Guru (Tabib) dalam Masyarakat Karo

(1)

GU RU ( TABI B) D ALAM M ASYARAKAT KARO: Ka j ia n An t r opologi m e n ge n a i Kon se p Or a n g Ka r o t e n t a n g Gu r u da n Kosm os ( Ala m Se m e st a )

Sr i Ale m Br .Se m bir in g, M .Si1

Fa k u lt a s I lm u Sosia l da n I lm u Polit ik Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

A. Pe n da h u lu a n

Gu r u adalah t erm inologi um um bagi orang Karo unt uk m enyebut seseorang

yang berperan sebagai t abib. Beberapa orang Karo lainnya m ensinonim kan kat a guru

dengan kat a dukun2. Guru ini sangat berperan dalam rit ual- rit ual keagam aan at au

upacara- upacara t radisional bagi orang Karo.

Upacara t radisional dapat didefenisikan sebagai upacara yang diselenggarakan oleh w arga m asyarakat sej ak dahulu sam pai sekarang dalam bent uk t at a cara yang relaif t et ap. Pendukungan t erhadap upacara it u dilakukan m asyarkat karena dirasakan dapat m em enuhi suat u kebut uhan, baik secara individual m aupun kelom pok bagi kehidupan m ereka ( Dept .P&K RI ( 1985: 1) . Salah sat u hal yang m enyebabkan besarnya perhat ian para ahli m engenai upacara at au rit us- rit us keagam aan disebabkan karena upacara keagam aan dalam kebudayaan suat u suku bangsa biasanya m erupakan unsur kebudayaan yang paling ‘lahir’, sehingga lebih m udah diam at i ( Koent j araningrat 1985: 375) . Upacara keagam aan it u sendiri berhubungan dengan sist em kepercayaan yang hidup dalam suat u kelom pok m ayarakat t ert ent u. Upacara- upacara keagam aan t radisional yang dim aksudkan dalam t ulisan ini adalah upacara yang berhubungan dengan kepercayaan t radisional Karo yang disebut dengan pem ena.

Dem ikian j uga halnya dengan apa yang disebut dengan guru. Konsep guru ini

berhubungan erat dengan kepercayaan t radisional Karo yang disebut pem ena at au perbegu. Penyebut an kat a pem ena ini disepakat i sej ak t ahun 1946 oleh para penget ua adat dan guru- guru m belin ( dukun/ t abib t erkenal) . Perubahan kat a dari perbegu m enj adi pem ena ini dim aksudkan unt uk m enghilangkan kesalahpaham an

orang- orang di luar orang Karo at as pengert ian kat a perbegu. Kat a perbegu bagi

orang di luar orang Karo seolah- olah m enunj uk ke arah penyem bahan kepada set an, hant u dan roh j ahat lainnya. Sem ent ara kat a pem ena berart i asli, berasal dari kat a bena yang berart i aw al at au yang pert am a ( asli) . Jadi kat a pem ena dapat diart ikan m erupakan kepercayaan yang asli ( pert am a) dari orang- orang Karo sebelum m asuknya pengaruh agam a ‘baru’ sepert i Kat olik, I slam , Prot est an, Hindu dan Budha.

Deskripsi berikut ini akan m enguraikan bagaim ana guru it u berperan dalam

kehidupan orang Karo. Tulisan ini akan diaw ali t ent ang konsepsi orang Karo t ent ang Kosm os sehubungan dengan kepercayaan t radisional Karo yang disebut dengan

1

Tulisan m erupakan bagian dari hasil penelit ian penulis unt uk penulisan skripsi S- 1 pada t ahun 1992 di Jurusan Ant ropologi FI SI P- USU. Tulisan ini m erupakan hasil revisi dari sebahagian isi hasil skripsi t ersebut .

2

WS.Soem arno dalam penggolongan aliran- aliran kebat inan m enyebut ukan bahw a salah sat u aliran t ersebut adalah golongan pedukunan, dim ana ilm u pedukunan dan pengobat an asli diprakt ekkan bagi m asyarakat yang m em erlukan.


(2)

pem ena. Kem udian, t ulisan ini dilanj ut kan dengan konsep dan klasifikasi orang Karo t ent ang guru dan keahliannya.

B. Kon se psi Te n t a n g Kosm os

Manusia yang m engem bangkan kebudayaannya selalu berorient asi kepada alam lingkungan dim ana m ereka bert em pat t inggal. Beberapa persepsi m anusia t erhadap alam ant ara lain m engangap alam it u sebagai m usuh, karena it u harus dit aklukkan dan dikuasai. Persepsi lain yait u bahw a alam it u adalah sahabat karena it u harus disdayangi dan diraw at . Ada j uga yang beranggapan bahw a alam it u sesuai dengan sifat nya, kadang- kadang bisa m enj adi sahabat , t et api t idak j arang m enj adi m usuh yang m enakut kan, karena it u harus dihadapi dengan segala kekuat an. Berdasarkan pandangan- pandangan t ersebut di at as kit a dapat m elihat bahw a sem uanya berakar pada kebudayaan m asyarakat set em pat .

Orang Karo m eyakini bahw a selain dihuni oleh m anusia alam j uga m erupakan t em pat bagi roh- roh gaib at au m ahluk- m ahluk lain yang hidup bebas t anpa t erikat pada suat u t em pat t ert ent u, unt uk it u diperlukan beberapa akt ivit as- akt ivit as yang dapat m enj aga keseim bangan alam .

Segala kegiaat an yang berhubungan dengan roh- roh gaib dan upacara rit ual, suat u kom pleks penyem buhan, guna- guna dan ilm u gaib, m erupakan sebagian aspek pent ing dalam kepercayaan t radisional Karo yang pelaksanaanya t erpusat pada guru. Suat u peranan yang m encakup luas dan m em punyai kait an yang erat sekali dengan konsepsi t ent ang kosm os dari guru sebagai pelaksana ut am a, sebab m engingat bahw a t it ik sent ral dan t uj uan ut am a segala akt ivit as peranan guru adalah unt uk

m encapai kem bali “ equilibrium ” at au keseim bangan3. Baik it u keseim bangan dalam

diri m anusia sendiri dan lingkungannya, m aupun keseim bangan “ m akro- kosm os” dalam kont eks yang lebih luas. Guru dianggap m em ilki banyak penget ahuan yang m endet ail t ent ang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan dan kej

adian-kej adian dalam hubungannya dengan kehidupan4.

Ket erat uran dalam kosm os sudah t erbent uk sej ak Dibat a ( Tuhan)

m encipt akan m anusia dan dunia, bahw a si nasa lit ( segala yang ada) dikuasai oleh

Dibat a. Alam sem est a m erupakan suat u kesat uan yang m enyeluruh, yang dapat dibagi secara “ vert ikal” ( t egak lurus) dan secara “ horizont al” ( m endat ar) .

Secara vert ikal, alam dapat dibagi ke dalam t iga bagian yang disebut benua, yait u : benua at as, benua t engah dan benua t eruh yang m asing- m asing dikuasai

oleh Dibat a dat as, Dibat a t engah dan Dibat a t eruh yang m erupakan suat u kesat uan

yang disebut Dibat a si Telu ( Tuhan yang t iga) at au dianggap sebagai “ t ri t unggal” yang disebut j uga Dibat a kaci- kaci ( Kaci- kaci art inya Tuhan Perem puan) sebagai penguasa t unggal. Bagi m asyarakat Desa Kidupen , para guru m enyebut nya j uga

dengan Dibat a si nurihi buk m ecur at au Dibat a si m ada t enuang. Si nurihi buk m ecur

art inya yang m am pu m enghit ung ram but ( m anusia) yang sangat banyak. Sedangkan si m ada t enuang art inya yang m encipt akan (t enuang berasal dari kat a t uang = cipt a, yang biasa dipakai m enyebut kan pencipt a m anusia selagi dalam rahim seorang I bu) .

