5 m elakukan perdam aian dalam pem bagian hart a w arisan, set elah
m asing- m asing m enyadari bagiannya.” Mengingat hukum adat Banj ar banyak dipengaruhi oleh Hukum
I slam , t erm asuk dalam lapangan hukum kew arisan, m aka perlu dikaj i lebih dalam apa saj a persam aan dan perbedaan sist em kew arisan yang
dianut dalam hukum kewarisan I slam dan Hukum Kew arisan Adat Banj ar.
Selain it u m unculnya fenom ena hart a perpant angan dan ishlah dalam m asyarakat hukum adat Banj ar, perlu pula dikaj i lebih dalam
apakah m erupakan perbedaan yang prinsip dengan hukum kew arisan I slam , at aukah hanya perbedaan yang bersifat nuansa sem at a. Oleh
karena it u, perlu adanya penelit ian yang m enggam barkan persam aan dan perbedaan ant ara hukum kew arisan I slam dengan hukum kew arisan
adat Banj ar dalam hal pem bagian hart a warisan m elalui st udi kom parat if.
B. Pe r u m u sa n M a sa la h
Berdasarkan lat ar belakang sebagaim ana diuraikan t ersebut di at as, m aka perm asalahan yang akan dit elit i dapat dirum uskan sebagai
berikut : 1.
Bagaim anakah sist em kew arisan m enurut hukum adat Banj ar ? 2.
Bagaim anakah pem bagian w arisan adat Banj ar ?
I I . PEM BAH ASAN A. Sist e m Ke w a r isa n D a la m Ada t Ba n j a r
Dalam m enent ukan sist em pew arisan dalam m asayarakat Banj ar harus t erlebih dahulu dilihat bagaim ana sist em ket urunan at au sist em
kekerabat an yang ada dalam m asyarakat Banj ar t ersebut . Dalam m asyarakat Banj ar sist em kekerabat annya m engenal
berbagai ist ilah dalam m elihat hubungan kekerabat an t ersebut , yait u : 1. Unt uk hubungan garis ke at as dikenal ist ilah “ Kuw it an” , yait u
sebut an unt uk orang t ua, baik it u ayah m aupun ibu. Dalam hal- hal t ersebut ada yang disebut “ Kuwit an di- uj ud” yang digunakan unt uk
m enyebut orang t ua yang sebenar- benarnya, penyebut an ini t erj adi
6 karena dalam m asyarakat Banj ar m engenal pula orang t ua angkat
yang disebut “ Kuw it an angkat ” . Oleh karena it u penyebut an “ Kuw it an di- uj ud” adalah unt uk m em bedakan dengan “ Kuwit an angkat ” . Dalam
bahasa sehari- hari unt uk m em anggil orang t ua laki- laki kuw it an laki dipakai ist ilah “ abah” , sedangkan unt uk orang t ua perem puan
Kuwit an bini dipakai ist ilah “ um a” at au “ m am a” . Garis ke- at as kuw it an ini adalah disebut dengan ist ilah “ pakai’an” at au “ Paninian” .
I st ilah Pakai’an ini digunakan unt uk m enyebut orang t ua laki- laki dari ayah at au ibu kakek , sedangkan ist ilah paninian dipakai unt uk
bahasa sehari- hari penyebut an unt uk kakek dipakai ist ilah “ kai” , sedangkan unt uk nenek dipakai ist ilah “ nini” . Garis ke- at as set elah
kakek at au nenek ini dikenal ist ilah “ padat uan” at au “ dat u” at au” dat uk” , sebut an ini dipergunakan t anpa m em bedakan lagi ant ara
yang laki- laki dengan yang perem puan. Garis ke- at as set elah “ padat uan” dikenal berbagai ist ilah sepert i ” anggah” , “ waring” , dan “
m oyang” . Garis ini t idak hanya ada dalam penyebut an, dim ana orangnya sudah lam a m eninggal dunia.
