Bali Chihou No Pencak Silat

(1)

BALI CHIHOU NO PENCAK SILAT

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

SYAHRIZAL AKBAR NIM : 072203027

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(2)

BALI CHIHOU NO PENCAK SILAT

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

SYAHRIZAL AKBAR NIM 072203027

Pembimbing Pembaca

Drs. Nandi.S

NIP. 19600822 1988 03 1 002 NIP. 19600827 1991 03 1 001 Drs. H. Yuddi Adrian.M,M.A

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN


(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Bahasa Jepang

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program studi D3 Bahasa Jepang Ketua,

NIP. 19620727 198703 2 005 Adriana Hasibuan S.S, M.Hum


(4)

PENGESAHAN Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19650909 199403 1 004 Prof. Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D.

Panitia :

No. Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan S.S, M.Hum ( )

2. Drs. Nandi. S ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada ALLAH SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini berjudul

“ PENCAK SILAT DAERAH BALI”.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas karya ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisan. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kearah perbaikan.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum selaku ketua Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Nandi S selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs.H. Yuddi Adian.M.M.A. selaku dosen pembaca


(6)

6. Seluruh Staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas

7. Dari semuanya, yang teristimewa buat orang tua, Ayahanda T.Tamba dan Ibunda I. Napitupulu, yang telah mencurahkan tenaga, memberikan semangat, serta jerih payahnya untuk menjadikan penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.Juga terima kasih buat kak Yogi dan kak Eva , Juga Buat Adik-adikku, Eko Gunarso dan Rocky Syahdani.

8. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman saya : Aan ( si Acunk ), Dayat ( si Bogel ), Tomi, ( si Kokom ), Vina ( Si Gendut ),Windha ( si Bohay ), Yana ( si padank ) dan Imel (Bu Wagub ). Makasih buat kebersamaan kita selama ini yah. Kalian adalah orang-orang terbaik yang ada dalam hidupku.

9. Dan Tidak lupa juga penulis ingin mengucapkan terima kasih buat semua teman-teman angkatan 07’ Jurusan B.Jepang Fakultas Sastra USU.

10.Spesial Thank You buat Dewi cimple, makasih buat dukungan dan semangatnya.

11.Tidak lupa buat semua orang-rang yang pernah datang dan berlalu dalam hidupku. Maksih buat semuanya yah


(7)

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di OBAKE community. Dan segenap keluarga besar HINODE.

Terima kasih buat dukungan dan semangatnya.

Medan, Juli 2010 Penulis,

SYAHRIZAL AKBAR NIM : 072203027


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BALI... 3

2.1. Lokasi ... 3

2.2 Penduduk ... 3

2.3. Mata Pencaharian ... 4

2.4. Sistem Kepercayaan ... 4

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH BALI ... 5

3.1.Pengertian Pencak Silat... 5

3.2. Sejarah Pencak Silat... 5

3.3. Peralatan Pencak Silat Bali ... 6

3.4.Gerakan Pencak Silat ... 8

3.5. Peranan Pencak Silat Pada Masyarakat Bali ... 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 12

4.1 Kesimpulan ... 12

4.2. Saran ... 12


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Alasan Pemilihan Judul

Indonesia merupakan Negara kepulauan, yang terdiri dari beberapa daerah. Setiap daerah memiliki keanekaragaman budaya dan mencerminkan kekayaan budaya bangsa.

Salah satunya adalah daerah Bali. Daerah Bali selain terkenal dengan keindahan wisatanya, juga terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Salah satunya budaya pencak silat.

Dewasa ini saya melihat bahwa semakin berkembangnya zaman menyebabkan semakin banyaknya budaya asing masuk ke daerah Bali. Sehingga dikhawatirkan genarasi muda yang rentan terhadap perubahan budaya akan ikut terpengaruh. Karena tidak semua budaya asing dapat diterima. Tetapi harus sesuai dengan budaya dan tata karma bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap daerah harus memperkuat aspek budaya masing-masing untuk mempertahankan kebudayaan nenek moyang. Demikian juga daerah Bali harus mempertahankan kebudayaan Pencak silat yang menjadi warisan nenek moyang.

