Perancangan Preventive Maintenance dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati
PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED
MAINTENANCE (RCM) DENGAN MENGAPLIKASIKAN
GREY FMEA PADA PT. KHARISMA ABADI SEJATI
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik
Oleh
WILBERT
NIM. 080403127
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED
MAINTENANCE DENGAN MENGAPLIKASIKAN GREY
FMEA PADA PT. KHARISMA ABADI SEJATI
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik
Oleh
WILBERT
NIM. 080403127
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I , Dosen Pembimbing II,
(Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng) (Tuti Sarma Sinaga, ST, MT)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya
yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Draft Tugas Sarjana
ini dengan baik.
Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi
oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul
“Perancangan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan Mengaplikasikan Grey FMEA pada PT. Kharisma Abadi Sejati”. Proposal Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu
permasalahan nyata dalam perusahaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.
(4)
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama proses penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapatkan
bimbingan dan dukungan yang besar, baik berupa materi, spiritual, informasi
maupun administari dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara .
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng, selaku Dosen Pembimbing I penulis,
atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas
Sarjana ini.
4. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II penulis, atas
bimbingan dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana
ini.
5. Bapak Miswan, selaku Manager Personalia PT. Kharisma Abadi Sejati yang
telah memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama
melakukan penelitian di perusahaan.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis
(5)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-4
1.3. Tujuan Penelitian ... I-5
1.4. Manfaat Penelitian ... I-5
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-5
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
(6)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2
2.3.2. Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Pengupahan ... II-9 2.4. Proses Produksi ... II-12
2.4.1. Bahan yang Digunakan ... II-12
2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-13
2.4.3. Mesin dan Peralatan ... II-18
2.4.3.1. Mesin... II-18
2.4.3.2. Peralatan (Equipment)... II-21 2.4.3.3. Utilitas... II-22
III LANDASAN TEORI ... II-1
3.1. Manajemen Perawatan ... III-1
3.1.1. Pengklasifikasian Perawatan ... III-2 3.2. Reliability Centered Maintenance (RCM) ... III-6 3.3. Keandalan (Reliability) ... III-21 3.3.1. Definisi Keandalan (Reliability) ... III-21 3.3.2. EasyFit ... III-24 3.3.3. Pola Distribusi Data dalam Keandalan / Reliability... III-25
(7)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.4. Diagram Pareto ... III-28 3.5. Interval Penggantian Komponen dengan Total Minimum
Downtime ... III-29
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Objek Penelitian ... IV-1
4.3. Jenis Penelitian ... IV-1
4.4. Variabel Penelitian ... IV-2
4.4.1. Variabel Independen ... IV-2 4.4.2. Variabel Dependen ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2
4.6. Rancangan Penelitian ... IV-3
4.7. Metode Pengumpulan Data ... IV-4
4.8. Pengolahan Data ... IV-6
4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6
(8)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.2. Pengolahan Data ... V-4
5.2.1. Sistem Perawatan Mesin Sekarang ... V-4 5.2.2. ReliabilityCenteredMaintenance (RCM) ... V-4 5.2.2.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi ... V-5
5.2.2.2. Pendefinisian Batasan Sistem ... V-6
5.2.2.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi ... V-7
5.2.2.4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Sistem ... V-10
5.2.2.5. Grey FMEA ... V-11 5.2.2.6. LogicTreeAnalysis (LTA) ... V-20 5.2.2.7. TaskSelection (Pemilihan Tindakan) ... V-23 5.3. Reliability ... V-26 5.3.1. Pengujian Distribusi ... V-26 5.3.2. Perhitungan Total Minimum Downtime ... V-27
VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1. Analisis Grey FMEA ... VI-1 6.2. Analisis LogicTreeAnalysis (LTA) Komponen Mesin ... VI-2 6.3. Prosedur Perawatan Berdasarkan Pemilihan Tindakan RCM ... VI-5
(9)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
6.3. Ringkasan Penurunan Downtime Sistem Perawatan Sekarang dan Usulan ... VI-12
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-2
(10)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Jam Produksi PT. Kharisma Abadi Sejati Periode Januari 2011 –
Desember 2011 ... I-2
1.2. Tingkat Downtime Mesin PT. Kharisma Abadi Sejati Periode
Januari 2011 – Desember 2011 ... I-2
2.2. Jam Kerja PT. Kharisma Abadi Sejati ... II-11
3.1. Penentuan Nilai Severity ... III-13 3.2. Penentuan Nilai Occurance ... III-13 3.3. Penentuan Nilai Detection ... III-14 5.1. Jam Produksi PT. Kharisma Abadi Sejati (Januari 2011 –
Desember 2011) ... V-1
5.2. Frekuensi Breakdown Mesin Produksi PT. Kharisma Abadi
Sejati (Januari 2011 – Desember 2011) ... V-2
5.3. Persentase Kumulatif Diagram Pareto ... V-2
5.4. Interval Waktu Kerusakan Komponen Kritis Mesin Bor Magnet . V-3
5.5. Batasan Sistem ... V-7
5.6. SWBS Komponen Utama yang Mengalami Breakdown ... V-9 5.7. Fungsi Sistem dan Kegagalan Sistem ... V-10
5.8. Matrix Kegagalan Fungsi Sistem ... V-10
(11)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.10. Penentuan RatingOccurance... V-14 5.11. Penentuan RatingDetection ... V-14 5.12. Tingkat Resiko Berdasarkan Prioritas ... V-21
5.13. Identifikasi Hasil Wawancara LTA Produksi Lori PT. Kharisma
Abadi Sejati... V-23
5.14. Pemilihan Tindakan Perawatan Produksi Lori PT. Kharisma
Abadi Sejati ... V-26
5.15. Pengujian Pola Distribusi Dengan Menggunakan Software
EasyFit 5.5. Professional ... V-28 5.16. Nilai Tf dan Tp untuk Tiap Komponen ... V-29
6.1. Prioritas Penyebab Kegagalan ... VI-1
6.2. Alasan Komponen Termasuk Kategori B ... VI-3
6.3. Alasan Komponen Termasuk Kategori C ... VI-4
6.4. Pengelompokkan Kategori Komponen Mesin Bor Magnet ... VI-4
6.5. Tindakan Perawatan ConditionDirected (CD) ... VI-6 6.6. Tindakan Perawatan TimeDirected (TD) ... VI-7 6.7. Penurunan Downtime Sistem Perawatan Sekarang dan Usulan .... VI-13
(12)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. Kharisma Abadi Sejati ... II-9
3.1. Struktur Pertanyaan LTA ... III-19
3.2. Road Map Pemilihan Tindakan ... III-20 3.3. Pareto Diagram ... III-29
3.4. Penggantian Komponen Berdasarkan Interval Waktu ... III-30
4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3
4.2. Blok Diagram Langkah-Langkah Penelitian ... IV-5
5.1. Diagram Pareto Breakdown Mesin PT. Kharisma Abadi Sejati .... V-2 5.2. Blok Diagram Mesin Bor Magnet ... V-9
5.3. Fish Bone Diagram Penentuan Severity... V-11 5.4. Fish Bone Diagram Penentuan Occurance ... V-12 5.5. Fish Bone Diagram Penentuan Detection ... V-12 5.6. Flowchart Penentuan LTA ... V-22 5.7. Diagram Alir Pemilihan Tindakan ... V-25
6.1. Prosedur Pergantian Komponen Spindle ... VI-8 6.2. Prosedur Pergantian Komponen Motor NFA03LG-011 ... VI-9
6.3. Prosedur Pergantian Komponen V-Belt ... VI-10 6.4. Prosedur Pergantian Komponen Radial Ball Bearing ... VI-11
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Tanggal Inteval Kerusakan Komponen PT. Kharisma Abadi
Sejati Periode Januari 2011 – Desember 2011 ... L-1
2. Kuisioner Penelitian ... L-2
3. Hasil Rekapitulasi Tabel FMEA untuk Setiap Komponen ... L-3
4. Perhitungan TotalMinimumDowntime (TMD) ... L-4 5. Surat Permohonan Tugas Sarjana Halaman 1 ... L-5
6. Formulir Penetapan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-6
7. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Kharisma Abadi
Sejati ... L-7 8. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di PT.
Kharisma Abadi Sejati ... L-8
9. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-9
10. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen
Pembimbing I ... L-10
11. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen
(14)
ABSTRAK
PT. Kharisma Abadi Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin dan peralatan pabrik kelapa sawit. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Pasar II Tanjung Selamat, Saentis, Percut Sei Tuan, Deli Serdang dan berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order). Sistem perawatan mesin yang selama ini diterapkan pada PT. Kharisma Abadi Sejati bersifat Corrective Maintenance sehingga aktivitas produksi sering mengalami gangguan karena mesin – mesin produksi tidak dapat berfungsi. Mesin produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah mesin slander potong, mesin gergaji besi, mesin gerinda tangan, mesin bor magnet, mesin las, mesin roll plate, dan mesin bubut. Mesin bor magnet merupakan mesin yang memiliki frekuensi kerusakan terbesar yaitu 33,96 % dan kehilangan jam kerja pada saat perbaikan mesin yaitu 46,28 %. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Grey FMEA dalam penerapan ReliabilityCenteredMaintenance (RCM).
Hasil pengolahan dan analisis diperoleh bahwa komponen spindle, motor NFA03LG-011, v-belt, dan radial ball bearing merupakan komponen kritis. Kegagalan komponen mesin bor magnet termasuk dalam kategori B (outage problem) sebesar 75 % dan kategori C (economic problem) sebesar 25 %. Pemilihan tindakan perawatan yang tergolong kondisi condition directed (CD) sebanyak 4 komponen dan time directed (TD) sebanyak 4 komponen. Interval pergantian komponen yang optimal dengan meminimalkan downtime untuk komponen spindle adalah 33 hari, komponen motor NFA03LG-011 adalah 36 hari, komponen v-belt adalah 42 hari, dan komponen radial ball bearing adalah 43 hari. Dengan diterapkannya sistem perawatan Reliability Centered Maintenance (RCM) maka terjadi penurunan downtime yang cukup signifikan yaitu sebesar 20,56 %.
