Analisis tingkat kesadaran masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung: studi kasus pada pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi

ANALISIS TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT
TERHADAP KONSERVASI DAN REHABILITASI BURUNG
(STUDI KASUS PADA PEDAGANG BURUNG DI PASAR
PASUNDAN, SUKABUMI)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Ardi Muhamad Arsyad
NIM. 1110015000064

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

ABSTRAK

ARDI MUHAMAD ARSYAD. Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat
Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang
Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi). Skripsi. Jakarta: Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat
terhadap konservasi dan rehabilitasi burung pada pedagang burung di Pasar
Pasundan, Sukabumi.
Populasi penelitian ini adalah pedagang burung di Pasar Pasundan sejumlah
16 pedagang burung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel
jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan diperkuat oleh
angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi
(pengamatan), wawancara, angket atau kuisioner, dokumentasi dan catatan
lapangan. Pemeriksaan dan pengecekan data dalam menguji credibility dan
transferability. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi metode, dengan
menyesuaikan studi pendalaman observasi, teknik wawancara dan dokumentasi.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tingkat kesadaran
masyarakat terhadap konservasi dan rehabilitasi burung pada para pedagang
burung sangat penting sekali guna menjaga kelestarian burung yang ada di habitat

aslinya namun pada kenyataannya masih banyak pedagang burung yang menjual
burung yang dilindungi yang didapatkan dari para konsumen yang menitipkan
langsung kepada para pedagang untuk dijual kembali, terjadinya fenomena
tersebut diakibatkan dari pengawasan yang kurang oleh pemerintah dan harus
lebih ditingkatkan sebagai upaya pencegahan serta memberikan pemahaman
langsung kepada para pedagang.
Berdasarkan penelitian, yang membuat tingkat kesadaran masyarakat
terhadap konservasi dan rehabilitasi burung sangat kurang dalam pelaksanaanya
terjadi karena kurangnya kesadaran para pedagang terhadap pemahaman peraturan
konservasi dan rehabilitasi serta pengaplikasiannya dan kurangnya pengawasan
kepada para pedagang yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu peran
masyarakat umum untuk membantu pengawasan juga perlu ditingkatkan untuk
membantu pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Maka dapat disimpulkan
bahwa para pedagang burung di Pasar Pasundan, Sukabumi tingkat kesadaran
terhadap konservasi dan rehabilitasi burung masih sangat kurang dalam penerapan
dilapangan.
Kata kunci : Kesadaran, Konservasi dan Rehabilitasi

iv


ABSTRACT
ARDI MUHAMAD ARSYAD. Analysis of Public Awareness Against Avian
Conservation and Rehabilitation (Case Study On The Market Traders
Pasundan Bird, Sukabumi). Minithesis. Jakarta: Department of Education
Social Sciences Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University
(UIN) Syarif Hidayatullah. 2014.
This research aims to determine the level of public awareness on the
conservation and rehabilitation of birds on bird trader in Pasundan Market,
Sukabumi.
The research population was a bird trader in the market Pasundan there
are16 bird traders. The sampling technique which used was a saturated sample.
The research instrument which used was reinforced by interviews and
questionnaires. The method which used is descriptive method with qualitative
approach. Data collection techniques is using observation (observation),
interviews, questionnaires or questionnaire, documentation and field notes.
Examination and checking of the data for testing the credibility and
transferability. This research uses the technique of triangulation method, by
adjusting the depth of study observation, interview and documentation.
The results of this research is the level of public awareness on the
conservation and rehabilitation of birds at the bird trader is very important in

order to preserve the bird in its natural habitat but in reality there are many
vendors selling birds protected birds were obtained from consumers who entrust
directly to the traders for resale, the occurrence of these phenomena was from the
lack of oversight by the government and should be improved as well as provide an
understanding of prevention efforts directly to the merchant.
Based on the research, which makes the level of public awareness on the
conservation and rehabilitation of birds are very less in practice due to a lack of
awareness of the vendors toward understanding the conservation and
rehabilitation legislation and a lack of supervision and its application to the
traders by the government. In addition, the role of the general public to help
control also needs to be improved to facilitate the monitoring carried out by the
government. It can be concluded that the level of awareness on the conservation
and rehabilitation’s of birds in the bird trander in te Pasundan market is still lack
of application in the field.
Keywords: Awareness, Conservation and Rehabilitation

v

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Puji serta syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan Rasulullah
SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi
nikmat iman, islam dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi sebagai syarat
kelulusan pada semester akhir. Dalam hal ini penulis telah secara maksimal
mencurahkan segala pikiran dan daya upaya dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
telah melakukan penelitian terkait Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat
Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang
Burung Pasar Pasundan Sukabumi).
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. M. Noviadi Nugroho, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
5. Sodikin, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

vi

7. Kepada Kepala Perpustakaan Ragunan yang telah memberikan bahan
referensi kepada penulis dan bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan saran kepada penulis.
8. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat
kepada ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi,
dan doa dengan segala pengorbanannya yang telah diberikan untuk ananda.
Semua merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi
penulis sampai saat ini.
9. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rasa bangga karena telah
memiliki saudara/saudari kandung Rizky Muhamad Asy’ad, Nadiar Zahratul