Berdasarkan uraian di atas maka timbullah kekhawatiran akan hilangnya budaya tersebut. Maka dalam penulisan kertas karya ini penulis mencoba membahas budaya daerah Bali dengan judul “ Pencak Silat Daerah Bali ”.


(10)

1.2.Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas tentang pencak silat daerah Bali yang terfokus pada perkembangan dan peranan pencak silat daerah Bali. Namun sebelumnya penulis menjelaskan juga hal-hal yang berkaitan dengan letak, sejarah dan pengertian pencak silat.

1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk melestarikan seni bela diri silat yang ada di Indonesia, khususnya pencak silat daerah Bali.

2. Untuk melestarikan kebudayaan Indonesia, khususnya pencak silat di Bali.

3. Untuk melengkapi salah satu persyaratan lulus program studi D3 Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.4.Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku referensi berhubungan dengan Pencak Silat daerah Bali. Selanjutnya data-data tersebut diidentifikasi, dirangkum dan diuraikan pada setiap bab.


(11)

BAB II

Gambaran Umum Daerah Bali 2.1. Lokasi

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia, dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan, dan Pulau Serangan.

Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni.

Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten / kota, 55 kecamatan dan 701 desa / kelurahan

2.2. Penduduk

Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan, dan Katolik. Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai di Bali, dan sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual.

Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa dalam berkomunikasi.


(12)

Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah Bali:

soroh, gotra) meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang.

2.3. Mata Pencaharian

Pada umumnya masyarakat Bali bermata pencaharian bercocok tanam. Pada daratan yang curah hujannya yang cukup baik, peternakan terutama sapi dan babi, perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pencaharian sambilan. Kerajinan meliputi kerajinan perikanan, anyaman, patung, kain, ukiran-ukiran, percetakan, pabrik kopi, pabrik rokok. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi Bali maka timbullah usaha perotelan, travel, toko kerajinan tangan.

2.4. Sistem Kepercayaan

Pada masyarakat Bali ajaran tentang kepercayaan lebih banyak terwujud pada ajaran yang ada hubungannya dengan Agama Hindu. Karena itu sistem kepercayaan yang ada lebih banyak mendekatkan manusia pada agama dengan segala manifestasinya. Misalnya ajaran kepercayaan tentang Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan itu satu Tuhan itu benar-benar ada.

Ajaran Agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Bali, sama juga dengan agama-agama besar lainya di dunia yaitu mempunyai tiga bagian penting. Sistem filsafatnya memberikan kepada para penganutnya pengertian mengenai Tuhan dan sifat-sifatnya.


(13)

BAB III

PENCAK SILAT DAERAH BALI

3.1. Pengertian Pencak Silat

Pencak silat adalah hasil-hasil budaya manusia Indonesia yang ditunjukkan untuk membela, dan mempertahankan lingkungan, dan alam sekitarnya, mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.2. Sejarah Pencak Silat

Pencak silat menyebar di kepulauan Nusantara sejak abad ke 7 Masehi. Pada saat itu pencak silat telah dikenal sebagai budaya Suku Melayu yaitu para penduduk daerah Sumatera dan semenanjung Malaka serta berbagai kelompok etnik lainya diberbagai daerah di pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi yang mengembangkan Pencak silat tradisional.

Di Bali awal berdiri dan perkembangannya pencak silat yaitu pada zaman kerajaan masa lalu, banyak pelaut Bugis yang datang ke Denpasar diwajibkan membela daerah Denpasar dengan memberikan pelajaran atau latihan silat pada masyatakat. Nama silat tersebut Bebugisan, setelah kemerdekaan pencak silat berkembang dan diterima oleh masyarakat Bali, dan nama Bebugisan tersebut diganti menjadi perkumpulan pencak silat Bakhti dengan tokoh pendirinya adalah Cokrodo Bagus Sogaya dan kawan-kawannya.

Dari tahun-ketahun pencak silat semakin pesat perkembangannya, dan perkumpulan pencak silat Bakhti memekarkan diri menjadi beberapa


(14)

perkumpulan, Tri Dharma, Bhakti Setia Budi, Bhakti Negara, Bhakti Barat dan lain-lain. Selanjutnya berkembang di seluruh Bali sampai berkembang di luar negeri khususnya di Australia.

