Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensis, muell - arg.) Berasal Dari Benih Yang Telah Mendapat Perlakuan Peg Dengan Beberapa Klon Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi

UJI BATANG BAWAH KARET (Hevea brassiliensis, Muell - Arg.) BERASAL DARI BENIH YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN
PEG DENGAN BEBERAPA KLON ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI
MELINSANI MANALU 090301106
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

UJI BATANG BAWAH KARET (Hevea brassiliensis, Muell - Arg.) BERASAL DARI BENIH YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN
PEG DENGAN BEBERAPA KLON ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI Oleh:
MELINSANI MANALU 090301106
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

UJI BATANG BAWAH KARET (Hevea brassiliensis, Muell - Arg.) BERASAL DARI BENIH YANG TELAH MENDAPAT PERLAKUAN
PEG DENGAN BEBERAPA KLON ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI SKRIPSI Oleh:
MELINSANI MANALU 090301106/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi
Nama Nim Program Studi Minat

: Uji batang bawah karet (Hevea brassiliensis, muell - arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi
: Melinsani Manalu : 090301106 : Agroekoteknologi : Agronomi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir.Charloq, MP.) . Ketua Komisi Pembimbing NIP: 1961 1109 1986 01 2001

(Ir.Asil Barus, MS.) . Anggota Komisi Pembimbing NIP: 1954 0424 1982 03 1005

Diketahui Oleh:

(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
NIP. 1964 0620 1998 0320 01

Tanggal lulus:


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
MELINSANI MANALU : Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Berasal Dari Benih Yang Telah Mendapat Perlakuan PEG (Seed Coating) Dengan Beberapa Klon Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi, dibimbing oleh Charloq dan Asil Barus.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu benih yang bersifat rekalsitran, yang menyebabkan mudahnya terjadi deteriorasi. Sehingga untuk mempertahankan viabilitas dilakukan pelapisan PEG. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan yakni untuk menguji batang bawah hasil dari benih yang mengalami perlakuan pelapisan PEG. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji batang bawah karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2013 di lahan penduduk Pasar I Tanjungsari, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih (0%, 15%, 30%, 45% konsentrasi PEG) dan faktor kedua adalah mata entres (klon IRR 104, IRR 39, IRR 72). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan okulasi, kecepatan okulasi melentis, persentase okulasi bertunas, panjang tunas, jumlah daun dan diameter tunas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Jenis entres tidak berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Interaksi antara batang bawah dan mata entres tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Hasil yang terbaik yang di peroleh pada bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih adalah konsetrasi PEG 0% dan 15% dan mata entres IRR 104.
Kata kunci : Batang Bawah Karet, Klon Entres, Okulasi,
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
MELINSANI Manalu: Test Rootstocks Rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Derived From Seed Treatment That Has Got PEG (Seed Coating) With Some Success Against the Clones Entres grafting, guided by Charloq and Asil Barus.
One of the problems encountered in the cultivation of rubber that is recalcitrant seeds, which causes deterioration easy going. So as to maintain the viability of PEG coating done. However, further research needs to be done to test the results of rootstock seed being treated PEG coating. The purpose of this study was to test the rootstock rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Derived from seeds that have been treated with several clones PEG entres to the success of grafting. The study was conducted from March to June 2013 in the land people at pasar I Tanjungsari street, Medan. The research design used was a completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is a rootstock seedlings of rubber that had been treated seed (0%, 15%, 30%, 45% PEG concentration) and the second factor is Bud (clone IRR 104, IRR 39, IRR 72). The parameters measured were the percentage of grafting success, grafting speed melentis, grafting percentage germination, shoot length, number of leaves and shoots diameter.
The results showed that the rubber is rootstocks that have been given a seed treatment had no significant effect on all parameters. Type entres no effect is not evident in all parameters. Interaction between rootstock and Bud had no significant effect on all parameters. The best results are obtained on rubber seedling rootstock that had been treated seed is the concentration of PEG 0% and 15% and IRR Bud 104. Keywords: Stem Bottom Rubber, Clones entres, grafting,
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Melinsani Manalu, lahir pada tanggal 17 Januari 1992 di Pematang Siantar, anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari ayahanda Lamhot Manalu dan ibunda Oklin Marina Silalahi.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sibolga dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK).
Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di perkebunan karet PTP. N III unit Kebun Gunung Para pada bulan Juli hingga Agustus 2012.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Berasal Dari Benih Yang Telah Mendapat Perlakuan PEG (Seed Coating) Dengan Beberapa Klon Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya skripsi ini. Terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah mendukung dan memberi semangat selama ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Abu Yazid SP. M.Stat selaku konsultan statistika, serta semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, walaupun penulis menyadari skripsi ini adalah sebagian kecil dari seri penelitian disertasi ketua komisi pembimbing, saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini masih sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat khusus untuk peneliti selanjutnya dan masyarakat pada umumnya.
Medan, Desember 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................. Tujuan Penelitian ............................................................................................. Hipotesis Penelitian.......................................................................................... Kegunaan Penelitian ........................................................................................