2. Unt uk hubungan garis ke- baw ah dikenal ist ilah “ anak” unt uk m enyebut kan ket urunan yang pert am a, set elah it u generasi
berikunya dikenal dengan ist ilah “ cucu” , sedangkan unt uk generasi ket iga dibaw ah cucu t ersebut dikenal ist ilah “ buyut ” . Garis ket urunan
set elah “ buyut ” t ersebut dit em ukan ist ilah “ cicit ” dan “ piut ” , yang ist ilah ini j uga dalam kenyat aannya sekarang hanya ada dalam
penyebut an. 3. Unt uk hubungan garis kesam ping dikenal ist ilah “ dangsanak” unt uk
m enyebut kan ist ilah saudara. I st ilah “ dangsanak” ini dapat t erbagi dalam beberapa kat agori, yait u:
a. “ Dangsanak saum a- sabapa” unt uk m enyebut kan ist ilah saudara kandung;
b. “ Dangsanak saum a” unt uk m enyebut kan ist ilah saudara ibu; c. “ Dangsanak sabapa” unt uk m enyebut kan ist ilah saudara seayah;
7 d. “ Dangsanak t iri” unt uk m enyebut kan ist ilah sehari- hari hubungan
ant ara saudara seayah at au se- ibu saj a. Dalam pergaulan sehari- hari ant ara saudara ini dikenal sebut an
panggilan, yait u ” ading” unt uk m enyebut saudara yang lebih m uda dan ” kaka” unt uk m enyebut kan yang lebih t ua. Disam ping it u j uga
sering disebut kan ist ilah “ dangsanak anum ” unt uk saudara yang m uda, dan “ dangsanak t uha” unt uk saudara yang t ua. I st ilah
“ ading” dan “ kaka” ini j uga sering dipergunakan dalam panggilan ant ara suam i ist eri, dim ana “ ading” adalah ist eri, sedangkan
“ kaka” adalah suam i. 4. Unt uk garis hubungan kesam ping sesudah saudara, adalah anak
dari saudara bapak, cucu saudara kakek. Unt uk ini dikenal beberapa ist ilah, yait u:
a. “ sapupu sekali” unt uk penyebut an anak dari saudara ayah ibu;
b. “ sapupu dua kali” unt uk penyebut an cucu dari saudara kakek at au nenek;
c. “ sapupu t iga kali” unt uk penyebut an buyut dari saudara dat uk; 5. Unt uk garis ket urunan kesam ping ke at as yang m eliput i saudara-
saudara dari ayah at au ibu yang dalam ist ilah sehari- hari dikenal dengan sebut an “ m am arina” . “ Mam arina” ini t erdiri dalam
beberapa kat agori ist ilah, yait u: a. “ Julak” unt uk m enyebut kan saudara ayah ibu yang t ert ua;
b. “ Gulu” unt uk m enyebut kan adik dari “ Julak” ’; c. “ Tangah” unt uk m enyebut kan adik dari “ Gulu’’;
Disam ping it u unt uk kat agori m am arina ini dikenal pula ist ilah “ m akacil” unt uk sebut an saudara ayah ibu yang perem puan, dan
“ pacilan” unt uk sebut an saudara ayah ibu yang laki- laki. Dalam kat agori keseluruhan sist em keluarga yang ada dalam
m asyarakat Banj ar penyebut annya dikenal ist ilah “ bubuhan” . Bubuhan ini m enggam barkan ket erikat an dari suat u keluarga besar m asyarakat
Banj ar.
8 Dari hubungan kekerabat an t ersebut di at as m enunj ukan bahwa
dalam m asyarakat Banj ar m enarik garis ket urunan dari dua sisi, yait u sisi ayah dan sisi ibu. Hal ini berart i sist em kekerabat an yang ada dalam
m asyarakat Banj ar adalah m enganut sist em Parent al at au Bilat eral. Sebagaim ana diket ahui secara t eorit as dikenal ada t iga sist em
kekerabat an, yait u sist em Part rilinial, sist em Mat erilinial dan sist em Parent al Bilat eral. Beberapa dengan sist em Parent al, m aka sist em
Pat rilinial m enarik garis ket urunan m enurut garis Bapak, sedangkan dalam sist em Mat rilinal m enarik garis ket urunan dari garis I bu.
Akan t et api perlu j uga dicat at bahw a dalam hal- hal t ert ent u m asyarakat Banj ar t erkesan m enarik sist em kekeluargaannya
berdasarkan sist em Pat rilinial, sepert i dalam m enent ukan gelar dalam garis ket urunan. Sepert i gelar “ Gust i” dit arik berdasarkan garis
ket urunan ayah. Dilihat dari sist em pew arisan individual, m aka m asyarakat Banj ar
dapat dikat agorikan m enggunakan sist em pew arisan individual. Sebagaim ana diket ahui dalam sist em pew arisan individual set iap ahli
w aris m endapat kan pem bagian, dim ana ia dapat m enguasai at au m em iliki hart a w arisa m enurut bagiannya m asing- m asing. Prakt ek yang
t erj adi dalam . Pem bagian w arisan m enunj ukan set iap w aris dapat m enguasai hart a w arisan yang m erupakan bagiannya.
