Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan

(1)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PERBANDINGAN TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN

TAHUNAN PERUSAHAAN PUBLIK SEBELUM DAN

SETELAH PERUBAHAN PERATURAN BAPEPAM

MENGENAI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN LAPORAN

TAHUNAN

OLEH :

NAMA : TIURMAIDA SINAGA NIM : 040503091

DEPARTEMEN : AKUNTANSI PROGRAM STUDI : S1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :”Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan ”

Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 13 Juni 2008 Yang membuat pernyataan

Tiurmaida Sinaga Nim : 040503091


(3)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, syukurbagi Tuhan Yesus Kristus atas kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan peraturan Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan “. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluargaku. Terimakasih yang terhingga penulis ucapkan kepada keluargaku, khususnya kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan kasih saying sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materi, yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, Mec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

3. Bapak DR. Drs. Agusni Pasaribu, MBA,Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Firman Syarif, SE, MSi, Ak selaku dosen pembanding I/penguji yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku dosen pembanding II /penguji yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

6. Bapak DR. Syafruddin Ginting, SE, MAFIS, Ak selaku dosen wali penulis, seluruh dosen Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu, nasehat dan arahan pada penulis selama masa perkuliahan, serta seluruh Staff dan Pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tuaku tercinta H. Sinaga dan R. Simanjuntak, yang telah mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta doa yang diberikan kepada penulis.

8. Abangku Ferry Sinaga,S.pd dan Kakakku Jeni Sinaga,SP dan Riris Sinaga yang selalu memberikan baik dukungan, materi dan dorongan semangat yang tak pernah habis-habisnya sampai saat ini

9. Sahabat-sahabat terbaikku di Akuntansi 2004 (Uni, Esra, Ade, Septin, Marsya, Vina “cute” Lubis, Elvirita, Herlina, Delfi ) yang saling berbagi dorongan


(5)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

semangat , doa, dan dukungan yang sangat besar bagi penulis, dan juga buat teman-teman seperjuangan di Akuntansi 2004.

10.Teman-temanku seperguruan bimbingan 2004 ( Bang Ronald ”kakak pertama” Siahaan, Ageth ”kakak kedua” Surbakti, Maria “adik keempat” Hutagaol, dan Luga “sibungsu” Kristina ) yang selalu mendukung, menguatkan, dan menemani selama penulisan skripsi ini, semangat saudaraku!.

11. Teman-temanku Sepelayanan di Sekolah Minggu GTI, Kak Ida, Kak Icha, Kak Yos, Kak Tika, Kak Intan, dan Kak Betty yang selalu mendukungku dalam doa dan semangat ,Tuhan Yesus Memberkati.

12.Adik-adikku di Sekolah Minggu GTI (Ruth Sorta, Naomi, Frans, Jere, Febiola) yang selalu mendoakanku di jam doa syafaat sekolah minggu, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas setiap bantuan, dukungan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam penulisan kedepan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2008 Penulis

Tiurmaida Sinaga Nim : 040503091


(6)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang ada

tidaknya perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam mengenai kewajiban penyampaian laporan tahunan. Selain melihat ada tidaknya perbedaan tingkat pengungkapan sebelum dan setelah perubahan peraturan penelitian ini juga melihat apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik baik sebelum maupun setelah perubahan peraturan.

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan tahunan adalah laporan tahunan perusahaan publik tahun 2006 (sebelum perubahan) dan 2007 (setelah perubahan). Penilaian tingkat pengungkapan dilakukan dengan metode scoring sederhana. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji asumsi klasik, uji f, uji t, dan uji t untuk dua sampel berpasangan.

Hasil uji t untuk dua sampel berpasangan menghasilkan t-hitung < t-tabel ( 0,981<2,0345) sehingga menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan yang signifikan sebelum dan detelah perubahan peraturan Bapepam.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sebelum perubahan peraturan Bapepam tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan baik secara parsial maupun simultan, tetapi setelah perubahan peraturan likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara sumultan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan namun secara parsial hanya likuiditas yang berpengaruh secara signifikan.

Keywords : Pengungkapan , laporan tahunan, likuiditas, solvabilitas,


(7)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

ABSTRACT

The objective of this research is to get empirical evidence of whether or there is the difference in the public firm’s annual report disclosure degree between before and after the rules of Bapepam about the duty to perform the annual report or not. Besides, this research is also aimed to test if the public firm’s annual report disclosure both before and after the rules changes

The data used to measure the degree of annual report disclosure is the public firm’s annual report of 2006 (before the changes) and 2007 (after the change). The test of disclosure degree is done by using simple scoring method. The data test is done by using the classical assumption test statistical analysis, f-test, test, and t-test for two paired samples.

The result of t-test for two paired samples result t- arithmetic < t-table (0,981 < 2,0345), so its shows that there is no significant difference in the degree of public firm’s annual report disclosure between before and after the change of Bapepam rules.This research results also shows that the liquidity, solvability, profitability, and log size before the change of Bapepam rules don’t have influence on the degree of annual report disclosure either partially or simultantly, but the liquidity, solvability, profitability, and log size have influence on the degree of annual report disclosure simultantly after the change of Bapepam rule. The partially only the liquidity has a significant influence.

Keywords : disclosure, annual report, liquidity , solvability, profitability, log size,


(8)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan masalah ... 6

C. Perumusan masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis ... 12

1. Laporan Tahunan ... 12

2. Pengertian, Ruang Lingkup , dan Metode Penilaian Pengungkapan ... 13


(9)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

B. Ruang Lingkup Pengungkapan ... 13

C. Metode Penilaian ... 17

3. Rasio Likuiditas ... 18

4. Rasio Solvabilitas ... 21

5. Rasio Profitabilitas ... 25

6. Ukuran Perusahaan ... 33

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 34

C. Kerangka Konseptual ... 37

D. Hipotesis ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 41

B. Jenis Data ... 41

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41

D.Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Variabel Penelitian ... 42

F. Defenisi Operasional Penelitian ... 43

G.Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran umum objek penelitian ... 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