Akhir-akhir ini setelah adanya Organisasi yang khusus mengurus persilatan di Indonesia yang disebut Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), dimulailah pertandingan antar pencak silat yang berkembang di Bali. Hal ini berarti pencak silat telah berkembang sebagai salah satu cabang olah raga.

3.3Peralatan Pencak Silat Bali

Peralatan dalam pencak silat daerah Bali merupakan peralatan yang menunjukkan identitas perkumpulan tertentu. Peralatan pencak silat berbeda berdasarkan jenis perkumpulan, tipe, dan perkembangan masyarakat pendukungnya.

Peralatan yang dipergunakan, dalam pencak silat daerah Bali adalah : Pakaian, Senjata, Alat latihan pertandingan, Gamelan, dan Arena pentas.

Tiap-tiap peralatan mempunyai bentuk, guna, fungsi dan arti tertentu dalam perkumpulan yang tersebut.

Komponen pakaian terdiri dari baju, celana, dan sabuk. Warna ternyata mempunyai makna lambang tertentu. Sabuk menunjukkan tingkat pendidikan dan kemampuan anggota yang bersangkutan. Senjata merupakan peralatan yang digunakan pada perkumpulan pencak silat.


(15)

Beberapa ciri-ciri fisik pakaian perkumpulan pencak silat Bali : 1. Perkumpulan silat Bhakti Negara

Pakain yang dipakai oleh pesilat dari Bhakti Negara adalah celana dan baju warna hitam. Potogan celana adalah celana pangsi dengan baju tutup dan agak longgar. Dengan ikat pingang warna hitam pula, dan tanda-tanda tingkatan ada pada ujung ikat ( ban ). Lambang perkumpulan warna merah terpasang di dada sebelah kiri atas.

2. Perkumpulan silat Kerta Wisesa

Pakaian yang dipakai oleh pesilat Kerta Wisesa adalah celana pangsi warna putih dan baju atas warna hitam dengan model bukaan depan. Ikat pinggang atau ban berwarna-warni menurut tingkatan seseorang dalam perkumpulan tersebut.

Lambang perkumpulan segilima warna merah terpasang di dada sebelah kiri bagian atas.

3. Perkumpulan silat Perisai Dairi

Pakaian yang dipakai oleh pesilat dari perkumpulan silat Perisai Dairi adalah celana pangsi warna putih dengan baju atas tutup leher warna putih. Ikat pinggang atau ban berwarna-warni dan memberi tanda tingkatan anggota perkumpulan. Lambang perkumpulan adalah warna dominan kuning dan hitam terpasang di dada sebelah kiri bagian atas.

Dengan semakin berkembangnya pencak silat sebagai aktifitas olah raga yang dipertandingkan, maka peralatan latihan dan pertandingan juga semakin berkembang kearah jenis peralatan yang dapat menunjang pelaksanaan latihan dan pertandingan secara lebih efesien dan efektif.


(16)

3.4. Gerakan Pencak Silat

Perkembangan silat di daerah Bali masih ada hubungannya dengan perkumpulan silat yang ada di daerah lainnya, khususnya dari Jawa. Oleh karena itu beberapa gerak dan jurus yang menjadi ciri utama dari silat daerah pun adalah perkembangan dari gerak dan jurus – jurus silat tersebut.

Dalam pencak silat gerakan merupakan hal yang ditampilkan dan menjadi ciri utama. Gerakan pencak silat Bali biasanya disebut dengan jurus – jurus pencak silat.

Setiap perkumpulan pencak silat memiliki jenis – jenis gerakan yang berbeda – beda. Adapun beberapa gerak dan jurus perkumpulan pencak silat daerah Bali adalah :

1. Perkumpulan silat Bhakti Negara

Beberapa ciri dari gerak pokok perkumpulan silat Bhakti Negara adalah :

a. Salam pembukaan, yaitu dengan cakupan kedua belah tangan rapat di dada,

b. Beberapa pukulan, antara lain pukulan melayu dan cikaret, c. Sapuan kaki dan tangkisan tangan,

d. Tendangan : tampilan luar, tampisan dalam, tancip dan plosor serta tendangan melayang.