Kata Kunci : Relability Centered Maintenance (RCM), Grey FMEA, condition directed, time directed, downtime
(15)
ABSTRAK
PT. Kharisma Abadi Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin dan peralatan pabrik kelapa sawit. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Pasar II Tanjung Selamat, Saentis, Percut Sei Tuan, Deli Serdang dan berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order). Sistem perawatan mesin yang selama ini diterapkan pada PT. Kharisma Abadi Sejati bersifat Corrective Maintenance sehingga aktivitas produksi sering mengalami gangguan karena mesin – mesin produksi tidak dapat berfungsi. Mesin produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah mesin slander potong, mesin gergaji besi, mesin gerinda tangan, mesin bor magnet, mesin las, mesin roll plate, dan mesin bubut. Mesin bor magnet merupakan mesin yang memiliki frekuensi kerusakan terbesar yaitu 33,96 % dan kehilangan jam kerja pada saat perbaikan mesin yaitu 46,28 %. Oleh sebab itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Grey FMEA dalam penerapan ReliabilityCenteredMaintenance (RCM).
Hasil pengolahan dan analisis diperoleh bahwa komponen spindle, motor NFA03LG-011, v-belt, dan radial ball bearing merupakan komponen kritis. Kegagalan komponen mesin bor magnet termasuk dalam kategori B (outage problem) sebesar 75 % dan kategori C (economic problem) sebesar 25 %. Pemilihan tindakan perawatan yang tergolong kondisi condition directed (CD) sebanyak 4 komponen dan time directed (TD) sebanyak 4 komponen. Interval pergantian komponen yang optimal dengan meminimalkan downtime untuk komponen spindle adalah 33 hari, komponen motor NFA03LG-011 adalah 36 hari, komponen v-belt adalah 42 hari, dan komponen radial ball bearing adalah 43 hari. Dengan diterapkannya sistem perawatan Reliability Centered Maintenance (RCM) maka terjadi penurunan downtime yang cukup signifikan yaitu sebesar 20,56 %.
Kata Kunci : Relability Centered Maintenance (RCM), Grey FMEA, condition directed, time directed, downtime
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan semakin meningkatnya persaingan pada bidang manufaktur, maka
perusahaan harus melakukan perbaikan secara berkala untuk mendukung
kelancaran proses produksinya. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah
sistem maintenance perusahaan karena peralatan dan mesin-mesin produksi merupakan asset yang sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan
produksi sebuah perusahaan manufaktur. Oleh sebab itu, perlu dijaga dan
ditingkatkan kehandalan mesin sehingga dapat mendukung kelancaran proses
produksi.
PT. Kharisma Abadi Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pembuatan fruit cages (lori), sterilizer, pintu sterilizer, hydro cyclone, multi cyclone, boiler, boiler construction dan boiler chimney. Produk utama PT. Kharisma Abadi Sejati adalah fruit cages (lori). Produk yang telah selesai dibawa ke lokasi konsumen untuk dilakukan pemasangan oleh PT. Kharisma Abadi
Sejati. Perusahaan ini berproduksi berdasarkan pesanan (make-to-order).
Pada saat ini, kendala yang sering terjadi dalam lantai produksi PT.
Kharisma Abadi Sejati adalah terganggunya proses produksi yang disebabkan
oleh adanya kerusakan pada mesin-mesin produksi. Adapun jam produksi dan
tingkat downtime mesin PT. Kharisma Abadi Sejati periode Januari 2011 – Desember 2011 masing –masing dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.
(17)
Tabel 1.1. Jam Produksi PT. Kharisma Abadi Sejati Periode Januari 2011 – Desember 2011
Bulan Jam Produksi (jam)
Januari 167
Februari 146
Maret 175
April 166
Mei 167
Juni 160
Juli 172
Agustus 153
September 160
Oktober 173
November 174
Desember 166
Jumlah 1979
Sumber : Departemen Produksi PT. Kharisma Abadi Sejati
Tabel 1.2. Tingkat Downtime Mesin PT. Kharisma Abadi Sejati Periode Januari 2011 – Desember 2011
No Mesin Downtime
mesin (jam)
Jam produksi periode 2011 (jam)
1 Blander potong 1,8
1979
2 Gergaji besi 26,75
3 Gerinda tangan 21,6
4 Bor magnet 153
5 Las 6,1
6 Roll plate 16,4
7 Bubut 44
Jumlah 269,65 1979
Sumber : Departemen Produksi PT. Kharisma Abadi Sejati
Berdasarkan tabel diatas, rata – rata breakdown mesin PT. Kharisma Abadi Sejati adalah sekitar 22 – 23 jam dengan persentase downtime 13,63 % perbulan. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang serius dengan sistem
(18)
perawatan mesin sekarang dimana rata-rata persentase downtime mesin yang ideal adalah dibawah 3 %1
Sistem perawatan mesin yang selama ini diterapkan pada PT. Kharisma
Abadi Sejati bersifat CorrectiveMaintenance, dimana perawatan mesin dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan. Kelangsungan proses produksi PT. Kharisma
Abadi Sejati dititikberatkan pada mesin-mesin produksi. Apabila terjadi
kerusakan pada komponen mesin produksi, maka proses produksi PT. Kharisma
Abadi Sejati akan terggangu atau bahkan terhenti sehingga proses produksi PT.
Kharisma Abadi Sejati sangat bergantung pada kehandalan mesin-mesin produksi.
Kerusakan yang terjadi pada mesin-mesin produksi mengakibatkan dampak buruk
bagi perusahaan dimana jadwal produksi dan kegiatan produksi perusahaan
menjadi tertunda. Selain itu, PT. Kharisma Abadi Sejati belum mempunyai
Standard Operation Prosedure (SOP) sehingga ketika mesin mengalami kerusakan, pihak perusahaan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengidentifikasi kerusakan komponen yang rusak dan memperbaikinya. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk merancang sistem perawatan
preventive yaitu sistem perawatan penanggulangan yang dilakukan terhadap mesin sebelum mesin mengalami kerusakan dan penyusunan SOP perawatan
mesin.
.
Metode Reliability Centered Maintenance pernah dilakukan pada penelitian di Yogyakarta oleh Hendro Asisco, dkk (2012) untuk menghasilkan
komponen kritis Dalam penelitian ini diperoleh 4 komponen kritis dan penurunan
(19)
downtime sebesar 13,96 %. Peneliti menggunakan FMEA pada langkah Reliability Centered Maintenance. Menurut Ching Liang Chang (2001), perhitungan RPN pada FMEA terdapat kelemahan, yaitu RPN tidak mampu
menetapkan bobot pada tiga faktor (severity, occurance, dan detection).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan usulan tindakan
pencegahan (preventive maintenance) kerusakan mesin sehingga dapat meminimalkan waktu breakdown mesin. Usulan pencegahan tersebut adalah penerapan preventive maintenance dengan menggunakan metode Reliability CenteredMaintenance dengan Mengaplikasikan Grey FMEA, dimana keuntungan dari penerapan Grey FMEA adalah memiliki kemampuan menentukan bobot yang berbeda untuk masing-masing faktor dan tidak memerlukan fungsi utilitas bentuk
apapun.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dapat dirumuskan permasalahan
PT. Kharisma Abadi Sejati adalah sistem perawatan yang kurang memadai
sehingga mengakibatkan tingginya angka downtime pada mesin, yaitu sekitar 22 – 23 jam per bulan dan tidak terdapatnya Standard Operating Procedure (SOP) perawatan mesin.
(20)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan sistem perawatan mesin
yang efektif untuk meminimumkan terjadinya breakdown mesin produksi pada PT. Kharisma Abadi Sejati. Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Untuk menghasilkan komponen kritis
2. Untuk menyusun jadwal perawatan mesin
3. Untuk menyusun suatu Standard Operating Procedure (SOP) untuk perawatan mesin.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah mampu
mempelajari dan menguasai metode perawatan mesin dengan metode Reliability Centered Maintenance dan mengaplikasikannya kedalam dunia nyata serta memberikan masukan kepada perusahaan dalam menyusun jadwal perawatan
sehingga kerusakan mesin dapat dicegah sebelum mesin tersebut mengalami
kerusakan.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi
Batasan permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan pada mesin yang memiliki frekuensi kerusakan dan
downtime paling besar dalam diagram pareto. 2. Faktor biaya tidak dibahas pada penelitian ini.
(21)
3. Data kerusakan mesin yang digunakan adalah data periode Januari 2011-
Desember 2011.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Selama penelitian dilakukan, tidak terjadi adanya penambahan mesin baru.
2. Keadaan perusahaan tidak berubah selama penelitian.
3. Pola kerusakan mesin tidak mengalami perubahan.
4. Operator dianggap telah menguasai pekerjaannya dalam proses produksi lori
dan dianggap sebagai operator normal.
5. PT. Kharisma Abadi Sejati mampu menyediakan komponen baru pada saat
(22)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Kharisma Abadi Sejati merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pembuatan dan perbaikan mesin dan peralatan pada pabrik kelapa sawit.
PT. Kharisma Abadi Sejati didirikan oleh Bapak Ir. H. Zainuddin pada tanggal 3
April 2002 dan berkantor pusat di Jl. Bubu no. 53 Kecamatan Medan Tembung,
Medan. Perusahaan ini pada awal pendirian masih berbentuk CV dengan nama
CV. Kharisma Abadi dan hanya melayani pemeliharaan dan perbaikan boiler pada
pabrik kelapa sawit. Kemudian perusahaan berkembang menjadi perseroan
terbatas yang disahkan pada tanggal 22 Oktober 2008 dan nama CV. Kharisma
Abadi pun kemudian diganti menjadi PT. Kharisma Abadi Jaya. Sajak menjadi
perusahaan perseroan, PT. Kharisma Abadi Jaya memperluas bidang usahanya
dengan melayani pembuatan dan perbaikan mesin dan peralatan pada pabrik
kelapa sawit, dengan berkantor pusat di Jl. Suluh No. 127A Medan dan lantai
produksi (workshop) berlokasi di Jl. Pasar II Desa Tanjung Selamat, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, pada
bulan Maret tahun 2010 PT Kharisma Abadi Jaya kembali berganti nama menjadi
PT Kharisma Abadi Sejati dan kepemimpinannya kemudian diserahkan kepada
Prayudi Ardiansyah, putra dari Bapak Ir. H. Zainuddin dan Ibu Hj. Ernawati Lubis
(23)
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. Kharisma Abadi Sejati melayani jasa pembuatan dan perbaikan fruit cages (lori), sterilizer, pintu sterilizer, hydro cyclone, multi cyclone, inclined conveyor, distribution conveyor, thresher, incinerator, crane construction, boiler, boiler construction dan boiler chimney. Produk yang telah selesai dikerjakan selanjutnya dibawa ke lokasi perusahaan pemesan untuk dilakukan pemasangan.
