Endang Sri Novianti, 2015 Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA sains merupakan kombinasi dua unsur utama yaitu proses dan produk yang tidak terpisahkan, sains sebagai proses meliputi keterampilan proses dan
sikap ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sedang produk sains meliputi konsep, teori, hukum, prinsip dan dalil
Sigit et al., 2013. Hakikat dari ilmu sains adalah proses penemuan, dan output dari proses itu sendiri adalah kemampuan mengamati, me ngumpulkan data,
mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengomunikasikan, dan lain- lain yang diharapkan didapatkan oleh siswa Suyana dan Siahaan, 2010.
Kemampuan mengamati,
mengumpulkan data,
mengolah data,
menginterpretasikan data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan tersebut termasuk ke dalam keterampilan proses dasar Widodo et al., 2013.
Saat ini penyelidikan ilmiah scientific inquiry telah menjadi primadona dalam sains dan ilmu- ilmnya, dan seiring dengan perkembangannya proses yang
terdapat dalam penyelidikan ilmiah dikemas lebih sistematis berupa keterampilan- keterampilan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan penyelidikan secara
ilmiah, keterampilan ini disebut sebagai “Keterampilan Proses Sains KPS” Suyana dan Siahaan, 2010. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan,
dalam pembelajaran sains termasuk Biologi siswa ditutuntut untuk menggunakan proses dan produk sains tersebut, dengan kata lain melibatkan Keterampiran
Proses Sains KPS. Kurikulum 1984 dan kurikulum 1994 menekankan penggunaan Keter ampilan
Proses Sains KPS dalam pembelajaran sains pendidikan dasar dan sekolah menengah Rustaman et al., 2005. Kurikulum 2013 menekankan pada scientific
approach atau pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sendiri melibatkan keterampian proses
seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan Kemendikbud, 2013. Berdasarkan ketiga kurikulum yang pernah dan sedang
diterapkan di Indonesia jelaslah bahwa Keterampilan Proses Sains KPS dituntut
Endang Sri Novianti, 2015 Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ada dalam pembelajaran sains, dan telah diberlakukan sejak pendidikan dasar, maka sudah sewajarnya jika siswa menengah atas sudah perlu memiliki
Keterampilan Proses Sains KPS terintegrasi. Asesmen dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, hal ini sesuai dengan
salah satu prinsip asesmen autentik yaitu proses penilaian harus merupakan bagian yang yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan kegiatan terpisan
dari proses pembelajaran Majid, 2013. Majid 2013 juga berpendapat jika proses penilaian di dalam kelas atau pembelajaran sendiri memiliki fungsi untuk
menelusuri agar proses pembelajaran sesuai dengan rencana, mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran,
mencari dan menemukan hal- hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, dan menyimpulkan apakah siswa telah
menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum, karenanya asesmen dan pembelajaran memang dua hal yang saling berketerkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Penilaian yang dapat dilakukan berdasarkan Permen pendidikan dan
kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 adalah penilaian autentik dan non- autentik. Sementara pada pasal 2 ayat 2 dikatakan jika penilaian autentik
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik. Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 mengatatakan jika penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan
sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Penilaian atau asesmen untuk mengukur Keterampilan Proses Sains KPS dapat dilakukan dengan performence assessment atau penilaian kinerja Rustaman
et al., 2005. Oosterhof 2003 mengemukakan bahwa penialaian autentik merupakan penilaian kinerja, namun tidak semua penilaian kinerja merupakan
penilaian autentik. Mueller 2005 berpendapat jika penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana para siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mendemostrasikan pene rapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Endang Sri Novianti, 2015 Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Hasil temuan di lapangan, asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh guru pada materi pencemaran lingkungan adalah penilaian tradisional berupa soal-soal
pilihan ganda. Soal-soal tersebut hanya memuat aspek kognitif jenjang C1-C3 bukti berupa RPP pembelajaran dilampirkan dalam Lampiran D1, padahal
asesmen abad ke-21 seharusnya lebih difokuskan kepada asesmen autentik yang mengukur baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor Hariyanto dan Bas uki,
2014 Pembelajaran yang ditemukan di lapangan sendiri meskipun pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP dituliskan latihan keterampilan, discovery penemuan, kerja individu dan pemecahan masalah sebagai metode pembelajaran,
tetapi pada kenyataannya metode tersebut tidak benar-benar dilakukan, terutama jika waktu tidak memungkinkan. Guru akan memilih metode ceramah atau
menugaskan siswa untuk membaca, padahal yang seharusnya pembelajaran sains pada kurikulum 2013 tidak dapat terlepas dari pendekatan ilmiah scientific
approach, hal ini dikarenakan pendekatan ilmiah dipandang paling cocok digunakan dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik Nasution, 2013. Sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan pendidikan nasional pada kurikulum 2013 bahwa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Nuh, 2013. Subiantoro 2011 juga berpendapat jika proses pembelajaran IPA sains
hendaknya menekankan pada pengalaman langsung dan diarahkan pada pembelajaran berbasis inkuiri untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam
menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah, pendidikan sains juga hendaknya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam. Wenning 2010 mengklasifikasikan level inkuiri berdasarkan sejauh mana
peran antara guru dan siswa serta kompleksitas pengalaman intelektual yang didapat siswa dalam pembelajaran, dan salah satu level pembelajaran berbasis
inquiry tersebut adalah inquiry lesson. Pada pembelajaran level inquiry lesson, guru mulai menunjukkan proses ilmiah secara eksplisit kepada siswa dengan
menekankan pada penjelasan yang dapat membantu siswa untuk memahami bagaimana cara melakukan eksperimen, mengidentifikasi, mengontrol variabel,
Endang Sri Novianti, 2015 Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Pada Pembelajaran Inquiry Lesson Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dan lainnya, pada tahap ini pula siswa sudah diarahkan pada kegiatan percobaan ilmiah, namun masih terdapat bimbingan langsung dari guru Wenning, 2004.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penelitian ini per lu dilakukan, dengan pembelajaran berbasis inkuiri pada level inquiry lesson
diharapkan siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains dengan baik sehingga integrasinya dapat meningkat. Materi pada penelitian ini adalah
mengenai dampak penecemaran bagi lingkungan, karena materi ini telah diajarkan pada siswa sejak SMP. Siswa sudah memiliki pengalaman melakukan percobaan
mengenai materi tersebut, oleh karena itu melalui pembelajaran dan penilaian autentik yang dikembangkan dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat
merancang dan melakukan percobaan mereka sendiri melalui pengembangan dari pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan pada jenjang pendidikan
sebelumnya.
B. Rumusan Masalah