Pengaruh Suhu Pemanasan Biji Jarak, Waktu dan Tekanan Pengempaan Dingin terhadap Mutu Minyak Biji Jarak (Ricinus Communis L.)

DESSY LIESTIYANI. F03495083. Pengaruh Suhu Eemanasan Biji Jarak, Waktu dan
Tekanan Pengempaan Dingin terhadap Mutu Minyak Biji Jarak (liicin?csco~nn~irnis
L.) di
bawah bimbingan Muhammad Romli dan Krisnani Setyowati.

Tanaman jarak (Ricinus commzcnis L.) merupakan tanaman industri yang telah
lama dikenal di Indonesia, terutama banyak terdapat di Solo, Semarang, Malang,
Bojonegoro, dan Besuki. Kandungan minyak yang cukup tinggi pada biji jarak, dan
semakin tingginya kebutuhan akan minyak nabati pada berbagai bidang industri, seperti
industri pangan, kosmetik, dan farmasi, menyebabkan produksi minyak jarak saat ini
semakin digalakkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi proses yang optimum dalam
memproduksi minyak jarak, sesuai dengan karakteristik mutunya. Kajian yang ditinjau
adalah pengaruh suhu pemanasan biji jarak kering (125, 135, dan 145'~), tekanan
pengempaan (200, 300, dan 400 kg/cm2), serta lama pengempaan (5, 10, 15 menit), yang
dilakukan terhadap biji jarak varietas Tengahan dengan metode ekstraksi pengempaan
dingin (cold press). Selanjutnya bungkil pengempaan hasil perlakuan terbaik sebagian
dikempa ulang dengan pengempaan suhu tinggi (hot press), dan sebagian lagi diekstraksi
dengan pelarut heksan. Pengempaan panas dilakukan pada suhu 50-60'~ selama 4 menit
pada tekanan 140 kg/cm2, sementara proses ekstraksi pelarut dilakukan secara perkolasi
pada suhu 40-50'~selama 4 jam. Parameter yang diamati meliputi rendemen, viskositas,

bobot jenis, bilangan asam, bilangan iod, dan bilangan penyabunan.
Hasil analisis keragaman terhadap minyak jarak cold press menunjukkan bahwa
faktor tekanan pengempaan memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap nilai rendemen
minyak (baik berdasarkan berat bahan maupun kadar minyak bahan). Rendemen tertinggi
dihasilkan pada perlakuan suhu pemanasan 135'~, waktu pengempaan 10 menit dan
tekanan pengempaan 400 kg/cm2 dengan nilai 25,4 +-0,3 % (berdasarkan berat bahan) dan
37,l 5 0,5 % (berdasarkan kadar minyak bahan). Viskositas minyak selain dipengaruhi
oleh faktor tekanan pengempaan, juga dipengaruhi oleh faktor suhu pemanasan biji jarak,
sementara bilangan asam dipengmhi oleh lamanya waktu pengempaan. Analisis
karakteristik fisik dan kimia yang lain (bobot jenis, bilangan penyabunan, dan bilangan iod)
ternyata tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan suhu pemanasan biji jarak, tekanan
pengenipaan, atau lama pengempaan.
Berdasarkan sifat-sifat kimianya, maka minyak jarak kasar yang dihasilkan dari
metoda ekstraksi pengempaan dingin, memenuhi karakteristik mutu minyak jarak no 1,
sedangkan minyak hasil pengempaan panas dan ekstraksi pelarut memenuhi karakteristik
mutu minyak jarak no. 3. Kombinasi perlakuan terbaik untuk minyak jarak hasil
pengempaan dingin yang sesuai dengan standar mutunya adalah minyak dengan kombinasi
perlakuan suhu pemanasan 145'~, tekanan pengempaan 300 kg/cm2 selama 15 menit,
yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut : bilangan asam 2,9+0,3 mg KOWmg minyak,
viskositas 5,120,1 poise, bobot jenis 0,96.3,01 g minyaklg air, bilangan penyabunan

170+80 rng KOHJmg minyak, dan bilangan iod 110+30 g iodllOO g minyak.

Bungkil minyak jarak hasil perlakuan terbaik tersebut setelah diekstraksi
kembali dengan alat kempa panas menghasilkan rendemen sebesar 12,3+0,7 % (berat
awal bungkil) dan 2923 % (kandungan minyak bungkil), sedangkan dari hasil
ekstraksi pelarut menghasilkan rendemen sebesar 2028 % (berat bungkil) dan 60220
% (kandungan minyak bungkil). Minyak bungkil hasil ekstraksi pelarut memiliki sifatsifat fisiko-kimia lebih yang memenuhi standar mutu minyak jarak no. 3, dibandingkan
dengan minyak bungkil hasil pengempaan panas. Minyak bungkil tersebut memiliki
sifat-sifat sebagai berikut : rendemen 2028 % (berat bungkil) dan 60220 % (kadar
minyak bungkil), bilangan asam 3,1+0,1 mg KOWmg minyak, bilangan iod 89+8 g
iod/100 g minyak, bilangan penyabunan 180t20 mg KOWmg minyak, viskositas 322
poise, dan bobot jenis 0,96+0,02 g minyak/g air.

