlarut dalam air. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat kecerahan di seluruh lokasi pengukuran menunjukkan kondisi di atas baku mutu.
Di Muara Citarum dan Kali Bekasi, konsentrasi amonia relatif tinggi. Hal ini diduga diakibatkan oleh buangan limbah domestik dan industri. Konsentrasi amonia
yang tinggi dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Sedangkan kadar logam timah hitam Pb yang tinggi teramati di muara Kali Bekasi, baik pada waktu pasang maupun
surut, sedang di S.Ciherang, kali Bendungan dan S.Citarum hanya pada waktu surut. Timah hitam diduga berasal dari alam dan industri. Kandungan timah hitam yang tinggi
dapat mengakibatkan kematian atau akumulasi pada hewan ikan. Di Muara Kali Bekasi dan Citarum kadar logam nikel Ni yang tinggi terjadi
pada waktu pasang yang diperkirakan berasal dari limbah industri dan terbawa arus laut ke muara. Konsentrasi nikel yang tinggi sebagaimana sifat logam berat lainnya
dapat menyebabkan kematian atau pencemaran pada hewan ikan. Di perairan muara dan pantai tercatat bakteri Coliform yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perairan
muara dan pantai di Pantura Bekasi Kabupaten merupakan badan penerima buangan
106
air kotor sebagaimana terlihat dari bangunan WC atau MCK di sepanjang sungai hingga muaranya.
Perairan pantai Pantura Kabupaten Bekasi juga mengandung pestisida jenis Heptachlor yang tercatat di Muara Kali Bekasi dan Muara S.Ciherang , masing-masing
sebesar 0,519 ppb dan 0,0382 ppb. Dilihat dari kualitas sedimen di perairan pantai utara Kabupaten Bekasi, pengukuran menunjukkan bahwa sedimen mengandung
logam berat, seperti Cu, Pb, Cr, Ni, dan Zn hampir di seluruh lokasi dan di beberapa lokasi mengandung pestisida. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa terjadi
pengendapan logam berat dan pestisida di pantai dan muara sungai di Pantura Kabupaten Bekasi yang diprakirakan berasal dari kegiatan di sepanjang sungai bagian
hulu hingga ke muara. Kualitas sedimen di perairan tertera pada Tabel 10 berikut. Dari pengamatan terhadap kualitas perairan di muara sungai dan pantai utara
Kabupaten Bekasi dapat dilihat Tabel 9. Disimpulkan bahwa kualitas perairan relatif buruk dan dapat mengganggu aktifitas budidaya hewan perairan atau perikanan laut.
Tabel 10 Kualitas Sedimen di Muara dan Pantai Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2007
Parameter Satuan Lokasi
CTRM CHRG CBL Tembaga Cu
Mgl 36,30
11,52 17,88
Timah Hitam Pb Mgl
21,13 16,64
11,36 CrhomiumCr
Mgl 23,77
37,76 7,17
Nikel Ni Mgl
5,21 3,60
14,94 Cadmium Cd
Mgl 0,23
0,11 Seng Zn
Mgl 215,10 89,60
90,00 Besi Fe
Mgl 3453,0 2868,0 2986,0
Mangan Mn Grkg
886,20 1264,4 1346,0 Mercury Hg
Grkg 1,16
1,90 2,16
Sumber : Hasil Analisis Lab. 2007
Analisis Ekosistem Pesisir Mangrove
Komponen biotik dari ekosistem mangrove adalah komunitas mangrove yang terdiri dari populasi tumbuhan hutan dan fauna mangrove yang berinteraksi dengan
107
komponen abiotik mangrove seperti tanah, oksigen, nutrisi, angin, arus air, cahaya, suhu, kelembaban, gelombang, dan salinitas.
Secara fisik, hutan mangrove menjaga pantai dari gempuran ombak dan tebing sungai dari abrasi, menahan angin, mengendapkan lumpur, mencegah intrusi air laut,
dan sebagai perangkap zat pencemar dan limbah. Secara biologi, hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah asuhan post larva yuwana, tempat bertelur,
tempat memijah, dan tempat mencari makan bagi ikan dan udang. Selain itu, berfungsi juga sebagai habitat burung air, kelelawar, primata, reptil, dan jenis insekta. Fungsi
lain adalah sebagai penghasil bahan organik yang merupakan sumber makanan biota, sehingga menjadi penting dalam rantai makanan pada ekosistem perairan.
Jenis vegetasi mangrove wilayah pesisir Kabupaten Bekasi; Avicennia marina Officinalis dan alba, Delonix regia, Sonneratia caseolaris, Thespesia populnea,
Avicennia alba marina dan officinalis, Rhizophora mucronata, Excoecaria agallocha Avicennia marina officinalis dan alba, Rhizophora mucronata, Acasia auriculiformis
Delonix regiadengan kerapatan sedikit kurang dari 5 individu sampai kerapatan sedang antara 5 - 10 individu. Bappeda Kab.Bekasi, 2006
Fauna yang terdapat di kawasan mangrove antara lain didominasi oleh burung pantai yang sejenisnya. Berdasarkan informasi Bappeda Kab.Bekasi, 2003, jenis
burung yang terdapat di dalam hutan mangrove adalah pecuk ular Anhinga melanogaster, kowak maling Nycticorax nycticorax, kuntul putih Egretta sp, kuntul
kerbau Bubulcus ibis, cangak abu Ardea cinerea, blekok Ardeola speciosa, blibis Anas gibberrifrons, cekakak Halcyon chloris, pecuk Phalacrocorax sp, dan bluwak
Mycteria cineria. Satwa lain selain burung adalah biawak Varanus salvator, monyet ekor panjang Macaca fascicularis dan beberapa jenis ular.