1 3 3 4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Karet ..................................................................................... Perbanyakan Tanaman Karet ........................................................................... Okulasi ............................................................................................................. Batang Atas ...................................................................................................... Batang Bawah .................................................................................................. Benih Sumber Batang Bawah yang Mendapat Perlakuan PEG .......................

5 6 6 10 11 13


METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu ............................................................................................ Bahan dan Alat................................................................................................. Metode Penelitian ............................................................................................ Parameter yang Diukur
Persentase okulasi yang berhasil (%) ................................................... Kecepatan Mata Okulasi Melentis (hari) ............................................. Persentase okulasi yang bertunas (%) .................................................. Panjang Tunas (cm).............................................................................. Jumlah Daun (helai) ............................................................................ Diameter Tunas (mm) .......................................................................... Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan ................................................................................... Persiapan Naungan............................................................................... Pelaksanaan Okulasi............................................................................. Pembukaan Tali Okulasi ...................................................................... Pemeliharaan Tanaman ........................................................................ Penyiraman........................................................................................... Penambahan Media ..............................................................................

14 14 14
16 16 17 17 17 17
17 18 18 19 19 19 19

Universitas Sumatera Utara

Penyiangan ........................................................................................... Pemupukan ........................................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ Menghilangkan Mata Tunas Liar .........................................................

19 20 20 20

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase okulasi yang berhasil (%)............................................................... Kecepatan Mata Okulasi Melentis (hari) ......................................................... Persentase okulasi yang bertunas (%) .............................................................. Panjang Tunas (cm).......................................................................................... Jumlah Daun (helai) ........................................................................................ Diameter Tunas (mm) ......................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................................... Saran.................................................................................................................


21 24 28 32 35 39
43 43

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44 LAMPIRAN..................................................................................................... 45

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan persentase keberhasilan okulasi (%) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres ......................................................................

21

2. Rataan kecepatan mata okulasi melentis (hari) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres ......................................................................

25


3. Rataan persentase okulasi bertunas (%) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres ......................................................................

28

4. Rataan panjang tunas (cm) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres .......................................................................................

32

5. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres .......................................................................................

36

6. Rataan diameter tunas (mm) pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih dan perlakuan mata entres .......................................................................................

39

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal.

1. Hubungan antara persentase keberhasilan okulasi pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih ........... 22

2. Hubungan antara persentase keberhasilan okulasi pada perlakuan mata entres ....................................................................................... 23

3. Hubungan antara kecepatan mata okulasi melentis pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih ........... 26

4. Hubungan antara kecepatan mata okulasi melentis pada perlakuan mata entres ....................................................................................... 27

5. Hubungan antara persentase okulasi bertunas pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih.................... 29

6. Hubungan antara persentase okulasi bertunas pada perlakuan mata entres................................................................................................ 31

7. Hubungan antara panjang tunas pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih pada 8, 10 dan 12 minggu setelah okulasi ....................................................................

33

8. Hubungan antara panjang tunas pada perlakuan mata entres pada 8, 10 dan 12 minggu setelah okulasi................................................ 34

9. Hubungan antara panjang tunas pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih pada 10 dan 12 minggu setelah okulasi ....................................................................


37

10. Hubungan antara jumlah daun pada perlakuan mata entres pada10 dan 12 minggu setelah okulasi......................................................... 38

11. Hubungan antara diameter tunas pada perlakuan bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih ............................... 40

12. Hubungan antara diameter tunas pada perlakuan mata entres......... 41

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data pengamatan persentase keberhasilan okulasi 3 minggu setelah okulasi.................................................................................. 47

2. Data pengamatan persentase keberhasilan okulasi 3 minggu setelah okulasi (Transformasi Arcsine = Sine-1 ����/100) ..............

47

3. Daftar sidik ragam persentase keberhasilan okulasi 3 minggu okulasi.............................................................................................. 48


4. Data pengamatan kecepatan melentis 5-6 minggu setelah okulasi.. 48

5. Data pengamatan kecepatan melentis 5-6 minggu setelah okulasi (Transformasi Arcsine = Sine-1 ����/100) .......................................

49

6. Daftar sidik ragam pengamatan kecepatan melentis 5-6 minggu setelah okulasi.................................................................................. 49

7. Data pengamatan persentase okulasi bertunas 8 minggu setelah okulasi.............................................................................................. 53

8. Data pengamatan persentase okulasi bertunas 8 minggu setelah okulasi (Transformasi Arcsine = Sine-1 ����/100)...........................