Zulfa, dan Nadila Khairunisa yang telah mewarnai hidup penulis,
memberikan semangat, senantiasa memanjatkan do’a untuk keseksesan
penulis.Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Deli Wani Utami yang selalu mewujudkan kesukseskan penulis, senantiasa
memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis, memberikan semangat dan
motivasi, serta senantiasa menemani penulis dalam setiap kondisi baik suka
maupun duka.
11. Kakak-kakak dan teman tercinta Arif Rahman Hakim, Ahmad Nashrullah,
Siti Nur Ngaisah, Neneng Suwartini, Destia Loveacna, Dara Rahmita Dewi
dan M. Faishal Ramdhan yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat terbaik Team BOOM (Igma, Randra, Ridwan, Reikal) yang
selalu memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika merasa
tidak mampu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan semoga persahabatan
dan persaudaraan kita tak lekang oleh waktu.
13. HMJ Pendidikan IPS yang telah memberikan pelajaran penting pada hidup
penulis tentang kepemimpinan, kekeluargaan, kebersamaan dan pengalaman
yang tidak akan terlupakan bagi penulis.


vii

14. Teman-teman

seperjuangan

pendidikan

IPS,

terlebih

khusus

untuk

Pendidikan Geografi 2010 kalian semua telah memberikan motivasi dan
warna dalam hidup penulis.
15. Keluarga ATK yang telah menemani dan mewarnai kehidupan perkuliahan
selama ini dan banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan penulis.

16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan
sangat berarti bagi penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kepada-Nya, Amin.

Harapan penulis, semoga penyusunan Skripsi ini akan dapat membantu
mahasiswa dalam penyusunan skripsi di semester akhir dan menjadi acuan pula
bagi adik – adik kelas yang hendak pula akan mengerjakan skripsi.
Wassalmualaikum wr. Wb
Jakarta, 24 November 2014
Penulis

Ardi Muhamad arsyad

viii

DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................. i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ....................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ......................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II DISKRIPSI TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Kesadaran......................................................................... 7
B. Kegiatan Perdagangan Burung ..........................................................

13

C. Konservasi dan Rehabilitasi ............................................................... 18
1. Pengertian Konservasi ................................................................. 18
2. Pengertian Rehabilitasi ................................................................ 23
ix

D. Penelitian Relevan ............................................................................. 24
E. Kerangka Berfikir .............................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi danWaktu Penelitian ............................................................. 29
1. Lokasi Penelitian ........................................................................... 29
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 30
B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 31
C. Metode Penelitian.............................................................................. 31
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 32
E. Definisi Konseptual dan Operasional................................................ 33
1. Definisi Konseptual ...................................................................... 33
2. Definisi Operasional..................................................................... 33
F. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 34
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 36
1. Observasi .................................................................................. 36
2. Wawancara ............................................................................... 37
3. Angket ...................................................................................... 38
4. Dokumentasi ............................................................................. 38
5. Catatan Lapangan ..................................................................... 39
H. Teknik Pengolahan danAnalisis Data ............................................... 39
1. Data Reduction ......................................................................... 40
2. Data Display............................................................................. 40
3. Conclusion Drawing atau Verivication .................................... 40
I. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................... 41

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian .................................................................................... 44
1. Sejarah Wilayah Pasar Burung Pasundan ............................... 44
2. Kondisi Geografis Wilayah Pasar Burung Pasundan .............. 52
B. Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap konservasi dan
Rehabilitasi Burung.............................................................................. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 ........... 14

Tabel 3.1

Pedoman wawancara ................................................................ 34

Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen penelitian................................................... 35

Tabel 4.1

Data Jumlah Pedagang Burung Pasundan ............................... 51

xii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema pola kesadaran ............................................................. 9
Gambar 2.2 Skema pembagian kesadaran .................................................... 9
Gambar 2.3 Bagan cakupan kawasan konservasi ......................................... 21
Gambar 2.4 Alur penelitian .......................................................................... 28
Gambar 3.1 Lokasi penelitian ...................................................................... 29
Gambar 3.2 Skema metode triangulasi......................................................... 43
Gambar 3.3 Skema sumber triangulasi ........................................................ 43
Gambar 4.1 Jalan pasundan ......................................................................... 47
Gambar 4.2 Kawasan pasar sebelum diperluas ........................................... 49
Gambar 4.3 Kawasan pasar sesudah diperluas ............................................ 50
Gambar 4.4 Lokasi kecamatan warudoyong ............................................... 52
Gambar 4.5 Letak pasar pasundan .............................................................. 53
Gambar 4.6 Anakan burung ciplek .............................................................. 55
Gambar 4.7 Burung nuri (titipan konsumen) .............................................. 58
Gambar 4.8 Burung nuri Kepala Hitam ...................................................... 58

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Pedoman Wawancara ............................................................. 68

Lampiran 2

Instrumen Wawancara .......................................................... 70

Lampiran 3

Pedoman Observasi ............................................................... 73

Lampiran 4

Hasil Wawancara ................................................................... 74

Lampiran 5

Hasil Observasi ..................................................................... 96

Lampiran 6

Dokumentasi ......................................................................... 95

Lampiran 7

Data Responden .................................................................... 103

