Suatu Analisis Perkembangan Konsep Pidana Mati Di Indonesia

Suatu Analisis Perkembangan Konsep Pidana Mati Di Indonesia
Nelvitia Purba
Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum/Hukum Pidana
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang masih berlaku mengenai jenis-
jenis hukuman diatur dalam Pasal 10, salah satu hukuman ini adalah hukuman mati. Hukuman ini merampas salah satu kepentingan hukum yaitu nyawa manusia. Hukuman mati merupakan hukuman yang paling berat. Hukuman ini masih berlaku di Indonesia meskipun Belanda yang merupakan asal dari hukum Indonesia telah menghapuskan pidana mati sejak tahun 1870. Dalam penerapan pidana mati ini baik di Indonesia maupun negara-negara di dunia masih banyak pendapat yang pro dan kontra. Pada tahun 2003 ini Kejaksaan Agung selaku pihak eksekutor mengumumkan enam terpidana mati yang permohonan grasinya ditolak oleh presiden, salah satunya adalah Ayodya warga negara India yang terlibat dalam penyeludupan Heroin seberat 12,29 kg di Bandara Polonia Medan. Saat sekarang Ayodya menunggu waktu untuk dilaksanakan eksekusi mati. Selang waktu yang panjang antara putusan yang dijatuhkan dengan eksekusi mati bagi terpidana mati menimbulkan beban yang berat jiwanya terguncang stress karena menunggu tanpa kepastian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan konsep pidana mati dari segi yuridis, agama dan kriminologi, mengapa selama ini eksekusi pidana mati tidak dijalankan dalam waktu relatif singkat dan mengapa sampai sekarang masih terdapat pro dan kontra terhadap pemberlakuan hukuman mati di Indonesia.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan bentuk preskriptif Deskriptif adalah menuturkan dan manafsirkan data yang ada misalnya tentang situasi yang dialami, pandangan dan sikap yang nampak. Preskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah tertentu yang berkaitan dengan pidana mati.
Dari hasil penelitian diketahui konsep yuridis pemberlakuan pidana mati dalam rangka aspek pembalasan kepada pelaku kejahatan dan aspek menakutkan agar caloncalon penjahat tidak melakukan kejahatan tersebut, dari konsep agama hukuman mati ini dibenarkan, namun secara konsep kriminologi adanya ancaman pidana mati secara konkrit kejahatan dimasyarakat tidak berkurang. Hal ini tidak lain karena secara kenyataan pidana mati tidak dilaksanakan secara konsekuen, sehingga anggapan masyarakat ancaman pidana mati bukanlah menakutkan. Eksekusi mati tidak dijalankan dalam waktu relatif singkat hal ini tidak lain karena diberi kesempatan bagi terpidana menggunakan upaya hukum. Terjadi pro dan kontra terhadap hukuman mati ini semakin berkembang karena adanya penafsiran yang berbeda terhadap Pasal 28 I hasil amandemen DUD 1945 yang menafsirkan bahwa hukuman mati tidak dibenarkan lagi. Satu sisi yang lain menafsirkan pidana mati masih dibenarkan.
Disarankan pemberlakuan pidana mati tidak perlu dipertentangkan selama pidana mati ini tetap ada dalam hukum positif Indonesia, oleh kaena itu pidana mati masih

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

1

relevan dan layak dipertahankan dalam sistem hukum Indonesia karena pidana mati dapat mengantisipasi tindak pidana yang kejam sehingga dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat. Kelemahan pidana mati ini adalah selang waku yang panjang antara putusan yang dijatuhkan dengan eksekusi mati bagi terpidana mati, untuk mengatasi hal ini hendaknya tenggang waktu diatur secara jelas didalam penggunaan upaya hukum luar biasa sehingga dampak pemberlakuan pidana mati memang nyata dapat mengurangi tingkat kejahatan di masyarakat.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

2