50

9. Daftar sidik ragam persentase okulasi bertunas 8 minggu setelah okulasi.............................................................................................. 51

10. Data pengamatan panjang tunas (cm) 8 minggu setelah okulasi..... 51

11. Daftar sidik ragam panjang tunas (cm) 8 minggu setelah okulasi... 52


12. Data pengamatan panjang tunas (cm) 10 minggu setelah okulasi... 52

13. Daftar sidik ragam panjang tunas (cm) 10 minggu setelah okulasi. 53

14. Data pengamatan panjang tunas (cm) 12 minggu setelah okulasi... 53

15. Daftar sidik ragam panjang tunas (cm) 12 minggu setelah okulasi. 54

Universitas Sumatera Utara

16. Data pengamatan jumlah daun (helai) 10 minggu setelah okulasi .. 17. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 10 minggu setelah okulasi

54 55

18. Data pengamatan jumlah daun (helai) 12 minggu setelah okulasi .. 55

19. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 12 minggu setelah okulasi 56

20. Data pengamatan diameter tunas (mm) 12 minggu setelah okulasi 56
21. Daftar sidik ragam diameter tunas (mm) 12 minggu setelah okulasi.............................................................................................. 67
22. Deskripsi klon IRR 104 ................................................................... 58 23. Deskripsi klon IRR 39 ..................................................................... 59 24. Deskripsi klon IRR 72 ..................................................................... 60 25. Bagan Penelitian .............................................................................. 61 26. Jadwal Penelitian ............................................................................. 62 27. Data Informasi Klimatologi............................................................. 63

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
MELINSANI MANALU : Uji Batang Bawah Karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Berasal Dari Benih Yang Telah Mendapat Perlakuan PEG (Seed Coating) Dengan Beberapa Klon Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi, dibimbing oleh Charloq dan Asil Barus.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya karet yaitu benih yang bersifat rekalsitran, yang menyebabkan mudahnya terjadi deteriorasi. Sehingga untuk mempertahankan viabilitas dilakukan pelapisan PEG. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan yakni untuk menguji batang bawah hasil dari benih yang mengalami perlakuan pelapisan PEG. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji batang bawah karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2013 di lahan penduduk Pasar I Tanjungsari, Medan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih (0%, 15%, 30%, 45% konsentrasi PEG) dan faktor kedua adalah mata entres (klon IRR 104, IRR 39, IRR 72). Parameter yang diamati adalah persentase keberhasilan okulasi, kecepatan okulasi melentis, persentase okulasi bertunas, panjang tunas, jumlah daun dan diameter tunas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Jenis entres tidak berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Interaksi antara batang bawah dan mata entres tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Hasil yang terbaik yang di peroleh pada bibit batang bawah karet yang telah diberi perlakuan benih adalah konsetrasi PEG 0% dan 15% dan mata entres IRR 104.
Kata kunci : Batang Bawah Karet, Klon Entres, Okulasi,
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
MELINSANI Manalu: Test Rootstocks Rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Derived From Seed Treatment That Has Got PEG (Seed Coating) With Some Success Against the Clones Entres grafting, guided by Charloq and Asil Barus.
One of the problems encountered in the cultivation of rubber that is recalcitrant seeds, which causes deterioration easy going. So as to maintain the viability of PEG coating done. However, further research needs to be done to test the results of rootstock seed being treated PEG coating. The purpose of this study was to test the rootstock rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Derived from seeds that have been treated with several clones PEG entres to the success of grafting. The study was conducted from March to June 2013 in the land people at pasar I Tanjungsari street, Medan. The research design used was a completely randomized factorial design with two factors and three replications. The first factor is a rootstock seedlings of rubber that had been treated seed (0%, 15%, 30%, 45% PEG concentration) and the second factor is Bud (clone IRR 104, IRR 39, IRR 72). The parameters measured were the percentage of grafting success, grafting speed melentis, grafting percentage germination, shoot length, number of leaves and shoots diameter.
The results showed that the rubber is rootstocks that have been given a seed treatment had no significant effect on all parameters. Type entres no effect is not evident in all parameters. Interaction between rootstock and Bud had no significant effect on all parameters. The best results are obtained on rubber seedling rootstock that had been treated seed is the concentration of PEG 0% and 15% and IRR Bud 104. Keywords: Stem Bottom Rubber, Clones entres, grafting,
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Jumlah produksi karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar 9,277 juta ton, dan tahun 2010 naik menjadi 10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 9,702 juta ton atau minus sekitar 445.000 ton yang kegunaannya banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri (Hero dan Purba, 2010).
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi Indonesia sebesar 3-4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran pencapaian produksi tersebut dapat dicapai apabila minimal 75% dari areal kebun karet kurang produktif diremajakan dengan menggunakan bahan tanam yang bermutu/klon unggul (Siagian, 2012).
Untuk mendukung sasaran pemerintah tersebut, penyiapan bahan tanam berupa bibit unggul berasal dari bening unggul yang diseleksi dengan baik merupakan tahapan yang penting sebab penggunaan bibit unggul akan menghasilkan produksi pertanaman yang baik serta berproduksi secara berkesinambungan. Bahan tanam karet yang dianjurkan untuk ditanam adalah bahan tanam klon yang diperbanyak dari okulasi karena memiliki sifat-sifat yang diinginkan seperti produktifitas tinggi, relatif tahan terhadap stimulan dan pupuk serta volume kayu pohon tinggi (Siagian, 2012).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengadaan benih unggul sebagai sumber benih untuk batang bawah tanaman karet diantaranya:
Universitas Sumatera Utara