Lampiran 8

Surat Izin Penelitian

Lampiran 9

Lembar Uji Referensi

Lampiran 10

Biodata Penulis

xiv

DAFTAR ISTILAH
Illegal logging

Penebangan liar

Komersial

Berhubungan dengan niaga atau perdagangan

Komunitas

Kelompok organisme

Konservasi

Perlindungan secara teratur untuk mencegah kepunahan

Animal welfare

Kesejahteraan hewan

Batin

Perasaan hati

Determinasi

Hal menentukan ketetapan

Distorsi

Pemutarbalikan suatu fakta

Distribusi

Penyaluran kepada beberapa orang atau beberapa tempat

Distributor

Orang atau badan yang mendistribusikan barang

Ekosistem

Keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya

Eksploitasi

Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri

Enterprising

Usaha

Freedom

Kebebasan

Identifikasi

Tanda kenal diri atau bukti diri

Ilegal

Tidak menurut hukum

Impor

Pemasukan barang dari luar negeri

Internasional

Menyangkut bangsa atau negeri seluruh dunia

Konsumen

Pemakai barang hasil produksi

Kredibel

Mungkin
xv

Pelopor

Perintis jalan atau pembuka jalan

Populasi

Seluruh jumlah orang dalam sebuah daerah

Primitif

Keadaan yang sangat sederhana atau belum maju

Rehabilitasi

Pemulihan kepada keadaan yang semula

Spesies

Satuan dasar klasifikasi biologi

xvi

DAFTAR SINGKATAN
BKSDA

Badan Konservasi Sumber Daya Alam

BTN

Balai Taman Nasional

CITES

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora

Ha

Hektar are

KBBI

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Mm

Milimeter

MENHUT

Menteri Kehutanan

PP

Peraturan Pemerintah

PPS

Pusat Penyelamatan Satwa

SIG

Sistem Informasi Geografi

WSPA

World Society for Protection of Animals

xvii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman hayati Indonesia sangatlah banyak dan begitu beragam,
hal ini dikarenakan Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan
memiliki keunikan di setiap daerahnya serta berbeda keadaan lingkungannya
satu sama lain. Memiliki hutan yang sangat luas bahkan menyebabkan
Indonesia disebut sebagai paru-parunya dunia dan menjadikan Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam serta merupakan salah
satu faktor banyaknya hewan maupun tumbuhan yang hidup di Indonesia.
Namun keanekaragaman hayati tersebut terancam dengan rusaknya
lingkungan alam yang disebabkan karena banyaknya penebangan liar (illegal
loging) oleh masyarakat dan sektor swasta lainnya sehingga menyebabkan
habitat asli hewan tersebut menjadi rusak dan terganggu kelangsungan
hidupnya, bahkan hewan pun diburu oleh masyarakat untuk dimakan, dijual,
maupun sebagai tambahan koleksi hewan langka.
Maraknya perdagangan ilegal yang memperjualkan hewan langka
menjadi faktor yang berkembang dalam pemikiran masyarakat terutama
karena nilai jual hewan langka tersebut sangat tinggi dipasaran. Hal ini
diperkuat dengan pendapat dari Elizabeth L. Bennet dan Sharon Guynup :
We’ve devoted one-third of this volume to hunting and the wildlife trade, a
conservation threat that ecompasses a complex range of issues and
continues to grow in tandem with burgeoning human population and
growing international markets. Throughout our history, humans have
haunted, collected, and fished wild species for food, clothing, decoration,
and medicines. But the scale on which we do so has escalated so rapidly in
recent years that human exploitation is arguably the greatest threat to
wildlife worldwide. Round the globe, wild animals are being threatened by
voracious and unsustainable harvesting.1

1

Sharon Guynup, State Of The Wild: A Global Portrait Of Wildfe, Wildlands, And
Oceans, (Washington, D.C: Island Press, 2006), h. 95.

1

2

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang
menyebabkan hewan langka adalah manusia yang memburu hewan dan
digunakan sebagai bahan makanan, dekorasi bahkan obat. Ditambah lagi
penyebab utama kelangkaan hewan adalah berkurangnya habitat dan
perdagangan hewan dengan tujuan komersial. Dengan banyaknya ancaman
terhadap kelangsungan hewan tersebut, maka sangatlah penting untuk
menjaga kelestarian hewan dan sebuah konservasi yang menjadi jawabannya.
Menurut William M. Rombang dan Rudyanto “bahwa dalam bahasa resmi di
Indonesia ada dua kata untuk menerangkan kegiatan yang berhubungan
dengan konservasi, yaitu pelestarian dan perlindungan. Dengan pertimbangan
alasan praktis, kata konservasi digunakan untuk mengganti kedua kata
tersebut”.2 Dalam konservasi tersendiri kegiatan pelestarian dan perlindungan
sudah termasuk tujuan konservasi, menurut Mochamad Indrawan, Richard B.
Primack, Jatna Supriatna “tujuan konservasi mengembangkan pendekatan
praktis untuk mencegah kepunahan spesies, menjaga variasi genetik dalam
spesies, serta melindungi dan memperbaiki komunitas biologi dan fungsi
ekosistem terkait”.3
Seluruh kawasan koservasi di Indonesia berada di bawah pengelolaan
Departemen Kehutanan. Kawasan konservasi yang dimaksud adalah kawasan
suaka alam (yang terdiri dari cagar alam dan suaka marga satwa), taman buru
dan

hutan

lindung.4

Dengan

disebarnya

lokasi

konservasi

dapat

mempermudah dalam pengelolaan dan kontrol terhadap hewan yang langka.
Lalu dengan berbagai macam jenis kawasan konservasi yaitu bertujuan untuk
pemanfaatan kawasan konservasi secara berkelanjutan yang digunakan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.

2

William M. Rombang & Rudyanto, Daerah Penting Bagi Burung Jawa & Bali, (Jakarta,
Bogor : Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Birdlife International Indonesia Programme,
1999), h. 7.
3
Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna Supriatna, “Biologi Konservasi",
dalam Wilson (ed), Biologi Konservasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2007), h. 3.
4
Rombang, Loc.cit.

