19
mendefinisikan Lag sebagai interval waktujarak yang diukur dari kedatangan
kendaraan pada arus lalu lintas jalan minor di lengan simpang ke tempat lintasan kendaraan berikutnya pada arus lalu lintas di jalan utama. Hummer.J.E 1994,
mendefenisikan Lag: Waktu antara kedatangan kendaraan di jalan minor bersiap untuk pindah ke jalan utama dan kedatangan bumper depan kendaraan yang berikutnya
di dalam arus lalu lintas jalan utama. Selter 1981, menyatakan, ketika pengemudi di jalan minor tiba di suatu simpang ia boleh masuk jalan utama dengan gap dalam arus
lalu lintas jalan utama. tersebut atau ia boleh menolak bila gap terlalu kecil dan menantikan untuk berikutnya.
Jalan MajorUtama Lag
Jl. Minor Gambar. 2.7. Lag antara dua kendaraan di simpang tak bersinyal tiga lengan Hobbs.
F.D, 1974
Lag Jalan MajorUtama Lag
Jalan Minor
Gambar. 2.8. Lag antara dua kendaraan simpang tak besinyal empat lengan
2.9. Rata-rata Gap yang diterima dan Gap kritis Critical Gap
Salter 1981 menyebutkan secara umum terdapat 2 dua jenis gap, yaitu gap yang diterima atau gap yang ditolak. Hewitt 1985 mendefinisikan Gap kritis sebagai
selang waktu gap minimum antara dua kendaraan yang berurutan pada arus jalan
20 utama yang memungkinkan pengemudi kendaraan pada arus jalan minor untuk dapat
memasuki dan bergabung dengan arus jalan utama. Dewanti 1992, melakukan penelitian gap yang diterima di simpang 4 empat tidak bersinyal di Bandung. Gap
dibedakan kedalam gap untuk jenis kendaraan ringan dan sepeda motor. Gap untuk jalan minor sebesar 2,12 detik untuk kendaraan ringan dan 2,06 detik untuk sepeda
motor. Gap untuk jalan mayor sebesar 0,77 detik untuk kendaraan ringan dan 1,57 detik untuk sepeda motor. Metode penentuan besarnya gap kritis dilakukan dengan
metode Probit. Analisis gap kritis diperoleh dalam penelitian ini menggunakan metode grafis.
Metode ini diterapkan oleh Raff dan Hart 1950 sebagaimana diuraikan dalam Traffic and Highway Engineering
Nicholas J.G dan Lester A.H, 2002. Data yang diplotkan merupakan data gap ditolak dan gap diterima.
1
m r
p n
m r
t t
t
c
− +
− −
∆ +
= keterangan
; m
= Jumlah
gaplag yang diterima t
1
r = Jumlah gaplag yang ditolak t
1
n = Jumlah gaplag yang diterima t
1
p = Jumlah gaplag yang ditolak t
1
2.10. Satuan Mobil Penumpang
Lalulintas terdiri dari berbagai kompisisi kendaraan, sehingga volume lalulintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan standar. Standar
tersebut yaitu mobil penumpang sehingga dikenal dengan satuan mobil penumpang smp. Untuk mendapatkan volume lalulintas dalam satuan smp, maka diperlukan
factor konversi dari berbagai macam kendaraan menjadi mobil penumpang. Faktor konversi tersebut dikenal dengan ekivalen mobil penumpang emp. MKJI 1997
mengklasifikasikan kendaraan menjadi 4 empat golongan adalah : Tabel 2.4. Penggolongan jenis kendaraan dan nilai emp untuk persimpangan tak
bersinyal Jenis Kendaraan
Notasi Nilai emp
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
Sepeda Motor Kendaraan Tak Bermotor
LV HV
MC UM
1.0 1.3
0.5 -
Sumber : MKJI 1997
21
2.11. Penentuan Nilai Ekivalen Mobil Penumpang