3

Penegasan m engenai rit ual yang dit uj ukan unt uk m encapai ‘equilibrium ’ dalam

m asyarakat dapat dilihat dalam t ulisan Geert z ( 1983) .

4


(3)

Secara horizont al, alam sem est a dibagi ke dalam delapan penj uru m at a

angin: purba ( t im ur) , aguni ( t enggara) , daksina ( selat an) , narit i ( barat daya) ,

pust im a ( barat ) , m angabia ( barat laut ) , but ara (ut ara) , irisen ( t im ur laut ) . Penj uru m at a angin ini disebut desa si waluh ( delapan arah) , berasal dari kat a desa yang berart i arah dan si waluh yang berart i delapan. Penj uru m at a angin ini dapat dibedakan at as dua sifat yang berbeda, yait u desa ngeluh ( arah hidup) dan desa m at e ( arah m at e. Desa- desa yang digolongkan sebagai arah hidup adalah; t im ur, selat an, barat dan ut ara. Selain it u digolongkan sebagai arah m at i.

Penggolongan kepada arah hidup dan arah m at i didasarkan kepada pem ikiran

bahw a desa- desa t im ur, selat an, barat dan ut ara dikuasai oleh roh penolong yang

m em berikan kebahagiaan kepada m anusia. Sebaliknya pada arah m at i t erdapat m ahluk- m ahluk gaib yang j ahat dan suka m encelakakan m anusia.

Sesuai dengan dengan pendapat dan pem ikiran ini, posisi arah rum ah dan areal pem akam an penduduk suat u desa ( Desa Kidupen) m engikut i arah hidup. Posisi rum ah pribadi m ayorit as m enghadap ke arah ut ara dan selat an. Sedangkan posisi rum ah- rum ah adat m ayorit as m enghadap ke arah t im ur dan barat . Sem ent ara it u, areal persaw ahan dan perladangan m ayorit as di arah ut ara, selat an dan barat .

Dalam kehidupan sehari- hari, pem bagian kosm os yang diikut i dengan pem bagia Dibat a t ernyat a t idak begit u pent ing. Bagi m ereka, Dibat a yang yang dikenal dan dianggap pent ing adalah Dibat a kaci- kai sebagai kesat uan keseluruhan

dari Dibat a. Menurut m ereka Dibat a adalah t endi ( j iw a) yang dapat hadir di m ana

saj a, kekuasaannya m eliput i segalanya dan dianggap serbagai sum ber segalanya. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang- orang Karo yang sangat dekat dengan suat u bent uk kepercayaan at au keyakinan t erhadap t endi, yait u suat u kehidupan j iw a yang keberadaannya dibayangkan sam a dengan roh- roh gaib ( Gint ing, J.R. 1986: 111) .

Orang Karo m eyakini bahw a alam sem est a diisi oleh sekum pulan t endi. Set iap t it ik dalam “ kosm os” m engandung t endi. Kesat uan dari keseluruhan t endi yang m encakup segalanaya ini disebut Dibat a, sebagai kesat uan t ot alit as dari “ kosm os” ( alam sem est a) . Set iap m anusia dianggap sebagai “ m ikro- kosm os” ( sem est a kecil) yang m erupakan kesat uan bersam a dari kula ( t ubuh) , t endi ( j iw a) , pusuh perat en ( perasaan) , kesah ( nafas) , dan ukur ( pikiran) . Set iap bagian berhubungan sat u sam a lain. Kesat uan ini disebut sebagai ‘keseim bangan dalam m anusia’. Hubungan yang kacau at au t idak beres ant ara sat u sam a lain dapat m enyebabkan berbagai bent uk

kerugian sepert i sakit , m alapet aka, dan akhirnya kem at ian5.

Daya pikiran m anusia dianggap bert anggung j aw ab ke luar guna m enj aga keseim bangan dalam dengan keseim bangan luar sebagai suat u “ m akro- kosm os” ( sem est a besar) yang m eliput i dunia gaib, kesat uan sosial dan lingkungan alam sekit ar. Tercapainya suat u “ keseim bangan dalam ” akan m em perlihat kan berbagai

keadaan m enyenangkan, sepert i; m alem ( sej uk/ t enang) , ukur m alem ( pikiran

t enang) , m alem at e ( hat i sej uk/ t enang) , m alem pusuh ( perasaan sej uk/ t enang) .

Oleh karena it u kat a m alem digunakan j uga sebagai art i sehat at au kesem buhan

dalam bahasa Karo.

5

Ket erangan lain m engenai j iw a dapat dibaca dalam t ulisan van Peursen ( 1983) . Kekekalan j iw a m enurut Plot inus, j iw a it u ada sebab t ubuh sendiri t idak berj iw a, j iw a adalah suat u kehadiran yang m em buat t ubuh m enj adi sepert i apa adanya, j iw a m eresapi t ubuh, kehadiran j iw a seolah- olah t erpencar dari t ubuh ( van Peursen, CA. 1983: 12) . Maka karena it u w alaupun seseorang t elah m eninggal j iw anya t et ap hisup.


(4)

Kesej ukan badan dan pikiran m erupakan dasar dari keadaan sehat , yait u keadaan sej uk dan seim bang ant ara “ m akro- kosm os” . Prinsip ini pula yang m enyebabkan m engapa seorang guru m elakukan beberapa upacara rit ual dengan

t uj uan unt uk m endapat kan keadaan yang serba m alem ( sej uk/ t enang) . Menurut

para guru, t erganggunnya hubungan- hubungan dalam “ m ikro- kosm os” seseorang

berart i adanya keadaan t idak seim bang dalam t ubuhnya, yait u ket idakseim bangan ant ara t ubuh, j iw a, perasaan, nafas dan pikiran.

Dengan m enggunakan air j eruk purut pada upacara berlangir (erpangir) ,

seorang guru akan m enyiram kannya ke kepala pasiennya. Air j eruk purut diyakini

m enim bulkan rasa sej uk. Sem ent ara it u kepala si pasien dipilih dengan pert im bangan bahw a kepala adalah t em pat dari pikiran dan sebagai pusat dan pim pinan dari “ m ikro- kosm os” ( sem est a kecil) t ersebut . Hal ini m enunj ukkan bahw a dalam diri guru t erdapat suat u pandangan bahw a keseim bangan dalam “ m ikro-kosm os” ( sem est a kecil/ t ubuh m anusia it u sendiri) t idak akan sem purna t anpa t ercapainya suat u keseim bangan “ kosm os” ( alam sem est a secara luas) . Oleh karena it u, seorang guru dalam beberapa rit usnya yang bert uj uan unt uk m encapai

keseim bangan pada diri m anusia akan m enggunakan air j eruk yang m alem. Air j eruk

dianggap sebagai lam bang dari alam sem est a yang m ew akili ‘keseim bangan luar’ akan dim asukkan ke dalam diri m anusia yang m ew akili ‘“ keseim bangan dalam ” it u sendiri. Tindakan ini diyakini akan m enyem purnakan keseim bangan dalam diri seseorang.

Orang Karo m eyakini bahw a alam sekit ar diri m anusia sendiri dianggap sebagai “ m akro- kosm os” . Alam sekit ar ini digolongkan ke dalam beberapa int i kehidupan yang m asing- m asing dikuasai oleh nini beraspat i ( nini = nenek) , yait u; beraspat i t aneh ( int i kehidupan t anah) , beraspat i rum ah ( int i kehidupan rum ah) , beraspat i kerangen ( int i kehidupan hut an) , beraspat i kabang ( int i kehidupan udara) . Dalam ornam en Karo, nini beraspat i ini dilam bangkan dengan gam bar cecak put ih yang dianggap sebagai pelindung m anusia.