3

Dengan adanya kawasan konservasi ini dapat melindungi hewan yang
benar-benar akan punah dari kegiatan ilegal yang menyalah gunakan hewan
untuk komersil semata, hal ini pun didukung dengan arti dasar sebuah
konservasi. Menurut Mochamad Indrawan, Richard B. Primack, Jatna
Supriatna bahwa Biologi konservasi adalah sebagai berikut :
Ilmu lintas-disiplin (terpadu) yang dikembangkan untuk menghadapi
berbagai tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem. Terdapat tiga
tujuan : pertama, menyelidiki dampak manusia terhadap keberadaan dan
kelangsungan hidup spesies, komunitas, dan ekosistem; kedua,
mengembangkan pendekatan praktis untuk mencegah kepunahan spesies,
menjaga variasi genetik dalam spesies, serta melindungi dan memperbaiki
komunitas biologi dan fungsi ekosistem terkait; ketiga, mempelajari serta
mendokumentasi seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi.5
Untuk melestarikan hewan dari kepunahan perlu sekali kerjasama antara
lembaga yang berkaitan dengan masyarakat itu sendiri yaitu dengan cara
saling adanya komunikasi antara masyarakat untuk dapat melapor kepada
pihak yang terkait jika menemukan hewan langka di sekitar lingkungan
masyarakat atau lingkungan yang bukan pada semestinya hewan tersebut
berada.
Salah satu hewan yang perlu dilindungi adalah berbagai macam jenis
burung langka dan hal ini tidak begitu berjalan ketika di lapangan terutama di
Pasar Burung Pasundan, Sukabumi yang masih belum memiliki akan
kesadaran untuk bisa bersinergi kepada pihak terkait karena masih adanya
pedagang burung yang memperjualkan hewan langka untuk tujuan komersil
serta untuk kepuasan konsumen yang memang sangat tertarik dengan hal
tersebut.
Letak Pasar Burung Pasundan yang sangat strategis untuk dijadikan
sebagai pusat perdagangan burung karena terletak di pusat Kota Sukabumi,
yang berdekatan dengan pasar tradisional yang biasa menjadi tujuan utama
masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti berbelanja dan
menjadikan akses yang mudah bagi para distributor/ pemburu hewan untuk
menjual hasil tangkapan mereka, hal ini diperkuat oleh pendapat pakar
5

Indrawan, Loc. cit.

4

Elizabeth L. Bennet dan Sharon Guynup,”in addition to hunting and fishing
for our own survival, trade in wild species in now an enormous global
comercial enterprise”.6 Oleh karena itu peneliti untuk memperdalam
pengetahuan dalam perdagangan hewan yang berlangsung di Pasar Burung
Pasundan, Sukabumi sementara pemerintah tengah gencar dan cukup serius
untuk melakukan konservasi, maka penulis tertarik untuk membahasnya
dalam

sebuah

karya

ilmiah

dengan

bentuk

sebuah

skripsi

yang

berjudul,”Analisis Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi
dan Rehabilitasi Burung (Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar
Pasundan, Sukabumi)” .
B. Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati serta PP No.7 Tahun 1999 di Pasar Burung
Pasundan, Sukabumi belum dapat dimaksimalkan karena disebabkan
oleh beberapa faktor yang sangat kompleks.
2. Belum banyaknya publikasi daftar hewan langka kepada para pedagang
sehingga kurangnya perhatian dari pedangan tersendiri.
3. Tidak adanya tindakan tegas dari Kementerian Kehutanan selaku pihak
yang bersangkutan untuk menyita hewan langka, sehingga banyak
pedagang-pedagang yang memperdagangkan hewan langka dalam hal ini
adalah burung.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas dan untuk
memudahkan pembahasan dalam skripsi ini serta untuk menjaga agar
penelitian lebih fokus dan terarah, maka masalah yang diteliti dibatasi pada
”Analisis Tentang Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan

6

Sharon Guynup, State Of The Wild: A Global Portrait Of Wildfe, Wildlands, And
Oceans, (Washington, D.C: Island Press, 2006), h. 95

5

Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan,
Sukabumi)”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta
pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
Bagaimana Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Konservasi dan
Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada Pedagang Burung di Pasar Pasundan,
Sukabumi) ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai
tujuan antara lain: Untuk mengetahui, ”Analisis Tingkat Kesadaran
Masyarakat Terhadap Konservasi dan Rehabilitasi Burung ( Studi Kasus Pada
Pedagang Burung di Pasar Pasundan, Sukabumi)”.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat umum yang memang hobi terhadap hewan/burung
langka dapat menggugah kesadarannya tentang hewan/ burung yang di
lindungi.
b. Bagi pedagang, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
dalam kesadaran akan menjaga kelestarian hewan serta sadar akan
undang-undang.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis adalah menambah pengalaman yang menantang dan bisa
bermanfaat bagi pengembangan pendidikan khususnya di bidang
geografi.
b. Bagi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial menambah khazanah
pemikiran keilmuan dan tidak bosan-bosannya menggali ilmu untuk
bisa mencerdaskan kehidupan bangsa.

6

c. Bagi keilmuan adalah sebagai penerapan dari mata kuliah biogeografi.
d. Bagi pengajaran adalah sebagai penerapan langsung dari mata kuliah
biogeografi.

