Peranan Vitamin D Pada Pencegahan Penyakit Degeneratif: Persfektif Baru

TTIIN
NJJA
AU
UA
AN
N PPU
USSTTA
AK
KA
A

PERANAN VITAMIN D PADA PENCEGAHAN PENYAKIT
DEGENERATIF: PERSPEKTIF BARU
Albiner Siagian
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Medan
ABSTRACT
Vitamin D is one of the fat soluble vitamins. This vitamin is usually known as
vitamin that takes apart in bone health thorough its role in increasing efficiency of
calcium absorption in small intestine. Without vitamin D, human small intestine
can only absorb calcium up to 15%. Vitamin D can increase efficiency of dietary
calcium absorption up to 30%. Until 1980s, vitamin D was primarily known by its

role in bone and tooth formation However, recent epidemiologic studies have
revealed that sunlight exposure that increases the production of vitamin D in skin,
takes apart in preventing degenerative diseases, e.g. cancer, diabetes mellitus type
1, and hypertension. The mystery of the role of vitamin D in the prevention of
degenerative diseases started to reveal since researchers found that most of body
cells and tissues, including heart, pancreas, stomach, intestines, skin, and
lymphocytes, have the receptors for vitamin D. It proofs that vitamin D is needed
by those tissues. One of the important findings was the ability of vitamin D in
decreasing cancer cell proliferation. Many of cancers, such as colon cancer, breast
cancer, and lung cancer have enzymatic tools to modify the inactive vitamin D to
become active. Then vitamin D functions to regulate cells growth and to decrease
their proliferation.
Keywords: Vitamin D, Degenerative diseases, Cell proliferation
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kita tidak sulit
menemukan produk pangan dan minuman
yang diperkaya kalsium. Konon, pangan
tersebut dapat secara ‘ajaib’ menambah
tinggi badan. Hal tersebut membuat kalsium
sangat populer di kalangan masyarakat.

Kepopulerannya
mengalahkan
pamor
vitamin D yang sebenarnya tidak kalah
pentingnya.
Vitamin D berperan meningkatkan
efisiensi penyerapan kalsium di usus. Tanpa
vitamin D, usus manusia hanya mampu
menyerap 10-15% kalsium dalam makanan.
Apabila vitamin D cukup, efisiensi
penyerapan kalsium dapat mencapai 30%.
Khusus pada masa pertumbuhan atau masa
hamil, efisiensi tersebut dapat mencapai
80%.
Para ahli menduga bahwa peran
vitamin D pada peningkatan efisiensi

penyerapan kalsium telah berlangsung jutaan
tahun yang lalu. Kalsium adalah komponen
utama kerangka vertebrata (mahkluk

bertulang belakang) tingkat rendah yang
hidup di lautan. Perkembangan kerangka
vertebrata memberi mereka peluang⎯
melalui proses evolusi⎯untuk pindah ke
darat. Untuk dapat bertahan hidup di daratan,
di mana kalsium terbatas, mereka
mengembangkan metode yang efisien untuk
menggunakan
kalsium.
Vitamin
D
bertanggung jawab mengemban tugas
tersebut (Holick, 1989; Holick dkk, 1995,
Holick, 2003).
Sampai dengan era 1980-an, vitamin
D lebih dikenal karena perannya pada proses
pembentukan tulang dan gigi, termasuk
mecegah pengeroposan tulang. Namun,
memasuki abad ini, kita memperoleh berita
gembira tentang berbagai peran vitamin D

untuk kesehatan, selain peran yang selama

91
Universitas Sumatera Utara

ini
dikenal.
Berbagai
penelitian
epidemiologis telah membuktikan bahwa
paparan terhadap sinar matahari, yang
meningkatkan produksi vitamin D di kulit,
berperan
pada
pencegahan
penyakit
degenerative seperti kanker, diabetes tipe 1,
dan hipertensi (Holick, 2004).
Metabolisme Vitamin D
Ada dua sumber vitamin D untuk

digunakan tubuh. Pertama, bahan baku
vitamin D (vitamin D3) dari makanan, setelah
diserap di usus, dibawa ke hati. Di hati
diubah
menjadi
25vitamin
D3
hidroksivitamin D3 [25(OH)D3]. Selanjutnya,
25(OH)D3 memasuki ginjal. Di dalam ginjal,
vitamin ini diubah menjadi vitamin D yang
aktif: 1,25-dihidroksivitamin D3 [1,25(OH)
D3] (Holick, 2004).
Sumber vitamin D yang lain adalah
provitamin D3 yang terdapat di kulit.
Provitamin D3 (7-dehidrokolesterol) adalah
produk antara dari sintesa kolesterol dari
ergosterol. Provitamin D3 diproduksi
melimpah di kulit hewan vertebrata,
termasuk manusia. Ketika kulit terpapar
dengan sinar matahari, provitamin D3 pada