1. Rendahnya produksi benih karet yang banyak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Keberhasilan pembuahan secara alami pada tanaman karet sangat rendah yaitu berkisar 0-10% (Siagian, 2010).
2. Penurunan viabilitas benih karet diantaranya sangat tergantung pada kandungan air benih dan suhu penyimpanan. Oleh karenanya benih karet sangat peka terhadap perubahan temperatur lingkungan luarnya sehingga benih akan mudah kehilangan daya berkecambah (Sutopo, 2002).
3. Daya kecambah benih karet cepat menurun. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang cepat dan tepat sejak pengumpulan, pengecambahan di bedengan, sampai penanaman di lahan pembibitan batang bawah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Untuk mempertahankan kesegaran biji karet selama pengangkutan
dilakukan penyimpanan konvensional yakni dalam serbuk gergaji yang dibasahi, didalam kantong plastik yang terlebih dahulu direndam dengan larutan fungisida dan dikepak dalam kotak kayu. Namun tingginya biaya pengangkutan karena semakin besarnya volume yang harus diangkut dan juga daya tahan benih yang hanya mencapai 30% Suryaningtyas (2009) sehingga dilakukan penelitian dengan teknik moderat oleh Charloq (2004) terhadap benih karet yang menggunakan senyawa penghambat perkecambahan diantaranya dengan polyethylene Glycol 6000 terhadap biji yang telah dikupas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan PEG dalam menekan absorbsi air ke dalam benih, pada perlakuan PEG 45% disertai lama penyimpanan hingga 16 hari mampu menghasilkan perkecambahan karet sebesar 70,51 %.
Universitas Sumatera Utara

Inkompatibilitas antara batang bawah dan atas dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan menurunnya produksi (Institut Pertanian Bogor, 2012). Batang atas merupakan mata tunas dari klon dianjurkan, sedangkan batang bawah merupakan semaian dari biji suatu klon karet dianjurkan untuk batang bawah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet yang di okulasi bergantung pada tingkat kompatibilitas antara batang bawah dan batang atas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai uji batang bawah karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG (seed coating) dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi. Tujuan penelitian
Untuk menguji batang bawah karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG (seed coating) dengan beberapa klon entres terhadap keberhasilan okulasi. Hipotesis Penelitian
Adanya keberhasilan okulasi bibit tanaman karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) dengan sumber batang bawah karet berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan PEG 6000 (seed coating), dengan beberapa klon entres dan interaksi keduanya.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data skripsi sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pelaku agronomis.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Karet Berdasarkan (William dkk., 1987 in Anzah,2010), sistematika tanaman
karet, adalah sebagai berikut; Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio : Angiospermae ; Class : Dicotyledoneae; Ordo : Euphorbiales; Familia : Euphorbiaceae; Genus : Hevea; Species : Hevea brassiliensis, Muell-Arg.
Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar pada tanaman karet termasuk akar tunggang depan menghujam tanaman sampai 1-2 m dan akar lateralnya dapat menyebar sampai 10 meter. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Siregar, 2012).
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai 40 meter dan mencapai umur 100 meter. Warna permukaan batangnya abu-abu dan halus atau variasinya (Webster and Paardekooper, 1990 dalam Lizawati, 2002).
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing (Sianturi, 2001).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji tiga sampai enam biji sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya. (William dkk., 1987 dalam Anzah,2010).
Universitas Sumatera Utara

Perbanyakan Tanaman Karet Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah
proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari pembiakan tanaman adalah untuk pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan tanaman, yaitu (1) perbanyakan secara seksual atau generatif dan (2)
perbanyakan secara aseksual atau vegetative (Hartman dkk., 1997 dalam Barus
dan Syukri, 2008). Perbanyakan tanaman dengan cara vegetative dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu stek, cangkok, penyambungan dan juga perbanyakan modern seperti kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek dapat dilakukan dengan berbagai sumber, seperti stek batang, stek bertunas daun, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi (Wilins, 1989 dalam Barus dan Syukri, 2008).
Sistem penyambungan adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman bersama. System ini ada dua cara yakni penyambungan pucuk (enten) dan penyambungan mata (okulasi) (Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, 2011 dalam Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Okulasi Perbanyakan tanaman karet sampai saat ini dilakukan dengan sistem
okulasi. Batang atas berupa mata tunas dari klon yang dianjurkan, sedangkan batang bawah berupa semaian dari biji suatu klon karet tertentu. (Sagay dan Omakhafe, 1997 dalam Lasminingsih dkk., 2006).
Universitas Sumatera Utara

Tanaman karet hasil perbanyakan secara okulasi dapat menyediakan bahan

tanam klonal seefisen mungkin dari sisi waktu dan jumlah serta memperoleh

tanaman karet yang homogen terutama dalam ukuran lilit batang, tinggi tanaman,

dan bentuk percabangan (Sutanto, 2008).