BAB II
DESKRIPSI TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Kesadaran
Manusia akan sadar terhadap apa yang dilakukan dan akan mengingat
apa yang sudah dikerjakan sebelumnya.Secara bahasa kata “kesadaran”
mempunyai kata dasar “sadar”, yang berawalan ke-an. Sadar berarti insyaf,
paham, mengerti kesadaran berarti mengetahui serta memahami sesuatu hal
yang baik secara konkrit maupun abstrak.1Untuk memperkuat definisi tentang
kesadaran maka perlu dilihat tentang definisi secara keseluruhan, adapun
kesadaran dalam bentuk lain adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang
tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran merupakan unsur dalam
manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau
menyikapi terhadap realitas.2
Dengan kata lain kesadaran bisa dirasakan oleh manusia dalam segala
kegiatan yang dilakukannya dan sadar dengan apa yang sedang manusia
lakukan dalam kegiatannya. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua
ide, perasaan, pendapat, dan lain sebagainya yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang. Adapun menurut O.P. Simorangkir kesadaran adalah
sebagai berikut :
Menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kebebasan
batin, maka kita dapat membuka diri untuk kebahagiaan, kesehatan dan
kepuasan yang senantiasa mengelilinginya. Bila mengenal diri secara lebih
mendalam, maka kita akan memperoleh pengertian yang lebih mendalam
dan lebih luas pula, serta perasaan aman dan sejahtera. Kita menjadi sehat
jasmaniah dan rohaniah, pekerjaan, keluarga dan handai-tolan akan
memperoleh arti yang lebih besar dimata kita.3

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 765.
2
Pengertian kesadaran, repository.usu.ac.id/ bitstream /123456789/ 26081/4/
Chapter%20II. Pdf diakses pada 31/08/2014 pukul 10.31
3
O.P. Simorangkir, Kesadaran, Pikiran Dan Tanggung Jawab, (Jakarta: Yagrat, 1987),
h.1.

7

8

Hal di atas diperkuat dengan pendapat Ahmad Mansur Noor, “kesadaran
berarti keadaan tahu, mengerti dan merasa akan yang dilakukan.”4Kesadaran
juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali
penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun,
kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samarsamar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat.
Menurut Carl G Jung teori kesadaran dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Ego
Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran
dan perasaan-perasaan sadar.
b. Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego.
Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi
dilupakan dan diabaikan dengan cara repression atau suppression.
c. Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau
leluhur seseorang yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia
sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi
atau nenek moyang binatangnya. 5
Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan psikhe. Adapun yang
dimaksud dengan psikhe ialah totalitas segala peristiwa psikhis baik yang
disadari maupun yang tidak disadari.6 Jiwa manusia terbagi menjadi dua
alam, yaitu alam sadar dan alam tak sadar batas antara kedua alam tersebut
tidak tetap, melaikan dapat berubah-ubah. Sebagai ilustrasi dapat dilihat
gambaran berikut :

4

Ahmad Mansur Noor, Peran Moral Dalam Membina Kesadaran Hukum, (Jakarta:
Proyek Pembinaan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Departemen Agama RI, 1985), h.17.
5
Pengertian kesadaran dan tingkatannya, eedha-dhori.blogspot.com/2011/11/kesadarandan-tingkatannya.html diakses tanggal 31/08/2014 pukul 10.37
6
Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1993) cet. Keenam, h.67.

10

Berdasarkan atas penelitian-penelitian Frohn dengan kawan-kawannya
mazhab Koln menyusun konsepsi yang terkenal dengan nama teori lapisanlapisan; kesadaran (Theori der Bewustseinsschichtungen). Isi teori tersebut
ada tiga lapisan kesadaran, yaitu:
1. Tanggapan individual: tanggapan ini terjadi langsung dari pengamatan
pancaindera; penyadaran berperaga.
2. Tanggapan bagan (schematis): penyadaran yang kurang berperaga dan
punya sifat-sifat umum.
3. Pengertian abstrak: unsur-unsur berperaga sama sekali tak ada, yang
ada hanyalah mengerti yang tak berperaga; di sini pikir bekerja dengan
kategori-kategori penagtur, seperti: sebab-akibat, lantaran-tujuan,
persesuaian, dan sebagainya.7
Namun, dalam kehidupan sehari-hari berbagai kejadian yang berada
disekitar masyarakat yang menjadikan sebuah kegiatan rutin untuk dilakukan
oleh masyarakat dapat menyebabkan sebuah fakta sosial dan menentukan
ukuran untuk segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat secara sadar
untuk dikerjakannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Edmund Husserl “apa
yang mereka lakukan sebagai perwujudan kesadaran mereka dinilai oleh
sesuatu yang berada diluar diri mereka (fakta sosial) seperti masyarakat
dengan hukum-hukum, norma-norma, atau nilai-nilai yang dipegangnya”.8
Dengan penjelasan tersebut maka kesadaran tidak dilihat dari sisi
psikologi saja tetapi dapat dilihat dari sisi sosialnya dengan dipengaruhi oleh
faktor luar seperti fakta sosial dan tidak dipengaruhi dari faktor internal
manusianya saja yaitu individu manusia itu tersendiri. Adapun menurut Emile
Durkheim pengertian kesadaran dari sisi sosialnya adalah sebagai berikut :
Gejala-gejala sosial masyarakat tidak dapat diterangkan oleh psikologi,
tetapi hanya oleh sosiologi. Sebab yang mendasari gejala-gejala sosial itu
adalah suatu “kesadaran kolektif” dan bukan “kesdaran individual”,
sehingga gejala-gejala sosial yang menurut Durkheim didasari oleh jiwa
kolektif, hanya dapat dipelajari oleh sosiologi yang mempelajari jiwa

7

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008),

8

Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h.128.

h.60.