Selain kegiatan produksi, PT. Kharisma Abadi Sejati juga melayani jasa
pengembangan kapasitas pabrik kelapa sawit serta jasa perawatan dan perbaikan
boiler juga sterilizer, yang meliputi overhaul, piping, water and chemical treatment dan modification. Wilayah pemasaran PT. Kharisma Abadi Sejati terus berkembang hingga ke luar propinsi Sumatera Utara. PT. Kharisma Abadi Sejati
kemudian mendirikan kantor cabang di propinsi Riau karena banyak menerima
pesanan dari pabrik kelapa sawit di propinsi Riau. Beberapa pesanan juga datang
dari propinsi NAD, propinsi Sumatera Barat dan propinsi Sumatera Selatan.
2.3. Organisasi dan Manajemen
Pada bagian ini akan diuraikan stuktur organisasi serta hal-hal yang
berkaitan dengan tenaga kerja, jam kerja serta sistem pengupahan yang dimiliki
oleh PT. Kharisma Abadi Sejati
2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam melaksanakan kegiatannya, PT. Kharisma Abadi Sejati
(24)
terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil
dalam lingkup organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan
arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing
pegawai mengetahui dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa
harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.
PT. Kharisma Abadi Sejati menggunakan struktur organisasi yang
berbentuk organisasi-staff dan fungsional. Hubungan ini terlihat dari pemberian
tugas yang dilakukan dalam suatu bidang pekerjaan. Tugas tersebut diberikan dari
pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya sesuai
dengan bidang pekerjaan masing-masing secara langsung dengan arah vertikal ke
bawah. Sedangkan hubungan fungsional terlihat dari pembagian atau pemisahan
tugas berdasarkan fungsi yang berbeda-beda, yaitu Quality Control Dept., HRD Manager, Transportation Manager, Operation Manager, Finance Manager, Procurement Manager, serta Branch Manager Riau. Pembagian tugas tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk mencapai tujuan.
Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada struktur
organisasi di PT. Kharisma Abadi Sejati adalah sebagai berikut.
1. Komisaris
Tugas dan tanggung jawab komisaris adalah:
a. Menginvestasikan dana untuk kebutuhan perusahaan.
b. Bersama direktur utama menetapkan tujuan dan kebijakan perusahaan.
2. Direktur Utama
(25)
a. Mengambil keputusan tertinggi di dalam perusahaan.
b. Menetapkan dan melaksanakan tujuan dan kebijakan perusahaan.
c. Menandatangani surat-surat keluar dan laporan-laporan perusahaan.
3. Direktur
Tugas dan tanggung jawab direktur adalah:
a. Melaksanakan tujuan dan kebijakan perusahaan.
b. Mengelola perusahaan secara keseluruhan.
c. Mengawasi proses penawaran, tender, negosiasi, maupun kegiatan promosi
produk kepada perusahaan rekanan.
4. Sekretaris
Tugas dan tanggung jawab sekretaris adalah:
a. Melaksanakan kegiatan administrasi umum perusahaan dan kegiatan
surat-menyurat.
b. Membuat surat penawaran kepada perusahaan yang mengadakan tender.
c. Berhubungan dengan tamu yang datang ke perusahaan.
5. Consultant
Tugas dan tanggung jawab consultant adalah:
a. Memberikan pertimbangan atau rekomendasi kepada direktur mengenai
proyek atau tender yang hendak diikuti.
b. Bersama direktur utama melakukan negosiasi pada saat tender dilakukan.
c. Memeriksa desain produk yang akan ditawarkan.
d. Memeriksa total kebutuhan bahan dan total biaya pembuatan produk yang
(26)
6. Corp. Plan
Tugas dan tanggung jawab corp. plan adalah:
a. Memberikan masukan kepada direktur mengenai rencana pekerjaan yang
akan dilakukan perusahaan.
b. Memberikan masukan kepada direktur mengenai kebijakan strategi
perusahaan.
c. Mempromosikan produk yang dihasilkan kepada perusahaan rekanan.
7. Branch Manager Riau
Tugas dan tanggung jawab branch manager Riau adalah:
a. Memimpin dan mengatur kantor perwakilan perusahaaan di Riau.
b. Memperhatikan proyek-proyek di daerah Riau yang mungkin untuk diikuti
oleh perusahaan.
c. Menjadi penghubung antara direktur perusahaan dengan perusahaan
pemesan di daerah Riau.
8. Accounting Dept.
Tugas dan tanggung jawab accounting dept. adalah:
a. Membuat rincian perhitungan mengenai kebutuhan bahan untuk membuat
produk yang akan ditawarkan.
b. Membuat rincian total biaya yang diperlukan untuk membuat produk yang
akan ditawarkan.
9. Quality Control Dept.
Tugas dan tanggung jawab quality control dept. adalah: a. Memeriksa kualitas bahan-bahan yang dipesan.
(27)
b. Memeriksa kualitas produk yang dihasilkan.
10. HRD Manager
Tugas dan tanggung jawab HRD manager adalah:
a. Mengatur dan menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
b. Mengatur penempatan tenaga kerja di masing-masing bagian.
c. Membuat catatan administrasi yang berkaitan dengan tenaga kerja.
d. Mengatur dan memberikan gaji dan tunjangan kepada tenaga kerja.
11. Transportation Manager
Tugas dan tanggung jawab transportation manager adalah: a. Memerintahkan dan mengatur jadwal pengangkutan produk.
b. Mengawasi aktivitas pengangkutan produk dan bertanggung jawab atas
kondisi produk selama dalam perjalanan.
c. Mengawasi dan melaksanakan kegiatan pemasangan produk di tempat
pemasangan.
12. Operation Manager
Tugas dan tanggung jawab operation manager adalah: a. Mengawasi kegiatan operasi di workshop.
b. Mengawasi keberadaan serta kondisi mesin dan peralatan di workshop. c. Membuat rancangan produk yang dipesan.
d. Memperkirakan lama penyelesaian produk yang dipesan.
e. Membuat keputusan harian sehubungan dengan kegiatan di workshop. 13. Finance Manager
(28)
a. Mengatur keuangan perusahaan serta mengawasi pemasukan dan
pengeluaran perusahaan.
b. Membuat laporan keuangan perusahaan.
14. Procurement Manager
Tugas dan tanggung jawab procurement manager adalah: a. Melaksanakan pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan.
b. Menandatangani laporan mengenai pembelian, penggunaan, maupun
persediaan bahan.
15. Procurement Staff
Tugas dan tanggung jawab procurement staff adalah: a. Melaksanakan pembelian bahan-bahan yang dibutuhkan.
b. Mengawasi persediaan bahan di workshop.
c. Membuat laporan mengenai pembelian, penggunaan, maupun persediaan
bahan.
16. Cashier
Tugas dan tanggung jawab cashier adalah:
a. Menerima dan mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan.
b. Membuat laporan arus kas.
17. Warehouse Staff
Tugas dan tanggung jawab warehouse staff adalah: a. Mengontrol stok bahan-bahan di gudang.
b. Mengawasi keberadaan dan kondisi bahan-bahan di gudang.
(29)
Tugas dan tanggung jawab security adalah:
a. Menjaga keamanan dan melaksanakan kegiatan pengamanan di seluruh
kompleks perusahaan.
b. Mengambil tindakan pengamanan dan perlindungan ketika tejadi gangguan
keamanan di dalam kompleks perusahaan.
c. Ikut membantu kelancaran pekerjaan di workshop jika diperlukan. 19. Sub. Boiler Operator
Tugas dan tanggung jawab sub. boiler operator adalah: a. Melaksanakan proses fabrikasi boiler.
b. Melaksanakan perawatan dan perbaikan boiler.
20. Sub. Civil Operator
Tugas dan tanggung jawab sub. civil operator adalah: a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi.
b. Melaksanakan pemasangan produk di tempat pemasangan
21. Sub. Electric Operator
Tugas dan tanggung jawab sub. electric operator adalah: a. Merakit instalasi listrik dan sistem kontrol pada produk.
b. Menguji instalasi listrik dan sistem kontrol pada produk yang telah siap.
22. Sub. Mechanical Operator
Tugas dan tanggung jawab sub. mechanical operator adalah: a. Melaksanakan proses fabrikasi dan proses pekerjaan mesin.
(30)
c. Merawat mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses fabrikasi dan
proses pekerjaan mesin.
d. Menjaga kebersihan lantai workshop dan ruang mesin.
Berdasarkan uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan diatas,
maka dapat digambarkan Struktur organisasi dari PT. Kharisma Abadi Sejati yang
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
= hubungan lini
= hubungan fungsional
KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR
SEKRETARIS
CORP. PLAN
CONSULTANT
QUALITY CONTROL DEPT. TRANSPORT. MANAGER
ACCOUNTING DEPT.
