Ema Sumiati, 2015 MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Adapun Catatan Lapangan dalam penelitian ini, Moleong mengungkapkan bahwa model suatu catatan lapangan membaginya ke dalam tiga macam, yakni
catatan pengamatan, catatan teori, dan catatan metodologi 2001:154-156. Dalam penelitian ini menggunakan metode catatan pengamatan, yang
maksudnya adalah pernyataan tentang semua yang dialami yaitu yang dilihat dan didengar dengan menceritakan siapa yang menyatakan atau melakukan apa dalam
situasi tertentu Moleong, 2001:155. Catatan pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung Widyawati, 2008. Pernyataan tersebut tidak boleh berisi
penafsiran, hanya merupakan catatan sebagaimana adanya dan pernyataan yang datanya sudah teruji kepercayaan dan keabsahannya.
Setiap catatan pengamatan mewakili peristiwa yang penting sebagai bagian yang akan dimasukkan ke dalam proposisi yang akan disusun atau sebagai
kawasan suatu konteks atau situasi. Moleong 2001:155 menambahkan bahwa catatan pengamatan merupakan catatan tentang siapa, apa, bilamana, di mana, dan
bagaiamana suatau kegiatan manusia. Hal itu menceritakan ”siapa mengatakan” atau ”melakukan apa” dalam kondisi tertentu. Setiap catatan pengamatan
merupakan suatu kesatuan yang menunjukkan adanya satu datum atau sesuatu yang sangat berkaitan atau menjelaskan peristiwa atau situasi yang ada pada
catatan pengamatan lainnya. Jika catatan pengamatan itu merupakan kutipan, sebaiknya dikutip secara tepat.
3. Wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Sebagaimana menurut Moleong 2010: 186 “wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara bebas karena peneliti telah mengetahui secara pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, yaitu
mengenai pemberdayaan masyarakat dalam mempertahankan kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam yang sering disebut menggali informasi lebih dalam atau probing, sehingga
Ema Sumiati, 2015 MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN KEARIFAN LOKAL
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
diperoleh jawaban yang labih khusus dan tepat. Apabila jawaban responden kurang meyakinkan, maka perlu ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat
yang disampaikan pun harus bersifat netral. Probing ini termasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam wawancara.
Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan tidak terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oelh pewawancara yang sangat
terampil untuk menemukan latar belakang motivasi, kayakinan, sikap, dan perasaan subjek terhadap satu topik.
Wawancara berlangsung antara 30 menit sampai dengan lebih dari satu jam. Wawancara mendalam ini digunakan untuk mengungkap hal-hal yang
tersembunyi, yang sulit untuk diungkap dengan metode atau teknik pengukuran lainnya.
Aspek-aspek wawancara mendalam yang direncanakan adalah tujuan- tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap permasalahan-
permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul
dalam proses wawancara. Robert Kahn dan Charles Channel, 2003. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk
memberikan informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam kebanyakan
situasi. Bahkan, sifat dasar hubungan tersebut bisa menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama wawancara atau tidak. Dr. Nurul Murtadho,
1992.
4. Dokumentasi Penelitian.