Beraspat i, oleh penganut pem ena at au guru khususnya dibagi lagi ke dalam

beberapa j enis lingkungan alam at au t em pat dan keadaan. Beraspat i lau ( int i

kehidupan air) m isalnya, dibedakan lagi at as sam puren ( air t erj un) , lau sirang

( sungai yang bercabang) , t apin ( t em pat m andi di sungai) dan lain- lain. Beraspat i

rum ah ( int i kehidupan rum ah) dibagi lagi at as bubungen ( bubungan) , pint un ( pint u) , redan ( t angga) , palas ( palas) , daliken ( t ungku dapur) , para ( t em pat m enyim pan alat - alat m asakdi at as t ungku dapur) dan lain- lain. Beraspat i t aneh dibedakan at as kerangan ( hut an) , deleng ( gunung) , uruk ( bukit ) , kendit ( t anah dat ar) , em bang ( j urang) , lingling ( t ebing) , m bal- m bal ( padang rum put ) .

I ni yang m enj adi dasar set iap guru di Karo selalu m engadakan persent abin

( m ohon ij in) kepada nini beraspat i sebelum m elakukan upacara rit ual, t ergant ung dalam kont eks m ana upacara akan dilakukan, apakah kepada beraspat i t aneh, beras pat i air, beraspat i kerangen at au beraspat i kabang dan kadang- kadang para guru m enggabungkan beberapa beraspat i yang dianggap pent ing dapat m em bant u kesuksesan suat u upacara rit ual yang m ereka adakan, sepert i dalam upacara perum ah begu seorang guru si baso m engadakan persent abin kepada beraspat i t aneh dan beraspat i rum ah agar m eraka m asing- m asing sebagai int i kehidupan t ersebut t idak m engganggu at au m engham bat j alannya upacara. Biasanya dilakukan dengan m elet akkan sirih yang disebut belo caw ir ( sirih, kapur, pinang dan gam bir) . Belo caw ir ini m erupakan lam bang diri m anusia.


(5)

Sirih dalam belo caw ir sebagai lam bang t ubuh m anusia, kapur lam bang dari darah put ih sesuai dengan w arnanya put ih, pinang dan gam bir adalah lam bang dari darah m erah m anusia karena perpaduan keduanya m em beri w arna m erah. Adanya kehidupan pada m anusia disebabkan bekerj anya ket iga unsur t ersebut sebagai m et abolism e t ubuh m anusia yang saling m engat ur peredaran darah dalam t ubuh.

Mant ra ( Karo = t abas) yang dipakai guru dalam rangka persent abin kepada

beraspat i t aneh dan beraspat i rum ah adalah sebagai berikut :

enda ku sent abi kel aku o nini beraspat i t aneh kenj ulu kenj ahe - sider bert engna, cibal beloku, belo caw ir, pinang caw ir, kapur m eciho, pinang m eciho m aka m eciholah penuri - nurin Dibat a si lakuidah. Maka ula kari abat ula kari alih, enda persent abinku, o nini beraspat i rum ah uj ung kayu bena kayu . . .” . ( “ I ni aku dat ang m em ohon ij in kepada nenek sebagai int i kehidupan t anah dari segala sisi, ku let akkan sirih perm ohonanku, t erdiri dari sirih bersih dan bagus dem ikian j uga pinangnya, kapur yang put ih bersih dan t erang at au j elaslah ket erangan dan pet unj uk dari Dibat a yang t idak t erlihat . Supaya t idak ada yang m enghalangi upacara ini, perm ohonan ij in dariku, kepada nenek beraspat i rum ah , baik yang ada di uj ung kayu at aupun di pangkal kayu . . .” ) .

Disam ping hal di at as, kosm ologi Karo m em punyai perbedaan yang sifat nya um um ant ara alam gaib dan alam biasa. Alam gaib diat unj ukkan dengan pem akaian

kat a ij ah ( di sana) dan alam m anusia biasa dengan kat a ij enda ( di sini) . Dalam

perist iw a pem anggilan roh- roh orang m at i t ersebut berasal/ dat ang dari negeri seberang, sedangkan alam biasa t em pat kehidupan m anusia disebut doni enda ( dunia ini) . I ni m enunj ukkan bahw a alam gaib it u berbeda j auh dengan alam t em pat kehidupan m anusia, t idak ada seorangpun yang t ahu past i dim ana, hal ini t erut am a m enandakan bahw a roh- roh yang t elah m at i t idak sam a dengan m anusia yang hidup. I ni dibukt ikan dengan kat a seberang yang dalam pengert ian para guru

dianggap m aelew at i suat u bat as yang dit andai oleh lau ( air) , sehinga disebut negeri

seberang, harus m enyeberangi sesuat u unt uk sam pai ke t em pat t ersebut yang

disebut sebagai i j ah ( di sana) . Dalam hal ini diungkapkan bahw a lau ( air)

m erupakan penghubung ant ara m anusia dan roh- roh yang t elah m at i. Hal ini pula yang m enyebabkan banyak guru m em akai air yang dit em pat kan dalam suat u m angkuk put ih, t erut am a j ika guru m erasa bahw a penyebab dari keadaan yang t idak seim bang pada diri m anusia t ersebut disebabkan karena ada hubungannya dengan roh- roh orang m at i yang m engganggu.

Sebut an i j ah dan i j enda t idak berarat i adanya suat u w uj ud past i t ert ent u

sebagai alam gaib. Kat a t ersebut di at as hanya unt uk m em bedakan alam gaib dengan alam biasa. Alam gaib sendiri berada bersam a- sam a di sekit ar m anusia. Sem ua t em pat sekit ar m anusia adalah j uga alam gaib, nam un alam gaib t ersebut digam barkan sebagai suat u alam yang t idak t erlihat dan t anpa w uj ud, karaena it ulah disebuat deangan i j ah ( di sana) , m anusia t idak t ahu past i t em pat dan w uj udnya.

Menurut seorang guru Pa Jaw i ( bukan nam a sebenarnya) , m engat akan bahw a:

“ I bas ingant a enda pe m elala kel orang- orang alus si la t eridah bagi kalak si la dua lapis perngenin m at ana, bage pe keram at seh kel lalana, t iap- t iap kerangen lit sada keram at na, t iap keram at enda la ia engganggui j elm a, adina keram at ia singarak- ngarak, t api adina


(6)

orang alus, e banci ia erbahan penakit , bage pe celaka m an kit a.” ( “ Dalam t em pat t inggal kit a ini pun banyak sekali orang halus yang t idak t erlihat oleh m ereka yang t idak dua lapis m at anya, dem ikian j uga dengan keram at , sangat banyak j uga, di set iap hut an ada sat u keram at penungggu, t api m ahluk halus j enis keram at ini t idak m enganggu sifat nya, t idak m au m enganggu m anusia, dia m enolong m anusia, t api j ika orang- orang halus bisa saj a m em buat penyakit bagi m anusia dan m encelakakan kit a.” )

Dalam m engadakan hubungan dengan roh- roh orang yang t elah m einggal,

seorang guru dapat m elakukannya dengan bant uan j enuj ung6, khususnya m ereka

yang dij ulluki sebagai guru si baso7 m elalui rit ual perum ah begu at au perum ah

t endi8. Guru m engat akan bahw a hubungan it u dapat dilakukan m elalui perant araan angin si lum ang- lum ang ( angin yang berhem bus) . Sehubungan dengan it u, dikat akan j uga bahw a arw ah orang yang t elah m eninggal m em punyai kehidupan yang berbanding t erbalik dengan kehidupan m anusia. Arw ah it u t inggal di t aneh kesilahen dengan keadaan; berngi suarina, pagi berngina. Art inya, m alam bagi arw ah adalah siang bagi kit a m anusia dan pagi bagi arw ah adalah m alam bagi kit a m anusia. I t ulah yang m erupakan penyebab m engapa dikat akan begu banyak berkeliaran di m alam hari.