OPERATION MANAGER H.R.D MANAGER
BRANCH MANAGER RIAU SUB. BOILER
SUB. CIVIL
SUB. MECHANICAL
SUB. ELECTRIC FINANCE MANAGER
CASHIER PROC. STAFF
WARE HOUSE STAFF WARE HOUSE STAFF
PROC. MANAGER
Gambar 2.1. Struktur organisasi PT. Kharisma Abadi Sejati
(31)
Tenaga kerja pada PT. Kharisma Abadi Sejati terdiri dari tenaga kerja
tetap dan tenaga kerja tak tetap. Yang merupakan tenaga kerja tak tetap adalah
tenaga kerja atau operator di lantai produksi (workshop) yang jumlahnya dapat berubah pada saat tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Tabel 2.1.
menunjukkan jumlah tenaga kerja di PT. Kharisma Abadi Sejati.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Kharisma Abadi Sejati No Jabatan Jumlah (orang)
1. Komisaris 1
2. Direktur Utama 1
3. Direktur 1
4. Sekretaris 1
5. Consultant 1
6. Corp. Plan 1
7. Branch Manager Riau 1
8. Accounting Dept. 1
9. Quality Control Dept. 1
10. HRD Manager 1
11. Transportation Manager 1
12. Operation Manager 1
13. Finance Manager 1
14. Procurement Manager 1
15. Procurement Staff 1
16. Cashier 1
17. Warehouse Staff 2
18. Security 2
19. Sub. Boiler Operator 5
20. Sub. Civil Operator 5
21. Sub. Mechanical Operator 15
22. Sub. Electric Operator 5
TOTAL 50
(32)
Jam kerja yang diberlakukan di PT. Kharisma Abadi Sejati adalah 40 jam
per minggu dengan maksimum 8 jam kerja per hari. Pekerjaan dilakukan dengan
hanya satu shift kerja selama 6 hari dalam satu minggu. Adapun jam kerja di PT.
Kharisma Abadi Sejati dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Kharisma Abadi Sejati Hari Jam Kerja (WIB) Keterangan
Senin - Kamis
08.30 – 12.00 Kerja 12.00 – 13.00 Istirahat 13.00 – 16.00 Kerja
Jumat
08.30 – 12.00 Kerja 12.00 – 13.30 Istirahat 13.30 – 16.00 Kerja
Sabtu
08.30 – 12.00 Kerja 12.00 – 13.00 Istirahat 13.00 – 15.00 Kerja
Sistem pengupahan yang berlaku di PT. Kharisma Abadi Sejati didasarkan
pada jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tak tetap. Gaji
tenaga kerja tetap diberikan pada akhir bulan, sedangkan gaji tenaga kerja tak
tetap diberikan pada akhir minggu.
Selain upah, untuk menambah kesejahteraan dan semangat bekerja para
tenaga kerjanya, PT. Kharisma Abadi Sejati memberikan berbagai macam
tunjangan dan fasilitas, yaitu:
1. Upah Lembur, yaitu upah yang diberikan jika tenaga kerja bekerja melebihi
jam kerja yang telah ditentukan.
2. Tunjangan Hari Raya (THR), yaitu tunjangan sebesar satu bulan gaji untuk
(33)
3. Pelayanan Kesehatan, yaitu penyediaan obat P3K dan perawatan terhadap
kecelakaan ringan yang dialami tenaga kerja saat bekerja
4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), dimana pihak perusahaan
mengasuransikan seluruh tenaga kerja pada PT. Jamsostek. Jaminan yang
diberikan meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan
Hari Tua, serta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
5. Izin Khusus, yaitu dispensasi yang diberikan kepada tenaga kerja untuk
melakukan kegiatan tertentu, misalnya istirahat karena sakit, beribadah,
menikahkan anak, kemalangan, dan lain-lain.
2.4. Proses Produksi
2.4.1. Bahan yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi lori berkapasitas 4,5 ton
dengan dimensi body 2,6m (panjang) x 2,4m (lebar) x 1,7m (tinggi) adalah sebagai berikut:
1. MS plate ukuran 6000mm x 1800mm x 10mm untuk bagian lantai body, sisi depan serta sisi belakang body.
2. MS plate ukuran 6000mm x 1800mm x 8mm untuk sisi kiri dan sisi kanan body.
3. Besi UNP ukuran 6000mm x 200mm x 80mm.
4. Besi UNP ukuran 6000mm x 100mm x 50mm.
5. Besi Strip ukuran 6000mm x 50mm x 9mm.
(34)
7. Plate Bar ukuran 6000mm x 100mm x 12mm.
8. Round Bar untuk poros roda dengan diameter 75mm.
9. Roda yang terbuat dari bahan cast steel dengan diameter 350mm dan diameter lubang untuk poros roda sebesar 65 mm.
10. Bantalan poros yang terbuat dari bahan bronze dengan diameter lubang untuk poros roda sebesar 60mm.
11. Gandengan depan dan gandengan belakang.
Bahan tambahan yang digunakan adalah cat tahan panas berwarna hitam.
Pengecatan ini dilakukan agar lori tidak mudah mengalami korosi. Sedangkan
bahan penolong yang digunakan untuk membantu kelancaran proses produksi
namun tidak terkandung dalam produk akhir adalah gas LPG dan gas oksigen.
Gas LPG dan gas oksigen digunakan pada mesin blander potong pada proses
pemotongan. Api bersuhu tinggi yang berasal dari pembakaran gas tersebut
digunakan untuk memotong plat secara manual sesuai bentuk dan ukuran yang
diperlukan.
2.4.2. Uraian Proses Produksi
Proses pembuatan lori di PT. Kharisma Abadi Sejati terdiri dari proses
pembuatan body lori, proses pembuatan seksi body lori, proses pembuatan roda lori, serta proses penyelesaian akhir. Adapun proses pembuatan body lori adalah sebagai berikut.
(35)
Bahan baku berupa MS Plate 10 dan MS Plate 8 telah berada di departemen pengukuran dan pemotongan besi plat. Pada tahapan ini, besi plat tersebut diukur
dan diberi tanda garis potong mengunakan pensil khusus dan mal sesuai dengan
spesifikasi. Pemberian tanda tersebut harus tepat dan jelas untuk menghindari
kesalahan pemotongan dan pengeboran.
Setelah itu dilakukan proses pemotongan dengan menggunakan mesin
blander potong. Pada mesin tersebut, reaksi gas LPG dan gas oksigen menghasilkan nyala api yang bersuhu tinggi. Api tersebut yang digunakan untuk
memotong besi. Pemotongan dilakukan secara manual sehingga harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari kesalahan pemotongan.
2. Pengeboran
Setelah selesai dipotong, besi plat dibawa dengan menggunakan crane ke departemen pengeboran. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor
magnet secara manual. Proses ini juga harus dilakukan dengan hati-hati agar
lubang yang dihasilkan sesuai dengan ukuran dan posisi yang telah ditentukan.
Setelah selesai dibor, besi plat dibawa dengan menggunakan crane ke departemen perakitan dan pengelasan. Sedangkan besi plat yang digunakan menjadi sisi kiri
dan kanan body lori yang memiliki bentuk lengkung terlebih dahulu dibawa ke departemen pengerolan dengan menggunakan crane.
3. Pengerolan
Pengerolan dilakukan untuk membuat bentuk lengkung plat besi yang
menjadi sisi kiri dan kanan body lori. Plat besi diangkat dengan menggunakan crane, lalu masuk ke mesin roll plate dan berbentuk lengkung setelah keluar.
(36)
Setelah selesai dirol, besi plat dibawa dengan menggunakan crane ke departemen perakitan dan pengelasan.
Adapun proses pembuatan seksi body lori adalah sebagai berikut. a. Pengukuran dan Pemotongan Besi Batangan
Bahan baku berupa Besi UNP, Besi Strip, Besi Siku, dan Besi Plate Bar dibawa dari gudang ke departemen pengukuran dan pemotongan besi
batangan dengan menggunakan forklift. Pada tahapan ini, besi batangan tersebut diukur dan diberi tanda garis potong mengunakan pensil khusus dan
mal sesuai dengan spesifikasi. Pemberian tanda tersebut harus tepat dan jelas
untuk menghindari kesalahan pemotongan dan pengeboran.
Setelah itu dilakukan proses pemotongan dengan menggunakan mesin
gergaji besi. Kemudian setelah selesai dipotong, besi batangan tersebut
dibawa ke departemen perakitan dan pengelasan dengan menggunakan
forklift. Sedangkan Besi UNP yang menjadi seksi bawah lori untuk mengunci baut pada bantalan poros roda dibawa dengan menggunakan forklift ke departemen pengeboran untuk dibor terlebih dahulu. Pengeboran dilakukan
untuk membuat lubang pada Besi UNP agar baut dapat dikunci pada Besi
UNP tersebut
b. Pengeboran
Besi UNP yang menjadi bagian bawah lori untuk mengunci baut pada
bantalan poros roda lori dibor dengan menggunakan mesin bor magnet secara
(37)
dihasilkan sesuai dengan ukuran dan posisi yang telah ditentukan. Setelah
selesai dibor, Besi UNP dibawa ke departemen perakitan dan pengelasan
dengan menggunakan forklift.
Adapun proses pembuatan roda lori adalah sebagai berikut.
1. Pengukuran dan Pemotongan Besi Batangan
Bahan baku berupa Besi Round Bar dibawa dari gudang ke departemen pengukuran dan pemotongan besi batangan dengan menggunakan forklift. Pada tahapan ini, besi batangan tersebut diukur dan diberi tanda garis potong
mengunakan pensil khusus dan mal sesuai dengan spesifikasi. Pemberian
tanda tersebut harus tepat dan jelas untuk menghindari kesalahan pemotongan
dan pembubutan. Setelah itu dilakukan proses pemotongan dengan
menggunakan mesin gergaji besi. Kemudian setelah selesai dipotong, besi
batangan tersebut dibawa ke departemen pekerjaan mesin secara manual
untuk dibubut.
2. Pembubutan
Besi Round Bar yang menjadi poros roda lori kemudian dibubut dengan menggunakan mesin bubut. Proses ini juga harus dilakukan dengan hati-hati
agar bentuk yang dihasilkan sesuai dengan ukuran dan posisi yang telah
ditentukan. Setelah selesai dibubut, Besi Round Bar dibawa ke departemen pembuatan roda secara manual.
(38)
Besi Round Bar yang menjadi poros roda lori kemudian dipanaskan pada suhu tinggi. Di departemen ini pula roda lori yang terbuat dari bahan
cast steel juga dipanaskan pada suhu tinggi. Setelah itu roda dipasang ke poros dan kemudian didinginkan. Proses pemasangan dengan prinsip
pemanasan dan pendinginan ini sangat baik untuk membuat roda terpasang
dengan kuat pada porosnya. Setelah dingin, bantalan poros roda dipasang
sementara pada poros roda untuk digunakan mengunci roda pada body lori nantinya. Setelah itu roda dibawa ke departemen perakitan dan pengelasan
dengan menggunakan forklift.
