Optical Emission Spectrocopy OES Mikroskop Optik

Gambar 9.Skema perjalanan sinar pada mikroskop optikVlack, 1992. Bagian-bagian spektrometer a. Kalimotorolimator merupakan sebuah tabung yang dilengkapi dengan lensa akromatik yang menghadap prisma dan sebuah celah. Fungsi lensa kalimator adalah untuk mensejajarkan berkas sinar yang keluar dari celah. Lebar celah dapat diatur dengan menggunakan skrup pengatur yang terdapat pada ujung kolimator didekat celah. Skrup pengatur PC digunakan untuk mengatur lebar berkas cahaya yang jatuh pada prisma sedangkan posisi lensa terhadap celah dapat diatur dengan skrup, PL. Dalam penggunaan spektrometer prisma ini, celah dihubungkan dengan sumber cahaya yang akan diamati spektrumnya. Sumber cahaya dibungkus dalam sebuah tabung agar cahaya tidak terpancar dan diberi celah sejajar dengan celah yang terdapat pada kolimator. b. Teleskop Teleskop yang digunakan terdiri dari lensa obyektif dan lensa okuler.Posisi lensa okuler terhadap lensa obyektif dapat diatur dengan skrup, yang terdapat pada ujung teleskop.Teleskop ini dpat digerak-gerakkan, selain berfungsi sebagai tempat melihat spectrum cahaya yang dihasilkan prisma, teleskop ini dapat menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari pembiasan prisma.Untuk menentukan posisi celah dengan tepat, digunakan benang silang sebagai rujukan. c. Meja spectrometer merupakan tempat untuk meletakkan prisma. Kedudukannya dapat dinaikkan atau diturunkan ataupun diputar dengan melonggarkan skrup dan mengeratkannya. Prisma merupakan suatu objek yang membiaskan spectrum dari suatu sumber cahaya. d. Skala utama dan skala nonius Dibawah meja spectrometer, terdapat piringan yang merupakan tempat dari Skala utama dan skala nonius.Skala-skala ini menunjukan besar sudut yang dihasilkan dari pembiasan lensa.Pada skala utama terdapat 360 skala yang menunjukan besar sudut pada lingkaran penuh.Sedangkan pada skala nonius terdapat skal-skala yang lebih kecil.Jumlah skala pada skala nonius tidak tetap, hal ini tergantung pada ketelitian spectrometer. http:blog.ub.ac.idpertamaxxx20120312diagram-ttt-time-tempertarure- transformation http:blog.ub.ac.idhammamhashfif?p=40 http:digilib.petra.ac.idviewer.php?submit.x=11submit.y=23submit=prevpage=2 qual=highsubmitval=prevfname=2Fjiunkpe2Fs12Fmesn2F20052Fjiunk pe-ns-s1-2005-24498091-6741-hardenability-chapter2.pdf Kristen http:www.google.comsearch?q=diagram+carbon+dan+kekerasanhl=entbo=dsou rce=lnmstbm=ischsa=Xei=lyIYUaiyO9DyrQebjYCIBAved=0CAcQ_AUoAAbi w=1024bih=641imgrc=RahyA3_CI_tqkM3A3Bb- FcqUPjiQn4oM3Bhttp253A252F252Fblog.ub.ac.id252Fpreddy252Ffiles 252F2012252F03252Fdiagram1.jpg3Bhttp253A252F252Fblog.ub.ac.id 252Fpreddy252Fcategory252Fperlakuan-panas-dan- permukaan252F3B4513B339 gamr Optical Emission Spectrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengamati spektrum cahaya yang terurai setelah melewati suatu medium sehingga membentuk suatu spektrum.Variabel yang diukur paling sering adalah lampu Rista, 2011. Prinsip kerja dari Optical Emission Spectrometer adalah cahaya yang didatangkan lewat celah sempit yang disebut kalimator. Kalimator ini merupakan fokus lensa, sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar akan diteruskan ke kisi kemudian ditangkap oleh teleskop yang posisinya dapat digerakkan. Pengukuran panjang gelombang dapat dilakukan dengan menggunakan kisi difraksi yang diletakkan pada meja spektrometer. Pada posisi teleskop dengan sudut tertentu, merupakan posisi yang sesuai dengan terjadinya pola terang pola maksimum, maka hubungan panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan: ……………..3 Dimana: n = bilangan bulat yang merepresentasikan orde d = jarak antara garis-garis pada kisi λ = panjang gelombang dari cahaya yang diukur Arsip, 2013. Untuk Optical Emission Spectrometer prisma, cahaya yang sejajar kemudian masuk ke sebuah prisma.Di sini, cahaya mengalami dispersi atau peristiwa penguraian cahaya polikromatik putih menjadi cahaya-cahaya monokromatik karena perbedaan indeks bias.Sebuah lensa menfokuskan cahaya dicelah keluar.Hanya satu cahaya yang dapat melewati celah ini dalam satu waktu.Oleh karena itu, prisma harus diputar untuk membawa warna-warna lain masuk ke dalam celah keluar dan membaca seluruh spektrum.Skala yang berbentuk lingkaran mencatat sudut prisma sehingga panjang gelombang cahaya dapat ditentukan Rista, 2011.Prinsip kerja alat Optical Emission Spectrometer terdapat pada Gambar 8. Gambar 8.Prinsip kerja alat Optical Emission Spectrometer Arsip, 2013. III.METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulanFebruari sampai April 2013. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat, yaitu preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, pengujian komposisi kimia dilakukan di Politeknik Manufaktur Bandung, pengujiankekerasandan struktur mikro dilakukan di Laboratorium Teknik Material Institut Teknologi Bandung ITB.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alatyang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pemotong sampel,Optical Emision Spectroscopy OES, mikroskop optik, mesinujikekerasanRockwell,furnace, kertas amplas, kain poles, danmesin poles. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja pegas daun, air, garam, oli, alkohol, asamnitrat, larutanetanol, dan diamond pasta.