Semua gerak atau jurus – jurus tersebt dapat dikembangkan sesuai dengan keperluannya. Biasanya gerak yang dipertunjukkan adalah seni / tari pencak, Sehingga kaidah – kaidah tiap gerak tetap diperlihatkan dan dipertahankan


(17)

2. Perkumpulan Silat Kertha Wisesa

Perkumpulan ini mengenal adanya tokoh / guru utama yang disebut swawira. Peranan utama dari swawira adalah memberikan pembinaan mental, sebagai bagian akhir dari tingkat latihan fisik.

Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah : a. Salam pembukaan, yang diperlihatkan dengan gerak menarik nafas sampai kepada mencium tangan yang bemakna pada kecintaan pada tanah air.

b. Kembangan cimande sebagai dasar gerak dan jurus yang ada, dan masih sering diperlihatkan pada demonstrasi seni silat,

c. Pukulan dikenal yaitu gerak pukulan tombak dan pukulan silang dan digunakan pada pertandingan – pertandingan.

d. Tendangan yaitu gerak tendangan pesut dan tendangan berbagai arah sasaran seperti pesut bawah dan pesut atas.

e. Tangkisan semanggi kembat adalah gerak tangkisan yang dapat serangan lawan baik yang datang kebagian atas atau bagian bawah tubuh.

f. Elakan atau hinder dikenal dalam berbagai jenis keperluan.

Untuk pertandingan silat menggunakan alat. Alat digunakan adalah toya, dan pedang.


(18)

3. Perkumpulan silat Perisai Diri

Berdasarkan pada falsafah kehidupan manusia serta adaptasinya alam lingkungannya, maka gerak maupun jurus – jurus yang dipakai dalam perkumpulan silat ini di sebutkan sebagai menirukan gerak alam itu sendiri, seperti gerakan binatang dan tumbuh – tumbuhan.

Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah : a. Salam pembukaan, yaitu tangan di depan dada, tangan kiri lebih rendah dari pada tangan kanan, kepala tertunduk sampai di atas ujung jari tangan kanan dan memperlihatkan sikap kerendahan hati.

b. Pukulan kuntul yang mengarah muka lawan

c. Terkaman harimau yang mengarah muka lawan dengan dua tangan mencengkram.

d. Pukulan pendekar yang bersikap tenang tetapi masih mengarah pada dada / ulu hati lawan

Falsafah atau dasar pengertian yang melemahkan tenaga lawan dan mengembalikan tenaga itu sendiri merupakan alat penyerang. Sehingga beberapa gerak dari jurus dari silat perisai diri memang banyak memanfaatkan dorongan tenaga lawan sebagai alat yang ampuh untuk menyerang kembali.


(19)

3.5. Peranan Pencak Silat Pada Masyarakat Bali

Pada umumnya pencak silat yang berkembang di daerah Bali, memiliki peranan yang penting bagi pembinaan perorangan, bagi suatu lembaga yang membina manusia-manusia, terhadap masyarakat lingkungannya dan tempat hidup dan berkembang pencak silat.

Kegiatan pencak silat yang berkembang di daerah Bali yang lebih menekankan masalah sosial budaya. Pada hakekatnya memiliki prinsi-prinsip dasar yang sama yaitu membina manusia Indonesia seutuhnya dan selalu menekankan budi daya dan keperibadian Indonesia. Peranan pencak silat adalah sebagai pusat orientasi kehidupan manusia, dan membagi permasalahnya ke dalam tiga bagian yaitu :

a. Peranan pencak silat dalam pembinaan di tingkat perorangan,

b. Peranan pencak silat sebagai pusat orientasi yang mengandung nilai-nilai, norma- norma dan aturan-aturan dalam kehidupan perkumpulan, c. Peranan pencak silat sebagai suatu sistem yang hidup dan saling

terpengaruh dalam lingkungannya, khususnya lingkungan masyarakat Bali yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya pencak silat. Secara keseluruhan, peranana pencak silat daerah Bali yaitu untuk lebih menyatukan anggotanya dalam persoalan yang ledih menyeluruh, yang penekanannya lebih dipusatkan dalam membela diri dan olah raga dan kemudian barulah masalah keutuhan dari perkumpulan itu sendiri.


