- 96 -
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pasal 23E
1 Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. 2 Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. 3 Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh
lembaga perwakilan dan atau badan sesuai dengan undang-undang.
- 97 -
1 Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh
Dewan Perwakilan
Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.
2 Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
1 Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi. 2 Ketentuan
lebih lanjut
mengenai Badan
Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang- undang.
Pasal 24
1 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. 2 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
- 98 -
1 Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2 Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional,
dan berpengalaman di bidang hukum. 3 Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial
kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan
persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
4 Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
5 Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di
bawahnya diatur dengan undang-undang.
Pasal 24B
1 Komisi Yudisial
bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
- 99 -
pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela. 3 Anggota
Komisi Yudisial
diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
4 Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.
Pasal 24C
1 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat inal untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
2 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
3 Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan
- 100 -
4 Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.
5 Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.
6 Pengangkatan dan
pemberhentian hakim
konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan
undang-undang. Naskah perubahan ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia ke-7 lanjutan 2 tanggal 9 November 2001 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia, dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
- 101 -
pada tanggal 9 November 2001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
- 102 -
- 103 -
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
- 104 -
- 105 -
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PERUBAHAN KEEMPAT UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA, Setelah mempelajari, menelaah, dan memper-
timbangkan dengan saksama dan sungguh-sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh
rakyat, bangsa, dan negara serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 37
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia menetapkan:
- 106 -
Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan
perubahan keempat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan
Perwakilan Rakyat;
b penambahan bagian akhir pada Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun
1945 dengan
kalimat, “Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat
Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-9 tanggal 18 Agustus
2000 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.”;
c pengubahan penomoran Pasal 3 ayat 3 dan ayat 4 Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 3 ayat 2 dan ayat 3; Pasal 25E Perubahan
Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 25A;
- 107 -
Pertimbangan Agung dan pengubahan substansi Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara; e pengubahan danatau penambahan Pasal 2 ayat
1; Pasal 6A ayat 4; Pasal 8 ayat 3; Pasal 11 ayat 1; Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal
24 ayat 3; Bab XIII, Pasal 31 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5; Pasal 32 ayat 1
dan ayat 2; Bab XIV, Pasal 33 ayat 4 dan ayat 5; Pasal 34 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat
4; Pasal 37 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5; Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III;
Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sehingga selengkapnya berbunyi sebagai berikut.
Pasal 2
1 Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.
- 108 -
4 Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara
langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan
Wakil Presiden.
Pasal 8
3 Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya
dalam masa
jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri,
Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga
puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil
Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya,
sampai berakhir masa jabatannya.
- 109 -
1 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain.
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan
kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang- undang.
BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG