Analisa Cause and Effect Diagram Analisa Cause and Effect Diagram

Usulan pengurangan Budiharjo, dkk Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 198 Keandalan adalah kemampuan dari sistem atau komponen untuk menjalankan fungsinya yang diperlukan di bawah kondisi yang dipersyaratkan untuk jangka waktu tertentu tanpa adanya kegagalan [2]. Keandalan adalah peluang sebuah komponen mesin atau produk akan berfungsi dengan benar selama waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu [3]. Keandalan suatu unit atau produk adalah probabilitasnya untuk melaksanakan fungsinya pada periode waktu tertentu di bawah kondisi dan lingkungan yang ditetapkan [4]. Metode pengukuran tingkat keandalan berdasar nilai MTBF Mean Time Between Failure yang merupakan waktu rata-rata antar kegagalan, diajukan oleh beberapa pendapat. MTBF adalah suatu ukuran seberapa keandalan reliable suatu produk atau komponen [5]. Keandalan juga dapat dikuantifikasikan dengan menggunakan rata-rata banyaknya kegagalan dalam rangka waktu tertentu failure rate, dapat pula dinyatakan sebagai lamanya waktu rata-rata antar kegagalan mean time between failure, MTBF [6]. MTBF Mean Time Between Repair adalah ukuran dasar keandalan peralatan, diwakili dalam satuan jam. Semakin tinggi MTBF semakin tinggi keandalannya. Sedang MTTR Mean Time To Repair, adalah waktu untuk memulihkan sistem dari kegagalan, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa masalah dan memperbaiki sistem, diwakili dalam satuan jam. MTTR berdampak pada ketersediaan availability, jika diperlukan waktu lebih lama untuk memulihkan sistem dari kegagalan, artinya sistem akan memiliki ketersediaan yang lebih rendah [2]. Hubungan MTBF dan MTTR terhadap ketersediaan secara keseluruhan dari sistem Overall Availability atau Operational Availability, Ao, dalam bentuk persamaan [4], [7]: 1 2 3 Dimana: Total available time = total waktu operasi nal Down time = total waktu kerusak an total jam perba ikan Number of failures = frekuensi kerusakan spare part. Keandalan menjadi sesuatu yang penting karena berpengaruh langsung terhadap kinerja suatu sistem peratalan, sehingga perbaikan untuk peningkatan keandalan harus terus diupayakan melalui strategi keandalan. Terdapat 2 model teknik keandalan, yaitu [3] : 1. Peningkatan komponen demi komponen. Keandalan komponen merupakan masalah desain atau spesifikasi terkait tanggung jawab bagian desain rekayasa. Walau demikian, pengguna dapat berperan dalam peningkatan komponen dengan penelitian- penelitian mengenai peningkatan faktor- faktor kualitas. 2. Menyediakan redundansi. Teknik ini berguna untuk mendukung suatu komponen, yaitu dengan menyediakan atau menempatkan suatu unit cadangan secara paralel yang mana hal ini merupakan sebuah taktik manajemen operasi standar.

2.2. Analisa Cause and Effect Diagram Analisa Cause and Effect Diagram

diagram sebab-akibat sering disebut diagram Ishikawa, digambarkan dalam bentuk Fishbone diagram diagram tulang ikan. Fishbone diagram adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisanya melalui sesi brainstorming. Diagram sebab akibat adalah salah satu dari tujuh alat dasar kualitas, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor potensial yang menyebabkan efek keseluruhan [8]. Dalam analisa sebab akibat, beberapa penyebab permasalahan yang dianalisa mencakup aspek manusia, material, mesin, metode, maupun lingkungan. Langkah awal membuat diagram sebab- akibat dengan identifikasi akibat permasalahan, dilajutkan dengan diskusi bersama atau brainstorming untuk menggali pendapat masing-masing dalam menentukan sumber penyebab yang lebih spesifik. 2.3. Root Cause Analysis Root Cause Analysis menggunakan teknik pertanyaan “5-Mengapa” 5 Whys Analysis, untuk menjelaskan alasan di balik Usulan pengurangan Budiharjo, dkk Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 199 kerusakan peralatan dalam membantu mengembangkan jadwal preventive maintenance [9]. Metode “5-Mengapa” adalah suatu metode untuk menggali penyebab masalah secara lebih mendalam dan sistematis untuk menemukan cara penanggulangan yang lebih dalam [10]. Metode “5-Mengapa” dilakukan dengan mengajukan 5 pertanyaan “mengapa” tentang permasalahan yang terjadi, dan mencari jawabannya bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. 2.4. Preventive Maintenance Perawatan atau maintenance merupakan salah satu fungsi utama usaha, disamping fungsi-fungsi lainnya seperti pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia. Maintenance mencangkup semua aktivitas yang berkaitan dengan menjaga semua peralatan sistem agar dapat bekerja [3]. Nilai kinerja yang baik dalam menjaga kesinambungan bisnis perusahaan harus diusahakan dengan strategi perencanaan pengelolaan aset perusahaan secara sistematis, komprehensif dan terintegrasi, dimana untuk operasional pembangkit listrik yang ekonomis, fungsi perawatan harus dioptimalkan dengan merencanakan strategi perawatan [11]. Kegagalan dan down time komponen- komponen kritikal dapat diminimalkan dengan penggantian komponen tepat waktu dan tindakan perawatan pencegahan preventive maintenance yang tepat, hal ini juga akan meningkatkan keandalan dan ketersediaan mesin untuk mencapai produktivitas yang tinggi [4], [7]. Program preventive maintenance bisa sangat sukses dalam meningkatkan kehandalan peralatan dan meminimalkan biaya perawatan [12]. Penjadwalan yang optimal dari kegiatan preventive maintenance akan memaksimalkan ketersediaan mesin untuk proses produksi [13]. Preventive maintenance merupakan kegiatan perawatan untuk mencegah timbulnya kerusakan tak terduga dan untuk menemukan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan sistem produksi pada saat digunakan. Preventive maintenance adalah sistem pemeliharaan terencana pada peralatan yang didesain untuk memperbaiki usia pakai life time dan menghindarkan adanya aktivitas pemeliharaan yang tidak direncanakan [14]. Preventive maintenance adalah inspeksi secara periodik untuk mendeteksi kondisi yang dapat menyebabkan mesin rusak breakdown atau terhentinya proses sehingga dapat mengembalikan kondisi peralatan seperti pada saat awal peralatan tersebut, dan preventive maintenance juga merupakan proses deteksi dan perawatan dari ketidaknormalan peralatan sebelum timbul kerusakan yang menyebabkan kerugian [6]. . Kegiatan preventive maintenance meliputi beberapa pekerjaan, antara lain: 1. Perencanaan planning, merupakan penjadwalan kegiatan rutin yang meliputi pemeriksaan harian daily check, pemeriksaan mingguan weekly check, pemeriksaan bulanan monthly check, maupun pemeriksaan tahunan yearly check [14]. 2. Perawatan berjalan running maintenan ce, dilaksanakan tanpa menghentikan sistem peralatan, misalnya kegiatan pengecatan painting, pelumasan lubrication, kegiatan kebersihan cleaning, dan penyetelan adjusting. 3. Penggantian komponen kecil small repair, bertujuan meminimalkan terjadinya penghentian operasi peralatan di luar perencanaan unplanned breakdown. 4. Perawatan berhenti shutdown mainte nance, dilakukan pada saat peralatan produksi berhenti. Contohnya adalah perbaikan besar, yaitu perbaikan peralatan dengan menghentikan kegiatan operasional sistem yang dikenal dengan pekerjaan overhaul. Untuk menghilangkan stop sistem di luar perencanaan unplanned breakdown, pada preventive maintenance dikenal strategi penyediaan suku cadang spare part control guna antisipasi penggantian spare part sesegera mungkin bila diperlukan. Yang terakhir adalah pencatatan historical record, untuk memantau kondisi peralatan dari waktu ke waktu [6]. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dimulai dengan studi pendahuluan untuk identifikasi awal obyek penelitian. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep- konsep sebagai landasan untuk mendukung tahap-tahap penelitian selanjutnya dengan mengeksplorasi buku-buku, jurnal dan hasil- hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh waktu operasional Roller Mill, sedang sampelnya adalah waktu efektif operasional Usulan pengurangan Budiharjo, dkk Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 200 Roller Mill, down time, dan frekuensi kerusakan spare part, merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari data perawatan Seksi Mechanical. Metode analisa keandalan dengan perhitungan ketersediaan Operational Availability, Ao berdasar nilai MTBF dan MTTR data awal penelitian pendahuluan. Data kerusakan spare part diklasifikasikan dari frekuensi tertinggi berurutan sampai yang terendah, dianalisa dengan Diagram Pareto untuk mengetahui spare part yang paling berpengaruh terhadap kerusakan sistem Roller Mill dan dijadikan prioritas perbaikan. Dilanjutkan analisa Cause and Effect Diagram berdasar data brainstorming dengan tenaga kerja bagian perawatan, dan analisa akar penyebab permasalahan secara lebih mendalam dengan metode Root Cause Analysis. Tindakan perbaikan dengan implementasi preventive maintenance, serta pengumpulan data operasional, frekuensi kerusakan spare part, dan down time sistem Roller Mill. Data yang diperoleh dilakukan analisa keandalan dengan perhitungan Operational Availability, dan hasilnya dibandingkan dengan Availability sebelum preventive maintenance, dilanjutkan dengan pembahasan serta penarikan kesimpulan. Manfaat dari strategi preventive maintenance, antara lain [14]: 1. Mengurang downtime. 2. Meningkatkan life time dan mengurangi penggantian spare part yang belum waktunya. 3. Mengurangi biaya lembur tenaga kerja maintenance. 4. Mengurangi biaya perawatan mainte nance cost. 5. Identifikasi indikasi adanya peralatan yang perlu diganti. 6. Memperbaiki kondisi keselamatan kerja safety maupun kualitas produk. Langkah-langkah penelitian dalam bentuk diagram ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram alir langkah-langkah penelitian Perumusan masalah dan Tujuan Penelitian Studi Pustaka Pengumpulan Data : Frekuensi keruakan Roller Mill, Operation time Down time Analisa data sebelum PM Ao MTBF, MTTR Penentuan Prioritas Perbaikan Diagram Pareto Cause and Effect Analysis Fishbone Diagram Tindakan Perbaikan Preventive Maintenance Analisa data setelah PM, Ao MTBF, MTTR Perbandingan analisa data sebelum dan setelah PM Pembahasan Mulai Kesimpulan Usulan pengurangan Budiharjo, dkk Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 201 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Roller Mill