Tanaman hasil okulasi ini akan tumbuh dan mampu berproduksi baik

bila terdapat kesesuaian antara batang bawah dan batang atasnya. Tingkat

kesesuaian ini ditunjukkan mulai dari keberhasilan okulasi sampai karakter

karater agronomis lainnya. Faktor keberhasilan okulasi, ditentukan oleh

umur batang bawah, faktor lingkungan, waktu okulasi dan kemampuan dari

okulator. Apabila faktor tersebut telah terpenuhi, maka faktor lain yang

berpengaruh adalah tingkat kesesuaian antara batang bawah dan batang atas yang

digunakan (Sagay dan Omakhafe, 1997 dalam Lasminingsih dkk., 2006).

Keberhasilan okulasi akibat kesesuaian batang bawah dan batang atas

adalah bervariasi yaitu berkisar antara 55 sampai 90 persen. Ketidaksesuaian

ini pada akhirnya akan berpengaruh pada produksi lateksnya saat tanaman mulai

memasuki masa produksi. Penurunan daya

produktivitas

akibat

ketidaksesuaian antara batang bawah dapat mencapai 40% (Dijkman, 1951 dalam

Lasminingsih dkk., 2006).

Pada sistem okulasi yang melibatkan dua klon yang berbeda

menyebabkan timbulnya interaksi antara batang bawah dengan batang atas. Pada

okulasi yang kompatibel, tanaman dapat tumbuh normal dan sebaliknya terjadi

pada yang tidak kompatibel. Gejala inkompatibilitas antara batang bawah dan

batang atas mulai terlihat pada beberapa tanaman, dimulai sejak gagalnya okulasi

hingga matinya tanaman Menurut Hartman dkk. (1997) dalam Lizawati (2002)

Universitas Sumatera Utara

inkompatibilitas dapat disebabkan ketidak sesuaian anatomi, respon fisiologis yang tidak cocok antara kedua bagian tanaman.
Tingkat kompatibilitas pada okulasi tanaman karet berguna sangat penting dalam proses translokasi senyawa anorganik dari batang bawah melalui jaringan ikat pembuluh kayu dan translokasi senyawa organik dari batang atas melalui jaringan ikat pembuluh kulit kayu. Proses biosintesis senyawa organik dan pengangkutan unsur hara pada okulasi karet yang kompatibel akan bejalan lancar. Sedangkan inkompatibilitas akan ditandai terjadinya pembengkakan batang di sekeliling pertautan, atau penghambatan pemindahan air, hara, dan hasil biosintesis seperti protein dan sukrosa. Inkompatibilitas okulasi ini karena struktur anatomi batang bawah dan batang atas, atau susunan komponen biokimia dan genetik berbeda, sehingga batang yang digunakan bertindak sebagi individu terpisah. Keadaan ini akan menghambat laju translokasi protein dan sukrosa hasil biosintesis lateks pada batang karet. (Boerhendhy, 1992 ; Toruan dkk., 1999 dalam Lizawati, 2002).
Pengaruh timbal balik antara batang bawah dan batang atas belum ada informasi secara pasti, tetapi pengaruhnya sebagai akibat hubungan fisiologis antara batang bawah dan batang atas. Proses pengaruh timbal balik dapat berpengaruh secara wajar bila hubungan sel-sel fungsional pada sambungan batang telah terbentuk sedemikian rupa, untuk memungkinkan terbentuknya transpirasi dan transportasi unsur hara. Batang bawah bertindak sebagai pengabsorbsi unsur hara dan air sedangkan batang atas dengan daun
mengasimilasi CO2 dan membentuk karbohidrat serta auksin (Hartman dkk., 1997
dalam Barus dan Syukri, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Proses penyatuan antara batang bawah dan batang atas pada penyambungan tanaman terdiri dari empat tahapan yaitu: produksi jaringan parenkim yang disebabkan penggabungan batang bawah dan batang atas pada daerah kambium, sel-sel parenkim saling bergabung dan mengikat. Dilanjutkan dengan penggabungan sel-sel parenkim yang kemudian menjadi sel kambium baru yang berhubungan dengan jaringan kambium dasar batang bawah dan batang atas. Produksi vaskular baru yang disebabkan oleh jaringan parenkim berperan dalam kelancaran aliran air dan unsur hara dari batang bawah kebagian atas (Barus dan Syukri, 2008).
Kompatibilitas batang bawah dan batang atas disebabkan kesesuaian pada okulasi yang menunjukkan hubungan jaringan vaskular, kesinambungan pembuluh yang baik dan adaptasi floem yang baik. Perpaduan jaringan vaskular dapat mendorong kelancaran aliran mineral, nutrisi dan mengasimilasi aliran dalam tanaman (Darikova dkk., 2011).
Aktivitasnya pertumbuhan tunas dan akar,tergantung dari akumulasi karbohidrat di dalam tanaman yang dihasilkan pada musim pertumbuhan sebelumnya dan karbohidrat tersebut bergerak menuju ke arah jaringan meristem, sehingga laju pertumbuhan akarnya menurun. Setelah tunas aktif kembali (fotosintesis berlangsung meningkat dan aktivitas fisiologi lainnya juga meningkat) akan terjadi mobilisasi asimilat ke daerah aerial (jaringan tanaman yang melakukan respirasi) dan salah satunya adalah akar tanaman. (Borchert, 1973 dalam Hidayat dkk., 2005).
Sumekto dkk., (1995) menyatakan bangun dan tumbuhnya tunas diawali dengan proses hormonal yang diikuti suplai nutrisi ke titik tumbuh. Pada
Universitas Sumatera Utara