11

kolektif itu, dan tidak oleh psikologi yang menurut Durkheim hanya
mempelajari gejala-gejala individual.9
Dengan begitu kesadaran kolektif terbentuk akibat gejala-gejala sosial
yang ditimbulkan masyarakat akibat memiliki pemikiran yang sama
dilingkungan masyarakat tersebut dan akhirnya menimbulkan sebuah gejalagejala sosial. Hal tersebut didukung dengan pendapat Durkheim “masyarakat
itu terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif
dengan pengertian-pengertian kolektif dan tanggapan-tanggapan secara
kolektif”.10
Secara umum masyarakat pastilah akan mempengaruhi satu sama lain
untuk melakukan sebuah tindakan maka dengan pengaruh tersebut dapat
terbentuknya sebuah kelompok yang memiliki pemahaman yang sama dan
melakukan sebuah tindakan yang sama pula untuk mencapai tujuan yang
disepakati bersama dan menyebabkan sebuah perilaku kolektif. Adapun
pengertian perilaku kolektif adalah pengalihan kontrol yang sederhana (dan
rasional) terhadap tindakan satu pelaku kepada pelaku lain.11
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif
oleh Fattah Hanurawan “perilaku kolektif adalah cara berfikir, berperasaan
dan bertindak sekumpulan individu yang secara relatif bersifat spontan dan
tidak terstuktur yang berkembang dalam suatu kelompok atau suatu populasi
sebagai akibat dari saling stimulasi antar individu.”12
Perilaku kolektif tersebut terbentuk dari individu yang mempengaruhi
individu lain sehingga membuat sebuah komunitas. Secara umum perilaku
kolektif memiliki beberapa elemen yaitu :
a. fenomena tersebut melibatkan sejumlah orang yang melakukan
tindakan yang sama pada waktu yang bersamaan.
b. Perilaku yang ditampilkan tersebut bersifat sementara atau terus
menerus berubah, tidak dalam kondisi seimbang/stabil.
9

Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT. Eresco, 1988), h. 35-36.
Ibid, h. 36.
11
James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, (Bandung : Nusa Media, 2011), h.271.
12
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 99.
10

12

c. Terdapat semacam ketergantungan tertentu diantara tindakan-tindakan
tersebut; individu tidak bertindak secara bebas.13
Elemen-elemen tersebut akan menimbulkan apa yang dimaksud dengan
perilaku kolektif dan perwujudan dari perilaku kolektif yaitu dengan adanya
bentuk-bentuk perilaku kolektif yang digolongkan untuk melihat bagianbagian dari perilaku kolektif itu sendiri. Adapun bentuk-bentuk perilaku
kolektif menurut Richard T. Schafer adalah sebagai berikut :
1. Crowds
A crowds is a temporary gathering of people in close proximity who
share a common focus or interest.
2. Disaster Behavior
The term disaster refers to a sudden or disruptive even or set of events
that overtaxes a community’s resources, so that outside aid is
necessary.
3. Fad and Fashion
Fad are temporary patterns of behavior invo;ving large numbers of
people, they spring up independently of preceding trends and do not
give rise to successors. In contrast, fashions are pleasurable mass
involvements that feature a certain amount of acceptance by society
and have a line of istorical continuity (J.Lofland, 1985).
4. Rumors
A rumors is a piece of information gathered informally that is used to
interpret an ambiguous situation.
5. Public and Public Opinion
The term public refers to a dispersed group of people, not necessarily
in contact with one another who share an interest in issue. The public
opinion refers to expressions of attitudes on matters of public policy
that are communicated to decision makers14.
Dengan penjelasan tersebut maka bisa disimpulkan bahwa kesadaran
segala sesuatu tindakan yang dilakukan oleh manusia secara individu dalam
kesehariannya yang dilakukan secara sadar, namun selain hal tersebut
kesadaran memiliki sebab-akibat karena apa yang telah dilakukan manusia
secara individu sadar akan memberikan efeknya terhadap masyarakat lain
serta lingkungannya yang mempengaruhi kelompok masyarakat sekitarnya
dan menyebabkan terjadinya kesadaran kolektif. Segala sesuatu yang

13
14

James S. Coleman, Loc. cit.
Richard T. Schaefer, Sociology, (United States : McGraw-Hill, 2008), h.527-531.

13

dilakukan manusia selalu ada sebabnya, walaupun secara tidak sadar manusia
tidak memikirkan awalnya melakukan apa yang dikerjakan. Sementara hasil
dari apa yang telah dilakukan manusia akan ada hasil akibatnya, apapun
hasilnya baik atau buruk dalam akhirnya.
B. Kegiatan Perdagangan Burung
Awal mula kegiatan perdagangan sudah terjadi sejak zaman dahulu yaitu
dengan melakukan kegiatan barter dengan saling menukar barang yang
diinginkan. Menurut Sadono Sukirno “Dalam perekonomian subsistem yang
masih sangat primitif, perdagangan dilakukan secara barter,