Bila dilihat penampilan dari arah darat margasatwa hampir sebagian besar digenangi air, sehingga tumbuhan di kawasan ini merupakan vegetasi rawa yang
langsung terkena pengaruh pasang-surut air laut. Dominasi adalah pohon pidada atau
108
bidara Sonneratia alba selain api-api Avicenia marina, jangkar Bruguiera sp, api- api Rhizopora sp, waru laut Thespesia populnea, buta-buta Excoecaria agallocha,
nipah Nypa fruticans, dan ketapang Terminalia catapa. Kondisi mangrove dapat dilihat Tabel 11 berikut :
Tabel 11 Kondisi Ekosistem Mangrove di Kabupaten Kabupaten Bekasi Nama Desa
Prosentasi Penutupan
Kondisi Mangrove
Catatan Kondisi Ekosistem Mangrove
Pantai Makmur 20
Buruk Kerusakan berat
Pantai Harapan Jaya 62
Baik Sedikit degradasi lingkungan
Pantai Mekar 28
Buruk Kerusakan berat
Pantai Sederhana 46
Sedang Kerusakan ekosistem
Pantai Bakti 32
Sedang Kerusakan sedang
Pantai Bahagia 74
Baik Sedikit degradasi lingkungan
Pantaihurip 43
Sedang Kerusakan sedang
Huripjaya 62
Baik Sedikit degradasi lingkungan
Sumber : Hasil survey lapangan dan analisis, 2007 Dari kondisi ekosistem terumbu karang yang ada, maka saat ini yang
mendukung untuk kegiatan wisata bahari adalah Desa Pantai Bhakti dan Pantai Bahagia. Sedangkan lokasi yang kurang sesuai tetapi dapat dipertimbangkan sesuai
bersyarat adalah Desa yang ada di Kecamatan Tarumajaya dan Mauragembong. Secara umum, area yang seharusnya didominasi oleh pohon bakau, saat ini
terjadi pergeseran dari mangrove menjadi tambak. Pada kawasan ini juga ditemukan lahan rawa terbuka tumbuh vegetasi bukan spesifik penghuni hutan mangrove seperti
gelagah Saccharum spontaneum, putri malu Mimosa pudica, talas lompong Colocasia sp, dan kangkungan Ipomoea sp. Tumbuhan di atas merupakan
tumbuhan yang hidup pada kondisi bukan payau. Terumbu Karang
Di sepanjang pantai utara Kabupaten Bekasi tidak dijumpai adanya karang hidup. Terumbu karang yang berada di pulau-pulau yang terletak di pantura
Kabupaten Bekasi P. Nyamuk, P. Air, P. Bidadari, P. Onsrust dan P. Kelor menunjukkan adanya gejala degradasi menuju kepunahan. Presentase tutupan
109
karang hidup yang tersisa berkisar antara 0,8 – 2 dengan jumlah jenis sekitar 21 species. Karang yang hidup di pulau-pulau tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai
terumbu karang. Karang yang masih bertahan hidup merupakan koloni-koloni kecil dari jenis-jenis yang mempunyai polip dengan tentakel besar atau jenis karang yang
tidak membutuhkan matahari untuk kelangsungan hidupnya, seperti Oulastre crispate dan Turbinaria spp. Dasar tubir berupa karang mati atau pasir bercampur lumpur
dengan beberapa pertumbuhan makro algae dari jenis Padina. Berdasarkan data hasil pemantauan kondisi terumbu karang, maka kondisi
ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bekasi dapat digolongkan mulai buruk atau sudah hampir tidak ada. Hal tersebut menggambarkan bahwa ekosistem terumbu
karang di Kabupaten Bekasi telah mengalami degradasi mulai dari sangat berat hingga ringan dan sudah tidak adalagi yang sesuai dengan kondisi alaminya. Dengan
luas yang relatif sedikit ekosistem terumbu karang lebih cendrung ke wilayah kepulauan seribu. Kondisi ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bekasi dapat
dilihat bahwa, ekosisistem terumbu karang yang mengalami rusak berat telah terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Bekasi. Persentase tutupan karang hidup di wilayah
perairan pesisir Kabupaten Bekasi berada pada kondisi buruk kerusakan ekosistem susah sekali direhabilitasi sampai dengan sedang kerusakan ekosistem yang
berat.
Kondisi Sosial Ekonomi Karakteristik Umum Rumah Tangga Responden
Umur Responden
Umur akan mempengaruhi pada fisik untuk bekerja dan kemampuan pola pikir seseorang. Pada umumnya masyarakat, khususnya masyarakat petani dan buruh
yang berumur muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik lebih kuat dari pada yang berumur tua, umur muda juga mempunyai kecendrungan lebih cepat untuk menerima
110
inovasi, hal ini disebabkan karena lebih berani untuk menanggung resiko. Untuk mengimbangi keadaan ini, yang berumur lebih muda lebih dinamis sehingga cepat
mendapat pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidup dimasa yang akan datang. Petani dan buruh yang lebih tua memiliki kepastian pengelolaan usaha
yang lebih matang dan memiliki banyak pengalaman sehingga berhati-hati bertindak. Keadaan umur responden berkisar dari 21 sampai 65 tahun. Selengkapnya pada
Tabel 12 berikut : Tabel 12 Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur
Responden Frekuensi orang
Persentase 21 – 30
31 - 40 41 - 50
51 – 60 60
27 21
34 26
14 22,5
17,5 28,3
21,7 11,6
Jumlah 120
100 Sumber : Data Primer, 2007
Pada Tabel di atas menunjukkan bahwa komposisi umur demikian sangat potensial untuk melaksanakan kegiatan usaha tani dan menunjukkan bahwa
responden masih produktif dan sanggup melaksanakan kegiatan usahanya. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Menurut D. Sundara 1994, bahwa dalam mengukur pendidikan yaitu lamanya seseorang dibangku
sekolah yang dinyatakan dalam tahun, dengan kategori antara lain tidak tamat SD, SD, SLTP, dan SLTA sederajat, seperti dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13 : Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan
Frekuensi orang Persentase
Tidak Sekolah SD
SLTP SLTA
PT 7
28 47
21 17
5,8 23,3
39,2 17,5
11,7
Jumlah 120
100 Sumber : Data Primer, 2007
111
Pada tabel tersebut seluruh responden telah memiliki pendidikan formal, sebagian besar yaitu 47 orang atau 39,2. telah mencapai pendidikan tingkat SLTP.