penelitian Nurhasanah (2003) kandungan hormon endogen dalam jaringan semaian batang bawah pada batang yang lebih tua lebih besar dibandingkan dengan semaian yang lebih muda.
Daun sebagai penghasil fotosintat berperan besar dalam mendorong pertumbuhan vegetatif. Selama pertumbuhan vegetatif tanaman banyak memerlukan karbohidrat pembesaran sel dan tahap-tahap pertama dari diferensiasi sel (Rahayu, 1999 dalam Nurhasanah (2003).
Namun demikian faktor lingkungan seperti air dan suhu yang tinggi atau perubahan genotip juga dapat mempengaruhi proses fisiologi dan kondisi tanaman (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam dalimunthe, 2004).
Batang Bawah Kemampuan mata okulasi untuk menempel pada batang bawah
merupakan penggabungan antara kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan kayu batang bawah. (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting diperhatikan untuk menghindari ketidakcocokan antara kombinasi sambungan batang bawah dan batang atas. Bila ketidak cocokan terjadi, kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan potensi produksi dan karakter unggul lainnya secara maksimal. Potensi klon batang atas yang maksimum akan tercapai bila batang bawah sesuai dengan batang atas. Dijkman pada (1951) dalam Lasminingsih dkk., (2006) telah memberikan isyarat bahwa kesalahan penggunaan batang bawah dapat menurunkan produksi lateks hingga 40%.
Universitas Sumatera Utara

Mutu bahan tanam karet ditentukan oleh dua hal yakni mutu genetik dan mutu fisiologi. Untuk mempertahankan mutu genetik invidu unggul bibit karet diperbanyak secara vegetatif sehingga memperoleh tanaman klonal (Hartman dan Kester, 1976 dalam Lasminingsih dkk., 2006).
Tanaman yang dianjurkan untuk batang bawah mempunyai sifat yakni mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, mempunyai system perakaran yang kuat serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada dalam tanah, kecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang di gunakan dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Saat ini biji yang dianjurkan sebagai benih untuk batang bawah berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, BPM 24, PB 260, dan RRIC 100. Biji dari klon LCB 1320, PR 228, dan PR 300 masih boleh digunakan, namun sulit didapat akibat luas tanaman yang makin berkurang (Subendi dan Raharjo, 2010).
Batang Atas (Entres) Entres (scion) adalah mata tunas pada batang atas yang berasal dari klon
yang dianjurkan. Entres yang baik adalah berasal dari tanaman yang memiliki daya gabung (compatible) dengan batang bawah. Entres merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan besaran produksi pada saat tanaman karet sedang berproduksi (Lasminingsih dkk., 2006).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik dari kelompok klon anjuran. Klon-klon anjuran adalah klon-klon yang direkomendasikan untuk pertanaman komersial yang telah
Universitas Sumatera Utara