B. Tingkat Pengungkapan ... 58


(10)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

D. Solvabilitas ... 67

E. Profitabilitas ... 71

F. Ukuran Perusahaan ... 74

2. Deskripsi Data Penelitian Secara Statistik ... 78

B. Analisis Hasil Penelitian ... 82

1. Analisis Hasil ... 82

A. Pengujian Asumsi Klasik ... 82

1.Uji Normalitas ... 83

A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 83

B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 87

2. Uji Multikolinearitas ... 90

A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 90

B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 91

3. Uji Autokorelasi ... 92

A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 93

B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 93

4. Uji Heterokedastisitas ... 94

A.Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ... 95

B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 96

B. Uji Beda t-test ... 97

C. Analisis Regresi ... 98

1. Persamaan Regresi ... 98


(11)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

B.Setelah Perubahan Peraturan Bapepam ... 101

2. Pengujian Hipotesis ... 104

2. Pembahasan hasil ... 116

C. Keterbatasan Penelitian ... 129

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133 LAMPIRAN


(12)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 : Defenisi Operasional Variabel Penelitian …………... 44

Tabel 4.1 : Daftar Perusahaan Sampel ………..……... 56

Tabel 4.2 : Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam ………...…..………….. 60 Tabel 4.3 : Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Setelah Perubahan

Peraturan Bapepam ………...………...……….. 62 Tabel 4.4 : Likuiditas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan

Peraturan Bapepam ... 64 Tabel 4.5 : Likuiditas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan

Peraturan Bapepam ... 66 Tabel 4.6 : Solvabilitas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan

Peraturan Bapepam ………....……….. 68 Tabel 4.7 : Solvabilitas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan

Peraturan Bapepam ………. 69 Tabel 4.8 : Profitabilitas Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan

Peraturan Bapepam ………... 71 Tabel 4.9 : Profitabilitas Perusahaan Sampel Setelah Perubahan

Peraturan Bapepam ……….. 73 Tabel 4.10 : Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel Sebelum Perubahan


(13)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Tabel 4.11 : Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel Setelah Perubahan

Peraturan Bapepam ……….. 76

Tabel 4.12 : Descriptive Statistics Sebelum Perubahan Peraturan Bapepam (2006) ... 78

Tabel 4.13 : Descriptive Statistics Setelah Perubahan Peraturan Bapepam (2007) ... 80

Tabel 4.14 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (2006) ... 83

Tabel 4.15 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (2007) ... 87

Tabel 4.16 : Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) (2006) …..………. 91

Tabel 4.17 : Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients(a) (2007) …………. 91

Tabel 4.18 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) (2006) .…………. 93

Tabel 4.19 : Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) (2007) …………. 93

Tabel 4.20 : Hasil Uji Beda Metode Paired T Test ... 97

Tabel 4.21 : Hasil Analisis Regresi (2006) ... 98

Tabel 4.22 :Hasil Analisis Regresi (2007) ... 101

Tabel 4.23 : Hasil Uji Hipotesis Metode Paired T Test ... 104

Tabel 4.24 : Hasil Uji T (2006) ... 106

Tabel 4.25 : Hasil Uji T (2007) ... 107

Tabel 4.26 : Hasil Uji F ANOVA (b) ... 114


(14)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka koseptual ... 37

Gambar 4.1 : Histogram (2006) ... 85

Gambar 4.2 : Grafik Normal Plot (2007) ... 86

Gambar 4.3 : Histogram (2007) ... 88

Gambar 4.4 : Grafik Normal Plot (2007) ... 93

Gambar 4.5 : Hasil uji heterokedastisistas (2006) ... 94


(15)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

A.Lampiran I Descriptive Statistic Sebelum Perubahan Peraturan B.Lampiran II Descriptive Statistic Setelah Perubahan Peraturan C.Lampiran III Kolmogorov Smirnov Sebelum Perubahan Peraturan D.Lampiran IV Kolmogorov Smirnov Setelah Perubahan Peraturan E.Lampiran V Histogram Sebelum Perubahan Peraturan

F.Lampiran VI Histogram Setelah Perubahan Peraturan G.Lampiran VII Grafik Plot Sebelum Perubahan Peraturan H.Lampiran VIII Grafik plot setelah Perubahan Peraturan

I. Lampiran IX Multikolinearitas Sebelum Perubahan Peraturan J. Lampiran X Multikolinearitas Setelah Perubahan Peraturan K. Lampiran XI Autokorelasi Sebelum Perubahan Peraturan L. Lampiran XII Autokorelasi Setelah Perubahan Peraturan M.Lampiran XIII Uji beda t-test

N.Lampiran XIV Heterokedastisitas Sebelum Perubahan Peraturan O.Lampiran XV Heterokedastisitas Setelah Perubahan Peraturan P.Lampiran XVI Regresi Sebelum Perubahan Peraturan

Q.Lampiran XVII Regresi Sebelum Perubahan Peraturan R.Lampiran XVIII Uji t Sebelum Perubahan Peraturan S.Lampiran XIX Uji t Sebelum Perubahan Peraturan T.Lampiran XX Uji t Sebelum Perubahan Peraturan


(16)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

U.Lampiran XXI Uji t Setelah Perubahan Peraturan

V.Lampiran XXII Kriteria Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan W.Lampiran XXIII Peraturan Bapepam No : Kep-38/PM/1996


(17)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber pendanaan bagi perusahaan di dapat dari eksternal dan internal perusahaan. Pendanaan internal berupa laba yng didapatkan selama periode tertentu, sedangkan pendanaan eksternal berasal antara lain dari investor dan kreditor. Dengan kondisi ekonomi seperti di Indonesia saat ini, membuat pihak investor untuk benar-benar berpikir matang sebelum melakukan investasi. Mereka benar-benar membutuhkan informasi-informasi dari pihak manajemen perusahaan yang dapat membantu mereka untuk memprediksi tingkat resiko dan pengembalian yang akan mereka terima dari investasi yang mereka lakukan.

Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya untuk berinvestasi melalui pasar modal adalah keamanan investasinya. Untuk dapat memperoleh perasaan aman tersebut dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, perusahaan harus memberikan informasi secara rinci

(detail), jelas (clarity),wajar, dan tepat waktu (timely), sehingga para investor dan

pihak lain yang berkepentingan seperti lenders merasa aman dan percaya mengenai minimum resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang (Partha Sanggupta, 1998:572).

Pengungkapan yang detail akan mencerminkan kinerja dan operasionalisasi perusahaan yang sesungguhnya, sehingga pengungkapan akan menimbulkan


(18)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

kepercayaan stakeholders khususnya pihak landers akan kinerja manajemen dalam hal ini kapabilitas perusahaan yang baik. Dengan adanya pengungkapan (disclosure) yang berkualitas akan membantu pihak lenders (pemberi pinjaman) dan underwriters (penjamin emisi/penanggung resiko) dalam mengestimasi resiko kegagalan yang akan dibebankan kepadanya.