Nam un dem ikian dalam prakt eknya disam ping sist em pew arisan individual ini j uga dit em ukan sist em pew arisan m ayorat , dim ana dalam
sist em pewarisan m ayorat hart a t idak dibagi m elainkan dikuasai oleh salah seorang ahli w aris. Penguasaan hart a w arisan oleh salah seorang
ahli w aris ini biasanya dilakukan oleh orang t ua laki- laki at au orang t ua perem puan kalau salah sat unya m eninggal dunia, at au dikuasai oleh
saudara t ert ua kalau kedua orang t uanya m eninggal dunia. Ada beberapa alasan t erj adinya sist em pew arisan m ayorat ini,
sepert i: 1. Pew aris berw asiat berpesan sebelum m eninggal agar j angan sam pai
t erj adi pert engkaran m engenai hart a warisan, dim ana hart a warisan
9 dinikm at i secara bersam a- sam a saj a. Dalam hal ini biasanya hart a
w arisan berupa rum ah dan perahu, sehingga dengan dem ikian set iap ahli w aris dapat m enikm at i hasilnya at au m enggunakannya;
2. Ahli waris m em punyai kesepakat an unt uk t idak m em bagi sebagian at au seluruh hart a w arisan, dengan t uj uan agar hart a t ersebut dapat
digunakan unt uk m elaksanakan upacara keagam aan yang t erj adi sehubungan dengan m eninggalnya pew aris, sepert i upacara haulan
set iap t ahun; 3. Ahli waris bersepakat hart a warisan t idak dibagi dalam rangka
m em biayai ahli w aris yang belum m andiri at au ahli waris lain dianggap belum dewasa at au cakap m engurus sendiri bagian hart a
w arisan yang m erupakan haknya; 4. Ahli w aris sepakat unt uk t idak m em bagi hart a w arisan karena
m enghorm at i salah sat u ahli w aris lain yait u ibunya at au baoaknya, sehingga j arang sekali adanya t unt ut an m em bagi hart a w arisan dari
anak- anaknya w alaupun anak- anak t ersebut sudah dew asa. Dari hasil apa yang dikem ukakan t ersebut di at as t ergam bar sist em
pew arisan dalam m asyarakat Banj ar dapat dikat akan suat u sist em yang bersifat cam puran at au gabungan m ixed , yait u ant ara sist em
pew arisan individual dengan sist em pew arisan m ayorat . Dalam hal sist em pewarisan kolekt if secara t egas kolekt if dan sert a m eret a t idak
dilakukan pem bagian w aris, m elainkan hart a dikuasai secara bersam a- sam a. Walaupun dem ikian sist em m ayorat sebenarnya adalah
kelanj ut an dari sist em kolekt if ini, akan t et api dalam sist em m ayorat dit em ukan adanya pert im bangan- pert im bangan t ert ent u unt uk t idak
m em bagi w arisan yang didasarkan kepada w asiat at au kesepakat an ahli waris dalam rangka m enj aga kem aslahat an bersam a. Oleh karena it u
m odel sist em pewarisan m ayorat yang dij um pai dalam m asyarakat Banj ar dapat dikat akan sebagai suat u pengecualian at au penyim panagn
khusus dari sist em w arisan yang individual. Sist em pew arisan dalam m asyarakat Banj ar dapat pula dilihat dari
aspek sist em pew arisan I slam , dim ana sist em pew arisan I slam ini
10 sebenarnya m enurut Hazairin adalah sist em ” individual bilat eral” .
11
Perbedaan sist em ini dengan sist em individual dalam hukum adat hanya t erlet ak pada yang dit erim a oleh m asing- m asing ahli w aris. Dalam
sist em individual hukum adat t idak dit egaskan secara t egas bagian m asing- m asing bagian ahli w aris, sedangkan dalam sist em hukum w aris
I slam bagian m asing- m asing ahli waris sudah dit egaskan besarnya, dasar dari sist em ini adalah t erm uat dalam Al- qu’an surat An- Nisa.