Todaro 1983 mengemukakan bahwa pendidikan formal setidaknya memberikan pengetahuan dan keterampilan masing-masing individu untuk memungkinkan mereka
bekerja sebagai kekuatan yang akan mengubah ekonomi mereka. Orang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai prospek untuk memperoleh
penghasilan yang lebih besar. Disektor pertanian penguasaan ilmu pengatahuan dan keterampilan ini selain
dapat diperoleh melalui pendidikan formal juga non formal. Tingkat pendidikan menjadi indikator dalam menjalankan suatu usaha, bahkan menentukan pada status
mereka bekerja. Keadaan Anggota Keluarga Responden
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi peran petani, umumnya ketentuan dalam usahanya masih ditentukan oleh mereka sebagai individu tetapi dia
mengambil keputusan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mosher,1979. Selanjutnya keputusan yang diambilnya dari setiap usahanya tidak
terlepas dari resiko dan ketidakpastian. Petani yang mempunyai tangungan keluarga besar umumnya sangat berhati-hati dalam pengsambilan keputusan, petani ini lebih
suka mengindari resiko dan memilih usaha yang aman. Tanggungan keluarga yang sedikit serta finansial yang lebih besar akan lebih berarti mengambil rresiko walau
situasu keputusan tersebut penuh dengan ketidakpastian. Kondisi Anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Ukuran Keluarga orang
Frekuensi keluarga 2 – 4
5 – 7 8 – 10
63 47
10 52,5
39,2 8,3
Jumlah 120
100 Sumber : Data Primer, 2007
112
Pada Tabel 14 tersebut menunjukkan bahwa jumlah ukuran anggota keluarga adalah anggota keluarga paling besar yaitu 2 – 4 orang dengan 63 responden
52,5. Sedangkan ukuran keluarga antara 8-10 0rang berjumlah 10 orang 8,3 dan merupakan jumlah frekuensi terkecil. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa
ukuran keluarga responden relatif kecil. Kecilnya ukuran keluarga akan memperingan biaya hidup, apalagi sebagaian anggota keluarga sudah bekerja.
Jenis Mata Pencaharian Responden Mata pencaharian respnden wilayah pesisir dapat dilihat Tabel 15 berikut :
Tabel 15 : Karakteristik Responden berdasarkan Mata Pencaharian Jenis Pekerjaan
Frekuensi Persentase
Tani Dagang
Jasa NelayanTambak
Pengolahan hasil 47
9 17
35 12
39,2 7,5
14,2 29,2
10,0
Jumlah 120
100 Sumber : Data Primer, 2007
Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki pekerjaan sebagai petani dan nelayantambak yaitu 47 39,2 responden sebagai
petani dan 35 29,2 responden sebagai nelayantambak. Usaha lainnya berupa dagang, jasa yang meliputi pekerjaan sebagai pegawai aparat pemerintahan, bengkel,
kuli bangunan, kuli angkut serta tukang ojeg. Kegiatan non pertanian ini oleh responden dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan untuk
menambah pendapatan. Bersamaan dengan itu penduduk selalu berusaha menciptakan kesempatan
kerja sendiri dengan jalan menjual jasa ataupun pergi ke kota untuk dapat bekerja sebagai buruh atau melibatkan diri dalam kegiatan sektor informal dan pekerjaan-
pekerjaan yang tidak membutuhkan modal dan keterampilan. Gejala ini tampak dengan besarnya arus penduduk desa sebagai migran musiman ke kota Jakarta,
Kota Bekasi dan Kawasan Industri yang ada di Kabupaten Bekasi. Pekerjaan yang
113
mereka lakukan umumnya memiliki produktifitas yang rendah dengan jam kerja yang panjang sedangkan upah yang diterima rendah.
Pendapatan Rumah Tangga Responden
Rumah tangga responden yang terdiri dari petani dan non petani yang menjadi tanggungannya dapat dilihat Tabel 16 berikut :
Tabel 16 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan Rp
Frekuensi Persentase
500.000 500.000 – 1.000.000
1.000.000 43
47 30
38,8 39,2
25,0 Jumlah
120 100
Sumber : Data Primer, 2007 Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa pendapatan rumah tangga responden
besarnya pendapatan responden berkisar antara Rp. 500.000 – Rp.1.000.000 yaitu sebanyak 47 responden 39,2, bila dibandingankan dengan jumlah secara
keseluruhan menunjukkan bahwa besarnya pendapatan responden masih berada di bawah pendapatan yang diharapkan. Pendapatan rumah tangga diperoleh dari
anggota keluarga responden diantaranya berasal dari hasil tani, jasa, dagang dan jenis usaha sampingan lainnya. Jika diambil rata-rata pendapatan rumah tangga
seluruh responden, maka rata-rata pendapatannya adalah Rp.850.000. Kontribusi dalam usaha tani termasuk nelayan pendapatan rumah tangga adalah 63,55.
Luas Kepemilikan Lahan Berdasarkan pada kepemilikan lahan, ternyata responden umumnya memiliki
lahan sawah 0,50 ha yaitu sebanyak 74,2. Jika memperhitungkan efesiensi penggunaan biaya terhadap lahan dengan luas 0,50 ha maka akan sulit dilakukan.
Luas kepemilikan lahan seperti Tabel 17 berikut : Tabel 17 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan
Luas kepemilikan lahan ha Frekuensi keluarga
0,50 89
74,2
114
0,50 – 1,00 1,00
19 12
15,8 10,0
Jumlah 120
100 Sumber : Data Primer, 2007
Semakin kecilnya luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh para petani dan non petani disebabkan terjadinya alih fungsi lahan yang sangat cepat. Alih fungsi
lahan ini pada umumnya disebabkan oleh besarnya pengaruh dari nilai ekonomi lahan yang cendrung digunakan untuk kawasan terbangun industri dan permukiman.