Alam gaib dikat akan j uga sebagai alam j iw a. Keseluruhan alam gaib disebut pert endiin ( kej iw aan) . Hal ini berkait an dengan kepercayaan orang Karo yang sangat erat dengan t endi ( j iw a) . Oleh karena it u hubungan m anusia dengan alam gaib hanya dapat dilakukan m elalui j iw a yang dim iliki oleh m anusia it u sendiri. I t ulah sebabnya dalam m elakukan hubungan dengan orang- orang yang t elah m eninggal,

seorang guru ( guru si baso) m enggunakan t endinya dengan bant uan t endi- t endi lain

yang disebut j enuj ung ( j unj ungan) . Junj ungan ini adalah sebagai kekuat an dari luar diri seorang guru yang dapat m em bant unya sebagai roh gaib pelindung yang berasal dari “ m akro- kosm os” .

C. Gu r u da n Ke a h lia n n ya

Bagi orang Karo, guru adalah sebut an unt uk orang- orang t ert ent u yang dianggap m em iliki keahlian m elakukan berbagai prakt ek dan kepercayaan t radisional, sepert i: m eram al, m em buat upacara rit ual, berhubungan dengan roh at au m ahluk gaib, peraw at an sert a penyem buhan kesehat an dan lain- lain. Guru dianggap m em iliki penget ahuan yang m endet ail m engenai berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Secara harfiah sam a art inya dengan kat a “ guru”

6

Jenuj ung ini disebut j uga sebagai roh pelindung ( j unj ungan) at au dikenal secara

ilm iah dengan sebut an ‘quardiant spirit’ ( Pet t it 1966) at au ‘ghost spirit’ ( Mordock

1974) . “Quardiant spirit’ ini diperlukan oleh seorang ‘sham an’ at au ‘spirit m edium’

sebagai pelindung dirinya dan sebagai sum ber kekuat an unt uk hidup at aupun unt uk penyem buhan berbagai j enis penyakit ( lihat dalam Pet t it t 1966: 137- 243: Murdock 1974: Fost er/ Anderson 1986)

7

Deskripsi rinci m engenai guru si baso ( ‘sham an’) dapat dilihat dalam t ulisan skripsi penulis ( Sem biring 1992) .

8

Rit ual perum ah begu ini pada dasarnya dilakukan karena adanya kepercayaan akan kehidupan kekal dari j iw a, w alaupun seseorang t elah m eninggal. Tet api j iw anya t et ap hidup dan dapat t inggal dim ana saj a dan m asih dapat berhubungan dengan anggot a keluarga lain yang m asih hidup ( lihat j uga t ulisan Singarim bun 1972: 21: Bangun P 1976: Prinst , Darw an- Darw in 1985: 22: Sem biring 1992)


(7)

( lehrer) dalam bahasa I ndonesia. Tet api sebagai sebuah peranan biasanya diart ikan dengan kat a “ dukun” dalam bahasa I ndonesia ( Gint ing, J. 1990: 1) .

Dalam t ulisannya yang berj udul “ De Bat aksche Guru” dalam Mededeelingen van w ege het Nederlandsche Zendelinggenoot schap, J.H. Neum ann ( 1910 : 1 - 18)

m em andang guru sebagai suat u “ kum pulan inform asi” , ahli sej arah, ahli

penyem buhan, ahli t heologi, ahli ekonom i dan j uga m erupakan suat u “ ensiklopedi” yang m engem bara di t engah- t engah m asyarakat . Dialah yang t elah m engum pulkan, m endaft ar dan m em akai sebagian besar penget ahuan- penget ahuan yang ada dalam m asyarakat . Unt uk m elakukan suat u upacara dengan baik, guru harus m engikut i at uran- at uran t ert ent u, suat u hal yang m em perlihat kan bahw a kem am puannya m em ang banyak. Dia harus m enget ahui cerit a yang m enj elaskan asal upacara it u yang sering berkait an dengan asal m ula dunia. Dia harus m enget ahui t um buh-t um buhan m ana yang diperlukan unbuh-t uk m elaksanakan suabuh-t u upacara dan dia harus m enget ahui t indakan- t indakan dan m ant era- m ant era yang perlu dij elaskan kepada pesert a- pesert a lainnya. Guru adalah j uga pem ellihara cerit era- cerit era lam a, t radisi- t radisi dan m it os- m it os yang m erupakan hart a karun sast era Bat ak ( lihat dalam Gint ing 1986: 121- 122) .

Sepert i yang dit ut urkan oleh seorang guru perban pangir di Desa Kidupen

( lokasi penelit ian penulis) yang dipanggil “ Pa Jaw i” . “ Pa Jaw i adalah seorang guru

pem buat langir ( berlangir) . Pa Jaw i harus m enent ukan berapa j um lah t um

buh-t um buhan yang harus dipakai sebagai bahan upacara dan j uga m anbuh-t era- m anbuh-t era yang diucapkan unt uk j eniss penyem buhan yan berbeda pula. Unt uk m em buat pangir seorang pasien yang m endapat m im pi buruk akan dikum pulkan bahan- bahan sepert i; j eruk em pat m acam dan set iap m acam berj um lah em pat buah, daun-daunan t ert et nu sepert i besi- besi, sangka sem pilet , kalinj uhang dan lain- lain, j uga beberapa ruas t um buh- t um buhan yang dalam bahasa Karo disebut buku- buku, sepert i; ruas t ebu, ruas bat ang bam bu, ruas bat ang j agung dan lain- lain. Dim ana pem ilihan j enis t um buhan ini disesuaikan dengan sifat dari t um buhan it u sendiri yang secara sim bolik dikait kan dengan penyakit yang diderit a oleh pasiennya. Sifat t um buhan it u diharapkan m enyat u dengan t ubuh pasien dan m encapai kem bali keseim bangannya dan sem buh dari penyakit . Pa Jaw i m engat akan bahw a:

“ si sungkuni kai si akapna kurang ibas dagingna, kadena si m esui, e m aka si ban pangirna, si leboh guru si deban si dua lapis perngenin m at ana, banci idahna ise si reh i j ah nari, ras pe ia ngerana, i sungkun kai kin at ena, pem indona m akana ia engganggui, adi enggo si et eh, m aka si ban pangirna, bereken kai si i pindo si reh i j ah nari, gelah ia laus, kenca bage e m aka si sakit pe m alem ka lah ia, m alem pinakit ”.

( “ Kit a bert anya apa yang dianggap pasien kurang enak di badannya, apa yang sakit , lalu kit a buat pangirnya, dan kit a

panggil guru yang dapat m elihat m ahluk halus dan yang m am pu

berkom unikasi dengan m ahluk halus it u, dit anya apa kem auannya sehingga ia m enganggu si pasien, set elah diket ahui lalu dibuat kan pangir unt uk si pasien dan dipenuhi perm int aan m ahluk halus it u, j ika dem ikian, m aka sem buhlah si pasien, penyakit nya sem buh” .)

Dari penj elasan di at as m enunj ukkan bahw a seorang guru harus m am pu t erlebih dahulu m endet eksi at au m endiagnosa apa penyebab keadaan sakit at au keadaan t idak seim bang dalam diri si individu ( pasien) . Kem udian t ahap berikut nya


(8)

m enent ukan j enis upacara penyem buhan dan pengobat an; j enis obat dan j enis m ant era yang diperlukan.

