Studi Perencanaan Industri Penyamakan Kulit di Padang Panjang, Sumatera Barat

ROESFIAIYSJAH RASJIDIK. F 26.1406. STUD1 PERENCAYAAN INDUSTRI

PENYAMAKAN KULIT DI PADANG PANJANG, SUMATERA BARAT.
Dibawah bimbingan Ir.H.Pramono D.Fewidarto,MS.

Pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap 11, agroindustri
dipilih sebagai leading sector atau sebagai ujung tombak
guna membangun perekonomian nasional.

D i dalam kancah

perkembangan sektor industri, subsektor agroindustri telah
mampu terus meningkatkan peranannya, yang dibuktikan dengan
terus meningkatnya nilai dan persentase ekspor agroindustri
dalam menghasilkan devisa.

Menurut BKPM (1992), salah satu

sektor agroindustri yang potensial untuk dikembangkan adalah
industri kulit.
Guna pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, menggali potensi daerah, serta mengingat semakin padatnya industri

di Pulau Jawa, maka sangat strategis untuk mengembangkan
industri di wilayah Indonesia bagian Timur atau wilayah
Indonesia bagian Barat di luar Pulau Jawa.

Sumatera Barat

yang terletak di wilayah Indonesia bagian Barat, menurut
Direktorat Jenderal Peternakan (1989) merupakan daerah yang
potensial untuk dikembangkan industri perkulitan.

Dalam

wilayah Sumatera Barat sendiri, Padang Panjang adalah daerah
yang dikenal sebagai sentra industri kulit.

Akan tetapi

industri yang dikembangkan masih dalam skala rumah tangga
dan dengan teknologi


penyamakan

yang

sederhana.

Dalam

upaya

memberikan

manfaat

yang sebesar-besarnya bagi

daerah, maka perlu dilakukan kajian untuk mengembangkan
industri penyamakan kulit ini.
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah menganalisa kelayakan pendirian industri penyamakan kulit di Padang Panjang, merancang tata letak fasilitas untuk industri penyamakan kulit,


dan

menyusun manajemen proyek

dalam bentuk ja-

ringan kerja (network planning) dengan PERT/CPM.
Deskripsi proyek adalah sebagai berikut : industri
berge-rak dalam produksi kulit samak (leather); bahan baku
kulit berasal dari sapi, kerbau, kambing dan domba; teknologi yang dikembangkan adalah teknologi penyamakan moderen
dengan menggunakan mesin-mesin semi otomatis.
Aspek pasar pemasaran didekati dengan memahami kondisi
pemasaran internasional dan nasional, untuk komoditi kulit
dan barang kulit.

Pemasaran internasional menunjukkan

perkembangan yang terus meningkat.

Pemasaran nasional


mengindikasikan perkembangan konsumsi dalam negeri yang
terus meningkat dan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri.

Pemanfaatan komoditi kulit oleh industri barang-

barang kulit juga terus meningkat setiap tahunnya.
Aspek bahan baku dikaji dengan mengamati populasi dan
pemotongan ternak di daerah Sumatera Barat dan propinsi
tetangga Sumatera Barat.
Sumatera

Barat

cukup

Ketersediaan bahan baku kulit

mendukung


bagi

industri, meskipun

demikian potensi bahan baku propinsi tetangga diperlukan
sebagai penyangga (buffer) terhadap kesinambungan pemasokan
bahan baku.
Proses produksi industri akan menghasilkan beberapa jenis
kulit yaitu box, jacket, split suede, nubuct, glace dan split
sole.

Penentuan lokasi yang dilakukan dengan penggabungan

metoda komparasi berpasangan (pairwise comparison) dan metoda
perbandingan eksponensial menunjukkan lokasi terpilih adalah
daerah Silaing Bawah, dari empat lokasi alternatif yang ditentukan melalui RUTRK dan survei lapang langsung ke lokasi.
Seleksi teknologi menunjukkan bahwa

pengadaan tenaga ahli,


pengadaan bahan pembantu dan pendukung, serta pengadaan mesin
dan peralatan yang diperlukan tidak akan menemui hambatan.
Kapasitas produksi penuh industri per hari akan membutuhkan
input bahan baku kulit sapi 300 lembar, kulit kerbau 150 lembar
dan kulit kambing/domba 300 lembar.
Kebutuhan modal investasi adalah Rp 8,733,135,000. Modal
kerja permanen sebesar Rp 1,208,000,000 untuk tiga bulan produksi.

Hasil analisa finansial menunjukkan kemampuan yang

besar dari industri untuk menghasilkan laba yaitu NPV Rp
19,346,368,000; PBP 2.03 tahun; Net B/C 3.59; IRR 78.4%; dan
ROI per tahun yang besar dari 56%.
Perancangan tata letak fasilitas menunjukkan kebutuhan
luasan ruangan produksi2,200 meter persegidan kebutuhantotal
lahanindustri 7,500 meter persegi. Hasil rancangantata letak
diperoleh berdasarkan keterkaitan antar aktivitas dan pergerakan minimum.

Analisapelaksanaanproyekmenunjukkanbahwaproyekindustri dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun. Waktu penyelesaian proyek utama (model TANNERY) adalah 287 hari, sedangkan

subproyek bangunan sipil (model CONSTRUCT) membutuhkan waktu
kerja 155 hari.

STUD1 PERENCmk4N PNDUSTRI PENVA

KULhT

DI PADAhTG PWJANG, SUMATERA BARAT

Oleh

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
S M m A TEKNOLOGI P E R T A N M

pada Jurusan TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor


1994
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR