5. Pemegang keputusan Lisensi.
b. pembuatan landasan dan karoseri harus sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan; c.
melaksanakan uji mutu kepada Dinas kembali, kendaraan
yang telah
selesai dibuat
sebelum didaftarkan untuk mendapatkan Surat Tanda Nomor
Kendaraan; d.
dalam hal
pembuatan karoseri
dilaksanakan perusahaan
lain yang
ditunjuk oleh
pemegang keputusan
Lisensi tanggangu
jawab terhadap
produksinya tetap berada pada pemegang keputusan yang bersangkutan;
e. memiliki izin dari instansi terkaitKementerian yang
bertangung jawab di bidang sarana dan prasarana jalan.
Pasal 76
Bengkel karoseri yang melakukan penyimpangan terhadap ketentuan spesifikasi teknis dan design yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud Pasal 75 ayat 3 huruf a, Dinas dapat memerintahkan untuk ketentuan yang telah ditetapkan dan
memberikan laporan kepada Direktorat Jendral Perhubungan Darat.
Bagian Keenam Pembinaan Bengkel
Pasal 77
1 Untuk
menunjang pelaksanaan
dan operasional
pemeliharaan, perawatan dan atau perbaikan kendaraan bermotor, Dinas dapat melakukan pembinaan terhadap
bengkel –bengkel sebagaimana dimaksud pada Pasal 73.
2 Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat 1 meliputi :
a. pemberian bimbingan dan arahan tentang ketentuan-
ketentuan teknis dan laik jalan kendaraan; b.
pengawasan mutu produksi dan pemeriksaan peralatan yang digunakan;
c. peningkatan profesionalisme baik langsung maupun
tidak langsung; d.
pendidikan dan latihan bagi tenaga mekanik bengkel.
BAB VIII PENANGGULANGAN KECELAKAAN LALU LINTAS
Bagian Kesatu Program danatau Rencana Kerja
Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas Pasal 78
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan, Pemerintah Daerah menetapkan program danatau rencana
kerja pencegahan kecelakaan lalu lintas.
Pasal 79
Program danatau rencana kerja sebagaimana dimaksud Pasal 78 dilaksanakan secara terkoordinasi yang meliputi :
a. pembinaan keselamatan lalu lintas bagi para pemakai
jalan; b.
identifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas; c.
analisis terjadinya kecelakaan lalu lintas; d.
penyusunan data dan informasi serta pembuatan laporan kecelakaan lalu lintas;
e. pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana
pencegahan kecelakaan lalu lintas; f.
pembinaan etika berlalu lintas bagi masyarakat umum.
Pasal 80
1 Dalam penyusunan program danatau rencana kerja
pencegahan kecelakaan lalu lintas, Pemerintah Daerah melibatkan :
a. Satlantas Polres;
b. Organda;
c. PT. Asuransi Jasa Raharja;
d. Rumah Sakit;
e. Palang Merah Indonesia;
f. Organisasi Non Pemerintah;
g. Badan Hukum atau perorangan.
2 Pemerintah
Daerah wajib
menyediakan sarana
penanggulangan kecelakaan
lalu lintas
sekurang- kurangnya meliputi :
a. Pos-pos pelayanan keselamatan lalu lintas;
b. Alat komunikasi;
c. Kendaraan Ambulance;
d. Kendaraan Derek;
e. Alat P3K;
f. Alat lain yang dibutuhkan.
Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai program dan atau rencana kerja penanggulangan kecelakaan lalu lintas diatur dengan
Peraturan Walikota.
Bagian Kedua Penderekan Kendaraan Bermotor
Pasal 82
Untuk menghindari terjadinya hambatan dan gangguan lalu lintas
akibat terjadinya
kecelakaan danatau
karena kendaraan
bermotor mengalami
kerusakan teknis,
diselenggarakan penderekan kendaraan bermotor.
Pasal 83
1 Penderekan kendaran bermotor sebagaimana dimaksud
Pasal 82, dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Badan Hukum atau perorangan.
2 Penderekan kendaraan bermotor yang diselenggarakan
oleh Badan Hukum dan Perorangan, harus dilengkapi dengan Izin Walikota.
3 Penderekan kendaraan bermotor hanya dapat dilakukan
atas permintaan pemilik kendaraan bermotor danatau atas perintah petugas yang berwenang.
Pasal 84
Ketentuan lebih lanjut mengenai penderekan kendaraan bermotor diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB IX PEMBINAAN PEMAKAI JALAN