Dalam kehidupan sehari- hari m asyarakat pedesaan Karo, t erdapat beberapa sebut an unt uk j enis guru, sepert i; guru t ua dan guru si nguda/ guru sibeluh nikt ik w ari ( ahli dalam m elihat hari- hari baik dengan perhit ungan w akt u, arah dan

t em pat ) , guru nendung ( peram al dengan bert anya pada roh- roh gaib) disebut j uga

sebagai guru si erkat a kerahung/ guru perseka- seka, yait u seseorang yang m em iliki

suara siulan di leher sebagai ucapan roh gaib, guru si dua lapis pernin m at ana ( seseorang yang dapat m elihat roh- roh gaib) , guru perj inuj ung ( seseorang yang disert ai dan dibant u oleh roh- roh gaib unt uk m elaksanakan penyem buhan dan upacara- upacara rit ual) , guru si baso ( seseorang yang dapat berhubungan dan m engundang roh- roh gaib unt uk m em asuki t ubuhnya sehingga kesurupan dan ahli dalam upacara pem anggilan roh- roh orang yang t elah m eninggal, dan m engundang roh t ersebut unt uk m em asuki t ubuhnya sebagai m edium ( perant ara) unt uk berbicara dengan kearabt - kerabat yang m asih hidup, guru perseluken ( seseorang yang ahli m engundang roh- roh gaib m em asuki t ubuh orang lain sehingga

kem asukan) , guru nabas ( seorang ahli m ant era) , guru perm ag- m ag ( seseorang

yang ahli dalam penyam paian doa m elalui nyanyian) , guru pert apa ( pert apa) , guru pert aw ar ( penyem buh dengan ram uan obat - obat an) , guru perbegu ganj ang

( pem elihara roh- roh j ahat ) , guru peraj i- aj i ( ahli guna- guna at au peam u racun) , guru

baba- baban ( ahli j im at isebut j uga guru perberkat en) , guru si m aj ak pant eken ( ahli m em buat pangir/ langir baik sebagai obat penyem buh, penolak bala, at au sebagai

t angkal, biasanya guru ini m em punyai apa yang disebut t ungkat m alaikat )9.

D . Sia pa M e n j a di Gu r u

Menurut keyakinan orang Karo hanya orang- orang pilihan saj a yang dapat m enj adi seorang guru. Peran sebagai guru dianggap t elah dit ent ukan dari sej ak lahirnya seseorang dengan m em iliki t anda- t anda kelahiran t ert ent u. Bahkan peran sebagai guru t elah dianggap dim iliki seseorang sej ak dia berada dalam kandungan I bunya berdasarkan kat a Dibat a si m ada t enuang at au kehendak dari Tuhan sang pencipt a. Dalam hal ini, peran sebagai guru sudah m erupakan surat an t akdir dari Yang Maha Kuasa. Pendapat um um t erm asuk para guru m engat akan bahw a seseorang j ika paroses kelahirannya t idak ist im ew a, t idak lain dari pada yang lain

at aupun t idak m em iliki ciri fisik t ert enu, t idak akan dapat m enj adi guru j enis apa

pun j uga.

Mengingat set iap guru harus m em punyai apa yang disebut dengan j enuj ung ( j unj ungan) yait u roh gaib pelindung/ pnolong, m aka orang- orang yang kelahirannya

ist im ew a saj a yang dapat m em punyai j enuj ung. Jenuj ung ini diyakini berasal dari

benua dat as ( dunia at as) . Junj ungan ini dianggap m em iliki kem am puan gaib yang dapat m elindungi para guru dan m em bant unya dalam prakt ek- prakt ek penyem buhan at aupun pengobat an. Junj ungan ini diyakini pula dapat m elindungi para guru dari niat j ahat orang lain t erhadapnya yang hendak m encelakakanya.

Beberapa ciri t anda kelahiran yang dianggap ist im ew a sepert i; j anin yang dililit oleh t ali pusar, leher j anin t erbungkus oleh selaput pem bungkus j anin, dan lain- lain. Sem ent ara it u, beberapa ciri fisik baw aan dari lahir yang j uga dianggap sebagai hal ist im ew a adalah; j um lah gigi seri yang hanya dua buah, j um lah j ari kaki at aupun t angannya lebih banyak dari orang biasa, adanya daging t um buh pada

9


(9)

daerah t ert ent u di t ubuhnya. Tet api hal ini t idaklah selalu harus ada pada set iap guru secara m ut alak.

Keahlian dapat pula dim iliki m elalui belaj ar, bert apa, ket urunan, at au at as kehendak roh- roh gaib m elalui perist iw a m im pi, didat angi roah gaib keram at dengan j alan kesurupan, t iba- t iba lehernya m engeluarkan suara siulan yang berdesis, at au t erlebih dahulu m enderit a suat u penyakit yang disebabkan ole roh- roh gaib, lalu set elah sem buh diadakan suat u upacara unt uk m eresm ikan rih gaib keram ast t ersebut m enj di j enuj ungnya ( j unj ungan) . Set elah peresm ian m enj adi j unj ungan ini, m aka seseorang sudah m enj adi guru dan dapat m enyem buhkan berbagai j enis penyakit at aupun m am pu m engundfang roh- roh gaib lainnya. Seeorang dapat pula m enolak m enj adi guru w alaupun dia berm im pi didat angi roh- roh gaib yang m eyuruhnya m enj adi seorang guru. Penolakan ini j uga harus dilakukan m elalui suat u upacara rit ual, sam a halnya dengan penerim aan m enj adi guru yang j uga harus dilakukan m elalui suat u rit ual yang disebut pet am peken j enuj ung. Rit ual pet am peken j enuj ung at au penolakan j enuj ung ini dapat dilakukan oleh j enis guru

yang disebut dengan guru si baso. Guru si baso ini cenderung t erdiri dari kaum

w anit a10.

E. Pe n u t u p

Berdasarkan deskripsi yang t elah dipaparkan dalam t ulisan ini, pem baca dapat m em peroleh pem aham an yang lebih luas m engenai keragam an budaya dan prakt ek- prakt ek upacara rit ual at au rit us- rit us t radisional dari kebudayaan Karo. Beberapa dari upacara- upacara rit ual ini m asih dit em ukan t et ap dilaksanakan di beberapa desa di w ilayah Karo, t erut am a dengan t uj uan unt uk penyem buhan beberapa penyakit dem i m encapai keseim bangan dalam diri individu yang disebut dengan keadaan sehat . Upacara- upacara rit ual t ersebut ada yang bersifat individual dan ada j uga yang bersifat kom unal yang m eliput i kepent ingan suat u penduduk desa. Unt uk t uj uan kom unal, rit ual it u cenderung dim aksudkan unt uk m encegah m alapet aka dalam t ingkat desa, at au unt uk keselam at an penduduk desa dari suat u ancam an keselam at an at au bencana alam .

Tulisan ini j uga m em berikan suat u cakraw ala baru bagi pem baca unt uk

pencerahan pem ikiran bahw a pengert ian kat a begu yang dim aksud oleh orang Karo

t idaklah berkonot asi negat if unt uk m enyebut kan set an at au roh j ahat . Pengert ian

konsep begu yang dim aksud adalah roh- roh ( arw ah) para leluhur at au keluarga

yang t elah m eninggal dunia. Unt uk m enyebut roh- roh j ahat yang dapat m em buat m alapet aka bagi m anusia disebut orang Karo dengan sebut an set an. Dalam penyebut an sehari- hari dikenal beberapa j enis set an ( roh j ahat ) , sepert i; set an begu ganj ang, set an naga lum ayang, set an begu sidang bela. Sebut an begu t et ap disert akan karena kat a it u m enunj ukkan sesuat u yang dim aksud sebagai m ahluk halus yang t idak dapat diem piriskan secara indraw i biasa at au m elalui pengelihat an dengan m at a t elanj ang.

Penulis berharap kiranya karya t ulis dapat berm anfaat bagi kaj ian- kaj ian rit ual at au religi unt uk lebih m em aham i keragam an budya bangsa I ndonesia. Sat u hal yang perlu penulis t ekankan adalah dalam m engkaj i kebudayaan lain, kit a harus m em buang j auh- j auh sikap ‘et hnocent rism e’ yang hanya m enganggap bahw a

10

Sit i Dahsiar ( 1976) m enyebut kan dari hasil penelit iannya di Jepang bahw a para sham an at au dukun yang m am pu bert indak sebagai spirit m edium cenderung

sebanyak 99% adalah w anit a dan st rukt ur pem anggilan roh dengan j alan kesurupan ( ‘t rance’) .


(10)

kebudayaan kit a selalu lebih baik dari kebudayaan orang lain. Melainkan, kit a harus m engem bangkan sikap ‘relat ivism e budaya’, dim ana kit a harus m elihat bahw a kebudayaan lain it u sebagaim ana adanya, baik dan berguna t erut am a bagi pendukung kebudayaan t ersebut .

