Prosedur Penelitian 1. Menentukan waktu tiba gelombang primer P dan gelombang

Sehingga untuk memperoleh nilai koefisien atenuasi gelombang, maka harus ditentukan persamaan eksponensial dari peluruhan gelombang seismik tersebut dengan picking nilai amplitudo puncak gelombang tertinggi seismik terhadap waktu. Gambar 24. Tampilan cara menentukan nilai amplitudo gelombang Kemudian nilai dari puncak tersebut diplot dalam bentuk scatter dan ditentukan persamaan eksponensialnya dengan melakukan curve fitting. Gambar 25. Tampilan software Origin 7.0 untuk persamaan eksponensial Fitting dilakukan dengan menggunakan persamaan Eksponensial 2 Mode 2 dengan rumus y = . Gambar 26. Tampilan kurva persamaan Eksponensial Selanjutnya grafik scatter ini kemudian dikembalikan datanya dengan data seismik sehingga hasilnya akan seperti gambar berikut. Gambar 27. Tampilan kurva persamaan Eksponensial Nilai koefisien atenuasinya dapat dilihat langsung pada nilai b di kolom kecil pada grafik di atas. Persamaan eksponensial tersebut kemudian disetarakan dengan persamaan atenuasi amplitudo gelombang pers 22 untuk memperoleh hubungan antara koefisien atenuasi b dengan Q-factor. Selanjutnya dianalisis Q-factor dan karakteristik peluruhan sinyal gelombang gempa nya berdasarkan pra letusan, fase letusan, dan pasca letusan.

4.4. Diagram Alir

48 Analisis Hasil Selesai Identifikasi gempa tipe A dan tipe B Rekaman Seismik Gunung Lokon Pengelompokkan Gempa Pra letusan, Fase letusan, dan Pasca letusan Picking t p dan t s masing-masing stasiun Waktu tiba gelombang P tp dan S ts Menentukan Hiposenter Plotting Hiposenter dan Episenter Menentukan koefisien atenuasi b Pers. Eksponensial dan Koefisien Atenuasi Penyetaraan Pers. Atenuasi dan Pers. Eksponensial Korelasi b koef. Atenuasi dengan Q-factor Peta Episenter dan Hiposenter gempa vulkanik Gunung Lokon Mulai Data Kontur Gunung Lokon Membuat Peta Kontur Membuat Peta Penampang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tipe gempa vulkanik di Gunung Lokon yang muncul pada pra letusan adalah gempa vulkanik dalam VA dan vulkanik dangkal VB. Sedangkan pada fase letusan dan pasca letusan didominasi oleh gempa vulkanik dangkal VB saja. 2. Gempa-gempa vulkanik yang terjadi pada Gunung Lokon lebih diakibatkan oleh aktivitas vulkanik daripada tektonik. 3. Range nilai b pra letusan antara -2.7×10 -1 sd -4×10 -2 dBλ , fase letusan antara -5.9×10 -1 sd -2×10 -2 dBλ , dan pasca letusan antara -5.8×10 -1 sd - 4×10 -2 dBλ . 4. Q-factor pra letusan besar karena sumber gempa dalam sehingga waktu tempuh lambat, densitas tinggi, energi yang hilang kecil, atenuasi gelombang kecil dan karakteristik kurva peluruhan landai. 5. Q-factor fase letusan kecil karena sumber gempa dangkal sehingga waktu tempuh cepat, densitas kecil, energi yang hilang besar, gelombang teratenuasi lebih cepat dan karakteristik kurva peluruhan lebih curam. 6. Q-factor pasca letusan sedikit meningkat namun lebih kecil dibanding pra letusan karena, sumber gempa dangkal sehingga waktu tempuh gelombang cepat, aktifitas vulkanik berkurang, temperatur dan tekanan rendah menyebabkan atenuasi gelombang kecil namun tidak terlalu signifikan sehingga karakteristik kurva atenuasi tidak terlalu landai namun juga tidak terlalu curam. 7. Lapisan batuan pada Gunung Lokon memiliki densitas yang besar dan berdasarkan Tabel 2 nilai Q-factor pada Gunung Lokon antara 75 – 300 λdB.

6.2. Saran

Dari hasil pengolahan data disarankan: 1. Penentuan waktu tiba gelombang P dan gelombang S lebih teliti dan hati- hati. 2. Menggunakan metode penentuan hiposenter gempa yang lebih akurat. 3. Menggabungkan data metode geofisika lain guna informasi mitigasi bencana geologi. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2013. Tektonika Lempeng. http:id.wikipedia.orgwindex. php?title=Berkas:Tectonic plates boundaries_detaileden.svg filetimestamp=200808312 31447. Tanggal Akses 1 November 2013 pukul 20.00 WIB. Ernawati, E. 2011. Identifikasi Medium Bawah Permukaan Gunung Sinabung, berdasarkan Nilai Q-factor. Skripsi jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Fridolin, H. 2013. http:dearthurjr.blogspot.com201306morfologi-gunung- kelud.html. Tanggal Akses 3 Juli 2013 pukul 10:42 WIB. Gunawan, H. 2010. Studi Geofisika Gunungapi Lokon Berdasarkan Pengolahan Data Deformasi dan Seismik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung. Haerani, N., Kristianto, Gunawan, H., Kushendratno, dan Wittiri, S. R. 2010. Studi Terpadu Seismik Dan Deformasi Di Gunungapi Lokon, Sulawesi Utara. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 3 Desember 2010: 151 – 164. Hidayat, Y., Suparman, Y., Setiawan, S., Wahidin., Sukanda., Supriadi, Dedi., Sulaiman., Safei. 2007. Laporan Penyelidikan Geofisika Gunungapi Lokon, Sulwesi Utara. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung. Hal 1,3,7-10. Hidayati, S. 2010. Pengenalan Seismologi Gunungapi. Diklat Pelaksana Pemula Pengamat Gunungapi Baru. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung. Joan, L. L., William, B. A., Lloyd, L. L. 1996. Attenuation of Seismic Waves in the Trinidad and Tobago Area. Tectonophysics 253: 111 – 127.