Adanya sist em pew arisan I slam ini t erlihat pada peranan t okoh agam a “ t uan guru” yang selalu dim inat i pendapat unt uk m em bagi
hart a w arisan, dim ana t okoh agam a ini dalam m em berikan pet uahnya selalu berpegang kepada sist em pem bagian yang dianut oleh hukum
I slam . Dalam hal ini biasanya para ahli w aris m enurut i cara pem bagian yang dipet uahkan oleh t okoh agam a t ersebut , w alaupun nant inya
dit em ukan pula dalam pelaksanaannya para ahli w aris t idak m enurut i pem bagian yang sudah dipet uahkan t ersebut . Nam un dem ikian yang
past i penggunaan sist em hukum waris I slam ini ada kalau t erj adi persengket aa t erhadap besarnya pem bagian hart a w arisan t ersebut .
Dengan adanya pesengket aan w aris, m aka m ereka sepenuhnya t unduk kepada apa yang dipet uahkan oleh t okoh agam a.
Dilihat dari sisi sist em pew arisan Barat yang m enegaskan harus ada pem bagian w aris pada saat pew aris m eninggal dunia, dan set iap ahli
w aris dapat m enunt ut agar segera w arisan dibagikan,
12
m aka dalam m asyarakat Banj ar t idak dit em ukan pola yang dem ikian it u, w alaupun
sebenarnya sist em hukum w aris Barat ini j uga m enganut sist em w aris individual. Dalam hal ini t idak dit em ukan adanya suat u keharusan yang
m enet apkan harus segera di adakan pem bagian w aris akan t et api pem bagian w aris dilakukan dilihat dari sit uasi at au keadaan t ert ent u
yang m enhendaki segera at au t idaknya hart a w arisan it u dibagi. Suat u hal yang sangat kont ras berbeda sari sist em pew arisan Barat ini t erlet ak
pada ket ent uan yang ahli w aris unt uk m enolak w arisan, sedangkan
11
Hilm an Hadikusum a, Hukum Waris Adat , Bandung : Cit ra Adit ya Bakt i, 1993 hlm . 31.
12
I bid., hlm . 33.
11 pandangan. Masyarakat Banj ar dalam hal ini t idak boleh m enolak
w arisan, karena m enerim a hukum nya w aj ib.Kew aj iban ini t idak hanya t erbat as kepada m ewaris hart a Pewaris saj a,akan t et api j uga m encakup
kew aj iban m enbayar ut ang- ut ang at au ‘’urusan’’pew aris dengan pihak lain.
Kem udian kait an yang erat dengan sist em pew arisan yait u penent uan ahli w aris. Dalam hal ini ahli w aris dibedakan dengan para
w aris at au Pew aria lainnya.Para w aris yang di m aksud di sini adalah m ereka yang m endapat w arisan, baik it u sebagai ahli w aris at aupun
bukan sebagai ahli w aris. Ahli w aris it u sendiri adalah orang yang berhak m ewarisi hart a warisan yang didasarkan pada ikat an darah
t urunan . Dari penelit ian yang pernah dilakukan Gust i Muzainah t ahun
1999
13
, m enunj ukan pihak yang m enj adi ahli w aris dalam m asyarakat Banj ar, adalah :
1 . An a k Ka n du n g
Anak kandung adalah anak yang lahir dari kedua orang t ua yang sebenarnya at au orang yang t elah m engandung dn m em buahinya.
Dalam bahasa sehari- hari anak kandung ini disebut pula dengan ist ilah ‘’anak buj ur’’, yang m ana dalam hal ini t erkait dengan
perkaw inan yang dilakukan oleh orangt uanya. Perkaw inan disini adalah perkaw inan yang m endahului sebelum t erj adi kelahiran anak,
dim ana dalam m asyarakat Banj ar kurang m em perhat iakan m asalah suat u anak yang lahir sebagai anak kandung t ersebut diikat oleh
suat u perkaw inan di ‘’baw ah t angan’’ at au perkaw inan yang resm i yang dicat at m enurut undang- undang perkawinan. Bagi m ereka yang
t erpent ing adalah anak t ersebut lahir dari oarng t ua yang benar- benar m engadung dan m em buahi.