Rata-rata pemilikannya disamping alih fungsi dalam pemanfaatanya juga kepemilikannya sudah berubah atau lahan mereka cendrung untuk dijual.
Kependudukan
Masalah kependudukan dan sosial budaya dalam lingkup perencanaan tata ruang wilayah pesisir Kabupaten Bekasi merupakan salah satu faktor yang penting
untuk menggambarkan potensi suatu wilayah. Potensi wilayah pesisir Kabupaten Bekasi dilihat dari aspek penduduk dan sosial budaya meliputi; jumlah dan
persebaran penduduk, perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, serta sosial budaya.
Jumlah penduduk wilayah pesisir Kabupaten Bekasi adalah 181.683 jiwa, yang tersebar tidak merata di setiap desakelurahan. Jumlah penduduk terbesar
terdapat pada Kecamatan Babelan tepatnya di Desa Bahagia 20.620 jiwa dengan persebaran 11.35 dan Desa Babelan Kota 20.335 jiwa dengan persebaran 11.19
dari seluruh jumlah penduduk wilayah pesisir Kabupaten Bekasi. Jumlah penduduk terendah juga terdapat pada Kecamatan Babelan tepatnya di Desa Huripjaya
sebanyak 2.537 jiwa. Jumlah dan persebaran penduduk ini dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.
115
Tabel 17 Jumlah dan Persebaran Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi Menurut Desa Tahun 2007
No. Kecamatan
Desa Jumlah
jiwa Persentase
1 Tarumajaya
Pusakarakyat 5,927
3.26 2
Setiaasih 11,790
6.49 3
Pahlawansetia 7,139
3.93 4
Setiamulya 4,890
2.69 5
Segaramakmur 10,057
5.54 6
Pantaimakmur 6,800
3.74 7
Segarajaya 7,922
4.36 8
Samudrajaya 4,029
2.22 9
Jumlah 58,554
32.23 10
Babelan Bahagia
20,620 11.35
11 Kebalen
18,302 10.07
12 Babelan Kota
20,335 11.19
13 Kedung Pengawas
8,873 4.88
14 Kedungjaya
7,328 4.03
15 Bunibakti
5,731 3.15
16 Muarabhakti
8,490 4.67
17 Pantaihurip
4,227 2.33
18 Huripjaya
2,537 1.40
19 Jumlah
96,443 53.08
Jumlah 181,683
100 Sumber : Potensi Desa Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan. 2007
Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Bekasi dan terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kecamatan
Tarumajaya, dan Babelan. Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi dari 2003 sampai dengan 2007 mengalami perkembangan yang cukup besar, yaitu rata-rata
sebesar 9,62 persen pertahun. Pada tahun 2003 jumlah penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi sebanyak 129.954 jiwa. Pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi
sebanyak 167.771 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,76 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi pada tahun
2007 sebesar 14,14 persen menjadi sebanyak 180.856 jiwa. Kontribusi pertumbuhan penduduk terbesar diberikan oleh Kecamatan
Tarumajaya yang rata-rata pertumbuhan penduduknya dalam kurun waktu tahun
116
2003-2007 sebesar 10.21 persen per tahun, sedangkan Kecamatan Babelan merupakan pemberi kontribusi pertumbuhan penduduk terkecil, yaitu sebesar 8,09
persen per tahun pada periode yang sama. Untuk melihat perkembangan penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi Tabel 18 .berikut:
Tabel 18 Jumlah Penduduk Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi Tahun 2003 – 2007
Jumlah Penduduk No. Nama Desa
2003 2004
2005 2006
2007
1 Pusakarakyat
4,246 5,752
5,918 5,918
5,935 2
Setiasih 8,313
11,607 11,594
11,612 11,625
3 Pahlawansetia
4,734 4,955
7,115 7,129
7,139 4
Setiamulya 3,370
4,201 4,240
4,240 4,888
5 Segaramakmur
5,122 5,214
9,493 9,617
10,057 6
Pantai Makmur 4,023
3,602 6,155
6,162 6,162
7 Segarajaya
6,454 6,501
7,724 7,732
7,922 8
Samudrajaya 3,399
4,555 4,028
4,029 4,029
9 Bahagia
12,137 12,209
12,361 18,526
20,620 10 Kebalen
12,617 12,858
13,208 18,203
18,302 11 Babelan Kota
15,550 15,332
16,017 19,302
20,335 12 Kedung
Pengawas 6,525
6,721 6,954
7,828 8,873
13 Kedungjaya 6,799
7,009 7,236
7,328 7,328
14 Bunibhakti 4,914
5,098 5,375
5,731 5,731
15 Muarabhakti 7,359
7,569 8,066
8,477 8,490
16 Pantaihurip 3,292
3,404 3,446
3,630 4,227
17 Huripjaya 2,236
2,330 2,378
2,504 2,537
Sumber : Potensi Desa, 2007. Secara visual, sebaran kepadatan penduduk ini dapat terlihat bahwa
penyebaran penduduk di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi belum merata. Penduduk terkonsentrasi pada daerah-daerah dengan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi
seperti Desa Kebalen dan Bahagia. Jumlah dan distribusi penduduk yang tidak merata akan berimplikasi terhadap
pola pemanfaatan ruang dan pemanfaatan sumber daya alam di tiap desa. Penduduk terkonsentrasi pada daerah-daerah dengan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi
seperti Desa Kebalen dan Bahagia. Sedangkan di daerah lain sebaran penduduk cukup rendah seperti desa-desa di Kecamatan Muaragembong. Hal ini kemungkinan
117
disebabkan, karena lahan di Kecamatan Muaragembong sebagian besar berupa lahan pertanian tambak dan kehutanan, di samping pusat-pusat aktifitas ekonomi di
Kecamatan yang masih terbatas. Pusat kegiatan terkonsentrasi di Desa Kebalen, hal ini disebabkan, karena desa ini terletak dekat dengan pusat Kabupaten Bekasi.