(20)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Pada dasarnya pencak silat daerah Bali sebagai unsur kebudayaan mencerminkan berbagai aspek, seperti : aspek olah raga, aspek seni bela diri dan aspek seni tari. Di dalamnya terdapat segi-segi mental spiritual, kesehatan, ketahanan, keindahan dan keterampilan.

2. Pencak silat mempunyai fungsil dalam kehidupan masyarakat Bali. Pencak silat merupakan sumber informasi budaya, sebagai sarana kegiatan sosialisasi dan wadah pembinaan dan pengembanagan sumber daya manusia.

3. Tiga perkumpulan pencak silat yang berkembang di Bali dapat memberikan nilai-nilai yang baik bagi dasar-dasar kehidupan manusia di dalam menanggapi lingkungannya sesuai dengan sistem sosial, sitem budaya dan sistem agama Hindu di daerah Bali.

4.2. Saran

Pencak silat sebagai unsur kebudayaan yang memiliki nilai, dan sistem lambang yang dapat mencerminkan berbagai aspek ( aspek seni tari, aspek beladiri dan aspek olah raga ). Oleh karena pencak silat sangat perlu dilestarikan dalam memenuhi kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Rivai, 1980 / 1981, Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali, Depdikbud Proyek IDKD Daerah Bali.

Bagus I Gusti Ngurah, 1969, Sistem Pola Menetap Masyarakat Bali Denpasar Universitas Udayana.

Soekmono, 1965, Ngayah Gotong Royong Di Bali Majalah Umum Sastra Indonesia.


(1)

3.4. Gerakan Pencak Silat

Perkembangan silat di daerah Bali masih ada hubungannya dengan perkumpulan silat yang ada di daerah lainnya, khususnya dari Jawa. Oleh karena itu beberapa gerak dan jurus yang menjadi ciri utama dari silat daerah pun adalah perkembangan dari gerak dan jurus – jurus silat tersebut.

Dalam pencak silat gerakan merupakan hal yang ditampilkan dan menjadi ciri utama. Gerakan pencak silat Bali biasanya disebut dengan jurus – jurus pencak silat.

Setiap perkumpulan pencak silat memiliki jenis – jenis gerakan yang berbeda – beda. Adapun beberapa gerak dan jurus perkumpulan pencak silat daerah Bali adalah :

1. Perkumpulan silat Bhakti Negara

Beberapa ciri dari gerak pokok perkumpulan silat Bhakti Negara adalah :

a. Salam pembukaan, yaitu dengan cakupan kedua belah tangan rapat di dada,

b. Beberapa pukulan, antara lain pukulan melayu dan cikaret, c. Sapuan kaki dan tangkisan tangan,

d. Tendangan : tampilan luar, tampisan dalam, tancip dan plosor serta tendangan melayang.


(2)

2. Perkumpulan Silat Kertha Wisesa

Perkumpulan ini mengenal adanya tokoh / guru utama yang disebut swawira. Peranan utama dari swawira adalah memberikan pembinaan mental, sebagai bagian akhir dari tingkat latihan fisik.

Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah : a. Salam pembukaan, yang diperlihatkan dengan gerak menarik nafas sampai kepada mencium tangan yang bemakna pada kecintaan pada tanah air.

b. Kembangan cimande sebagai dasar gerak dan jurus yang ada, dan masih sering diperlihatkan pada demonstrasi seni silat,

c. Pukulan dikenal yaitu gerak pukulan tombak dan pukulan silang dan digunakan pada pertandingan – pertandingan.

d. Tendangan yaitu gerak tendangan pesut dan tendangan berbagai arah sasaran seperti pesut bawah dan pesut atas.

e. Tangkisan semanggi kembat adalah gerak tangkisan yang dapat serangan lawan baik yang datang kebagian atas atau bagian bawah tubuh.

f. Elakan atau hinder dikenal dalam berbagai jenis keperluan.

Untuk pertandingan silat menggunakan alat. Alat digunakan adalah toya, dan pedang.