sel epidermis dan dermis kulit menyerap
radiasi sinar ultraviolet. Radiasi sinar
ultraviolet, kemudian, mengubah provitamin
D3 menjadi previtamin D3. Karena
provitamin D3 tidak tahan panas, pemanasan
sedikit saja akan mengubahnya menjadi
vitamin D3. Selanjutnya, vitamin D3
memasuki hati dan ginjal untuk diubah
menjadi vitamin D yang aktif.
Efek Defisiensi Vitamin D
Telah lama diketahui bahwa
masyarakat yang hidup di belahan bumi pada
lintang (kutub) yang lebih tinggi menghadapi
risiko yang lebih besar menderita penyakit
degeneratif seperti kanker dan hipertensi
(Garland dkk, 1989; Ahonen dkk, 2000;
Hanchette and Schwartz, 1992). Pada tahun
1941, Journal of Cancer Research
mempublikasikan hasil pengamatan yang
menunjukkan bahwa masyarakat yang

tinggal di Massachusetts dan New
Hampshire (lintang tinggi) memiliki risiko
lebih tinggi meninggal karena kanker
daripada risiko pada masyarakat yang tinggal
di Georgia dan South Carolina (lintang

92

rendah) (Apperly, 1941). Selanjutnya, pada
tahun 1979 giliran Journal of Hypertension
yang mengungkapkan bahwa masyarakat
yang tinggal di lintang yang lebih tinggi, baik
di Eropa maupun di Amerika, memiliki
risiko yang lebih tinggi menderita hipertensi
(Rostand, 1979).
Hingga menjelang tahun 1990, para
peneliti masih belum memahami sepenuhnya
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Berbagai
penelitian yang dilakukan dekade 1990-an
memberi jawaban pada pertanyaan ini.

Holick, dari seksi Endokrinologi, Diabetes,
dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas
Boston, telah merangkum beberapa hasil
penelitian berkaitan dengan ‘peran baru’
vitamin D untuk kesehatan. Melalui
publikasinya pada American Journal of
Clinical Nutrition edisi Maret 2004, Holick
menyatakan bahwa vitamin D penting untuk
pencegahan kanker, diabetes tipe 1, dan
hipertensi (Holick, 2004).
Mekanisme
Pencegahan
Penyakit
Degeneratif
Tabir misteri peran vitamin D pada
pencegahan berbagai penyakit degeneratif
mulai terungkap ketika para ahli menemukan
bahwa hampir semua jaringan dan sel tubuh,
termasuk jantung, lambung, pankreas, otak,
kulit, dan limposit, memiliki reseptor⎯sisi

penerima⎯untuk vitamin D (Stumf dkk,
1979; Manolagas, 1985; Mathieu and
Adorini, 2002). Ini menunjukkan bahwa
vitamin D dibutuhkan oleh jaringan itu.
Salah satu temuan penting adalah
kemampuan vitamin D untuk menurunkan
proliferasi (pelipatgandaan secara cepat) sel
kanker. Berbagai sel kanker; seperti kanker
kolon, kanker payudara, kanker paru, dan
kanker prostat; memiliki perangkat enzimatis
untuk mengubah vitamin D yang tidak aktif
menjadi vitamin aktif. Selanjutnya vitamin D
berperan mengatur pertumbuhan sel dan
menurunkan aktivitas penggandaannya.
Oleh karena itu, sangat beralasan
bahwa orang yang tinggal di daerah pada
lintang yang lebih tinggi memiliki risiko
menderita kanker lebih besar. Mereka
berisiko lebih besar kekurangan vitamin D
karena paparan sinar matahari (sinar

ultraviolet) lebih rendah.
Reseptor vitamin D juga hadir pada
limposit T dan B serta makrofag aktif
(komponen sistem kekebalan tubuh).

Peranan Vitamin D pada Pencegahan Penyakit Degeneratif (91–94)
Albiner Siagian
Universitas Sumatera Utara

Penyakit autoimmune⎯penyakit akibat
gangguan pada pembentukan antibodi⎯yang
paling lazim, seperti diabetes tipe 1, telah
berhasil dicegah pada hewan coba (yang
dibuat sangat rentan terhadap penyakit ini),
dengan pemberian vitamin D3. Risiko
mengalami diabetes tipe 1 pada tikus coba
menurun 80%. Penelitian pada anak juga
menunjukkan hal yang taat asas. Konsumsi
vitamin D sebanyak 2000 IU pada usia 1
tahun mampu menurunkan risiko diabetes