Untuk mencapai terwujudnya transparansi dan akuntabilitas informasi mengenai kinerja ekonomi perusahaan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, maka setiap perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada investor (pemodal), lenders, underwriters, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu untuk melindungi para

investor, Bapepam (Badan pengawas pasar modal) telah mengeluarkan peraturan

tentang standart pengungkapan informasi dalam laporan tahunan terbaru bagi perusahaan publik di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peraturan terbaru tersebut dikeluarkan Bapepam pada tanggal 7 Desember 2006 dengan nomor : kep-134/ BL/ 2006 untuk menggantikan peraturan yang lama yang dikeluarkan pada 17 Januari 1996 dengan nomor : kep-38/PM/1996.

Peraturan nomor : kep-134/BL/2006 menyoroti bentuk dan isi laporan tahunan yang terdiri dari : ketentuan umum, iktisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelolah perusahaan (corporate governance), tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, laporan keuangan yang telah diaudit, dan tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris.


(19)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Peraturan nomor : kep-38/PM/1996 hanya menyoroti bentuk dan isi laporan tahunan yang terdiri dari ketentuan umum, laporan manajemen, iktisar data keuangan penting, analisis dan pembahasan umum oleh manajemen, dan bagian mengenai laporan keuangan.

Menurut Yuniati Gunawan (2001), berdasarkan penelitiannya terhadap laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1998, dengan berpatokan pada peraturan Bapepam nomor : kep-38/PM/1996, menyatakan tingkat pengungkapan (disclosure level) yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ternyata masih rendah dengan rata-rata skor yakni 29,51 dengan pemberian skor atas pengungkapan item-item yang terdapat pada laporan tahunan menggunakan instrument indeks disclosure yang digunakan oleh Botosan (1997) dengan skor antara 0 sampai 75.

Berdasarkan hasil penelitian Yusniati Gunawan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan–perusahaan publik di Indonesia masih rendah, dengan kata lain masih banyak informasi yang hanya diketahui oleh pihak manajemen karena tidak diungkapkan oleh manajemen dalam laporan tahunan. Kebanyakan manajemen perusahaan berusaha memperindah laporan tahunannya dengan cara memperendah tingkat pengungkapan dari laporan mereka atau terdapat informasi-informasi yang tidak diungkapkan atau disembunyikan untuk kepentingan mereka sehingga terjadi ketimpangan informasi dimana pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan pihak lain. Dengan kata lain ada informasi yang diketahui pihak manajemen tapi tidak diketahui oleh pihak lain.


(20)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Pengungkapan informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai kepentingan yaitu adanya harapan mengenai dampak positif dari pengungkapan informasi yang disampaikan , dan pengungkapan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh biaya dan manfaat yang diperoleh. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi yang diperoleh dari pengungkapan nformasi tersebut lebih besar dari biayanya (Elliot dan Jacobson,1994).

Tindakan manajemen untuk memperendah tingkat pengungkapan tidak dapat disalahkan sepenuhnya, karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Vita anggreni (2007) tingkat pengungkapan penuh yang tinggi membutuhkan Cost yang tinggi pula bagi manajemen. Cost yang dimaksud adalah kerugian yang dialami akibat pengungkapan yang dilakukan, seperti misalnya dengan adanya pengungkapan penuh (full disclosure) menyebabkan timbulnya free riding . Bisa saja dengan adanya pengungkapan tersebut, strategi perusahaan ditiru atau dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini jelas sangat merugikan pihak manajemen perusahaan. Hal ini pula yang menjadi dasar perusahaan menutup-nutupi informasi perusahaan kepada investor sehingg akhirnya menyebabkan asimetri informasi.

Anny Sidarta dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengungkapan yang tinggi akan dapat meningkatkan Bond rating yang pada gilirannya akan memperkecil biaya hutang ketika perusahaan melakukan pendanaan secara eksternal.


(21)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Lie Fony dalam penelitiannya menyatakan bahwa luasnya pengungkapan mempengaruhi biaya modal, karena pengungkapan yang lebih luas menaikkan likuiditas pasar saham, dengan demikian menurunkan biaya-biaya transaksi atau melalui meningkatnya permintaan ekuitas.

Mengingat hasil penelitian Vita Anggreni, Anny Sidarta, dan Lie Fony diatas penulis merasa tertarik meneliti hal-hal apa saja yang kiranya mempengaruhi luasnya tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan baik sebelum perubahan peraturan Bapepam (kep-38/PM/1996) maupun setelah perubahan peraturan Bapepam (kep-134/BL/2006). Dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas serta ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap besarnya tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik.

Likuiditas dipilih karena rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) dapat mencerminkan kesehatan suatu perusahaan dan diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan.

Solvabilitas dipilih karena suatu perusahaan yang tingkat debt ratio-nya tinggi cenderung untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk kreditornya.

Profitabilitas dipilih karena biasanya perusahaan-perusahaan dengan profitabilitas tinggi lebih mengungkapkan tentang keadaan perusahaannya dibandingkan dengan perusahaan yang profitabilitasnya rendah.

Ukuran perusahaan dipilih karena biasanya perusahaan yang berukuran besar lebih cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil.


(22)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Seiring dengan diperbahurinya peraturan mengenai penyampaian laporan tahunan oleh Bapepam, penulis ingin meneliti apakah tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia masih tetap sama atau telah terjadi perubahan .Hal inilah yang mendorong penulis ingin menganalisa

perbandingan tingkat pengungkapan laporan tahunan sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam dari 38/Pm/1996 menjadi kep-134/BL/2006, dan apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran

perusahaan mempengaruhi luasnya tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik baik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam tersebut. Dalam penelitian kali ini penulis masih tetap menggunakan metode

scoring tetapi tidak lagi menggunakan indeks disclosure Botosan , karena indeks disclosure botosan ini hanya cocok untuk perusahaan manufaktur dan dengan

kondisi ekonomi yang cukup stabil seperti Amerika , sedangkan penulis meneliti perusahaan secara keseluruhan baik manufaktur maupun nonmanufaktur di Indonesia.

B. Batasan Masalah

Penulis memberi batasan masalah agar penelitian ini tercapai, antara lain :

1. Ojek penelitian adalah laporan tahunan perusahaan publik 2006 dan 2007 yang selama periode pengamatan telah mengeluarkan laporan tahunan.

2. Sampel yang digunakan adalah laporan tahunan perusahaan publik tahun 2006 dan 2007 dengan bergantung pada ketersediaan data.