(3)

3. Perkumpulan silat Perisai Diri

Berdasarkan pada falsafah kehidupan manusia serta adaptasinya alam lingkungannya, maka gerak maupun jurus – jurus yang dipakai dalam perkumpulan silat ini di sebutkan sebagai menirukan gerak alam itu sendiri, seperti gerakan binatang dan tumbuh – tumbuhan.

Ada beberapa gerak dan jurus penting dari perkumpulan silat ini adalah : a. Salam pembukaan, yaitu tangan di depan dada, tangan kiri lebih rendah dari pada tangan kanan, kepala tertunduk sampai di atas ujung jari tangan kanan dan memperlihatkan sikap kerendahan hati.

b. Pukulan kuntul yang mengarah muka lawan

c. Terkaman harimau yang mengarah muka lawan dengan dua tangan mencengkram.

d. Pukulan pendekar yang bersikap tenang tetapi masih mengarah pada dada / ulu hati lawan

Falsafah atau dasar pengertian yang melemahkan tenaga lawan dan mengembalikan tenaga itu sendiri merupakan alat penyerang. Sehingga beberapa gerak dari jurus dari silat perisai diri memang banyak memanfaatkan dorongan tenaga lawan sebagai alat yang ampuh untuk menyerang kembali.


(4)

3.5. Peranan Pencak Silat Pada Masyarakat Bali

Pada umumnya pencak silat yang berkembang di daerah Bali, memiliki peranan yang penting bagi pembinaan perorangan, bagi suatu lembaga yang membina manusia-manusia, terhadap masyarakat lingkungannya dan tempat hidup dan berkembang pencak silat.

Kegiatan pencak silat yang berkembang di daerah Bali yang lebih menekankan masalah sosial budaya. Pada hakekatnya memiliki prinsi-prinsip dasar yang sama yaitu membina manusia Indonesia seutuhnya dan selalu menekankan budi daya dan keperibadian Indonesia. Peranan pencak silat adalah sebagai pusat orientasi kehidupan manusia, dan membagi permasalahnya ke dalam tiga bagian yaitu :

a. Peranan pencak silat dalam pembinaan di tingkat perorangan,

b. Peranan pencak silat sebagai pusat orientasi yang mengandung nilai-nilai, norma- norma dan aturan-aturan dalam kehidupan perkumpulan, c. Peranan pencak silat sebagai suatu sistem yang hidup dan saling

terpengaruh dalam lingkungannya, khususnya lingkungan masyarakat Bali yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya pencak silat. Secara keseluruhan, peranana pencak silat daerah Bali yaitu untuk lebih menyatukan anggotanya dalam persoalan yang ledih menyeluruh, yang penekanannya lebih dipusatkan dalam membela diri dan olah raga dan kemudian barulah masalah keutuhan dari perkumpulan itu sendiri.


(5)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Pada dasarnya pencak silat daerah Bali sebagai unsur kebudayaan mencerminkan berbagai aspek, seperti : aspek olah raga, aspek seni bela diri dan aspek seni tari. Di dalamnya terdapat segi-segi mental spiritual, kesehatan, ketahanan, keindahan dan keterampilan.

2. Pencak silat mempunyai fungsil dalam kehidupan masyarakat Bali. Pencak silat merupakan sumber informasi budaya, sebagai sarana kegiatan sosialisasi dan wadah pembinaan dan pengembanagan sumber daya manusia.

3. Tiga perkumpulan pencak silat yang berkembang di Bali dapat memberikan nilai-nilai yang baik bagi dasar-dasar kehidupan manusia di dalam menanggapi lingkungannya sesuai dengan sistem sosial, sitem budaya dan sistem agama Hindu di daerah Bali.

4.2. Saran

Pencak silat sebagai unsur kebudayaan yang memiliki nilai, dan sistem lambang yang dapat mencerminkan berbagai aspek ( aspek seni tari, aspek beladiri dan aspek olah raga ). Oleh karena pencak silat sangat perlu dilestarikan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Rivai, 1980 / 1981, Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali, Depdikbud Proyek IDKD Daerah Bali.

Bagus I Gusti Ngurah, 1969, Sistem Pola Menetap Masyarakat Bali Denpasar Universitas Udayana.

Soekmono, 1965, Ngayah Gotong Royong Di Bali Majalah Umum Sastra Indonesia.