Adapun proses penyelesaian akhir dalam pembuatan lori adalah sebagai
berikut.
a. Perakitan dan Pengelasan
Pada proses ini terlebih dahulu dirakit bagian body lori dengan seksi sisi dan seksi atas lori. Setelah dirakit dengan tepat kemudian dilakukan pengelasan.
Setelah itu dilakukan perakitan seksi bawah lori. Untuk itu lori harus dibalikkan
terlebih dahulu dengan menggunakan crane untuk memudahkan perakitan dan pengelasan. Setelah selesai dilas, dilakukan pengelasan gandengan depan dan
gandengan belakang pada sisi depan dan sisi belakang body lori. Kemudian tahap akhir yang dilakukan adalah perakitan roda lori ke body lori, yaitu dengan mengunci baut yang terdapat pada bantalan poros roda tersebut ke Besi UNP yang
(39)
Proses perakitan dan pengelasan ini harus dilakukan dengan tepat mengikuti
tanda-tanda yang telah dibuat agar setiap bagian dapat menyatu atau tersambung
dengan baik dan kuat. Setelah itu, lori yang telah selesai dirakit secara lengkap
dibalikkan kembali ke posisi semula dengan menggunakan crane. Lori kemudian
dibawa dengan menggunakan crane ke departemen pengecatan untuk dicat.
b. Pengecatan
Pengecatan dilakukan agar lori lebih tahan lama dan tidak mudah mengalami
korosi. Sebelum dicat, seluruh permukaan lori harus dibersihkan terlebih dahulu
dari kotoran yang menempel termasuk karat yang sudah ada di permukaannya,
kemudian dicat dengan cat warna hitam tahan panas dengan menggunakan kuas.
Pengecatan dilakukan sebanyak dua kali agar lapisan cat menempel lebih tebal
pada permukaan lori dan tidak mudah terkelupas. Adapun flow process chart (FPC) proses produksi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.4.3. Mesin dan Peralatan 2.4.3.1. Mesin
Mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT. Kharisma Abadi Sejati
adalah sebagai berikut.
1. Nama Mesin : Blander Potong
Merk/ Tipe : ADIRA 779-2182 tipe GHO-1070 8 A
(40)
Sistem : Tekan
Ukuran Potong : Tebal 6-30 mm, kecepatan 50-750 mm/menit
Jumlah : 2 unit
Fungsi : Untuk memotong plat besi dan besi lainnya
2. Nama Mesin : Gergaji Besi
Merk/ Tipe : G7016
Dimensi : 910 x 330 x 640 mm
Cutting Scope : round bar diameter 160 mm & square bar 160 x160 mm Blade : 350 x 25 x 1.25 mm
Jumlah : 2 Unit
Fungsi : Untuk memotong besi round bar
3. Nama Mesin : Gerinda Tangan
Merk/ Tipe : Earth 14
Dimensi : Diameter 100 mm
Daya : 900 W
Tegangan : 220 V
Putaran : 11000 rpm
Jumlah : 5 Unit
Fungsi : Untuk merapikan potongan plat besi
4. Nama Mesin : Bor Magnet
Merk/ Tipe : Rong Fu RF-30
Daya : 1200 W
(41)
Drilling : Diameter 23 mm, kedalaman max 180 mm Putaran : 350 rpm
Jumlah : 1 Unit
Fungsi : Untuk melubangi permukaan body lori 5. Nama Mesin : Mesin Las
Merk/ Tipe : BX 160
Dimensi : 680 x 370 x 680 mm
Daya input : 9.1 kVA
Tegangan : 380 V
Kuat Arus : 250 A, 3 phasa
Jumlah : 4 unit
Fungsi : Untuk menyambung plat besi
6. Nama Mesin : Roll Plate
Merk/ Tipe : Heisteel tipe ASY –HA no70479
Dimensi : 4900 x 1300 x 1500 mm
Lebar Roll : 3000 mm Diameter Roll : 440 mm Jumlah Roll : 3 Unit
Jumlah : 1 Unit
Fungsi : Untuk melengkungkan plat besi
7. Nama Mesin : Bubut
Merk/ Tipe : ZMM Metalik CM 8
(42)
Swing Over Carriage : 220 mm Swing in Gap : 700 mm
Distance Between Center : 1000 mm Witdh of Bed : 394 mm
Spindle Bore : 52 mm
Tail Quill : Diameter 75 mm, travel 150 mm Putaran : 1400 rpm
Daya : 7.5 kW
Jumlah : 1 Unit
Fungsi : Untuk membubut besi agar ukuran dan bentuknya sesuai dengan
yang diinginkan
2.4.3.2. Peralatan (Equipment)
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan lori adalah :
1. Crane, berfungsi untuk mengangkat plat besi dan benda kerja lainnya dari suatu departemen ke departemen lain untuk diproses.
Tipe: CR-0125M0
Kapasitas maksimum : 12000 kg
Jangkauan : 3200 mm x 4500mm
2. Forklift, berfungsi untuk mengangkat besi batangan yang akan diproses. Merek : Toyota
Tipe : 02-7FDF30
(43)
Kapasitas maksimum: 2000 kg
Tinggi garpu maksimum (lift) : 3000 mm
3. Martil, berfungsi untuk mengubah kelengkungan pada bagian lengkung
body lori yang perlu diubah kelengkungannya, yaitu dengan cara memukulkannya ke bagian lengkung tersebut secara manual.
4. Kuas, berfungsi pada proses pengecatan lori
2.4.3.3. Utilitas
Utilitas merupakan fasilitas yang digunakan untuk membantu kelancaran
operasional di lantai produksi. Utilitas yang terdapat di di PT. Kharisma Abadi
Sejati adalah penyediaan air bersih, sumber tenaga listrik, safety and fire protection, serta pengolahan limbah.
1. Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih di perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu air yang
berasal dari PDAM untuk digunakan di musholla dan mes karyawan serta air yang
berasal air tanah yang dipompa menggunakan pompa air untuk digunakan di
bagian produksi dan kantor.
2. Sumber Tenaga Listrik
PT. Kharisma Abadi Sejati menggunakan dua jenis sumber tenaga listrik,
yaitu dari PLN dan dari genset yang dimiliki perusahaan. Energi listrik yang
berasal dari PLN digunakan di kantor, mes karyawan dan musholla. Sedangkan
energi listrik yang berasal dari genset yang berkapasitas 100 KVA digunakan
(44)
3. Safety and Fire Protection
Untuk mencegah dan mengatasi bahaya kebakaran, PT. Kharisma Abadi
Sejati memiliki alat pemadam kebakaran dengan jenis serbuk kering (dry chemical), gas CO2 dan busa. Sedangkan untuk perlindungan diri para tenaga kerjanya digunakan helm pengaman, sepatu pelindung, sarung tangan, masker,
serta kacamata pengaman dan pelindung wajah saat mengelas.
4. Pengolahan Limbah
Limbah utama yang dihasilkan dari proses produksi di PT. Kharisma
Abadi Sejati adalah limbah padat berupa potongan besi sisa proses pemotongan,
serbuk besi sisa proses pengeboran dan penggerindaan, serta sisa proses
pembubutan. Limbah lainnya adalah gas buangan dari penggunaan genset.
Limbah gas tersebut langsung dibuang ke udara bebas dan tidak mengganggu
kesehatan lingkungan sekitar karena jumlahnya yang relatif sedikit. Agar tidak
mengganggu jalannya proses produksi serta tidak mencemari lingkungan sekitar
perusahaan, maka limbah padat ditampung di tempat penampungan limbah padat
yang letaknya berada di belakang lantai produksi. Setelah limbah padat tersebut
terkumpul dalam jumlah yang banyak, perusahaan menjual limbah padat tersebut
kepada masyarakat sekitar. Dengan demikian lingkungan perusahaan menjadi
bersih dan perusahaan maupun masyarakat sekitar juga mendapatkan keuntungan
(45)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Manajemen Perawatan
Menurut Corder perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan
yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam atau memperbaikinya sampai
suatu kondisi yang bisa diterima.2
Menurut Assauri perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau
menjaga fasilitas peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penggantian
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.3
Berdasarkan pada teori diatas maka perawatan adalah kegiatan untuk
memelihara atau menjaga fasilitas, mesin dan peralatan pabrik, mengadakan
perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu
keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Manajemen perawatan adalah pengorganisasian operasi perawatan untuk
memberikan pandangan umum mengenai perawatan fasilitas industri.
Pengorganisasian ini mencakup penerapan metode manajemen dan metode yang
menunjang keberhasilan manajemen ini adalah dengan mengembangkan dan
menggunakan suatu penguraian sederhana yang dapat diperluas melalui gagasan
dan tindakan
4
2
Corder, Antony. 1992 .Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga
3
Assauri, Sofjan. 1999 .Manajemen Produksi Dan Operasi Edisi Keempat. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
4
(46)
3.1.1. Pengklasifikasian Perawatan
Adapun klasifikasi dari perawatan mesin adalah:
1. Preventive Maintenance5
Tindakan perawatan ini mencakup semua tindakan pemeliharaan terjadwal
dilakukan untuk mempertahankan sistem atau produk dalam kondisi operasi
tertentu. Pemeliharaan terjadwal meliputi pemeriksaan berkala, pemantauan
kondisi, penggantian barang penting, kalibrasi berkala, dan sejenisnya. Selain itu,
persyaratan servis dapat termasuk dalam pemeliharaan terjadwal. Beberapa
tindakan perawatan akan mengakibatkan downtime sistem, sedangkan lainnya dapat dicapai ketika sistem operasi atau dalam status siaga. Pemeliharaan
terjadwal dapat diukur dari segi frekuensi, downtime ketika berlaku, dan jam kerja.
Ada empat faktor dasar dalam memutuskan penerapan preventive maintenance:
a. Mencegah terjadinya kegagalan.
b. Mendeteksi kegagalan.
c. Mengungkap kegagalan tersembunyi (hidden failure).
d. Tidak melakukan apapun karena lebih efektif daripada dilakukan pergantian.