Beranj ak dari ist ilah anak kandung ini, m aka m uncul pula ist ilah anak sah. Masyarakat Banj ar m enganggap anak andung adalah sah
asalnya ia lahir dari kedua orang t ua yang m engandung dan m em buahi. Diluar it u biasanya disebut ‘’anak pint aan’’ yait u anak
yang diasuh yang t idak lahir dan dibuahi, yang dalam hal ini pem bagian w arisan anak yang sepert i ini dapat disebut ‘’anak t idak
sah’’, t et api t idak sah disini dalam art ian kesahannya m enerim a w arisan secara t ert ent u.
Dalam kait an dengan penent uan anak ini sah, j arang sekali dikait kan dengan pem buahan dan perkaw inan yang dilakukan oleh orang
13
Gust i Muzainah, Pem bagian Hart a Warisan Menurut Hukum waris Adat Masyarakat Banj ar, Tesis. Surabaya : UNAI R, 1999 , hlm . 59- 68.
12 t uanya. Sebagaim ana diket ahui dalam hukum adat dij um pai anak
t idak sah, w alaupun ia lahir dari kandungan ibu dan pem buahan ayahnya, akan t et api saat pem buahan it u m ereka belum t erikat
dalam ikat an perkaw inan.Olek karena it u ia t et ap disebut anak kandung.
Berkenaan dengan anak sah dan anak t idak sah ini pula dikenal dengan ist ilah ‘’anak kam pang’’, yait u anak yang lahir dari
perbuat an zina yang dilakukan oleh ibunya, yang suam inya t idak diket ahui biasanya dit inggalkan pergi . Walaupun nant inya ibunya
kaw in dengan laki- laki lain, anak ini sering disebut ‘’anak kam pang’’. Anak kam pang ini dianggap hanya sebagai ahli w aris dari ibunya,
t et api dalam prakt ek t et ap dapat sebagai para w aris. Dengan sist em w aris bilat eral, m asyarakat Banj ar dalam prakt ek
pem bagian w aris t idak m em perm asalakan pem bedaan gender ant ara anak laki- laki dengan anak perem puan. Baik anak laki- laki
m aupun anak perem puan sam a- sam a sebagai ahli w aris yang sej aj ar. Oleh kerana it u adalah t ahap aw al pem bagian ahli w aris yang
dilakukan oleh m ereka kedudukan waris ant ara anak laki- laki dengan anak perem puan ini sederaj at . Hal ini berart i asas hukum waris
‘’kesam aan deraj at ’’ berlaku pula dalam hukum w aris adat Banj ar. Dilihat dari j um lah anak dalam keluarga,t erlihat ada peran yang
dom inan dari anak t ert ua anak sulung , yait u yang disebut ‘’anak paling ganal t uha’’. Anak sulung ini dalam pem bagian w aris bukan
berart i m endapat kan lebih besar dari hart a w arisan, akan t et api dalam hal kedudukan sebagai yang t ert ua adalah bert indak sebagai
pihak yang m engat ur pem bagian hart a w arisa, t erm asuk m ana- m ana hart a yang belum saat nya dibagi m engingat kondisi- kondisi t ert ent u.
Dalam hal hart a w arisan yang belum dibagi it ulah biasanya hart a w arisan dikuasai oleh anak sulung ini. Dalam hal anak sulung ini
dalah anak perem puan, m aka pengurusan hart a w arisan dibant u oleh adik laki- laki.
Di sam ping anak sulung j uga m engenal anak bungsu, yait u yang disebut ist ilah ‘’anak paling uncit halus’’. Dalam pem bagian w aris
anak bungsu ini dalam kedudukan sebagai ahli w aris m endapat pert im bangan khusus dalam m endapat kan bagian dan pem bagian
w arisan,yait u: a. apakah ia sudah dew asa;
b. apakah ia sudah bekerj a dan m andiri; dan c. apakah ia sudah berkeluarga.
Pert im bangan - pert im bangan inilah yang akan m enent ukan pem bagian t erhadapnya, t erkadang dalam kondisi- kondisi it u para
saudaranya banyak m enyerahkan pem bagian w arisan kepda anak bungsu ini, yang dalam ist ilahnya disebut ‘’bakalah’’
2 . An a k Tir i da n An a k An gk a t
Anak t iri adalah anak yang hanya lahir dari salah sat u pihak dalam ikat an perkaw inan, dim ana anak t iri ini dapat t erj adi dalam hal:
a. anak dari perkaw inan t erdahulu dari ist eri,at au b. anak dari perkaw inan t erdahulu dari suam i.