dilepas seperti : (a) Klon Penghasil Lateks: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260, (b) Klon Penghasil Lateks Kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118 (c) Klon Penghasil Kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78 (Subendi dan Raharjo, 2010).
Klon penghasil lateks adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks sangat tinggi tetapi hasil kayu sedang. Klon pengasil lateks-kayu adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks tinggi dan hasil kayu juga tinggi. Dan klon pengasil kayu adalah klon yang memiliki ciri potensi hasil lateks rendah dan hasil kayu sangat tinggi (Siagian, 2012).
Tanaman yang dijadikan batang atas harus berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus, memiliki sifat yang diinginkan, tidak mengurangi kualitas batang atas. (Barus dan Syukri, 2008).
Namun demikian tingkat juvenile batang atas juga mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi, entres yang dorman dikaitkan dengan kondisi dorman entres pada pohon induknya. Entres yang masih tidur atau dorman akan lambat dalam proses pertautan antara batang bawah dan batang atas dan memicu terjadinya kesulitan dalam terbentuknya tunas (Sunarjono, 2000 dalam Nurhasanah, 2003).
Benih Sumber Batang Bawah yang Mendapat Perlakuan PEG Rendahnya tingkat viabilitas biji karet yang diakibatkan oleh faktor
pengiriman dan pengemasan yang disebabkan biji bersifat rekalsitran (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Benih karet yang mendapat perlakuan penyimpanan konvensional 0, 3, 7, 10, dan 14 hari masing- masing memiliki daya kecambah 85 %, 63%, 35%, 30%, dan 0 % (Suryaningtyas, 2009).
Rendahnya tingkat viabilitas biji karet pada periode pengemasan dan pengiriman disebabkan biji bersifat rekalsitran (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009) menimbulkan adanya pemikiran dari berbagai peneliti diantaranya memberi perlakuan peningkatan seleksi biji ddengan pengelupasan biji untuk mendapatkan benih yang berkualitas dengan memperoleh kriteria kelas I yakni endosperm berwarna putih bersih dan masih segar dan pelapisan PEG dalam penyimpanan biji pada saat pengiriman mampu mempertahankan viabilitas benih melalui tekanan osmotik yang ditimbulkan PEG dalam menekan imbibisi air sehingga menghambat perkecambahan benih (Charloq, 2004).
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut merupakan suatu peningkatan dan kemajuan yang cukup besar dikarenakan pada penyimpanan selama 14 hari diperoleh 86,21% benih dapat berkecambah dengan perlakuan konsentrasi PEG 15-45% berbanding 0% pada penyimpanan secara konvensional (Charloq, 2004).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian akan dilakukan di lahan penduduk Pasar I Tanjungsari Medan
yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian adalah bibit batang bawah tanaman
karet (Havea brassiliensis Muell-Arg.) klon PB 260 yang berasal dari benih yang mendapat perlakuan pelapisan biji dengan PEG 6000 dengan perbandingan konsentrasi 0, 15%, 30%, dan 45%, berumur 7 bulan dengan diameter yang seragam, entres yang mewakili klon anjuran lateks yaitu IRR 104, mewakili klon anjuran lateks-kayu IRR 39 dan mewakili klon anjuran kayu yaitu IRR 72 yang berasal dari kebun entres Rubber Research Center, polibag dengan ukuran 30 x 45 cm, tanah top soil sebagai media tanam, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul untuk mengolah plot, meteran, gembor, handsprayer, kalkulator, pacak sampel, alat tulis, pisau okulasi, jangka sorong dan alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ) dengan 2
faktor perlakuan, yaitu: Faktor I : bibit batang bawah karet (berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan seed coating dengan PEG 6000) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
Universitas Sumatera Utara

B0 = PEG 0 %

B1 = Konsentrasi PEG 15 %

B2 = Konsentrasi PEG 30 %

B3 = Konsentrasi PEG 45 % Faktor II: Sumber entres yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

E1 = Mata Entres Klon IRR 104

E2 = Mata Entres Klon IRR 39

E3= Mata Entres Klon IRR 72

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi yaitu :

B0E1 B0E2 B0E3

B1E1 B1E2 B1E3

B2E1 B3E1 B2E2 B3E2 B2E3 B3E3

Jumlah ulangan

: 3 Ulangan

Jumlah plot

: 36 Plot

Ukuran plot

: 100 cm x 100 cm

Jarak antar plot

: 50 cm

Jumlah polibag/plot

: 6 polibag

Jumlah tanaman/polibag

: 1 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 216 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model

linier aditif sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj + (αβ )ij + Ԑij i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,

Dimana :

Universitas Sumatera Utara

Yij : Hasil Pengamatan pada taraf ke-i akibat perlakuan batang bawah dengan mata entres ke-j
µ : Nilai tengah αi : Efek Perlakuan batang bawah (B) pada taraf ke-i βj : Efek pemberian mata entres (E) pada taraf ke-j (α β )ij : Interaksi antara batang bawah taraf ke-i dan pemberian mata entres ke-j Ԑij : Galat dari batang bawah ke-j dan pengaruh mata entres ke-k.
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT) dengan taraf 5 % (Hanafiah, 2002).

Parameter yang Diukur

Persentase Keberhasilan Okulasi (%).

Okulasi dikatakan berhasil dengan kriteria jika warna mata okulasi

berwarna hijau. Pengamatan dilakukan 3 minggu setelah okulasi.

dengan rumus :

%

keberhasilan

okulasi

=

jumlah okulasi yang berhasil jumlah total yang di okulasi

x

100

%

Kecepatan Mata Okulasi Melentis (hari)

Kecepatan keluarnya tunas diamati dengan menghitung mata tunas yang

melentis setiap hari pada 5-6 minggu setelah okulasi (14 hari). Adapun ciri-ciri

tunas mata melentis adalah mata tunas okulasi membengkak dan berwarna hijau.

Kecepatan

mata

okulasi

melentis

=

N1T1+ N2T2 + ....+ N14T14 jumlah total okulasi

N = jumlah bibit okulasi yang melentis pada satuan waktu tertentu.

T = jumlah waktu melentis (5-6 minggu setelah okulasi yaitu selama 14 hari)

Universitas Sumatera Utara

Persentase Okulasi Bertunas (%)

Persentase okulasi bertunas dihitung pada 7-8 minggu setelah okulasi

dihitung dengan rumus :

Persentase okulasi bertunas :

Jumlah okulasi yang bertunas Jumlah total okulasi

x 100 %

Panjang Tunas (cm) Panjang tunas diukur dari pangkal tumbuhnya tunas hingga titik tumbuh
dengan memakai penggaris sebagai alat bantu ukur. Pengukuran dimulai sejak 8 minggu setelah okulasi (8 MSO) dengan interval 2 minggu sekali sampai dengan 12 MSO.