Kondisi Ekonomi Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi
Kebijakan penataan ruang dengan prioritas pada peningkatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menunjukkan adanya saling keterkaitan antara kondisi
ekonomi di satu sisi dan ekologi disisi lain. Perubahan fungsi penggunaan lahan seperti yang tertuang dalam rencana tata ruang wilayah khusus pantai utara
Kabupaten Bekasi berorientasi pada antisipasi pada pertumbuhan wilayah sekitarnya terutama pertumbuhan wilayah DKI Jakarta Marunda, Cilincing dengan orientasi
pada industri dan pelabuhan. Kegiatan industri dan permukiman meningkat secara drastis dan lahan mangrove selalu terjadi penurunan. Laju pertumbuhan lahan industri
mencapai 28 dari semula 5, permukiman dari 10 menjadi 30 disisi lain luas mangrove terjadi penurunan jumlah luas dan kualitasnya namun perubahan tidak
signifikan. Disisi lain terjadi penurunan kegiatan pertanian dimana laju pertumbuhan menurun dari 30 menjadi 10.
PDRB Kabupaten Bekasi tahun 2005 atas dasar harga berlaku, meningkat 5,73 dari tahun sebelumnya dari Rp 34.834 milyar di tahun 2004 menjadi Rp 37.793
milyar di tahun 2005. Sedangkan atas dasar harga konstan mengalami peningkatan Rp 9.478 milyar di tahun 2004 menjadi Rp 10.022 milyar di tahun 2005.
Distribusi persentase PDRB menurut sektor menunjukkan kontribusi masing- masing sektor dalam pembentukan PDRB. Sektor industri mengalami peningkatan
kontribusi terhadap PDRB dari 82,24 pada tahun 2002 menjadi 82,87 di tahun 2003. Sektor ini adalah sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB.
Sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 8,92 . Sebagai mana layaknya
118
sektor yang menjadi motor penggerak pembangunan, maka keberadaan sektor Industri yang dominan mengangkat sektor Tersier Perdagangan, angkutan, bank,
lembaga keuangan dan jasa menjadi sektor ke 2 dua yang dominan di Kabupaten Bekasi.
Dilain pihak sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang selalu terdesak. Sektor Pertanian di Kabupaten Bekasi sebelum Industri mendominasi Perekonomian
adalah sektor yang menjadi andalan di Kabupaten Bekasi Bila dilihat dari setiap kecamatan yang terletak di wilayah pesisir kabupaten
Bekasi sumbangannya terhadap Pendapatan Wilayah Kecamatan Babelan memberikan sumbangan yang terbesar pada pendapatan daerah hal ini seperti terlihat
pada Tabel 19 dan Tabel 20 serta Gambar 18 berikut : Tabel 19 Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2007
NO Kecamatan
2004 2005
2006 2007
[1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
1 Babelan
654,807.89 706,608.31
775,615.42 858,183.64
2 Tarumajaya
176,872.64 196,429.83
218,681.60 244,159.30
3 Muara
Gembong 243,333.49
276,124.78 311,982.19
362,715.63 KAB. BEKASI
30,356,859.85 32,427,580.64 34,834,117.74 37,793,488.57
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi dan Hasil Analisis 2007
Gambar 18 Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Di Wilayah Pesisir Kab.Bekasi 2004-2007.
119
Tabel 20 Produk Domestik Regional Bruto Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 2004-2007
Tahun NO.
Kecamatan 2004
2005 2006
2007 [1]
[2] [3]
[4] [5]
[6] 1
Babelan 193,510.10
200,965.98 210,124.16
223,231.08 2
Tarumajaya 68,127.63
70,238.94 72,980.61
77,295.02 3
Muaragembong 74,223.18
75,666.64 77,697.98
80,157.25 x Kab.Bekasi
8,660,013.18 9,032,158.68
9,478,996.16 10,022,616.18
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi dan Hasil Analisis 2007 Dilihat dari pendapatan wilayah dalam hal ini PDRB, terjadinya peningkatan
disebabkan karena terjadinya pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa seperti yang diuraikan pada penjelasan diatas. Dengan dasar peningkatan
pendapatan penerimaan daerah menunjukkan pula pada adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yang ada di wilayah pesisir tersebut. Hal yang
mendasari adanya peningkatan pendapatan itu adalah juga disebebkan terjedinya pergeseran mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor industri dan
jasa.
120
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Penelitian Analisis Perubahan Penggunaan lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi
Meningkatnya aktifitas pembangunan serta perkembangan sarana dan prasarana transportasi, berdampak kepada meningkatnya dinamika penggunaan
lahan. Luas lahan yang relatif tetap disatu pihak dan permintaan lahan yang terus meningkat di lain pihak, menyebabkan proses alih fungsi lahan di wilayah pesisir
Kabupaten Bekasi sulit dihindarkan. Terutama dari sektor pertanian ke sektor ike sektor non pertanian. Proses alih fungsi lahan pertanian ini bersifat irreversilbe karena
lebih mudah mengalihkan fungsi lahan dari aktivitas pertanian ke industri, permukiman dan perumahan, jasa dan sebaliknya. Wilayah pesisir Kabupaten Bekasi sebagai
wilayah penyangga terutama perkembangan DKI Jakarta Wilayah Tanjung Priuk dan Cilincing mengalami perkembangan yang pesat kearah terbentuknya pusat-pusat
kegiatan baru. Tinggi proses urbanisasi mengakibatkan perubahan struktur penggunaan lahan
yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat perubahan penggunaan lahan wilayah pesisir Kabupaten Bekasi pada Tabel 21 berikut :
Tabel 21 Luas Alih Fungsi Lahan Tahun 2005 – 2006 Luas Penggunaan
Lahan ha Kecamatan
Total luas wilayah
2005 2006
Rata-rata alih fungsi lahan
tahun Kec.Babelan
Kec.Tarumajaya Kec.Muaragembong
6.696,10 5.066,24
13.738,14 4.304,95
3.223,47 5.109,70
3.490,69 2.353,13
3.254,21 2,43
3,43 2,70
Sumber : Bekasi dalam Angka, 2006 dan Hasil Analisis, 2007 Perluasan wilayah perkotaan urban di wilayah pesisir Kabupaten Bekasi
membawa dampak pada terbentuknya pusat-pusat kegiatan baru yang membutuhkan
121
lahan yang luas dan lokasi-lokasi strategis. Dalam prosesnya selalu diiringi dengan konversi lahan-lahan pertanian yang produktif terutama untuk lahan sawah.