Dengan mengidentifikasi keempat faktor dalam melaksanakan preventive maintenance, terdapat empat kategori dalam mengspesifikasikan preventive maintenance. Keempat ketegori tersebut adalah sebagai berikut:
(47)
1. Time-Directed (TD) adalah perawatan yang diarahkan secara langsung pada pencegahan kegagalan atau kerusakan.
2. Condition-Directed (CD) adalah perawatan yang diarahkan pada deteksi kegagalan atau gejala-gejala kerusakan.
3. Failure-Finding (FF) adalah perawatan yang diarahkan pada penemuan kegagalan tersembunyi.
4. Run-to-Failure (RTF) adalah perawatan yang didasarkan pada pertimbangan untuk menjalankan komponen hingga rusak karena pilihan lain tidak
memungkinkan atau tidak menguntungkan dari segi ekonomi.
2. Predictive Maintenance6
Predictive maintenance didefinisikan sebagai pengukuran yang dapat mendeteksi degradasi sistem, sehingga penyebabnya dapat dieliminasi atau
dikendalikan tergantung pada kondisi fisik komponen. Hasilnya menjadi indikasi
kapabilitas fungsi sekarang dan masa depan.
Pada dasarnya, predictive maintenance berbeda dengan preventive maintenance dengan berdasarkan kebutuhan perawatan pada kondisi actual mesin dari pada jadwal yang telah ditentukan. Dapat dikatakan bahwa preventive maintenance bersifat time-based, seperti pergantian oli setiap 3000 jam kerja. Hal ini tidak memperhatikan performa dan kondisi aktual mesin. Jika dilakukan
pemeriksaan, mungkin penggantian oli dapat diperpanjang hingga 5000 jam kerja.
Hal ini yang membedakan antara preventive maintenance dengan predictive
(48)
maintenance dimana predictive maintenance menekankan kegiatan perawatan pada kondisi aktual.
3. Time Directed Maintenance
Time directed maintenance dapat dilakukan apabila variabel waktu dari komponen atau sistem diketahui. Kebijakan perawatan yang sesuai untuk
diterapkan pada time directed maintenance adalah periodic maintenance dan on-condition maintenance. Periodic maintenance (hard time maintenance) adalah perawatan pencegahan yang dilakukan secara terjadwal dan bertujuan untuk
mengganti sebuah komponen atau system berdasarkan interval waktu tertentu.
On-condition maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan berdasarkan kebijakan operator.
4. Condition Based Maintenance
Condition Base Maintenance merupakan aktivitas perawatan pencegahan yang dilakukan berdasarkan kondisi tertentu dari suatu komponen atau sistem,
yang bertujuan untuk mengantisipasi sebuah komponen atau sistem agar tidak
mengalami kerusakan. Karena variable waktunya tidak pasti diketahui, kebijakan
yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah predictive maintenance. Predictive Maintenance merupakan suatu kegiatan perawatan yang dilakukan dengan menggunakan sistem monitoring, misalnya analisis dan komposisi gas.
(49)
Failure Finding merupakan kegiatan perawatan pencegahan yang bertujuan untuk mendeteksi kegagalan yang tersembunyi, dilakukan dengan cara memeriksa
fungsi tersembunyi (hcidden function) secara periodik untuk memastikan kapan suatu komponen mengalami kegagalan.
6. Run to Failure
Run to Failure tergolong sebagai perawatan pencegahan karena faktor ketidaksengajaan yang bisa saja terjadi dalam beberapa peralatan. Disebut juga
sebagai no schedule maintenance karena dilakukan jika tidak ada tindakan pencegahan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan, jika dilakukan
tindakan pencegahan terlalu mahal atau dampak kegagalan tidak terlalu esensial
(tidak terlalu berpengaruh).
7. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu
preventive maintenance. Pada umumnya, corrective maintenance bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah komponen
mengalami kerusakan dan bertujuan untuk mengembalikan kehandalan sebuah
(50)
3.2. ReliabilityCenteredMaintenance (RCM)7
Reliability Centered Maintenance (RCM) didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menjamin setiap asset fisik atau suatu sistem dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan fungsi yang diinginkan oleh penggunanya. Penelitian tentang RCM pada
dasarnya berusaha menjawab 7 pertanyaan utama tentang asset atau peralatan
yang diteliti. Ketujuh pertanyaan mendasar tersebut antara lain :
1. Apakah fungsi dan hubungan performansi standard dari asset dalam konteks
operational pada saat ini (systemfunctions)?
2. Bagaimana asset tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya (fungsional failure)?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi tersebut (failuremodes)? 4. Apakah yang terjadi pada saat terjadi kerusakan (failureeffect)?
5. Bagaimana masing – masing kerusakan tersebut terjadi (failureconsequence)? 6. Apakah yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing –
masing kerusakan tersebut (proactivetaskandtaskinterval)?
7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak
ditemukan (defaultaction)? Prinsip – prinsip RCM :8
7
Indriawati, Katherin , dkk. 2010. Penerapan Reliability Centered Maintenance pada Sistem Gas Buang Boiler di PT. IPMOMI Paiton.
8
(51)
1. RCM memelihara fungsional sistem, bukan sekedar memelihara suatu
sistem/alat agar beroperasi tetapi memelihara agar fungsi sistem / alat tersebut
sesuai dengan harapan.
2. RCM lebih fokus kepada fungsi sistem daripada suatu komponen tunggal.
3. RCM berbasiskan pada kehandalan yaitu kemampuan suatu sistem / peralatan
untuk terus beroperasi sesuai dengan fungsi yang diinginkan.
4. RCM bertujuan menjaga agar kehandalan fungsi sistem tetap sesuai dengan
kemampuan yang didesain untuk sistem tersebut.
5. RCM mendefinisikan kegagalan (failure) sebagai kondisi yang tidak memuaskan (unsatisfactory) atau tidak memenuhi harapan.
6. RCM harus memberikan hasil – hasil nyata / jelas, tugas yang dikerjakan
harus dapat menurunkan jumlah kegagalan (failure) atau paling tidak menurunkan tingkat kerusakan akibat kegagalan.
Karena RCM sangat menitikberatkan pada penggunaan predictive maintenance maka keuntungan dan kerugiannya juga hampir sama. Adapun keuntungan RCM adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjadi program perawatan yang paling efisien.
2. Biaya yang lebih rendah dengan mengeliminasi kegiatan perawatan yang tidak
diperlukan.
3. Minimisasi frekuensi overhaul.
4. Minimisasi peluang kegagalan peralatan secara mendadak.
5. Dapat memfokuskan kegiatan perawatan pada komponen-komponen kritis.
(52)
7. Menggabungkan root cause analysis.
Adapun kerugian RCM adalah sebagai berikut:
1. Dapat menimbulkan biaya awal yang tinggin untuk training, peralatan dan sebagainya.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisa sistem berdasarkan RCM:
1. Seleksi sistem dan pengumpulan informasi.
Pada saat keputusan untuk melaksanakan program RCM pada mesin atau
fasilitas, maka muncul dua pertanyaan:
1. Pada level perakitan (komponen, sistem) proses analisis harus dilakukan?
2. Apakah keseluruhan fasilitas/mesin mendapat proses, jika tidak, pemilihan
yang bagaimana yang harus dibuat?
Untuk melaksanakan seleksi sistem, prosedur apa yang harus dilakukan
untuk mengetahui potensial terbesar untuk dilakukan proses analisis. Cara yang
langsung dan terpercaya yang dapat menyelesaikan pertanyaan ini adalah aturan
80-20. Untuk menerapkan aturan 80-20 sebagai dasar dalam pemilihan sistem,
kita harus mengumpulkan data yang berhubungan dengan downtime dan menggambarkannya dalam diagram pareto.
Dalam pengumpulan informasi, waktu dan usaha dapat dipersingkat jika
terdapat dokumen mengenai sistem dan informasi yang berhubungan. Daftar
dokumen dan informasi yang berhubungan dengan setiap sistem untuk analisa
RCM adalah:
(53)
b. Buku manual untuk sistem yang mungkin memiliki informasi penting dari
disain dan operasi sistem.
c. Data historis peralatan.
d. Sistem operasi manual, yang memiliki detail bagaimana sistem tersebut
berfungsi.
e. Spesifikasi sistem disain.
2. Definisikan batasan sistem.
Ada dua alasan mengapa definisi batasan sistem diperlukan dalam analisa
proses RCM:
a. Pasti terdapat pengetahuan dari apa yang telah dan belum dimasukkan dalam
sistem sehingga daftar komponen yang akurat dapat dianalisa.
b. Batasan-batasan yang akan menentukan faktor dalam menentukan apa yang
masuk dan keluar dari sistem. Hal ini diperlukan pemahaman mengenai apa
yang termasuk dalam sistem dan yang tidak.
3. Deksripsi sistem dan blok diagram fungsi.
Setelah seleksi sistem selesai dan batasan sistem juga selesai, maka
dilanjutkan pada langkah ketiga untuk identifikasi dan mendokumentasikan
detail-detail penting dari sistem. Lima item yang dikembangkan pada langkah ini adalah:
a. Deskripsi Sistem
b. Functional Block Diagram c. Sistem In/Out
(54)
d. Struktur Sistem Breakdown
4. Fungsi sistem dan kegagalan fungsi.
Pada bagian ini, proses analisis difokuskan pada kegagalan fungsi, bukan
kegagalan peralatan. Biasanya kegagalan fungsi memiliki dua atau lebih kondisi
yang menyebabkan kegagalan parsial, minor maupun mayor pada sistem.
5. FailureModeandEffectsAnalysis (FMEA)9
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan proses yang sistematis untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang akan timbul dalam
proses dengan tujuan untuk mengeliminasi atau meminimalkan resiko kegagalan
produksi yang akan timbul. Penggunaan FMEA diperkenalkan pertama sekali
pada tahun 1920. Namun pendokumentasian pertama dilakukan sejak tahun 1960
oleh National Aeronautics Space Agency (NASA). Tujuannya untuk memperbaiki reliabilitas peralatan militer.
Tujuan utama dari FMEA adalah untuk menemukan dan memperbaiki
permasalahan utama yang terjadi pada setiap tahapan dari desain dan proses
produksi untuk mencegah produk yang tidak baik sampai ke tangan pelanggan,
yang dapat membahayakan reputasi dari perusahaan.