13 Dalam m asyarakat Banj ar kedudukan anak t iri ini hanya
berkedudukan sebagai ahli w airs dari ayah at au ibunya saj a, akan t et api dalam pem bagian w aris dari perkaw inan yang m ereka lakukan
oleh orang t uanya t ersebut m ereka saling berkedudukan sebagai ahli w aris.Kondisi sepert i ini banyak dipengaruhi oleh hubungan yang
t ercipt a ant ara oaring t ua m ereka dan saudara t iri dalam kehidupan sehari- hari.
Suat u keluarga yang t erdapat anak t iri berart i m encipt akan adanya saudara t iri dan saudara kandung, karenanya akan t ercipt a suat u
keadaan yang sam a- sam a sebagai pihak m endapat kan w aris para waris kalau suat u keluarga t ersebut adalah keluarga harm onis.
Dalam hal ini hubungan m ereka sehari- hari t idak m em bedakan ant ara saudara t iri at au t idak, sem uanya adalah
‘’dangsanak’’ saudara . Berbeda dengan anak t iri , anak angkat adalah anak benar- benar
t idak lahir dari kedua orang t ua yang m engasuhnya t ersebut ,akan t et api anak ini dipelihara dan dibesarkan dari kecil, sehingga anak
t ersebut sudayh m enyebut dan m enj adikan pihak yang m engasuh sebagai orang t ua sendiri ‘’kuit an’’ . Anak angkat ini disebut dengan
ist ilah ‘’anak pint aan’’. Anak pint aan ini dalam m asyarakat Banj ar t idak berkedudukan
sebagai ahli w aris, akan t et api ia dalam pem bagian w arisan adalaha pihak yang dipert im bangkan unt uk m enj adi para w aris. Munculnya
anak angkat sebagai para w aris ini dilandasi oleh pert im bangan adanya anak angkat it u sendiri dalam lingkungan keluarga t ersebut .
Pengangkat an anak didasari oleh beberapa hal, yait u : a. keluarga t ersebut t idak m em punyai ket urunan;
b. keluarga t ersebut m erasa iba t erhadap suat u keluarga biasanya
dari keluarga sendiri yang t idak m am pu dari aspek ekonom i ; dan c. keluarga t ersebut t idak m em punyai anak laki- laki at au
perem puan. Dasar - dasar pengangkat an anak ini biasanya kom binasi, sehingga
anak yang diam bil sebagai anak angkat t ersebut sebenarnya harus j elas asal- usulnya.
Anak angkat ini t idak berkedudukan sebagai ahli w aris dari orang t ua angkat nya, akan t et api t et ap berkedudukan sebagai ahli w aris dari
orang t ua kandungnya sendiri. Dalam hal ini pengangkat an anak t idak bersifat m em ut uskan hubungan ant ara anak angkat t ersebut
dengan orang t uanya. Sehingga dengan dem ikian t idak dikenal konsep “ adopsi “ sepert i dalam hukum Barat .
3 . Sa u da r a
Dalam m asyarakat Banj ar, saudara yang dapat diist ilahkan dengan “ Dangsanak” . Saudara j uga berkedudukan sebagai ahli w aris sesuai
dengan ket ent uan kalau t idak ada halangan hij ab . Unt uk “ dangsanak” ini t idak dibedakan kedudukan ant ara dangsanak laki-
laki saudara laki- laki , dengan dangsanak perem puan saudara perem puan , kecuali kalau t erj adi perselisihan, m aka kedudukan
14 m asing- m asing pihak akan m engacu kepada pet uah yang diberikan
oleh “ t uan guru” t okoh agam a m asyarakat . Begit u pula t erhadap anak- anak dari dangsanak ini, yait u yang
disebut dengan “ kem anakan” keponakan j uga dapat berkedudukan sebagai ahli w aris kalau kedudukan m ereka t idak t erhij ab. Dalam hal
ini t idak dibedakan ant ara kem anakan dari saudara laki- laki dan kem anakan dari saudara perem puan, kecuali ada hal t erj adi
perselisihan, m aka kedudukannya sebagai ahli w aris akan didasarkan kepada pet uah yang diberikan oleh “ t uan guru”
4 . Or a n g Tu a
Dalam m asyarakat Banj ar orang t ua at au yang sering disebut “ abah” dan “ m am a” j uga berkedudukan sebagai ahli w aris sesuai dengan
ket ent uan yang dit ent ukan oleh t uan guru . Orang t ua disini t erdiri dari :
a. orang t ua dari ist eri m ert ua yang di sebut dengan ist ilah
“ m im t uha “ , baik it u laki- laki at au j uga yang perem puan b. Orang t ua dari suam i, baik it u ayah at aupun ibu.