________________

D a ft a r Pu st a k a An de r son / Fost e r

1986 Ant ropologi Kesehat an. UI Press, Jakart a.

Ba n gu n , Pa yu n g

1976 “ Kebudayaan Bat ak” , dalam Manusia dan Kebudayaan di I ndonesia,

Dj am bat an, Jakart a.

D e pt . P& K. RI

1985 Upacara Tradisional Daerah Jam b., Proyek I nvent arisasi dan Dokum ent asi

Kebudayaan Daerah . Jakart a.

Ge e r t z , Cliffor d.

1983 Abangan, Sant ri dan Priyayi, dalam Masyarakat Jaw a. Pust aka Jaya. Jakart a.

Gin t in g, Ju a r a . R

1986 Pandangan Tent ang Gangguan Jiw a dan Penanggulangannya Secara

Tradisional Pada m asyarakat Karo. Skripsi Sarj ana. Jur.Ant ropologi- FI SI P-USU.

1990 Karo Guru and His Pract ices. Art ikel unt uk Kat alog Museum St ut t gard-

Jerm an.

Koe n t j a r a n in gr a t

1985 Rit us Peralihan di I ndonesia. Balai Pust aka. Jakart a.

M u r dock , G.P.

1974 “ Tenino Sham anism ” , dalam Many Answ ers : A Reader in Cult ural Ant hropology. Norm an Alger ( ed) .West Publicit ing Co. U.S.A.: 264- 272

N e u m a n , J.H .

1910 “ MNZG” ( 1- 18) dalam Pandangan t ent ang Penanggulangan Jiw a dan Penanggulangannya pada Masyarakat Karo. Skripsi Sarj ana Juara R.Gint ing 1986. Jur.Ant ropologi FI SI P- USU.

Pe t t it t , Ge or ge A.

1966 “ The Vision Quest and The Quardiant Spirit ” dalam Readings in Ant hropology. Mc.Graw - Hill Book Com pany.USA: 237- 243.

Pr in st , D a r w a n - D a r w in

1985 Sej arah dan Kebudayaan Karo.Yram a.Jakart a.


(11)

1992 “ Guru Si Baso” : Peranan dan Fungsi Sosial Dukun Wanit a Sebagai ‘Spirit Medium ’ di Lingkungan Sosial Masyarakat Karo. Skripsi Sarj ana. Jur. Ant ropologi FI SI P- USU.

Sin ga r im bu n , M a sr i

1972 Kinship, Descent and Alliance Am ong The Karo Bat ak. Universit y of California

Press.Berkley,London,Loss Angeles.

Sit i D a h sia r , A.

1976 “ Sham anism e di Jepang” , dalam Berit a Ant ropologi, Thn.VI I I No.20, Januari 1976. Jakart a.

Va n Pe u r se n , CA.

1983 Tubuh, Jiw a dan Roh: Sebuah Pengant ar dalam Filsafat Manusia. Terj em ahan,

BPK Gunung Mulia. Jakart a.


(1)

orang alus, e banci ia erbahan penakit , bage pe celaka m an kit a.” ( “ Dalam t em pat t inggal kit a ini pun banyak sekali orang halus yang t idak t erlihat oleh m ereka yang t idak dua lapis m at anya, dem ikian j uga dengan keram at , sangat banyak j uga, di set iap hut an ada sat u keram at penungggu, t api m ahluk halus j enis keram at ini t idak m enganggu sifat nya, t idak m au m enganggu m anusia, dia m enolong m anusia, t api j ika orang- orang halus bisa saj a m em buat penyakit bagi m anusia dan m encelakakan kit a.” )

Dalam m engadakan hubungan dengan roh- roh orang yang t elah m einggal, seorang guru dapat m elakukannya dengan bant uan j enuj ung6, khususnya m ereka yang dij ulluki sebagai guru si baso7 m elalui rit ual perum ah begu at au perum ah t endi8. Guru m engat akan bahw a hubungan it u dapat dilakukan m elalui perant araan angin si lum ang- lum ang ( angin yang berhem bus) . Sehubungan dengan it u, dikat akan j uga bahw a arw ah orang yang t elah m eninggal m em punyai kehidupan yang berbanding t erbalik dengan kehidupan m anusia. Arw ah it u t inggal di t aneh

kesilahen dengan keadaan; berngi suarina, pagi berngina. Art inya, m alam bagi

arw ah adalah siang bagi kit a m anusia dan pagi bagi arw ah adalah m alam bagi kit a m anusia. I t ulah yang m erupakan penyebab m engapa dikat akan begu banyak berkeliaran di m alam hari.

Alam gaib dikat akan j uga sebagai alam j iw a. Keseluruhan alam gaib disebut pert endiin ( kej iw aan) . Hal ini berkait an dengan kepercayaan orang Karo yang sangat erat dengan t endi ( j iw a) . Oleh karena it u hubungan m anusia dengan alam gaib hanya dapat dilakukan m elalui j iw a yang dim iliki oleh m anusia it u sendiri. I t ulah sebabnya dalam m elakukan hubungan dengan orang- orang yang t elah m eninggal, seorang guru ( guru si baso) m enggunakan t endinya dengan bant uan t endi- t endi lain yang disebut j enuj ung ( j unj ungan) . Junj ungan ini adalah sebagai kekuat an dari luar diri seorang guru yang dapat m em bant unya sebagai roh gaib pelindung yang berasal dari “ m akro- kosm os” .

C. Gu r u da n Ke a h lia n n ya

Bagi orang Karo, guru adalah sebut an unt uk orang- orang t ert ent u yang dianggap m em iliki keahlian m elakukan berbagai prakt ek dan kepercayaan t radisional, sepert i: m eram al, m em buat upacara rit ual, berhubungan dengan roh at au m ahluk gaib, peraw at an sert a penyem buhan kesehat an dan lain- lain. Guru dianggap m em iliki penget ahuan yang m endet ail m engenai berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Secara harfiah sam a art inya dengan kat a “ guru”

6

Jenuj ung ini disebut j uga sebagai roh pelindung ( j unj ungan) at au dikenal secara ilm iah dengan sebut an ‘quardiant spirit’ ( Pet t it 1966) at au ‘ghost spirit’ ( Mordock 1974) . “Quardiant spirit’ ini diperlukan oleh seorang ‘sham an’ at au ‘spirit m edium’ sebagai pelindung dirinya dan sebagai sum ber kekuat an unt uk hidup at aupun unt uk penyem buhan berbagai j enis penyakit ( lihat dalam Pet t it t 1966: 137- 243: Murdock 1974: Fost er/ Anderson 1986)

7

Deskripsi rinci m engenai guru si baso ( ‘sham an’) dapat dilihat dalam t ulisan skripsi penulis ( Sem biring 1992) .

8

Rit ual perum ah begu ini pada dasarnya dilakukan karena adanya kepercayaan akan kehidupan kekal dari j iw a, w alaupun seseorang t elah m eninggal. Tet api j iw anya t et ap hidup dan dapat t inggal dim ana saj a dan m asih dapat berhubungan dengan anggot a keluarga lain yang m asih hidup ( lihat j uga t ulisan Singarim bun 1972: 21: Bangun P 1976: Prinst , Darw an- Darw in 1985: 22: Sem biring 1992)


(2)

( lehrer) dalam bahasa I ndonesia. Tet api sebagai sebuah peranan biasanya diart ikan dengan kat a “ dukun” dalam bahasa I ndonesia ( Gint ing, J. 1990: 1) .