Konsep FMEA adalah sebagai alat perencanaan kualitas untuk
mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi kegagalan atau kerusakan. FMEA
juga mengidentifikasi kegagalan (kemungkinan, mekanisme, pengaruh, mode
9
(55)
deteksi, kemungkinan pencegahan). Hasil dari FMEA berupa rencana tindakan
untuk eliminasi atau penyelidikan kegagalan. Arti FMEA secara harafiah adalah :
a. Failure yaitu prediksi kemungkinan kegagalan atau cacat b. Mode yaitu penentuan mode kegagalan
c. Effect yaitu identifikasi pengaruh tiap komponen terhadap kegagalan
d. Analysis yaitu tindakan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyebab
FMEA berusaha mengidentifikasikan kemungkinan failure mode, failure mechanism (proses yang menyebabkan kegagalan), dan failure effect (akibat yang ditimbulkan oleh kegagalan) yang ditimbulkan failure mode (deskripsi fisik kegagalan) pada kinerja. FMEA mengidentifikasikan metode mendeteksi failure
mode dan kemungkinan pencegahannya. FMEA juga merupakan suatu
pendekatan sistematis yang mengidentifikasikan failure mode yang potensial terjadi di dalam suatu sistem, produk, atau pabrikasi/operasi perakitan, yang
disebabkan baik oleh desain atau kekurangan dalam pabrikasi/proses perakitan
(manufacturing/ assembly process deficiencies). Hal utama dalam FMEA adalah Risk Priority Number (RPN). RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effect (severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi (detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
(56)
Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap
beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen
yang membentuk nilai RPN tersebut. Ketiga komponen tersebut adalah: 1. Severity
Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan keseriusan terendah (resiko kecil) dan 10 menunjukkan tingkat
keseriusan tertinggi (sangat beresiko). Kriteria severity dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Penentuan Nilai Severity
Rating Criteria of Severity Effect
10 Tidak berfungsi sama sekali
9 Kehilangan fungsi utama dan menimbulkan peringatan 8 Kehilangan fungsi utama
7 Pengurangan fungsi utama
6 Kehilangan kenyamanan fungsi penggunaan 5 Mengurangi kenyamanan fungsi penggunaan
4 Perubahan fungsi dan banyak pekerja menyadari adanya masalah
3 Tidak terdapat efek dan pekerja menyadari adanya masalah 2 Tidak terdapat efek dan pekerja tidak menyadari adanya
masalah 1 Tidak ada efek
(57)
2. Occurance
Occurrence adalah ukuran seberapa sering penyebab potensial terjadi. Nilai occurrence berupa angka 1 sampai 10, di mana 1 menunjukkan tingkat kejadian rendah atau tidak sering dan 10 menunjukkan tingkat kejadian sering.
Kriteria Occurrence dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Penentuan Nilai Occurance
Rating Probability of Occurance
10 Lebih besar dari 50 per 7200 jam penggunaan
9 35-50 per 7200 jam penggunaan
8 31-35 per 7200 jam penggunaan
7 26-30 per 7200 jam penggunaan
6 21-25 per 7200 jam penggunaan
5 15-20 per 7200 jam penggunaan
4 11-15 per 7200 jam penggunaan
3 5-10 per 7200 jam penggunaan
2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan
1 Tidak pernah sama sekali
3. Detection
Detection adalah peringkat seberapa telitinya alat deteksi yang digunakan. Detection berupa angka dari 1 hingga 10, di mana 1 menunjukkan sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau hampir dipastikan suatu mode kegagalan dapat
terdeteksi. Sedangkan 10 menunjukkan sistem deteksi dengan kemampuan rendah
yaitu sistem deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi sama sekali. Kriteria
penilaian detection dapat dilihat pada Tabel 3.3.
(58)
Rating Detection Design Control
10 Tidak dapat dideteksi
9 Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi
8 Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran yang kompleks
7 Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran
6 Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana
5 Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia
4 Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia
3 Memerlukan inspeksi
2 Jelas bagi indera manusia
1 Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui
6. GreyTheory
Grey theory diusulkan oleh Julong Deng tahun 1982, berkaitan dengan keputusan ditandai oleh informasi yang tidak lengkap, dan mengeksplorasi
perilaku sistem menggunakan relasional analisis dan konstruksi model. Teori grey menyediakan ukuran untuk menganalisis hubungan antara diskrit kuantitatif dan
kualitatif seri, dan semua komponen dalam seri harus memenuhi karakteristik
berikut:
a. Existent (ada).
b. Countable (dapat dihitung). c. Extensible (dapat diperluas). d. Independent (mandiri).
Karena faktor-faktor dari FMEA memiliki semua sifat ini, oleh karena itu,
FMEA cocok untuk penerapan Grey Theory. Keuntungan utama dari penerapan Grey Theory untuk FMEA adalah kemampuan menentukan bobot yang berbeda untuk masing-masing faktor dan tidak memerlukan fungsi utilitas bentuk apapun.
(59)
1. Membangun seri perbandingan
Pada tahap ini adalah memasukan nilai severity, occurrence, dan detection pada masing-masingtipe kegagalan.
Tampilannya adalah sebagai berikut :
x = � x1 X2 Xn �= ⎣ ⎢ ⎢
⎡XX1(1) X1(2) … . X1(k)
2(1) X2(2) … . X2(k)
Xn(1) Xn(2) … . Xn(k)⎦⎥
⎥ ⎤
2. Menetapkan seri standar
Untuk mengurangi resiko yang potensial, nilai-nilai semua faktor keputusan
akan menjadi sekecil mungkin dengan begitu, standard yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
X0 = [X0(1)X0(2)X0(3)]
3. Mencari perbedaan antara seri standar dan seri perbandingan
Pada tahap ini mengurangi nilai dari seri perbandingan dengan seri standar.
Maka hasilnya adalah sebagai berikut :
D0
⎣ ⎢ ⎢ ⎢
⎡ ∆∆01(1) ∆01(2) ∆01(3) … .∆01(k)
02(1) ∆02(2) ∆02(3) … .∆02(k)
∆0m(1) ∆0m(2) ∆0m(3) … . ∆0j(k)⎦
⎥ ⎥ ⎥ ⎤
Dimana ∆oj(k) = ��0 (�)− ��(�)�
(60)
Langkah-langkah untuk perhitungan pada langkah keempat ini adalah sebagai
berikut :
a. Carilah nilai maximum dan minimum pada langkah ketiga.
∆min dan ∆max
b. � adalah berupa identifikasi, hanya mempengaruhi nilai relatif dari resiko tanpa mengubah prioritas. Nilai � yang biasanya digunakan adalah 0.5.10
γ(�0 (k),�� (k)�= ∆min + �∆���
∆0�(�) + �∆���
γ0i (k)=∆min + ζ∆max
∆0j(k)+ ζ∆max
Dimana, j = 1,…..,m k = 1,….,n
5. Menentukan derajat hubungan
Γ(�� ,�� ) =
1 n�γ (
n k=1
�� (k),��(k)�
Γ0i(�) =1
3�γ0i
3 k=1
(k)
6. Mengurutkan tingkat resiko berdasarkan prioritas.
Pada langkah ini mengurutkan tingkat resiko dengan mengurutkan nilai dari
terbesar hingga terkecil.
7. Analisa Pohon Logika (LTA) 10
(1)
Berilah tanda centang (
√
) pada jawaban yang menurut Anda paling sesuai,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Bagian III
Rating
Detection Design Control
1
Selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui
2
Jelas bagi indera manusia
3
Memerlukan inspeksi
4
Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia
5
Inspeksi yang sangat hati-hati dengan indera manusia
6
Memerlukan bantuan dan/atau pembongkaran sederhana
7
Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran
8
Diperlukan inspeksi dan/atau pembongkaran yang kompleks
9
Kemungkinan besar tidak dapat dideteksi
10
Tidak dapat dideteksi
Contoh Pengisian Kuisioner
Komponen
Detection
1
2
3 4
5
6
7
8
9
10
Saklar Magnet
√
Pengisian Kuesioner Bagian
Detection
Isilah kuesioner ini sesuai dengan persepsi atau pendapat Anda terhadap
kemampuan mendeteksi kegagalan sebelum terjadi kerusakan komponen. Apakah
termasuk rating 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, atau 10 terhadap pernyataan diberikut :
Komponen
Detection
1
2
3 4
5
6
7
8
9
10
Saklar Magnet
Spindle
Drilling
chuck
Spindle
sleeve
Motor NFA03LG-011
(2)
LAMPIRAN 3
Tabel L-3 Hasil Rekapitulasi Tabel FMEA untuk Setiap Komponen
FMEA Worksheet
Subsistem
No
Component
Failure Mode
Failure Causes
Failure Effect
S
O
D
Kaki atau
dasar
1
Saklar Magnet
Saklar Magnet rusak
Metode penggunaan
yang tidak tepat
Magnet pada mesin bor tidak
dapat diaktifkan
7
2
3
Drilling Head
1
Spindle
Spindle
rusak
Masa pemakaian
yang terlalu lama
Drilling
chuck
tidak dapat
berputar
8
3
6
2
Drilling chuck
Drilling chuck aus
Drilling
chuck
mengalami korosi
Mata bor tidak dapat terpasang
dengan baik
8
2
4
3
Spindle Sleeve
Spindle
sleeve
retak
Spindle
sleeve
habis
terkikis
Spindle
berputar tidak teratur
7
2
5
Power
Transmittion
1
Motor
NFA03LG-011
Motor terbakar
Waktu pengoperasian
yang terlalu lama
Mesin
menjadi
off
10
3
6
2
Pulley
Poros
pulley
retak
Poros
pulley
habis
terkikis karena
gesekan
Spindle
tidak dapat berputar
8
2
6
3
V
-
Belt
V-
belt
putus
Daya yang diberikan
motor terlalu besar
Pulley
tidak dapat berputar
8
3
6
4
Radial
ball
bearing
Tidak dapat memutar
as penggerak
Bola
bearing
pecah
Batang as tidak berputar,
spindle
tidak dapat di putar, mata bor
tidak dapat berputar
(3)
LAMPIRAN 4
Perhitungan
Total
Minimum
Downtime
(TMD)
1.