Kedudukan m ert ua dan orang t ua dalam pem bagian w arisan t idak begit u dibedakan, kecuali j uga dalam hal t erj adi perselisihan w aris,
m aka kedudukan m ereka akan dit ent ukan oleh pet uah yang diberikan oleh t uan guru.
5 . Ja n da da n D u da
Janda at au duda dalam hal w arisan lebih dit ekankan kepada konot asi ket iadaan pasangan hidup suam i ist eri yang diakibat kan oleh
kem at ian at au yang sering disebut cerai m at i. I st ilah yang digunakan unt uk m enyebut m ereka yang dit inggal m at i pasangannya ini adalah
“ balu” unt uk w anit a, dan “ duda” unt uk pria. Janda at au duda dalam m asyarakat Banj ar m em punyai kedudukan
t ersendiri dalam hal warisan, khususnya dalam hal hart a bersam a yang diperolehnya selam a perkaw inan. Kedudukan it u adalah :
a. Janda duda m em peroleh hart a dalam kedudukannya sebagai ist eri
at au suam i dari yang m eninggal dunia yang m em punyai hak langsung t erhadap hart a yang dit inggalkan.
b. Janda duda berkedudukan pula sebagai ahli w aris t erhadap w arisan yang m erupakan bagian dari suam inya ist erinya yang
m eninggal dunia. Dalam kedudukannnya yang dem ikain it u, m aka j anda duda sangat
m enent ukan saat pem bagian dan besarnya bagian yang diperoleh ahli waris lainnya anak- anaknya , sebab dalam kenyat aannya kalau
m asih ada Janda duda seluruh hart a m enj adi dalam kekuasaannya, dan anak- anaknya um um nya m enganggap t idak layak m em bagi
w arisan kalau m asih ada salah sat u dari orang t uanya t ersebut . Dalam kait an inilah kedudukan Janda at au duda sangat lah pent ing,
hal ini dapat t erj adi sebagai suat u m anifest asi dari “ adat ist iadat ” orang Banj ar t erhadap orang t ua bakt i t erhadap orang t ua . Sem ua
ahli w aris m enunj ukkan suat u sikap hart a yang dit inggalkan oleh salah sat u orang t ua m ereka haruslah dinikm at i oleh Janda at au duda
t ersebut . Pengecualian t erhadap hal ini dapat saj a t erj adi j ikalau
15 diant ara ahli w aris ada yang m enunt ut haknya, dim ana orang ini
sering disebut sebagai “ kada beadat ” berani t erhadap orang t ua , dalam hal inilah dim int akan pet uah kepada “ t uan guru” .
6 . Pe n e r im a W a r is La in n ya
Sebenarnya dalam m asyarakat Banj ar dalam hal m enent ukan siapa- siapa saj a yang m enj adi ahli w aris at aupun penerim a w aris lainnya
berpegang pada garis ket urunan dan w asiat yang disam paikan oleh pewaris. Dalam hal berdasarkan ket urunan ini ahli warisnya
dit ent ukan oleh “ t uan guru” , sehingga berpegang pada hukum waris I slam fara’id . Oleh karena it u fakt or- fakt or yang m erupakan fakt or
“ hij ab” at au t erhalang dalam m enerim a w arisan akan m enent ukan sam pai sej auhm ana garis ket urunan it u dit arik, baik yang lurus
at aupun yang m enyam ping. Berdasarkan hal t ersebut dalam keadaan t ert ent u sepert i pihak
saudara ayah- ibu besert a anaknya sepert i “ m am arina” dan “ sepupu” . Juga dapat sebagai ahli w aris. Bahkan dalam keadaan t ert ent u pula
“ m em arina” at au “ j ulak” j ulak laki at au j ulak bini it u dapat m enguasai hart a w arisan ahli w aris.
B. Pe m ba gia n H a r t a W a r isa n M e n u r u t H u k u m Ada t Ba n j a r