(23)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

3. Periode pengamatan sampai dengan 30 April 2008 sesuai dengan ketetapan peraturan Bapepam mengenai batas waktu penyampaian laporan tahunan.

4. Pemilihan faktor-faktor keuangan dan non keuangan dianggap cukup mewakili pengaruh tuingkat pengungkapan informasi dalam laporan tahunan.

C.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukan diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam ?

2. Apakah tingkat likuidasi berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

3. Apakah tingkat likuidasi berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam ?


(24)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

4. Apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

5. Apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam ?

6. Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

7. Apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam ?

8. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

9. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam ?


(25)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

10.Apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama/simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

11.Apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama/simultan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam ?

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul ”Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum Dan Setelah Perubahan Peraturan Bapepam Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan”

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam

2. Untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam


(26)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

3. Untuk mengetahui apakah tingkat likuiditas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam

4. Untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam

5. Untuk mengetahui apakah tingkat solvabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam

6. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam

7. Untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam

8. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam


(27)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

9. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam

10.Untuk mengetahui apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara bersama-sana/simultan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam

11. Untuk mengetahui apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran

perusahaan secara bersama-sana/simultan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang tingkat pengungkapan informasi dalam laporan tahunuan perusahaan publik.

2. Bagi investor, lenders, underwriters, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan-perusahaan publik di Indonesia mau memberikan informasi sehingga investor, lenders, underwriters, serta pihak-pihak lain yang


(28)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

berkepentingan tahu mengenai minimum resiko kegagalan yang akan mereka hadapi.

3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan maupun sebagai referensi dalam melakukan referensi dalam melakukan penelitian sejenis serta memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukt i empiris dalam bidang disclosure level laporan tahunan perusahaan publik di indonesia.


(29)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teoritis 1.Laporan Tahunan

Laporan tahunan merupakan laporan yang berisikan pertanggung jawaban

mengenai kinerja manajemen kepada pemegang saham, kreditor, Bapepam, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Laporan tahunhan bertujuan memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan , kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai didalam pengambilan keputusan ekonomi, profil perusahaan, kinerja direksi dan manajemen, tata kelolah perusahaan.

Peraturan Bapepam nomor : kep-134/BL/2006 mewajibkan setiap laporan tahunan perusahaan publik untuk memuat iktisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelolah perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.


(30)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Pengungkapan informasi perusahaan ini harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapan informasi mengenai perusahaan, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang terus berubah.

2. Pengertian, Ruang lingkup, dan Metode penilaian Pengungkapan A.Pengertian Pengungkapan

Pengungkapan (disclosure) adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai keadaan perusahaan. Didalam pengungkapan semua informasi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen persediaan dalam nilai mata uang), dan komponen kualitatif (seperti tuntutan hukum) ,bahkan menurut SEC setiap kejadian yang terjadi dengan tiba-tiba yang dapat mempengaruhi posisi keuangan harus diungkkapkan secara khusus (GAAP,1998:42) untuk membantu para pengguna laporan tahunan. Pengertian pengungkapan (disclosure) menurut Siegel dan Shim (1994:147) adalah pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan sebagai catatan kaki atau tambahan. Informasi ini menyediakan penjelasan yang lebih lengkap mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan kebijakan perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat juga diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan termasuk informasi kuantitatif maupun kualitatif yang sangat membantu pengguna laporan.


(31)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

B. Ruang Lingkup Pengungkapan

Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dapat dibagi dua, yaitu

pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure). Menurut Murni (2204:193) pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan yang diharuskan dalam laporan

tahunan menurut peraturan Bapepam, sedangkan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh

Bapepam, dengan kata lain pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. Menurut Alan Levinsohn (2001), pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure) dibagi mejadi 5 kategori, yaitu :

a. Data bisnis

Meliputi operasi operasi dan pengukuran kinerja level atas b. Analisis manajemen mengenai data bisnis

Meliputi alasan-alasan perubahan pada operasi perubahan serta mencantumkan data yang terkait serta dampak trend bisnis pada perusahaan c. Forward looking information

Meliputi peluang, resiko dan termasuk rencana-rencana manajemen d. Informasi mengenai manajemen dan shareholders

Meliputi informasi mengenai direktur, manajemen, dan pemegang saham e. Latar belakang perusahaan


(32)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Purnomosidhi (2006) dalam penelitiannya mengungkapkan suatu framework untuk kepentingan pengungkapan sukarela berdasarkan informasi yang dibutuhkan investor yang didasari oleh Laporan Jenkin (AICPA 1994), yaitu : 1. Data keuangan dan non keuangan

2. Analisis data keuangan dan non keuangan 3. Informasi yang berorientasi pada masa depan

4. Informasi tentang manajer dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan

5. Latar belakang perusahaan 6. Dimensi modal intelektual

Menurut PSAK nomor 1 Ayat 74, informasi mengenai manajemen dan

shareholders yang meliputi susunan nama anggota direksi dan komisaris

merupakan mandatory disclosure (pengungakapan wajib) . Begitu pula halnya dengan latar belakang perusahaan yang meliputi tujuan perusahaan dan bidang usaha utama perusahaan (ruang lingkup) merupakan mandatory disclosure (pengungkapan wajib).

Apabila sebuah perusahaan memberikan pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) secara sekaligus,

berarti perusahaan tersebut memberikan pengungkapan secara penuh (full

disclosure). Pengungkapan penuh (full disclosure) harus mengungkapkan :

1. Prinsip pengungkapan penuh, yaitu peningkatan persyaratan pelaporan dan pengungkapan diferensial.


(33)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

2. Catatan atas laporan keuangan, mengenai kebijakan akuntansi dan catatan-catatan umum.

3. Masalah pengungkapan, yang terdiri dari pengungkapan transaksi atau peristiwa khusus, peristiwa selain tanggal neraca, perusahaan yang terdiversifikasi, dan laporan intern.

4. Laporan auditor dan manajemen.

5. Masalah pelaporan masa berjalan, yaitu pelaporan tentang penjualan dan proyeksi, pelaporan keuangan melalui internet untuk pilihan akuntansi dan pelaporan.