3.3 Prosedur Penelitian

Diagram alirpenelitian ini ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar10.Diagram alirpenelitian.

3.3.1 Preparasi Sampel

Preparasi sampel dilakukandengan pemotongan baja pegas daundenganukuranpanjang55 mm danlebar 20 mm sebanyak 12buah. Untukraw materialsatusampeldenganukuranpanjang 100 mm danlebar 50 mm.

3.3.2 Uji Komposisi Kimia

Uji komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur dalam bajapegasdaun. Pengujian dilakukanmenggunakan mesin Optical Pre Heating 600 o C 30 menit Proses pemanasan temperatur780 o C 20 menit Quenching Air Quenching oli Quenching Air garam Udara Ujistrukturmikro Ujikomposisi Ujikekerasan Pengujian Raw material Persiapansampel EmisionSpectroscopy OES. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu permukaan sampel dibersihkan dengan pengikiran, pengamplasan dan kemudian dilakukan kalibrasi peralatan. Selanjutnya sampel ditempatkan pada dudukan dan divakumkan. Setelah itu, mengujisampeldenganalatujiOptical Emision Spectroscopy OES untuk melihat komposisi kimia yang terkandung pada baja yang digunakan.

3.3.3 Perlakuan Panas Heat Treatment

Proses perlakuanpanasheat treatment dilakukanmenggunakan tungku pemanas atau furnace. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses perlakuanpanasadalah: 1. Pre-Heating Sebelummelakukanpemanasanhinggatemperaturaustenisasidilakukanpemanasa nawalpadatemperatur 600 o Cdenganwaktutahanselama 30 menit. 2. Austenisasi Setelah proses perlakuanpemanasanawal, pemanasandilanjutkanhinggatemperatur 780 o Cselama 20 menit. 3. Pendinginancepat quenching Proses pendinginancepatdilakukansetelah proses perlakuanpanaspadabajahinggamencapaitemperaturdanwaktu yang diinginkan. Media pendinginan yang digunakanyaituudara, air, air garam, danoli. Siklus perlakuan panas baja pegas daun dapat dilihat pada Gambar 11.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PERLAKUAN QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PENGELASAN BAJA STAINLESS STEEL

1 8 1

PENGARUH VARIASI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT TANGGUH BAJA K-460 (EFFECT OF TEMPERING VARIATION TO MICROSTRUCTURE AND TOUGHNESS OF STEEL K-460)

2 39 47

EFFECT OFHEAT TREATMENT, PENGARUH PERLAKUAN PANAS, VARIASI SUHU TEMPERING DAN LAMA WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA PEGAS DAUN KARBON SEDANG (TEMPERINGTEMPERATUREVARIATIONSANDHOLDING TIMEONHARDNESSANDMICROSTRUCTURE OFMEDIUMCARBON

6 71 61

PENGARUH PROSES PEMANASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN TERHADAPNILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON SEDANG (EFFECT PROCESS OF HEATING WITH VARIATIONS OF COOLING MEDIA TO THE VALUE OF HARDNESS AND MICROSTRUCTURE THROUGH MEDIUM CARBON STEEL

10 104 48

PENGARUH DRUMUS OIL SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENINGKATAN KEKERASAN DAN TRANFORMASI FASA PADA PROSES PENGERASAN BAJA AMUTIT

0 0 6

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS G4051 S15C AKIBAT HARDENING DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN

0 3 8

PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG PAHAT HSS PENGEBORAN BAJA S45CAISI 1045 TERHADAP MEDIA PENDINGIN PADA UJI KEKERASAN DAN STUKTUR MIKRO

0 2 10

PENGARUH KETEBALAN MEDIA KARBURASI PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH

0 0 47

PENGARUH KETEBALAN MEDIA KARBURASI PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH

2 4 42

ANALISA KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA DAERAH INTERFACE HASIL PROSES CLADDING MATERIAL STAINLESS STEEL TERHADAP BAJA KARBON MENENGAH

1 2 16