Spindle
No. F(t) H(t) D(t)
1 7.13785E-08 7.1378E-08 0.034483 2 1.27344E-06 1.2734E-06 0.017544 3 6.87079E-06 6.8708E-06 0.011765 4 2.27188E-05 2.2719E-05 0.00885 5 5.74438E-05 5.7445E-05 0.007093 6 0.000122573 0.00012258 0.005919 7 0.000232634 0.00023266 0.005078 8 0.000405242 0.00040534 0.004448 9 0.000661158 0.00066143 0.003957 10 0.001024342 0.00102502 0.003566 11 0.001521984 0.00152354 0.003245 12 0.002184525 0.00218785 0.002979 13 0.003045644 0.00305231 0.002755 14 0.004142239 0.00415488 0.002564 15 0.005514373 0.00553728 0.0024 16 0.007205187 0.00724508 0.002257 17 0.009260785 0.00932788 0.002133 18 0.011730081 0.0118395 0.002024 19 0.014664591 0.01483821 0.001928 20 0.01811819 0.01838703 0.001844 21 0.022146806 0.02255402 0.001769 22 0.026808055 0.02741268 0.001704 23 0.032160818 0.03304243 0.001646 24 0.038264745 0.03952911 0.001596 25 0.045179692 0.04696561 0.001552 26 0.052965082 0.05545262 0.001514 27 0.061679192 0.06509946 0.001482 28 0.071378372 0.07602507 0.001455 29 0.082116187 0.08835908 0.001433 30 0.093942498 0.10224317 0.001416 31 0.10690248 0.11783253 0.001404 32 0.121035596 0.13529753 0.001396 33 0.136374539 0.15482568 0.001394 34 0.152944143 0.17662382 0.001395 35 0.170760309 0.20092065 0.001402 36 0.18982895 0.22796951 0.001413 37 0.21014498 0.25805163 0.001429 38 0.231691391 0.29147973 0.00145
No. F(t) H(t) D(t)
44 0.384180936 0.58491997 0.001697 45 0.412733326 0.65414929 0.001761 46 0.441890763 0.73095329 0.001834 47 0.471515871 0.81617195 0.001916 48 0.501461186 0.91073974 0.002007 49 0.531570932 1.0156937 0.002109
50 0.561683105 1.1321811 0.002222
51 0.59163181 1.26146616 0.002348 52 0.621249818 1.40493544 0.002486 53 0.650371287 1.56410096 0.002639 54 0.678834572 1.74060038 0.002808 55 0.706485064 1.93619323 0.002994 56 0.733177958 2.15275216 0.003199 57 0.758780874 2.39224804 0.003422
(4)
2.
Motor NFA03LG-011
No. F(t) H(t) D(t)
1 4.54296E-42 4.54E-42 0.045455 2 8.63294E-33 8.63E-33 0.023256 3 1.78532E-27 1.79E-27 0.015625 4 8.80521E-24 8.81E-24 0.011765 5 5.60776E-21 5.61E-21 0.009434 6 9.78632E-19 9.79E-19 0.007874 7 6.99088E-17 6.99E-17 0.006757 8 2.59761E-15 2.6E-15 0.005917 9 5.85952E-14 5.86E-14 0.005263 10 8.91711E-13 8.92E-13 0.004739 11 9.87078E-12 9.87E-12 0.00431 12 8.40203E-11 8.4E-11 0.003953 13 5.73665E-10 5.74E-10 0.00365 14 3.24661E-09 3.25E-09 0.00339 15 1.56315E-08 1.56E-08 0.003165 16 6.53863E-08 6.54E-08 0.002967 17 2.41739E-07 2.42E-07 0.002793 18 8.01238E-07 8.01E-07 0.002639 19 2.40942E-06 2.41E-06 0.0025 20 6.64026E-06 6.64E-06 0.002375 21 1.69171E-05 1.69E-05 0.002263 22 4.01388E-05 4.01E-05 0.00216 23 8.92683E-05 8.93E-05 0.002066 24 0.000187142 0.000187 0.001981 25 0.000371651 0.000372 0.001903 26 0.000702248 0.000703 0.001831 27 0.001267431 0.001268 0.001765 28 0.002192535 0.002195 0.001705 29 0.003646787 0.003655 0.001651 30 0.005848394 0.00587 0.001603 31 0.009066302 0.00912 0.001562 32 0.013617442 0.013742 0.001527 33 0.019858639 0.020132 0.001499 34 0.02817291 0.02874 0.001479 35 0.038950614 0.04007 0.001468
36 0.052566593 0.054673 0.001465
37 0.069355023 0.073147 0.001473 38 0.089584211 0.096137 0.001492 39 0.113433675 0.124339 0.001523 40 0.140975573 0.158504 0.001566 41 0.172162442 0.199451 0.001623 42 0.206822443 0.248073 0.001694 43 0.244662245 0.305356 0.001782
44 0.285277745 0.372389 0.001886
45 0.328171241 0.450379 0.002009 46 0.372773968 0.540663 0.002152 47 0.418471448 0.644724 0.002317 48 0.464630602 0.764189 0.002506 49 0.510626016 0.900841 0.00272 50 0.555864037 1.056609 0.002962
(5)
3.
V
-
belt
No. F(t) H(t) D(t)
1 2.70064E-06 2.70064E-06 0.034483 2 2.13888E-05 2.13889E-05 0.017545 3 7.17624E-05 7.17639E-05 0.011767 4 0.000169387 0.000169399 0.008853 5 0.000329739 0.000329795 0.007097 6 0.000568217 0.000568404 0.005924 7 0.000900143 0.000900655 0.005086 8 0.001340759 0.001341966 0.004457 9 0.001905214 0.001907771 0.003969 10 0.002608553 0.00261353 0.003579 11 0.0034657 0.003474758 0.00326 12 0.004491436 0.004507043 0.002996 13 0.005700381 0.005726073 0.002773 14 0.007106965 0.00714766 0.002583 15 0.008725405 0.008787772 0.00242 16 0.010569675 0.010662559 0.002278 17 0.012653474 0.012788392 0.002154 18 0.014990194 0.015181894 0.002044 19 0.017592887 0.01785998 0.001948 20 0.020474227 0.020839896 0.001862 21 0.023646474 0.024139264 0.001785 22 0.027121437 0.027776128 0.001717 23 0.030910429 0.031769001 0.001655 24 0.035024234 0.036136919 0.0016 25 0.03947306 0.040899495 0.001551 26 0.044266502 0.04607698 0.001507 27 0.049413497 0.051690322 0.001467 28 0.054922283 0.057761234 0.001431 29 0.060800361 0.064312265 0.001399 30 0.06705445 0.071366874 0.00137 31 0.07369045 0.078949508 0.001345 32 0.080713403 0.087085686 0.001322 33 0.088127453 0.095802093 0.001302 34 0.095935814 0.105126666 0.001285 35 0.104140736 0.115088705 0.00127 36 0.112743471 0.125718971 0.001257 37 0.121744246 0.137049807 0.001246 38 0.131142237 0.149115256 0.001238 39 0.140935549 0.161951189 0.001231 40 0.15112119 0.175595446 0.001226 41 0.161695063 0.19008798 0.001223 42 0.17265195 0.20547101 0.001222 43 0.183985505 0.221789193 0.001223 44 0.195688255 0.239089795 0.001225 45 0.207751595 0.257422881 0.001229
No. F(t) H(t) D(t)
51 0.287082815 0.392313041 0.001285 52 0.301337288 0.419555836 0.001301 53 0.315844771 0.448359288 0.001318 54 0.330587419 0.478809359 0.001336 55 0.345546558 0.510997484 0.001356 56 0.36070274 0.545020932 0.001378
57 0.376035808 0.580983194 0.001402
58 0.391524962 0.618994386 0.001428 59 0.407148833 0.659171675 0.001456
(6)
4.
Radial
ball
bearing
No. F(t) H(t) D(t)
1 2.58014E-12 2.58014E-12 0.049774 2 6.12955E-12 6.12955E-12 0.025522 3 1.43439E-11 1.43439E-11 0.017161 4 3.30648E-11 3.30648E-11 0.012926 5 7.50804E-11 7.50804E-11 0.010368 6 1.67941E-10 1.67941E-10 0.008655 7 3.70049E-10 3.70049E-10 0.007427 8 8.03231E-10 8.03231E-10 0.006505 9 1.71754E-09 1.71754E-09 0.005786 10 3.61793E-09 3.61793E-09 0.005211 11 7.50778E-09 7.50778E-09 0.004739 12 1.53485E-08 1.53485E-08 0.004346 13 3.09121E-08 3.09121E-08 0.004013 14 6.13349E-08 6.13349E-08 0.003728 15 1.19898E-07 1.19898E-07 0.00348 16 2.30912E-07 2.30912E-07 0.003263 17 4.3815E-07 4.3815E-07 0.003072 18 8.19122E-07 8.19122E-07 0.002902 19 1.50881E-06 1.50881E-06 0.002749 20 2.73835E-06 2.73835E-06 0.002612 21 4.89693E-06 4.89695E-06 0.002488 22 8.62882E-06 8.62886E-06 0.002375 23 1.49824E-05 1.49826E-05 0.002272 24 2.56349E-05 2.56353E-05 0.002178 25 4.32226E-05 4.32237E-05 0.002091 26 7.18186E-05 7.18217E-05 0.002011 27 0.000117605 0.000117613 0.001937 28 0.000189798 0.00018982 0.001868 29 0.000301894 0.000301952 0.001804 30 0.000473299 0.000473442 0.001745 31 0.000731398 0.000731745 0.001689 32 0.001114121 0.001114937 0.001638 33 0.001672999 0.001674864 0.00159 34 0.002476678 0.002480826 0.001546 35 0.003614783 0.003623751 0.001506 36 0.005201926 0.005220776 0.001469 37 0.007381559 0.007420097 0.001436 38 0.01032927 0.010405915 0.001407 39 0.014254999 0.014403335 0.001383 40 0.019403604 0.019683081 0.001363 41 0.026053162 0.026565968 0.001348 42 0.034510426 0.035427229 0.00134 43 0.045102986 0.04670086 0.001338 44 0.058167881 0.060884371 0.001344 45 0.074036708 0.078544386 0.001358 46 0.093017646 0.10032366 0.001381 47 0.115375209 0.126950073 0.001415 48 0.141308952 0.159248134 0.001461 49 0.170932691 0.198153403 0.001572 50 0.204256027 0.244730054 0.001594