”Full disclosure principle mengharuskan pengungkapan semua keadaan

dan kejadian yang membuat suatu perbedaan pada pengguna laporan ”(Weygandt,Kieso,&Kimmel, 199,p.526). pada kenyataannnya banyak perusahaan berusaha membatasi tingkat pengungkapan dari laporan tahunan. Hal ini disebabkan oleh ketakutan manajeman akan adanya free riding , dimana adanya pihak tertentu yang memanfaatkan informasi yang potensial untuk tujuan kurang baik bagi perusahaan yang bersangkutan lagi pula bila dilihat dari sisi biaya , penyediaan informasi tambahan memerlukan biaya yang tidak sedikit , dan biasanya keuntungan dari adanya informasi itu sendiri lebih rendah dari biaya yang dibutuhkan, sebaliknya pembatasan tingkat pengungkapan dapat menyebabakan asimetri informasi, dimana salah satu pihak dalam hal ini manajemen perusahaan memiliki informasi lebih banyak dari pihak lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan batasan-batasan tingkat pengungkapan suatu perusahaan tidaklah mudah.


(34)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Special commite on financial reporting (AICPA), mengindikasikan bahwa para pemakai mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda, dan tidak semua perusahaan harus melaporkan seluruh unsur informasi. Untuk itu untuk memenuhi kebutuhan pemakai yang berubah-ubah, pelaporan harus :

1. Meyediakan informasi yang lebih mengacu kemasa depan tentang perencanaan, peluang/kesempatan, resiko dan ketidak pastiaan.

2. Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang menciptakan nilai yang bersifat jangka panjang, termasuk ukuran nonkeuangan yang menunjukkan bagaimana proses bisnis kunci berjalan.

3. Menyesuaikan dengan lebih baik antara informasi yang dilaporkan untuk pihak eksternal dengan informasi yang dilaporkan secara internal.

C.Metode Penilaian pengungkapan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode scoring. Scoring adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan tahunan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, penelitian kualitas

disclosure menggunakan metode scoring yang sederhana, scoring pada penelitian

ini hanya memberikan nilai 0 atau 1 pada kriteria-kriteria pengungkapan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika suatu item diungkapkan mendapat nilai 1, dan bila tidak mengungkapkan mendapat nilai 0, dan untuk item yang tidak dapat diterapkan tidak diberi nilai, kemudian skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah skor.


(35)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Daftar kriteria kualitas pengungkapan (disclosure) yang digunakan penulis mengambil sumber dari penelitian Zaki Baridwan, Mas’ud Machfoedz dan Michael G.Tearney yang dilakukan pada tahun 2001 seperti yang dikutip oleh Vita Anggreni (2007) dan telah disesuaikan dengan PSAK dan peraturan Bapepam. Kriteria-kriteria kualitas pengungkapan yang dipilih adalah yang umum diungkapkan dan dipilih oleh perusahaan publik di Indonesia. Adapun formula yang digunakan dalam mengukur skor indeks dari kualitas pengungkapan

(disclosure) adalah :

3.RasioLikuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk menggambarkan seberapa likuidnya suatu

perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Dengan kata lain , rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang segera jatuh tempo.

Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak dari ketidak mampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan, juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen.


(36)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidak mampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan bukan mengarah pada insolvensi dan kebangkrutan, sehingga jika suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Dengan kata lain kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan (Wallace : 1994).

Tetapi sebaliknya jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan rendahnya kinerja dibanding perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi.

Tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan cara :

1. Current Ratio

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek/hutang lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan

menutupi kewajiban jangka pendek.

s Liabilitie Current

Asset Current Ratio


(37)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Apabila current ratio 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio ini lebih aman jika berada diatas satu atau diatas 100% artinya aktiva lancar akan mampu membayar kewajiban lancarnya tanpa mengganggu operasi perusahaan.

Current ratio 200% kadang-kadang dipertimbangkan sebagai current ratio yang memuaskan bagi perusahaan industri atau perusahaan komersil, sedang bagi perusahaan penghasil jasa seperti perusahaan listrik dan hotel angka 100% dikatakan sudah mencukupi.

Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibanding dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya (seperti persediaan) yang berlebih-lebihan. Current

ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari

sudut pandang pemegang saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didaya gunakan secara efektif. Sebaliknya current ratio yang rendah lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum.

2.Quick Ratio (Acid Test ratio)

Rasio ini merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan disbanding asset lain. Quick asset ini terdiri dari piutang

s Liabilitie Current

Inventory Asset

Current Ratio


(38)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

dan surat-surat berharga yang dapat direlisir menjadi uang dalam waktu relatif pendek. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik.

Lebih baik jika rasio ini dapat mencapai 1: 1 atau 100% karena jika terjadi likuidasi maka perusahaan dapat membayar kewajiban jangka pendeknya disebabkan sumber yang digunakan adalah aktiva yang cepat dapat diuangkan 3.Cash Ratio

Rasio ini merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang yang dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti rekening giro. Semakin besar perbandingan kas atau setara kas dengan hutang lancar semakin baik.

Atau

Apabila rasio ini 100% atau 1 : 1 hal ini berarti bahwa Rp 1 uang kas yang ada dalam perusahaan mencukupi Rp 1 hutang lancar yang ada.

4.Working Capital to Total Asset Ratio

s Liabilitie Current

equivalent cash

or Cash Ratio

Cash =

s Liabilitie Current

Bank Cash

Ratio


(39)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja . Semakin besar rasio ini semakin baik, begitu juga sebaliknya. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari working capital to total asset ratio adalah :

3.Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menyangkut kemampuan perusahaan membayar seluruh

hutang-hutangnya, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang jika dilikuidasi.

Rasio solvabilitas melibatkan beberapa elemen kunci seperti struktur modal. Struktur modal mengacu pada sumber pendanaan perusahaan. Pendanaan dapat diperoleh dari modal ekuitas yang relatif permanen hingga sumber pendanaan jangka pendek sementara yang lebih beresiko. Saat suatu perusahaan memperoleh pendanaan , perusahaan akan menginvestasikannya pada berbagai aktiva. Aktiva mencerminkan sumber keamanan sekunder bagi peminjam dan diperoleh dari pinjaman yang dijamin oleh aktiva tertentu hingga aktiva yang tersedia sebagai pengaman umum bagi kreditor tanpa jaminan.

Suatu perusahaan yang tingkat debt ratio-nya tinggi cenderung untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk kreditornya (Wallace:1994). Perusahaan yang mempunyai proporsi hutang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang besar. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai komposisi hutang yang tinggi wajib memenuhi kebutuhan informasi yang cukup memadai bagi kreditur.

asset Total

s liabilitie Current

Asset Current Ratio

Asset Total to Capital


(40)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan solvabilitas perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.