Berkembangnya kawasan pembangunan industri, komplek-komplek permukiman, pariwisata, tambak dan kegiatan ekonomi lainnya memperlihatkan bahwa wilayah
pesisir kabupaten Bekasi sedang dan menuju terbentuknya suatu kegiatan yang potensial dan strategis.
Penggunaan tanah wilayah pesisir Kabupaten Bekasi tahun 2005 untuk pertanian adalah 8.906,056 ha, industri 551,345 ha, permukiman 1.695,388 ha,
pariwisata 231,759 ha, lahan tambak dan kolam 8.373,194 ha, sedangkan penggunaan lahan untuk sawah semakin lama semakin berkurang. Secara rinci penggunaan lahan
di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi seperti Tabel 22 berikut : Tabel 22 Penggunaan Lahan Kawasan Khusus Pantura Kabupaten Bekasi
Tahun 2007
Penggunaan Lahan Permukiman Bangunan Pertanian Ladang Perkebunan Padang Rumput
Hutan Rekreasi No. Kecamatan
Desa Sawah Tegalan
StepaLadang dan
Gembalaan Olahraga
Pangonan
1 Tarumajaya Pusakarakyat 0.52
0.53 6.77
- -
- -
0.01 2
Setiaasih 1.06
0.29 6.09
- -
- -
- 3
Pahlawansetia 0.56
0.10 3.73
- -
- -
0.01 4
Setiamulya -
- -
- -
- -
- 5
Segaramakmur -
0.03 1.77
- -
- -
0.01 6
Pantaimakmur 0.52
0.15 4.20
- -
- -
1.93 7
Segarajaya -
- -
- -
- -
- 8
Samudrajaya -
0.09 5.59
- -
- -
- 9 Babelan
Bahagia 5.91
0.12 6.64
- -
- -
0.10 10
Kebalen 2.85
0.09 3.31
1.16 -
- -
0.01 11
Babelan Kota 1.59
0.26 5.37
- -
- -
0.02 12
Kedung Pengawas 0.36
0.14 4.83
- -
- -
0.00 13
Kedungjaya -
0.15 4.43
- -
- -
0.01 14
Bunibakti 0.59
0.04 4.82
- -
- -
0.02 15
Muarabhakti 0.76
0.11 5.04
- -
- -
0.02 16
Pantaihurip 0.59
0.06 5.26
- -
- -
0.06 17
Huripjaya 0.40
0.03 3.49
- -
- -
0.03
18 Kecamatan Tarumajaya
2.66 1.20
28.15 -
- -
- 1.96
19 Kecamatan Babelan
13.04 1.00
43.20 1.16
- -
- 0.28
20 Kawasan Pantura Bekasi Tahap II
15.70 2.20
71.34 1.16
- -
- 2.24
Sumber : Potensi Desa Kawasan Khusus Pantura Kabupaten Bekasi, 2007
122
Perubahan penggunaan lahan ini telah mendorong berkembangnya usaha- usaha lain, terutama usaha di sektor swasta yaitu pada usaha perdagangan, pariwisata
dan perumahan. Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi pada wilayah pesisir dan perairan laut merupakan pengaruh atau cerminan kegiatan yang berlangsung di
daerah darat sekitarnya daerah pengalirannya. Kegiatan pertanian yang berlangsung di bagian daratan hulu telah memunculkan masalah tersendiri terhadap lingkungan
perairan. Peningkatan erosi dilahan bagian atas mengakibatkan meningkatnya laju aliran sedimen yang masuk kedalam badan sungai.
Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya laju sedimentasi dimuara-muara sungai yang menimbulkan pendangkalan serta gosong-gosong di sekitarnya, seperti
terjadi di Babelan, Tarumajaya Muara Bekasi Cikarang LautBCL dan Sungai Citarum yang bermuara di Kecamatan Muaragembong.
Analisis Kesesuaian Lahan
Hasil analisis dengan metoda klasifikasi kesesuaian dan daya dukung lahan dengan menggunakan matrik kesesuaian lahan yang sudah disusun para peneliti
terdahulu diantaranya; Masrul 2002 untuk Pelabuhan Umum; Puslitbang Perikanan 1992 dan Punomo 1992 untuk Budidaya Tambak; Syafri dan Sugiarti 2000 untuk
Permukiman; Krmadibrata 1985 untuk Pelabuhan; Tiengsongrusmee dkk 1986 untuk Budidaya Keramba dan Jaring Apung; Wahyuningrum 2001 untuk Budidaya
Rumput Laut; Bakosurtanal 1996 untuk Pariwisata; dan Soedharma et.al 1992 dan untuk pertanian : FAO framework of land evaluation 1976 untuk wilayah konservasi.
Sedangkan kategori yang digunakan adalah kelas dan sub-kelas kesesuaian lahan seperti pada matriks kesesuaian lahan pada kerangka pemikiran penelitian ini.
Penilaian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan data yang diperoleh dari data wilayah pesisir di lapangan. Tingkat kelas ditentukan dari hasil evaluasi sifat
lahan alamiah dari wilayah pesisir yang bersifat menguntungkan dan yang merugikan.