Dalam t ulisannya yang berj udul “ De Bat aksche Guru” dalam Mededeelingen van w ege het Nederlandsche Zendelinggenoot schap, J.H. Neum ann ( 1910 : 1 - 18) m em andang guru sebagai suat u “ kum pulan inform asi” , ahli sej arah, ahli penyem buhan, ahli t heologi, ahli ekonom i dan j uga m erupakan suat u “ ensiklopedi” yang m engem bara di t engah- t engah m asyarakat . Dialah yang t elah m engum pulkan, m endaft ar dan m em akai sebagian besar penget ahuan- penget ahuan yang ada dalam m asyarakat . Unt uk m elakukan suat u upacara dengan baik, guru harus m engikut i at uran- at uran t ert ent u, suat u hal yang m em perlihat kan bahw a kem am puannya m em ang banyak. Dia harus m enget ahui cerit a yang m enj elaskan asal upacara it u yang sering berkait an dengan asal m ula dunia. Dia harus m enget ahui t um buh-t um buhan m ana yang diperlukan unbuh-t uk m elaksanakan suabuh-t u upacara dan dia harus m enget ahui t indakan- t indakan dan m ant era- m ant era yang perlu dij elaskan kepada pesert a- pesert a lainnya. Guru adalah j uga pem ellihara cerit era- cerit era lam a, t radisi- t radisi dan m it os- m it os yang m erupakan hart a karun sast era Bat ak ( lihat dalam Gint ing 1986: 121- 122) .

Sepert i yang dit ut urkan oleh seorang guru perban pangir di Desa Kidupen ( lokasi penelit ian penulis) yang dipanggil “ Pa Jaw i” . “ Pa Jaw i adalah seorang guru pem buat langir ( berlangir) . Pa Jaw i harus m enent ukan berapa j um lah t um buh-t um buhan yang harus dipakai sebagai bahan upacara dan j uga m anbuh-t era- m anbuh-t era yang diucapkan unt uk j eniss penyem buhan yan berbeda pula. Unt uk m em buat

pangir seorang pasien yang m endapat m im pi buruk akan dikum pulkan bahan- bahan

sepert i; j eruk em pat m acam dan set iap m acam berj um lah em pat buah, daun-daunan t ert et nu sepert i besi- besi, sangka sem pilet , kalinj uhang dan lain- lain, j uga beberapa ruas t um buh- t um buhan yang dalam bahasa Karo disebut buku- buku, sepert i; ruas t ebu, ruas bat ang bam bu, ruas bat ang j agung dan lain- lain. Dim ana pem ilihan j enis t um buhan ini disesuaikan dengan sifat dari t um buhan it u sendiri yang secara sim bolik dikait kan dengan penyakit yang diderit a oleh pasiennya. Sifat t um buhan it u diharapkan m enyat u dengan t ubuh pasien dan m encapai kem bali keseim bangannya dan sem buh dari penyakit . Pa Jaw i m engat akan bahw a:

“ si sungkuni kai si akapna kurang ibas dagingna, kadena si m esui, e m aka si ban pangirna, si leboh guru si deban si dua lapis perngenin m at ana, banci idahna ise si reh i j ah nari, ras pe ia ngerana, i sungkun kai kin at ena, pem indona m akana ia engganggui, adi enggo si et eh, m aka si ban pangirna, bereken kai si i pindo si reh i j ah nari, gelah ia laus, kenca bage e m aka si sakit pe m alem ka lah ia, m alem pinakit ”.

( “ Kit a bert anya apa yang dianggap pasien kurang enak di badannya, apa yang sakit , lalu kit a buat pangirnya, dan kit a panggil guru yang dapat m elihat m ahluk halus dan yang m am pu berkom unikasi dengan m ahluk halus it u, dit anya apa kem auannya sehingga ia m enganggu si pasien, set elah diket ahui lalu dibuat kan pangir unt uk si pasien dan dipenuhi perm int aan m ahluk halus it u, j ika dem ikian, m aka sem buhlah si pasien, penyakit nya sem buh” .)

Dari penj elasan di at as m enunj ukkan bahw a seorang guru harus m am pu t erlebih dahulu m endet eksi at au m endiagnosa apa penyebab keadaan sakit at au keadaan t idak seim bang dalam diri si individu ( pasien) . Kem udian t ahap berikut nya


(3)

m enent ukan j enis upacara penyem buhan dan pengobat an; j enis obat dan j enis m ant era yang diperlukan.

Dalam kehidupan sehari- hari m asyarakat pedesaan Karo, t erdapat beberapa sebut an unt uk j enis guru, sepert i; guru t ua dan guru si nguda/ guru sibeluh nikt ik w ari ( ahli dalam m elihat hari- hari baik dengan perhit ungan w akt u, arah dan t em pat ) , guru nendung ( peram al dengan bert anya pada roh- roh gaib) disebut j uga sebagai guru si erkat a kerahung/ guru perseka- seka, yait u seseorang yang m em iliki suara siulan di leher sebagai ucapan roh gaib, guru si dua lapis pernin m at ana ( seseorang yang dapat m elihat roh- roh gaib) , guru perj inuj ung ( seseorang yang disert ai dan dibant u oleh roh- roh gaib unt uk m elaksanakan penyem buhan dan upacara- upacara rit ual) , guru si baso ( seseorang yang dapat berhubungan dan m engundang roh- roh gaib unt uk m em asuki t ubuhnya sehingga kesurupan dan ahli dalam upacara pem anggilan roh- roh orang yang t elah m eninggal, dan m engundang roh t ersebut unt uk m em asuki t ubuhnya sebagai m edium ( perant ara) unt uk berbicara dengan kearabt - kerabat yang m asih hidup, guru perseluken ( seseorang yang ahli m engundang roh- roh gaib m em asuki t ubuh orang lain sehingga kem asukan) , guru nabas ( seorang ahli m ant era) , guru perm ag- m ag ( seseorang yang ahli dalam penyam paian doa m elalui nyanyian) , guru pert apa ( pert apa) , guru pert aw ar ( penyem buh dengan ram uan obat - obat an) , guru perbegu ganj ang ( pem elihara roh- roh j ahat ) , guru peraj i- aj i ( ahli guna- guna at au peam u racun) , guru baba- baban ( ahli j im at isebut j uga guru perberkat en) , guru si m aj ak pant eken ( ahli m em buat pangir/ langir baik sebagai obat penyem buh, penolak bala, at au sebagai t angkal, biasanya guru ini m em punyai apa yang disebut t ungkat m alaikat )9.

D . Sia pa M e n j a di Gu r u

Menurut keyakinan orang Karo hanya orang- orang pilihan saj a yang dapat m enj adi seorang guru. Peran sebagai guru dianggap t elah dit ent ukan dari sej ak lahirnya seseorang dengan m em iliki t anda- t anda kelahiran t ert ent u. Bahkan peran sebagai guru t elah dianggap dim iliki seseorang sej ak dia berada dalam kandungan I bunya berdasarkan kat a Dibat a si m ada t enuang at au kehendak dari Tuhan sang pencipt a. Dalam hal ini, peran sebagai guru sudah m erupakan surat an t akdir dari Yang Maha Kuasa. Pendapat um um t erm asuk para guru m engat akan bahw a seseorang j ika paroses kelahirannya t idak ist im ew a, t idak lain dari pada yang lain at aupun t idak m em iliki ciri fisik t ert enu, t idak akan dapat m enj adi guru j enis apa pun j uga.

Mengingat set iap guru harus m em punyai apa yang disebut dengan j enuj ung ( j unj ungan) yait u roh gaib pelindung/ pnolong, m aka orang- orang yang kelahirannya ist im ew a saj a yang dapat m em punyai j enuj ung. Jenuj ung ini diyakini berasal dari benua dat as ( dunia at as) . Junj ungan ini dianggap m em iliki kem am puan gaib yang dapat m elindungi para guru dan m em bant unya dalam prakt ek- prakt ek penyem buhan at aupun pengobat an. Junj ungan ini diyakini pula dapat m elindungi para guru dari niat j ahat orang lain t erhadapnya yang hendak m encelakakanya.