yaitu

perdagangan secara pertukaran barang dengan barang”.15 Dengan kata lain
kegiatan barter ini adalah awal dari perdagangan yang modern saat ini dan
perbedaan yang sekarang perdagangan alat tukar untuk barang adalah uang.
Dalam kegiatan perdagangan bukan hanya barang saja yang menjadi
faktor utama tetapi harus ada tujuan untuk mengambil untung serta
perhitungan yang jelas dalam pembukuannya agar dapat melihat catatan
keuangan yang jelas dan memberikan motivasi untuk melakukan kegiatan
perdagangan kepada pedagang. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewa Ketut
Sukardi “Orang-orang enterprising (usaha) memilih nilai-nilai, tujuan dan
tugas-tugas melalui yang mana ia dapat mengekspresikan keberaniannya
dalam mengambil resiko, kebutuhan untuk menguasai orang lain”.16 Jika
dikaitkan dengan perdagangan hewan faktor dari kegiatan di atas menjadi
motivasi terbesar pedagang untuk melakukan perdangan hewan yang
dilindungi yang kaitannya dengan burung dalam studi kasus kali ini.
Perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat tidaklah semuanya
memiliki legalitas dalam perdagangannya namun banyak pula para pedagang
yang melakukan perdagangan secara ilegal, tanpa perizinan yang sah dari
pihak pemerintah. Hal tersebutlah yang sering terjadi dalam perdagangan
burung khususnya bagi burung-burung langka yang memang dilindungi oleh
15

Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2005), h.33.
16
Dewa Ketut sukardi, Psikologi Pemilihan Karir, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993),
h.34.

14

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang
pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, adapun isinya adalah sebagai berikut :
Dikatakan bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dan sumber daya
alam yang tidak tenilai harganya sehingga kelestariannya perlu dijaga
melalui upaya pengawetan jenissebagai pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, dipandang perlu untuk menetapkan peraturan tentang
pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dengan Peraturan Pemerintah.17
Tabel 2.1
Daftar Jenis-Jenis Burung Yang Dilindungi Oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1999

1.

Accipitridae

2.
3.
4.

Aethopyga exima
Aethopyga duyvenbodei
Alcedinidae

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Alcippe pyrrhoptera
Anhinga melanogaster
Aramidopsis plateni
Argusianus argus
Bubulcus ibis
Bucerotidae

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Cacatua galerita
Cacatua goffini
Cacatua moluccensis
Cacatua sulphurea
Cairina scutulata
Caloenas nicobarica
Casuarius bennetti
Casuarius casuarius
Casuarius
unappenddiculatus
Ciconia episcopus
Colluricincla
megarhyncha
Crocias albonotatus
Ducula whartoni
Egretta sacra
Egretta spp.
Elanus caerulleus
Elanus hypoleucus

20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

17

AVES (Burung)
Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili
Accipitridae)
Jantingan gunung
Burung madu Sangihe
Burung udang, Raja udang (semua jenis dari famili
Alcedinidae)
Brencet wergan
Pecuk ular
Mandar Sulawesi
Kuau
Kuntul, Bangau putih
Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari
famili Bucerotidae)
Kakatua putih besar jambul kuning
Kakatua gofin
Kakatua Seram
Kakatua kecil jambul kuning
Itik liar
Junai, Burung mas, Minata
Kasuari kecil
Kasuari
Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning
Bangau hitam, Sandanglawe
Burung sohabe coklat
Burung matahari
Pergam raja
Kuntul karang
Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari genus Egretta)
Alap-alap putih, Alap-alap tikus
Alap-alap putih, Alap-alap tikus

PP No. 7 Tahun 1999, http://alamendah.org/peraturan-hukum/peraturan-pemerintah/ppno-7-tahun-1999-tentang-pengawetan-jenis-tumbuhan-dan-satwa, diakses 18/06/2014 14:57.

15

28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Eos histrio
Esacus magnirostris
Eutrichomyias rowleyi
Falconidae
Fregeta andrewsi
Garrulax rufifrons
Goura spp.

35.

46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.

Gracula religiosa
mertensi
Gracula religiosa robusta
Gracula religiosa
venerata
Grus spp.
Himantopus himantopus
Ibis cinereus
Ibis leucocephala
Lorius roratus
Leptoptilos javanicus
Leucopsar rothschildi
Limnodromus
semipalmatus
Lophozosterops javanica
Lophura bulweri
Loriculus catamene
Loriculus exilis
Lorius domicellus
Macrocephalon maleo
Megalaima armillaris
Megalaima corvina
Megalaima javensis
Megapoddidae

56.
57.

Megapodius reintwardtii
Meliphagidae

58.
59.
60.

Musciscapa ruecki
Mycteria cinerea
Nectariniidae

61.
62.
63.
64.

Numenius spp.
Nycticorax caledonicus
Otus migicus beccarii
Pandionidae

65.
66.
67.
68.
69.
70.