123
Analisis berdasarkan faktor fisik di wilayah pesisir seperti pasang-surut yang terjadi di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi termasuk tipe pasang-surut diurnal, yaitu
air tertinggi dan terendah terjadi hanya satu kali dalam duapuluh empat jam. Kisaran tunggang pasang tertinggi spring tide adalah 90 cm hingga 150 cm. Dalam kondisi
tertentu, tunggang pasang tercatat lebih tinggi dari angka tersebut. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kenaikan muka air akibat surge yang disebabkan oleh badai storm
surge. Secara umum, kedalaman laut dan besar arus di laut Wilayah Pesisir
Kabupaten Bekasi tertera pada Tabel 23 berikut: Tabel 23 Profil Rata-Rata Kedalaman Laut Kabupaten Bekasi
Profil Rata-Rata Kedalaman Laut Kedalaman Laut
Rata-Rata Jarak m
1.510 1.110
985 3.605
1,202 Dalam m
0 - 5 0 -5
0 – 5 0 – 5
0 – 5 Jarak m
1.300 2.280
1.875 5.455
1,818 Dalam m
5 - 10 5 – 10
5 – 10 5 – 10
5 – 10 Sumber : Hasil Analisis dari Data Sekunder,2007
Keterangan : 1. Jarak rata-rata dari pantai pada kedalaman 5 m adalah 1.202 km
2. Jarak rata-rata pada kedalaman 5 – 10 m adalah 1.818 km 3. Pada kedalaman 0 – 5 m, setiap pertambahan kedalaman 1 m, jaraknya
bertambah dengan : 240 m 4. Pada kedalaman 5 – 10 m, setiap pertambahan kedalaman 1 m, jaraknya
bertambah dengan : 364 m
Gelombang yang terjadi di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi terutama diakibatkan oleh angin yang pembentukannya dapat terjadi di sekitar lokasi yang
disebut sebagai seas atau jauh dari lokasi yang kemudian merambat ke lokasi yang diamati yang disebut sebagai swell. Karakteristik seas adalah acak, arahnya sesuai
dengan arah angin, dan perioda gelombangnya lebih pendek. Swell mempunyai perioda yang lebih panjang dengan arah tertentu.
124
Arah gelombang datang sesuai dengan arah angin, yaitu pada musim Barat gelombang datang dari arah Barat Laut dan pada musim Timur gelombang datang dari
arah Timur Laut dan sebagian datang dari arah Utara . Waverose yang menggambarkan distribusi arah angin dan tinggi gelombang rata-rata dan bulanan
diperoleh dari hindcasting data angin jam-jaman yang dicatat pada stasiun pengamatan Tanjung. Tinggi gelombang dominan berkisar antara 50 cm hingga 100
cm dengan perioda antara 3 detik hingga 5 detik. Tinggi gelombang maksimum untuk perioda ulang 50 tahun adalah 2,15 meter dengan perioda gelombang sebesar 6,6
detik. Sedangkan untuk perioda ulang 100 tahun tinggi gelombang adalah sebesar 2,25 meter dengan perioda 7,0 detik.
Dalam perjalanannya ke pantai, gelombang mengalami transformasi akibat rintangan difraksi dan perubahan kontur batimetri refraksi. Akibat gesekan internal
karena viskositas fluida dan eksternal dengan dasar gelombang, gelombang akan terdisipasi sehingga tingginya akan berkurang. Dasar yang berlumpur di daerah yang
dangkal mempunyai koefisien disipasi yang besar. Dampak reklamasi terhadap gelombang adalah berkurangnya efek disipasi
dalam mereduksi energi gelombang, dan bila seawall yang digunakan tidak absorsif, maka akan terjadi amplifikasi gelombang akibat refleksi dari seawall. Dari hasil refraksi
terlihat bahwa gelombang yang datang dari arah Barat Laut dan Timur Laut akan tersebar, sehingga intensitas energinya akan berkurang. Hal ini menyebabkan
terjadinya pengurangan tinggi gelombang ketika mencapai perairan dangkal. Dampak dari reklamasi adalah tidak terjadi manfaat dari penyebaran ray gelombang, sehingga
intensitas energinya tidak berkurang. Hasil analisis dari karakteristik fisik wilayah pesisir Kabupaten Bekasi, maka
wilayah pesisir Kabupaten Bekasi dapat diklasfikasikan atas :
125
Penggunaan lahan dengan tingkat kesesuaian lahan SANGAT SESUAI, yaitu; 1. Kawasan pelabuhan perikanan berada pada kategori sangat sesuai dengan
skor 3,17. Masing-masing indikator dalam penentuan kesesuaian lahannya
adalah produktifitas perikanan 600 – 800 tonthn, ampitudo pasut 0,9 – 1,5 m, tipe pasut harian tunggal, jarak dari fishing ground kurang dari 5 mil, jarak ke
permukiman nelayan kurang dari 5 km, keterlindungan terbuka, tekstur tanah pasir berlempung, kemirngan lahan 0-4, kedalaman perairan 25 – 30 m, dan
fasilitas transport mendukung. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pelabuhan perikanan meliputi daerah
Kecamatan Muaragembong. Hal ini didukung oleh kemirngan lahan, kecapatan
arus dan kedalaman perairan. Kesesuian lahan untuk pelabuhan umum terdapat di
Kecamatan Tarumajaya.
Untuk pelabuhan
perikanan Kecamatan
Muaragembong. Pembatas kesesuaian lahan untuk pelabuhan adalah tinggi
gelombang diatas 2,5 meter dan tempat yang terbuka tidak ada pelindung. Pelabuhan Perikanan: Kecamatan Tarumajaya untuk Pelabuhan Umum dan
Kecamatan Muaragembong untuk Pelabuhan Perikanan. Luas lahan untuk pelabuhan perikanan adalah 315 ha.
2. Kawasan budidaya tambak berada pada kategori sangat sesuai dengan skor 3,77. Masing-masing indikator dalam penentuan kesesuaian lahannya adalah
kemirngan lahan 0-4, jenis tanah alluvial, fisiografi wilayah berupa dataran pasut, salinitas 26 - 31o, ampitudo pasut 0,9 – 1,5 m, jarak dari sungai kurang
dari 500 m, penggunaan lahan tipe rawa air asin, jarak dari pantai kurang dari 2000 m dan jarak dari jalan kurang dari 1000 m.