2. Debt to Total Asset

Rasio ini menunjukkan berapa besarnya aktiva yang digunakan untuk menjamin pengembalian hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

3. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang

jangka pendek dan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar aktiva perusahaan dibiayai dengan modal asing (hutang). Bagi kreditur, semakin rendah rasio ini lebih baik karena lebih terjamin pengembalian piutangnya.

Equity s

Owner

s Liabilitie term

Long Ratio

Equity to

Debt Term Long

'

=

Equity s

Owner

s Liabilitie Total

Asset total to Debt

'


(41)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

4. Times Interest Earned Ratio

Rasio ini menunjukkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga hutang jangka panjang.

Times Interest Earned Ratio = Earning Before Interest Tax

Longterm Liabilities Interest 5. Long Term Debt to Non Current Asset

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang jangka panjang aktiva selain aktiva lancar. Rasio ini biasa digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan dengan standart rata-rata dipergunakan sebesar 50% atau 1 : 2 .

6. Tangible Assets Debt Covarage (TADC)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui rasio antara aktiva tetap berwujud

dengan hutang jangka panjang , artinya rasio ini menunjukkan setiap rupiah aktiva berwujud yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjangnya.

Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap yang ada. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jaminan yang ada dan kreditor jangka panjang semakin aman atau terjamin dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk mencari pinjaman. Rasio ini biasanya minimal 100% atau 1 : 1 yang mana bahwa Rp 1 hutang jangka panjang

erest s

Liabilitie Longterm

Tax Interest Before

Earning Ratio

Earned Interest

Times

int

=

s Liabilitie Longterm

Asset Fixed age

Co Debt Assets


(42)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

dijamin oleh Rp 1 aktiva tetap yang ada. Rumus untuk mencari tangible assets

debt coverage yaitu :

7. Current Liabilities to Net Worth

Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada

terdapat sekian kalinya modal sendiri. Jadi rasio ini merupakan rasio antara hutang lancar dengan modal sendiri. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengetahui seberapa besar bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin baik sebab modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar yang ada pada perusahaan. Batas yang paling rendah dari rasio ini adalah 100% atau 1 : 1.

5. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan,

karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ keuntungan. Keuntungan adalah hasil akhir dari kebijakan dan keputusan yang diambil manajemen. Rasio keuntungan akan digunakan untuk mengukur keefektifan operasi perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan.

Rasio profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna laporan tahunan, khususnya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek / sekuritas. Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi

Equities s Liabilitie Current

Worth Net to s Liabilitie


(43)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok.

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Gitman (2003:591), “ Profitability is

the relationship between revenues and cost generated by using the firm’s asset-both current and fixed- in productive activities”.

Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit),maka akan sangat sulit bagi peusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali dari pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari benar betapa pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan. Van Horne dan Wachowicz (2005:222) mengemukakan rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam hubungnya dengan penjualan terdiri atas margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net

profit margin). Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas

tingkat pengembalian atas aktiva (return on total assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity).


(44)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

1. Gross Profit Margin

Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan

dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.Profitabilitas dalam

ukuran gross profit margin yang dimaksut adalah rasio penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan nilai penjualan bersih perusahaan (Abdullah,2005:54). Rasio ini memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio tersebut merupakan pengukur efisiensi opersi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan laba bruto per rupiah dari penjualan yang dilakukan. gross profit margin sebesar 3 berarti bahwa setiap Rp1 penjualan menghasilkan keuntungan bruto sebesar Rp 3.

2. Net Profit Margin

Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan (Warsosno,2003:37). Besarnya perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. net profit

margin 3 % berarti bahwa setiap Rp 1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sales

Net

Sold Goods of

Cost Sales

Net in M ofit


(45)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

sebesar Rp 0,03. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

3. Operating Ratio

Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam

penjualan atau berapa persentase baiya yang dikeluarkan dalam penjualan.

Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio yang

tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Operating ratio sebesar 90 % berarti bahwa setiap rupiah penjualan mempunyai biaya operasi Rp 0,9.

Rumus operating ratio adalah sebagai berikut ;

4. ROI ( Return On Invesment )

ROI ( Return On Invesment ) mencerminkan kemampuan manajemen dalam

mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman

Sales Net

Tax After ofit Net in M ofit

Net Pr arg = Pr

Sales Net

sold goods of

Cost Ratio


(46)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian juga sebaliknya.

Rumus dari ROI ( Return On Invesment ) adalah sebagai berikut :

5.ROE ( Return On Equity )

ROE ( Return On Equity ) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relative kecil, sehingga ROE yang dihasilkanpun kecil , begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.

ROE ( Return On Equity ) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan

ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

Menurut Tandelilin (2002:269),”ROE(Return On OwnersEquity )mereflesikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan)”.

Asset Total

tax after profit Net Investment

on turn


(47)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen Karen arsio tersebut merupakan ukuran atau indicator penting dari shareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan tersebut.

Brigham, Enrhardt (2005:225), “ROE ( Return On Equity ) mengukur daya perusahaan untuk menghasilkan laba pada investasi nilai buku pemegang saham”. Menurut Gibson ( 2001:294),” Return On Equity measures the return to the

common stockholders the residual owner”. Pengembalian laba atas ekuitas yang

terdiri dari saham biasa (Return On Common equity) merupakan alat ukur terhadap pengembalian laba kepada pemegang saham biasa.

Rasio ini menggambarkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.

Rumus ROE ( Return On Equity ) adalah sebagai berikut :

Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisien penggunaan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengelolah modal yang tersedia secara efisisen untuk menghasilkan pendapatan.

equity Average

income Net

Equity on

turn


(48)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Seperti rasio keuangan tradisional pada umumnya ROE tidak mempertimbangkan unsure resiko dan jumlah modal yang diinvestasikan karena ROE hanya melihat sisi laba dan jumlah saham yang beredar.

6. ROA ( Return On Total Assets )

ROA ( Return On Total Assets ) merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.ROA juga menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan.

Menurut Syahyunan ( 2004:85 ), ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan .Besarnya perhitungan pengembalian atas aktiva menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.

Menurut Tandelilin (2003:240), “ ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan untuk dapat menghasilkan laba, Rasio ROA diperoleh dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah asset perusahaan”

Munawir (2002:269), “ Return On Assets (ROA) merefleksikian seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan”.