Paradiseidae
Pavo muticus
Pelecanidae
Pittidae
Plegadis falcinellus
Polyplectron malacense

36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

Nuri Sangir
Wili-wili, Uar, Bebek laut
Seriwang Sangihe
Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Falconidae)
Burung gunting, Bintayung
Burung kuda
Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis
dari genus Goura)
Beo Flores
Beo Nias
Beo Sumbawa
Jenjang (semua jenis dari genus Grus)
Trulek lidi, Lilimo
Bluwok, Walangkadak
Bluwok berwarna
Bayan
Marabu, Bangau tongtong
Jalak Bali
Blekek Asia
Burung kacamata leher abu-abu
Beleang ekor putih
Serindit Sangihe
Serindit Sulawesi
Nuri merah kepala hitam
Burung maleo
Cangcarang
Haruku, Ketuk-ketuk
Tulung tumpuk, Bultok Jawa
Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili
Megapododae)
Burung gosong
Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili
Meliphagidae)
Burung kipas biru
Bangau putih susu, Bluwok
Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili
Nectariniidae)
Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius)
Kowak merah
Burung hantu Biak
Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili
Pandionidae)
Burung cendrawasih (semua jenis dari famili Paradiseidae)
Burung merak
Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae)
Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili Pittidae)
Ibis hitam, Roko-roko
Merak kerdil

Sumber : PP No 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa

16

Dari peraturan di atas sudah jelas bahwa perdagangan burung yang
dilindungi adalah kegiatan yang ilegal dan dapat dikenakan hukuman bagi
pelanggarnya dan diperkuat oleh pendapat Hans Kelsen yaitu :
Hans Kelsen mengemukakan bahwa peraturan hukum yang diundangkan
oleh penguasa yang berwenang di dalam suatu negara modern mempunyai
aspek rangkap. Peraturan hukum yang ditujukan kepada seseorang anggota
masyarakat yang menunjukan bagaimana ia harus bertingkah laku (the
secondary from of the rule). Sekaligus ditujukan pula kepada hakim
apabila anggota masyarakat melanggar peraturan hukum tersebut, maka
hakim hendaknya memberikan sanksi terhadap anggota masyarakat itu
(the primary from the rule).18
Seharusnya para pedagang hewan bisa mengerti bahwa perdagangan
burung langka yang dilindungi oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah
selayaknya harus ditaati untuk kelestarian hewan tersebut dan pemerintah
harus tegas teradap peraturan yang telah berlaku di masyarakat dengan
menindak langsung para pedagang yang melakukan kegiatan ilegal tersebut,
namun perdagangan burung tersebut juga sudah menjadi permasalahan yang
sangat serius di dalam hukum internasional karena maraknya perdagangan
dan perburuan burung yang melibatkan banyak negara.
Akibat dari perdagangan dan perburuan terhadap burung atau hidupan
liar ini menyebabkan banyak jenis-jenisnya di muka bumi terancam
kepunahan.

Untuk

mengatasi

masalah

ini

maka

diadakan

kontrol

internasional dengan perjanjian CITES (Conference on Parties-COP) yang
merupakan konvensi internasional perdagangan species guna membatasi
perdagangan ekspor dan impor dari berbagai negara. Adapun tiga kriteria
yang disebut lampiran CITES (CITES-Apendix) yang berisi daftar flora dan
fauna dengan kriteria khusus. Adalah sebagai berikut:
CITES Lampiran I, termasuk jenis-jenis yang dilindungi karena terancam,
atau mungkin mempunyai dampak buruk jika terus di perdagangkan.
Spesies hidupan liar ini tidak diperkenankan diperdagangkan secara
internasional. Izin perdagangan tidak akan diberikan bagi spesies yang
terdafar dalam lampiran ini. Contoh satwa yang masuk dalam kategori ini
adalah Orang Utan, Harimau, Gajah, Cendrawasih, Jalak Bali,dll.
18

Saifullah, Hukum Lingkungan (Paradigma Kebujakan Kriminal di Bidang konservasi
Keanekaragaman Hayati), (Malang : UIN Malang Press, 2007), h. 80.

17

CITES Lampiran II, bagi jenis-jenis yang akan menjadi langka jika
perdagangan tidak di kontrol atau di batasi. Perdagangan secara
internasional masih diperkenanakan, namun dengan pembatasan atas
kuota. Kuota ini digariskan oleh pihak berwenang atas dasar ketersediaan
dan perkembangan populasi yang ada di alam. Contoh spesies dalam
lampiran ini adalah Ikan Arwana, Burung Beo, Ular Phiton, dan Buaya.
CITES Lampiran III, jenis yang terancam diatur dengan kerja sama antar
negara hai ini di karenakan status atau populasi flora dan fauna yang
berada di suatu negara berbeda dengan negara lainnya.19
Adapun tujuan CITES sendiri menurut Chairul, dkk adalah “untuk
menjamin bahwa hidupan liar berupa flora dan fauna yang diperdagangkan
secara internasional tidak dieksploitasi secara tidak berkelanjutan yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kepunahan atau langkanya sumberdaya tersebut
di habitat alam”.20 Menurut Sprayitno untuk melaksanakan ini Indonesia
menerapkan prinsip-prinsip pemanfaatan berkelanjutan yang berdasar pada :
1. Prinsip pemanfaatan tidak merusak (non detriment findings).
2. Prinsip kehati-hatian (precautionary principle).21
Prinsip-prinsip tersebut selalu mendasari pengembangan kebijakan
pengelolaan spesies yang berkelanjutan. Dengan adanya peraturan yang
sangat ketat di dunia internasional maka sudah pasti bahwa hewan yang
dilindungi sangat dijaga kelestariannya dari perdagangan hewan yang ilegal.
Seharusnya para pedagang juga dapat berperan aktif dalam pelestarian hewan
dan hal ini sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia No.4 Tahun 2014
tentang pelesarian satwa langka untuk menjaga keseimbangan ekosistem pada
poin ketiga tentang rekomendasi terhadap pelaku usaha adalah sebagai
berikut :
a. Menjalankan praktek usaha yang bermanfaat bagi masyarakat banyak
dan menjag