Tambak: Desa Pantai Bhakti, Pantai Bahagia, Pantai Sederhana, Pantai Mekar
dan Desa Harapan Jaya Kecamatan Muaragembong. Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya. Luas lahan untuk tambak adalah 2.469 ha.
126
3. Kawasan Budidaya Keramba, jaring apung berada pada kategori sangat sesuai dengan skor 3,44. Masing-masing indikator dalam penentuan
kesesuaian lahannya adalah kecepatan arus 10 – 30 mdtk, tinggi pasut 0,9 – 1,5 m, kedalaman air dasar jarring 10 – 30 m, pH perairan 7,7 – 8,2, oksigen
terlarut 5,0 – 5,5 saliniats 26 – 31, suhu perairan 28 – 31 ˚C, kandungan nitrat 0,185 - 0,215 mgl dan kandungan phospat 0,002 – 0,1 mgl.
Budidaya Jaring Apung: Kesesuaian lahan untuk jaring apung terdapat merata
disepanjang pantai utara kabupaten Bekasi. Hanya Kecamatan Tarumajaya yang tidak sesuai untuk pengembangan budidaya jaring apung. Hal ini
disebabkan oleh karena di kawasan ini tingkat pencemaran tinggi akibat berkembangnya industri. Wilayah yang sangat sesuai adalah terdapat di
wilayah perairan Kecamatan Babelan dan Kecamatan Muaragembong . Luas lahan untuk jaring apung adalah 5.903 ha.
Penggunaan lahan dengan tingkat kesesuaian lahan SANGAT SESUAI, seperti
Gambar 19 berikut:
Gambar 19 Penggunaan Lahan Tingkat Kesesuaian Lahan Sangat Sesuai
127
Penggunaan lahan dengan tingkat kesesuaian lahan SESUAI, yaitu; 1. Kawasan permukiman berada pada kategori sesuai dengan skor 18. Masing-
masing indikator dalam penentuan kesesuaian lahannya adalah kemirngan lahan 0-4, ketersediaan air tawar sesuai bersyarat dengan skor 12,6,
kategori penggunaan lahannnya adalah kelompok A permukiman , industri, perkotaan, jarak dari pantai lebih dari 500 m, drainase sering tergenang dan
jarak dari sarana prasarana jalan antara 500-1000 m. Kesesuaian lahan untuk permukiman dan indutri di kawasan pesisir
nampaknya tersebar merata di desa-desa pesisir. Kecamatan Babelan Desa
Kebalen dan Desa Babelan Kota dan Kecamatan Tarumajaya Desa Setiamulya, Segaramakmur, Pusakarakyat dan Desa Pahlawansetia.
Pembatas kesesuaian untuk permukiman dan industri adalah faktor oceanografi dan faktor ketinggian dari pengaruh pasang naik dan surut air laut.
Letak dengan kemiringan 0 – 4 menyebabkan sering terjadi genangan yang secara periodik, kemudian ketersediaan air tawar sangat terbatas karena air
tanah telah terintrusi oleh air laut. Evaluasi lahan untuk permukiman ini mencakup penilaian kesesuian lahan untuk gedung, jalan, tempat pembuangan
sampah. Penentuan klas suatu lahan untuk tempat tinggal didasari juga pada kemampuan lahan sebagai penopang pondasi, yaitu daya dukung tanahnya,
tata air, banjir dan lainnya. Untuk lahan permukiman sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang
sangat vital, seperti sumber air tawar, jalan, kesehatan dan lainnya. Hal ini mengakibatkan beberapa desa wilayah pesisir tidak sesuai untuk permukiman.
Ketidaksesusaian itu bukan berarti tempat tersebut tidak bisa dihuni tetapi perlu masukan teknologi investasi sarana dan prasarana yang lebih besar
jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya.
128
Permukiman: Desa-desa yang sesuai untuk pengembangan permukiman
adalah Desa Segarajaya dan Desa Samudrajaya di Kecamatan Tarumajaya, Desa Bahagia, Kebalen, Babelan Kota dan Desa Kedung Pengawas di
Kecamatan Babelan dan Desa Pantai Sederhana, Pantai Mekar dan Desa Pantai Bahagia di Kecamatan Muaragembong memiliki lahan yang sesuai
untuk fungsi permukiman. Luas lahan untuk permukiman adalah 3.156 ha 2. Kawasan pertanian berada pada kategori sesuai dengan skor 18. Masing-
masing indikator dalam penentuan kesesuaian lahannya adalah kemirngan lahan 0-4, kategori penggunaan lahannnya adalah kelompok A, jarak dari
pantai lebih dari 500 m, drainase sering tergenang dan jarak dari sarana prasarana jalan antara 500-1000 m. Hasil analisis kesesuaian lahan untuk
pertanian dapat diklasifikasi pada tingkat kesesuaian lahan SESUAI. Pertanian: Hasil analisis kesesuaian lahan untuk tambak dapat diklasifikasi
pada tingkat kesesuaian lahan sesuai. Kesesuaian lahan untuk pertanian di
kawasan pesisir sebagian besar menyebar di Kecamatan Babelan Desa Bahagia, Kebalen, Kedung Pengawas, Kedungjaya, Bunibakti; Kecamatan
Tarumajaya Pusakarakyat dan Kecamatan Muaragembong Desa Pantai Sederhana dan Desa Pantai Bahagia . Luas lahan yang sesuai untuk
pertanian adalah Pembatas kesesuaian untuk permukiman adalah faktor oceanografi dan faktor ketinggian dari pengaruh pasang naik dan surut air laut.
Letak dengan kemiringan 0 – 4 menyebakan sering terjadi genangan yang secara periodi, kemudian ketersediaan air tawar sangat terbatas karena air
tanah telah terintrusi oleh air laut. Luas lahan untuk pertanian adalah 11.244
ha.
3. Kawasan pelabuhan umum berada pada kategori sesuai dengan skor 2,875.