Gibson (2001:288), “Return On assets measures the firm’s ability to utilize

it’s assets to create profits by comparing profit with the assets that generate the profits”. Gibson memmaparkan bahwa rasio ROA merupakan rasio yang


(49)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan membandingkan pendapatan dengan aktiva yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan asset perusahaan. ROA ( Return On Total Assets ) 20% berarti setiap Rp 1 modal menghasilkan keuntungan Rp 0,2 untuk semua investor. Nilai ROA yang semakin mendekati 1 , berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.

Rumus dari ROA ( Return On Total Assets ) adalah :

7.Earning Per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan alat ukur yang paling sering digunakan adalah Earning Per Share (EPS).Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering

dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public), karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk memprediksi mengenai besarnya deviden persaham dikemudian hari dan tingkat

Assets total

Average

Income Net

Assets on

turn


(50)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

pengembalian saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembagian deviden.

Menurut Tandelilin (2001:241), “ Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan”.

Berdasarkan PSAK No 56 mengharuskan perusahaan untuk menghitung EPS dilusian, karena saham biasa memiliki efek dilusi artinya perusahaan mempertimbangkan semua efek berpotensi saham biasa yang beredar dalam suatu periode, seperti efek utang (debt securites), waran atau opsi saham, kebijakan kepegawaian, dan saham-saham yang akan diterbitkan saat terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu, seperti kontrak pembelian aktiva atau usaha lainnya.

Dalam PSAK No 56 angka 09, “ Laba per saham dilusian (LPS dilusian) adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.

Besarnya EPS dilusi ini dapat diketahui dari informasi laporan keuangan peruasahaan, meskipun ada beberapa perusahaan yang tidak mencantumkan besarnya EPS dilusi dapat dihitung dengan rumus :

6.Ukuran Perusahaan

k commonstoc ding

outs average Weighted

rs stockholde common

to available income

Net EPS

tan


(51)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Informasi didalam perusahaan besar tidak hanya dituntut oleh pemegang saham bahkan oleh pemerintah, karena perusahaan besar biasanya mempunyai laba yang besar dan hal ini dibutuhkan untuk keperluan perpajakan. Perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage

yang lebih rendah pula. Lebih banyak pemegang saham, juga memerlukan lebih

banyak pengungkapan karena tuntutan para pemegang saham dan para analis pasar modal. Menurut Jin dan Machfoedz (1998:180) besaran perusahaan dapat diketahui dari rata-rata nilai pasar saham. Ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan market capitalized diharapkan berhubungan positif dengan luasnya tingkat pengungkapan (Yuniati Gunawan,2001). Market capitalized dapat diukur dengan rumus berikut :

Log Size = Harga saham per 31 Desember x Jumlah saham yang beredar (outstanding share)

B. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEJ pernah dilakukan oleh Yuniati Gunawan (2001) dengan objek penelitian laporan tahunan 1998 dengan instrument indeks disclosure yang dibuat oleh Botosan (1997) dengan skor antara 0 sampai 75. Penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEJ


(52)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

tahun 1998 masih rendah dengan rata-rata skor hanya 29,61. Informasi yang banyak diungkapkan yaitu informasi data-data keuangan, seperti data penjualabn atau biaya. Informasi lain, misalnya mengenai gambaran bisnis perusahaan, produk atau pasar. Sedangkan informasi nonkeuangan yang menyangkut adanya prediksi kinerja dimasa yang akan datang seperti perkiraan arus kas, pangsa pasar, dan laba ternyata sangat jarang diungkapkan. Penelitian Aryati, dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas (diukur dengan current ratio) berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan karena secar financial perusahaan yang kuat akan lebih mengungkapkan informasi dari pada perusahaan yang lemah. Tetapi sebaliknya, jika likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya kinerja dibandingkan perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas yang tinggi. Wallace (1994) menyatakan suatu perusahaan yang mempunyai tingkat debt ratio-nya tinggi cenderung untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk krediturnya.

Zarzeki (1996) menyatakan variable size (ukuran perusahaan) berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan.

Suripto (1999) melakukan pengujian terhadap luasnya pengungkapan laporan tahunan dan membagi perusahaan menjadi perbankan dan non perbankan dengan dasar pemikiran bahwa terdapat kemungkinan perusahaan perbankan memberikan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan lebih luas disbanding


(53)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

dengan perusahaan nonperbankan karena tuntutan kebutuhan informasi tidak hanya dari para investor, tetapi juga dari kalangan masyarakat yang lebih luas, termasuk didalamnya para nasabah dan calon nasabah dan ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara luas pengungkapan perusahaan perbankan dan non perbankan.

Vita anggreni (2007), menyatakan tingkat pengungkapan yang tinggi membutuhkan cost yang tinggi pula bagi manajemen. Cost yang dimaksut adalah kerugian yang dialami akibat pengungkapan yang dilakukan, seperti timbulnya

free riding , strategi perusahaan yang ditiru atau dicuri oleh pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab yang tentunya akan merugikan pihak manajemen perusahaan. Hal ini pula yang mendasari pihak manajemen perusahaan menutup-nutupi informasi perusahaan kepada investor.

Penelitian Anny Sidarta (2003) menyatakan pengungkapan yang tinggi akan dapat meningkatkan bond rating yang pada gilirannya akan memperkecil biaya hutang ketika perusahaan melakukan pendanaan secara eksternal.

Lie Fony (2007) menyatakan bahwa luasnya pengungkapan mempengaruhi biaya modal, karena pengungkapan yang lebih luas menaikkan likuiditas pasar saham, dengan demikian menurunkan biaya-biaya transaksi atau melalui meningkatnya permintaan ekuitas.


(54)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Bergantinya peraturan Bapepam mengenai kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi perusahaan publik dari peraturan nomor : kep-38/PM/1996 menjadi peraturan nomor :kep-134/BL /2006 sedikit banyak membawa perubahan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik. Oleh karena itulah penulis ingin membandingkan tingkat pengungkapan laporan tahunan sebelum dan sesudah perubahan peraturan itu, dan juga mencoba melihat apakah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap besarnya tingkat pengungkapan laporan tahunan baik sebelum maupun setelah perubahan peraturan tersebut.

X (independent)

H2 H3

H4 H5

Perusahaan Publik

Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan

P E N G U N G K A P A N L A P O R A N P E N G U N G K A P A N L A P O R A N

Likuiditas (X1)


(1)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam mengenai kewajiban penyampaian laporan tahunan dari kep-38/PM/1996 menjadi kep-134/BL/2006 serta apakah variabel likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi besarnya tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum dan setelah perubahan peraturan Bapepam.