tipe 1 sebesar 80% (Hyponen dkk, 2001).
Penelitian pada penderita hipertensi
menunjukkan bahwa mereka yang terpapar
dengan sinar ultraviolet selama 3 bulan
mengalami peningkatan konsentrasi vitamin
D aktif pada aliran darahnya sebesar 180%.
Akibatnya, terjadi penurunan tekanan darah
diastolik dan sistolik, masing-masing sebesar
6 mmHg. Angka ini setara dengan penurunan
yang diharapkan jika mengonsumsi obat
penurun tekanan darah. Vitamin D efektif
mengatur angiotensin (suatu protein yang
bertanggung jawab pada peningkatan tekanan
darah) dan renin (enzim yang mengatalisis
pembentukannya) (Krause dkk, 1998).
Walaupun tinggal di daerah tropis, di
mana paparan sinar matahari berlangsung
sepanjang tahun, kita tetap berisiko
mengalami kekurangan vitamin D. Kegiatan
yang sebagian besar waktunya berlangsung
di ruangan tertutup, misalnya di gedung
perkantoran atau pabrik yang tidak mendapat
sinar matahari langsung, merupakan salah
satu
penyebabnya.
Kebiasaan
orang
menggunakan pakaian yang menutupi
sebagian besar tubuh juga berperan
menghambat masuknya radiasi sinar
ultraviolet ke kulit. Akibatnya adalah
berkurangnya sintesa vitamin D di kulit.
PENUTUP
Karena secara alamiah makanan
yang kita konsumsi sehari-hari, kecuali
produk makanan yang diperkaya vitamin D,
mengandung sedikit vitamin D, maka sinar
matahari merupakan sumber vitamin D yang
handal dan murah. Oleh karena itu,
menjemur badan, terutama tangan, kaki, dan
muka di bawah sinar matahari langsung kirakira sampai menjelang kulit berwarna
kemerahan, tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhan vitamin D (200 IU/hari atau setara
dengan 2 gelas susu yang diperkaya vitamin

D) tetapi juga menjamin cadangannya di
dalam tubuh. Ada baiknya Anda sesekali
meluangkan waktu untuk berjalan di bawah
terpaan sinar matahari (kira-kira sampai kulit
kemerah-merahan).. Hal itu tidak hanya baik
untuk jantung Anda, tetapi juga untuk
pencegahan
berbagai
jenis
penyakit.
Bukankah mencegah adalah lebih baik
daripada mengobati?
DAFTAR PUSTAKA
Ahonen MH, Tenkanen L, Teppo L, Hakana
M, Tuohimaa. 2000. Prostate cancer
risk and pre-diagnostic serum 25hydroxyviyamin D levels. Cancer
Cause Control (11): 847-852.
Apperly FL. 1941. The relation of solar
radiation to cancer mortality in North
America. Cancer Res (1): 191-195.
Garland FC, Garland CF, Shaw EK, Comstock
GW, Helsing KJ, Gorham ED. 1989.
Serum 25-hydroxyvitamin D and colon
cancer: eight-year prospective study.
Lancet (1): 1176-1178.
Hancette CL, Schwartz GG. Geographic
patterns of prostate cancer mortality.
Evidence for a protective effect of
ultraviolet radiation. Cancer (70):
2861-2869.
Hyponen E, Lara E, Jarvelin MR, Virtanen
SM. 2001. Intake of vitamin D and risk
of type 1 diabetes: a birth-cohort study.
Lancet (358): 1500-1503.
Holick MF. 2004. Vitamin D: Importance in the
prevention of cancers, type 1 diabetes,
heart diseases, and osteoporosis. Am J
Clin Nutr (79): 362-371.
Holick MF. 2003. Vitamin D: A millenium
perspective. J Cell Biochem (88): 296307.
Holick MF, Tian XQ, Allen M. 1995,
Evolutionary importance for the
membrane enhancement of the
production of vitamin D3 in the skin of
poikilothermic animals. Proc Natl
Acad Sci USA (92): 3124-3126.
Holick MF, 1989. Phylogenetic and
evolutionary aspects of vitamin D from
phytoplankton to human. In: Pang PKT,
Schreibman MP, editors. Vertebrate
endocrinology:
fundamentals
and
biomedical implications. Vol 3. Orlando:
Academic Press.

Peranan Vitamin D pada Pencegahan Penyakit Degeneratif (91–94)
Albiner Siagian

93
Universitas Sumatera Utara

Krause R, Buhring M, Hopfenmuller W,
Holick MF, Sherma AM. Ultraviolet B
and blood pressure. Lancet (352): 709710.
Manolagas SC, Provvedini DM, Tsoukas
CD. 1985. Interactions of 1,25dihydroxyvitamin D3 and the immune
systems. Mol Cell Endocrinol (43):
113-122.
Mathieu C, Adorini L. 2002. The coming od
age 1, 25 dihydroxyvitamin D3 analogs
as immunomodulatory agents. Trends
Mol Med (8): 174-179.

94

Rostand SG. Ultraviolet light may contribute
to geographic and racial blood pressure
differences. Hypertentsion (30): 150156.
Stumpf WE, Sar M, Reid FA. 1979. Target
cells for 1,25-dihydroxyvitamin D3 in
intestinal tract, stomach, kidney, skin,
pituitary, ans parathyroid. Science
(206): 1188-1190.

Peranan Vitamin D pada Pencegahan Penyakit Degeneratif (91–94)
Albiner Siagian
Universitas Sumatera Utara