DESSY LIESTIYANI. F03495083. Pengaruh Suhu Eemanasan Biji Jarak, Waktu dan
Tekanan Pengempaan Dingin terhadap Mutu Minyak Biji Jarak (liicin?csco~nn~irnis
L.) di
bawah bimbingan Muhammad Romli dan Krisnani Setyowati.

Tanaman jarak (Ricinus commzcnis L.) merupakan tanaman industri yang telah
lama dikenal di Indonesia, terutama banyak terdapat di Solo, Semarang, Malang,

Bojonegoro, dan Besuki. Kandungan minyak yang cukup tinggi pada biji jarak, dan
semakin tingginya kebutuhan akan minyak nabati pada berbagai bidang industri, seperti
industri pangan, kosmetik, dan farmasi, menyebabkan produksi minyak jarak saat ini
semakin digalakkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi proses yang optimum dalam
memproduksi minyak jarak, sesuai dengan karakteristik mutunya. Kajian yang ditinjau
adalah pengaruh suhu pemanasan biji jarak kering (125, 135, dan 145'~), tekanan
pengempaan (200, 300, dan 400 kg/cm2), serta lama pengempaan (5, 10, 15 menit), yang
dilakukan terhadap biji jarak varietas Tengahan dengan metode ekstraksi pengempaan
dingin (cold press). Selanjutnya bungkil pengempaan hasil perlakuan terbaik sebagian
dikempa ulang dengan pengempaan suhu tinggi (hot press), dan sebagian lagi diekstraksi
dengan pelarut heksan. Pengempaan panas dilakukan pada suhu 50-60'~ selama 4 menit
pada tekanan 140 kg/cm2, sementara proses ekstraksi pelarut dilakukan secara perkolasi
pada suhu 40-50'~selama 4 jam. Parameter yang diamati meliputi rendemen, viskositas,
bobot jenis, bilangan asam, bilangan iod, dan bilangan penyabunan.
Hasil analisis keragaman terhadap minyak jarak cold press menunjukkan bahwa
faktor tekanan pengempaan memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap nilai rendemen
minyak (baik berdasarkan berat bahan maupun kadar minyak bahan). Rendemen tertinggi
dihasilkan pada perlakuan suhu pemanasan 135'~, waktu pengempaan 10 menit dan
tekanan pengempaan 400 kg/cm2 dengan nilai 25,4 +-0,3 % (berdasarkan berat bahan) dan

37,l 5 0,5 % (berdasarkan kadar minyak bahan). Viskositas minyak selain dipengaruhi
oleh faktor tekanan pengempaan, juga dipengaruhi oleh faktor suhu pemanasan biji jarak,
sementara bilangan asam dipengmhi oleh lamanya waktu pengempaan. Analisis
karakteristik fisik dan kimia yang lain (bobot jenis, bilangan penyabunan, dan bilangan iod)
ternyata tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan suhu pemanasan biji jarak, tekanan
pengenipaan, atau lama pengempaan.
Berdasarkan sifat-sifat kimianya, maka minyak jarak kasar yang dihasilkan dari
metoda ekstraksi pengempaan dingin, memenuhi karakteristik mutu minyak jarak no 1,
sedangkan minyak hasil pengempaan panas dan ekstraksi pelarut memenuhi karakteristik
mutu minyak jarak no. 3. Kombinasi perlakuan terbaik untuk minyak jarak hasil
pengempaan dingin yang sesuai dengan standar mutunya adalah minyak dengan kombinasi
perlakuan suhu pemanasan 145'~, tekanan pengempaan 300 kg/cm2 selama 15 menit,
yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut : bilangan asam 2,9+0,3 mg KOWmg minyak,
viskositas 5,120,1 poise, bobot jenis 0,96.3,01 g minyaklg air, bilangan penyabunan
170+80 rng KOHJmg minyak, dan bilangan iod 110+30 g iodllOO g minyak.

Bungkil minyak jarak hasil perlakuan terbaik tersebut setelah diekstraksi
kembali dengan alat kempa panas menghasilkan rendemen sebesar 12,3+0,7 % (berat
awal bungkil) dan 2923 % (kandungan minyak bungkil), sedangkan dari hasil
ekstraksi pelarut menghasilkan rendemen sebesar 2028 % (berat bungkil) dan 60220

% (kandungan minyak bungkil). Minyak bungkil hasil ekstraksi pelarut memiliki sifatsifat fisiko-kimia lebih yang memenuhi standar mutu minyak jarak no. 3, dibandingkan
dengan minyak bungkil hasil pengempaan panas. Minyak bungkil tersebut memiliki
sifat-sifat sebagai berikut : rendemen 2028 % (berat bungkil) dan 60220 % (kadar
minyak bungkil), bilangan asam 3,1+0,1 mg KOWmg minyak, bilangan iod 89+8 g
iod/100 g minyak, bilangan penyabunan 180t20 mg KOWmg minyak, viskositas 322
poise, dan bobot jenis 0,96+0,02 g minyak/g air.