Beberapa ciri t anda kelahiran yang dianggap ist im ew a sepert i; j anin yang dililit oleh t ali pusar, leher j anin t erbungkus oleh selaput pem bungkus j anin, dan lain- lain. Sem ent ara it u, beberapa ciri fisik baw aan dari lahir yang j uga dianggap sebagai hal ist im ew a adalah; j um lah gigi seri yang hanya dua buah, j um lah j ari kaki at aupun t angannya lebih banyak dari orang biasa, adanya daging t um buh pada

9


(4)

daerah t ert ent u di t ubuhnya. Tet api hal ini t idaklah selalu harus ada pada set iap guru secara m ut alak.

Keahlian dapat pula dim iliki m elalui belaj ar, bert apa, ket urunan, at au at as kehendak roh- roh gaib m elalui perist iw a m im pi, didat angi roah gaib keram at dengan j alan kesurupan, t iba- t iba lehernya m engeluarkan suara siulan yang berdesis, at au t erlebih dahulu m enderit a suat u penyakit yang disebabkan ole roh- roh gaib, lalu set elah sem buh diadakan suat u upacara unt uk m eresm ikan rih gaib keram ast t ersebut m enj di j enuj ungnya ( j unj ungan) . Set elah peresm ian m enj adi j unj ungan ini, m aka seseorang sudah m enj adi guru dan dapat m enyem buhkan berbagai j enis penyakit at aupun m am pu m engundfang roh- roh gaib lainnya. Seeorang dapat pula m enolak m enj adi guru w alaupun dia berm im pi didat angi roh- roh gaib yang m eyuruhnya m enj adi seorang guru. Penolakan ini j uga harus dilakukan m elalui suat u upacara rit ual, sam a halnya dengan penerim aan m enj adi guru yang j uga harus dilakukan m elalui suat u rit ual yang disebut pet am peken j enuj ung. Rit ual pet am peken j enuj ung at au penolakan j enuj ung ini dapat dilakukan oleh j enis guru yang disebut dengan guru si baso. Guru si baso ini cenderung t erdiri dari kaum w anit a10.

E. Pe n u t u p

Berdasarkan deskripsi yang t elah dipaparkan dalam t ulisan ini, pem baca dapat m em peroleh pem aham an yang lebih luas m engenai keragam an budaya dan prakt ek- prakt ek upacara rit ual at au rit us- rit us t radisional dari kebudayaan Karo. Beberapa dari upacara- upacara rit ual ini m asih dit em ukan t et ap dilaksanakan di beberapa desa di w ilayah Karo, t erut am a dengan t uj uan unt uk penyem buhan beberapa penyakit dem i m encapai keseim bangan dalam diri individu yang disebut dengan keadaan sehat . Upacara- upacara rit ual t ersebut ada yang bersifat individual dan ada j uga yang bersifat kom unal yang m eliput i kepent ingan suat u penduduk desa. Unt uk t uj uan kom unal, rit ual it u cenderung dim aksudkan unt uk m encegah m alapet aka dalam t ingkat desa, at au unt uk keselam at an penduduk desa dari suat u ancam an keselam at an at au bencana alam .

Tulisan ini j uga m em berikan suat u cakraw ala baru bagi pem baca unt uk pencerahan pem ikiran bahw a pengert ian kat a begu yang dim aksud oleh orang Karo t idaklah berkonot asi negat if unt uk m enyebut kan set an at au roh j ahat . Pengert ian konsep begu yang dim aksud adalah roh- roh ( arw ah) para leluhur at au keluarga yang t elah m eninggal dunia. Unt uk m enyebut roh- roh j ahat yang dapat m em buat m alapet aka bagi m anusia disebut orang Karo dengan sebut an set an. Dalam penyebut an sehari- hari dikenal beberapa j enis set an ( roh j ahat ) , sepert i; set an begu ganj ang, set an naga lum ayang, set an begu sidang bela. Sebut an begu t et ap disert akan karena kat a it u m enunj ukkan sesuat u yang dim aksud sebagai m ahluk halus yang t idak dapat diem piriskan secara indraw i biasa at au m elalui pengelihat an dengan m at a t elanj ang.

Penulis berharap kiranya karya t ulis dapat berm anfaat bagi kaj ian- kaj ian rit ual at au religi unt uk lebih m em aham i keragam an budya bangsa I ndonesia. Sat u hal yang perlu penulis t ekankan adalah dalam m engkaj i kebudayaan lain, kit a harus m em buang j auh- j auh sikap ‘et hnocent rism e’ yang hanya m enganggap bahw a

10

Sit i Dahsiar ( 1976) m enyebut kan dari hasil penelit iannya di Jepang bahw a para sham an at au dukun yang m am pu bert indak sebagai spirit m edium cenderung

sebanyak 99% adalah w anit a dan st rukt ur pem anggilan roh dengan j alan kesurupan ( ‘t rance’) .


(5)

kebudayaan kit a selalu lebih baik dari kebudayaan orang lain. Melainkan, kit a harus m engem bangkan sikap ‘relat ivism e budaya’, dim ana kit a harus m elihat bahw a kebudayaan lain it u sebagaim ana adanya, baik dan berguna t erut am a bagi pendukung kebudayaan t ersebut .

________________

D a ft a r Pu st a k a An de r son / Fost e r

1986 Ant ropologi Kesehat an. UI Press, Jakart a.

Ba n gu n , Pa yu n g

1976 “ Kebudayaan Bat ak” , dalam Manusia dan Kebudayaan di I ndonesia, Dj am bat an, Jakart a.

D e pt . P& K. RI

1985 Upacara Tradisional Daerah Jam b., Proyek I nvent arisasi dan Dokum ent asi Kebudayaan Daerah . Jakart a.

Ge e r t z , Cliffor d.

1983 Abangan, Sant ri dan Priyayi, dalam Masyarakat Jaw a. Pust aka Jaya. Jakart a.

Gin t in g, Ju a r a . R

1986 Pandangan Tent ang Gangguan Jiw a dan Penanggulangannya Secara Tradisional Pada m asyarakat Karo. Skripsi Sarj ana. Jur.Ant ropologi- FI SI P-USU.

1990 Karo Guru and His Pract ices. Art ikel unt uk Kat alog Museum St ut t gard- Jerm an.

Koe n t j a r a n in gr a t

1985 Rit us Peralihan di I ndonesia. Balai Pust aka. Jakart a.

M u r dock , G.P.

1974 “ Tenino Sham anism ” , dalam Many Answ ers : A Reader in Cult ural Ant hropology. Norm an Alger ( ed) .West Publicit ing Co. U.S.A.: 264- 272

N e u m a n , J.H .

1910 “ MNZG” ( 1- 18) dalam Pandangan t ent ang Penanggulangan Jiw a dan Penanggulangannya pada Masyarakat Karo. Skripsi Sarj ana Juara R.Gint ing 1986. Jur.Ant ropologi FI SI P- USU.

Pe t t it t , Ge or ge A.

1966 “ The Vision Quest and The Quardiant Spirit ” dalam Readings in Ant hropology. Mc.Graw - Hill Book Com pany.USA: 237- 243.

Pr in st , D a r w a n - D a r w in

1985 Sej arah dan Kebudayaan Karo.Yram a.Jakart a.


(6)

1992 “ Guru Si Baso” : Peranan dan Fungsi Sosial Dukun Wanit a Sebagai ‘Spirit

Medium ’ di Lingkungan Sosial Masyarakat Karo. Skripsi Sarj ana. Jur.

Ant ropologi FI SI P- USU.

Sin ga r im bu n , M a sr i

1972 Kinship, Descent and Alliance Am ong The Karo Bat ak. Universit y of California Press.Berkley,London,Loss Angeles.

Sit i D a h sia r , A.

1976 “ Sham anism e di Jepang” , dalam Berit a Ant ropologi, Thn.VI I I No.20, Januari 1976. Jakart a.

Va n Pe u r se n , CA.

1983 Tubuh, Jiw a dan Roh: Sebuah Pengant ar dalam Filsafat Manusia. Terj em ahan, BPK Gunung Mulia. Jakart a.