Jumlah Daun (helai) Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna
dimulai sejak 10 minggu setelah okulasi (8 MSO) dengan interval 2 minggu sekali sampai dengan 12 MSO.

Diameter Tunas (mm) Diameter tunas diukur pada akhir pengamatan yakni pada 12 MSO dengan
menggunakan jangka sorong diukur pada pangkal tumbuhnya tunas.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm dan jarak antar plot 50cm dan jarak antar polibag 30 cm.

Pelaksanaan okulasi

Universitas Sumatera Utara

1. Batang bawah yang akan diokulasi dibersihkan dengan kain lap. Pada ketinggian 5 cm dari tanah dilakukan 2 torehan/irisan dari bawah ke atas dengan jarak 1/3 lingkaran batang panjang 5 cm.
2. Diiris mendatar di bawah atau di atas kedua torehan vertikal sehingga berbentuk jendela.
3. Dibuat jendela pada kayu entres dengan cara yang sama dengan batang bawah dan ukuran jendela entres minimal lebih kecil daripada ukuran jendela batang bawah.
4. Kayu entres diiris memanjang untuk mengambil perisai mata okulasi. 5. Pangkal dan ujung irisan kayu entres dipotong sehingga perisai mata okulasi
dapat dilepas dari potongan kayu entres. 6. Buka jendela batang bawah dengan pisau okulasi, bersihkan dari latek yang
telah mengering dan secara hati-hati mata okulasi ditempelkan pada jendela batang bawah. 7. Jendela batang bawah ditinggalkan 1/3 bagian untuk menjepit mata entres, kemudian dibalut dengan tali okulasi transparan sepanjang 40 cm, lebar 2 cm dan tebal 0,08 mm – 0,10 mm.
Pembukaan Tali Okulasi 1. Sesudah 21 hari okulasi, plastik pembalut okulasi dibuka untuk mengetahui
apakah okulasi jadi atau tidak, dengan melihat apakah kulit perisai yang di tempelkan. Bila perisai yang di tempelkan berwarna hijau berarti hidup sedang beerwarna cokelat/hitam berarti mati. 2. Selanjutnya dihitung persentse okulasi yang berhasil.
Universitas Sumatera Utara

3. Okulasi yang dinyatakan berhasil, kemudian dilakukan pemotongan pada batang bawah.
4. Pemotongan dilakukan 10 cm di atas jendela okulasi batang bawah. Bekas pemotongan batang bawah diberi cat.
Pemeliharaan Pemeliharaan bibit tanaman hasil okulasi terdiri dari:
Penyiraman Penyiraman dilakukan tiap hari yakni pada sore hari atau sesuai dengan
kondisi dilapangan.
Penambahan Media Pembumbunan dilakukan dengan cara penambahan top soil kedalam
polybag. Pembumbunan dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak.
Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan secara manual didalam polibag dengan
tangan, dan penyiangan diluar polibag menggunakan. Hai ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK sebanyak 15 g/tanaman/bulan
dengan cara di tugal.
Universitas Sumatera Utara

Pengandalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida. Penyemprotan disesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan mengunakan handspreyer. Menghilangkan Tunas Liar
Tunas tunas liar yang tumbuh pada batang bawah di buang dengan cara memotongnya dengan pisau. Hal ini bertujuan untuk memusatkan bahan hasil fotosintesis dan juga translokasi unsur hara dari tanah ke tunas yang diinginkan agar pertumbuhannya maksimal.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Keberhasilan Okulasi (%)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam persentase keberhasilan okulasi 3

minggu setelah okulasi disajikan pada lampiran 1 – 3. Berdasarkan sidik ragam

tersebut terlihat bahwa perlakuan bibit batang bawah karet (berasal dari benih

yang telah mendapat perlakuan seed coating dengan PEG 6000), perlakuan mata

entres, dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada persentase

keberhasilan okulasi.

Rataan persentase keberhasilan okulasi dari perlakuan bibit batang bawah

karet (berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan seed coating dengan PEG

6000) dan perlakuan mata entres dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase keberhasilan okulasi (%) pada perlakuan bibit batang bawah karet (berasal dari benih yang telah mendapat perlakuan seed coating dengan PEG 6000) dan perlakuan mata entres

Dokumen yang terkait

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Uji Pemberian PEG 6000 Terhadap Morfologi Benih Kareti(Hevea Brassiliensis, Muell-Arg.) Tanpa Cangkang Setelah Ipenyimpanan

0 39 43

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Uji Ketahanan Beberapa Genotipe Tanaman Karet Terhadap Penyakit Corynespora cassiicola dan Colletotrichum gloeosporioides di Kebun Entres Sei Putih

1 85 68

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53

Kajian okulasi benih karet (hevea brasiliensis muell. Arg) dengan perbedaan Mata tunas (entres) dan klon syukur

0 1 50

Uji Pemberian PEG 6000 Terhadap Morfologi Benih Kareti(Hevea Brassiliensis, Muell-Arg.) Tanpa Cangkang Setelah Ipenyimpanan

0 0 7