Dari analisis yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu :

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan peraturan Bapepam dari kep-38/PM/1996 menjadi kep-134/BL/2006 tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan public, perubahan hanya terjadi sekitar 4,96 %

2. Likuiditas sebelum perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 3. Likuiditas setelah perubahan peraturan Bapepam secara parsial mempengaruhi


(2)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

4. Solvabilitas sebelum perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 5. Solvabilitas setelah perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak

mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 6. Profitabilitas sebelum perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak

mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 7. Profitabilitas setelah perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak

mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 8. Ukuran perusahaan sebelum perubahan peraturan Bapepam secara parsial

tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik

9. Ukuran perusahaan setelah perubahan peraturan Bapepam secara parsial tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik 10.Likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan

tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik sebelum perubahan peraturan Bapepam

11.Likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik setelah perubahan peraturan Bapepam.

B.Saran

1. Perusahaan-perusahaan publik lebih mau mengungkapkan keadaan


(3)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

ingin dicapai dimasa yang akan datang serta lebih mau menaati peraturan Bapepam no : kep-134/Bl/2006 terutama mengenai tanggal batas akhir peng-publikasian laporan tahunan kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia, karena laporan tahunan sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak sebagai sumber informasi mengenai keadaan perusahaan.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mencari variabel independen lainnya yang sesuai dan mempengaruhi secara signifikan dengan luasnya tingkat pengungkapan laporan tahunan pada perusahaan publik di Indonesia , karena masih terdapat variabel-variabel lain yang mempengaruhi luasnya tingkap pengungkapan laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia yang belum dicakup dalam penelitian ini, hal ini tampak dari nilai R square yang masih rendah baik sebelum perubahan peraturan Bapepam maupun setelah yang masing-masing 1,199 dan 0,277 yang menunjukkan masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi luasnya pengungkapan yang belum dicakup dalam penelitian ini.


(4)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.Faisal, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi kedua , Universitas Muhamadiyah , Malang.

Algifari, 1997. Analisis Statistik Untuk Bisnis Dengan Regresi , Korelasi, Dan

Nonparametrik, BPFE, Yogyakarta.

Amrullah, Suharli Michell, 2007. “Pengungkapan Wajib dan Sukarela Informasi

Laporan Tahunan Perusahaan Publik : Tinjauan Atas Karakteristik Komite Audit (Studi Empiris pada BUMN), Manajemen Usahawan No.

6 Tahun xxx, VI Juni 2007”, Jakarta

Anggraini, Vita, 2007. “ Pengaruh Tingkat Disclosure dan Nilai Pasar Ekuitas

Terhadap Biaya Ekuitas”, Skripsi, Universitas Kristen Petra,

Surabaya.

Bapepam, 1996. Keputusan Kertua Badan Pengawas Pasar Modal No:Kep-38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996

Bapepam, 2006. Keputusan Kertua Badan Pengawas Pasar Modal No:Kep-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006

Belkaouli, Ahmad Riahi, 2002. Teori Akuntansi, Edisi 4 Jilid I, Salemba Empat, Jakarta

Botosan. C,1997. Disclosure Level and The Cost of Equity Capital, The Accounting Review, Vol : 72 no 3

Bungin, Burhan, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Pranada Media, Jakarta Erlina dan Mulyani Sri, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen, USU Press, Medan

Fony, Lie, 2005. ” Analisis Efek Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan

Tahunan Terhadap Cost Of Capital Perusahaan” , kripsi, Universitas

Kristen Petra, Surabaya

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gitman,Lawrance.J, 2003. Principle of Managerial Finance, Ten edition, Pearson education, inc.,United states.

Gunawan, Yuniati, 2001. “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan

pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”, Simposium Nasional

Akuntansi VI

Hadi, Syamsul, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif ,Ekonisia, Yogyakarta. Halsef, Subramanyam, Wild, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Buku I Salemba

Empat, Jakarta

________________________2005. Analisis Laporan Keuangan, Buku II Salemba Empat, Jakarta

Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Divisi Buku Perguruan Tinggi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Jogianto, H.M,2004. Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.


(5)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009

Kieso, Donald. E., Weygant, J.2005, Akuntansi Intermediate, Edisi Sebelas , Jilid III, Erlangga, Jakarta

Komalasari, P.T., & Zaki Baridwan, 2001. Asimetri Informasi dan Cost of Equity

Capital, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol I No 4

Kuncoro, Mudrajad.Phd, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta

Murni, Siti Aisah, 2004. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Dan Asimetri

Informasi terhadap cost of capital pada perusahaan publik di indonesia. Jurnal Riset Akuntansi di indonesia , Vol 7 no 2

Parnomosidi, Bambang , 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada

Perusahaan Publik Di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 9

no 1

Sidarta, Anny, 2003. ” Pengaruh Kualitas Disclosure Terhadap Biaya Hutang”, Skripsi, Universitas Kristen Petra, Surabaya

Senggupta, P, 1998. Corporate Disclosure Quality And The Cost Of Debt. The Accounting Review, Vol 73 No 4.

Stice,Stice,Skousen,2004. Akuntansi Intermediate ,edisi lima belas,Jilid I , Salemba Empat,Jakarta

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Syahyunana, 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan

Pengendalian Keuangan), USU Press, Medan

Triton, P.B, 2006, SPSS 13.0. Terapan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta,

Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Van Horne, James C. Dan M.Jhon Wachowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen

keuangan, Diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrani, dan

Taufik Hendrawan, edisis kedua belas, PT.Salemba Empat, Buku Satu, Jakarta.

Wahyudi, Sugeng, 2004. Pengaruh Umur Perusahaan Dan Ukuran Poerusahaan

Sebagai Assurance Tergadap Return Awal Saham. Jurnal Bisnis Dan

Akuntansi, Vol 6 No 2

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi ketiga, Jilid satu, Bayu Media Publishing, Malang.

Widayat dan Amirullah, 2002. Riset Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Yunita, Frency dan Juniarti, 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya

Ekuitas Pada Saham Bluechip, Jurnal Akuntansi dan Keuangan

November 2003/ Volume 5/ no 2

Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis

Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta


(6)

Tiurmaida Sinaga : Perbandingan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Publik Sebelum dan Setelah Perubahan Peraturan BAPEPAM Mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan, 2008. USU Repository © 2009