ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

(1)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE INCOME LEVEL OF TRADITIONAL MARKET SELLERS

( A Case Study at Wates Traditional Market)

SKRIPSI

Oleh

ZAHROTUN NISA UTAMI 20130430018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE INCOME LEVEL OF TRADITIONAL MARKET SELLERS

( A Case Study at Wates Traditional Market)

SKRIPSI

Oleh

ZAHROTUN NISA UTAMI 20130430018

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

ix Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia, rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Tradisional Wates)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah banyak membantu, dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Orang tua tercinta bapak Suprantyo dan ibu Turminiyati yang selalu memberikan kasih sayang dan do‟a yang senangtiasa mereka panjatkan untuk anak-anaknya.

2. Keluarga besar Suprantyo yang selalu memberikan semangat dan do‟a kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Dr. Imamuddin Yuliadi, MSi. Selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran, dukungan seta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Teman –teman Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2013, terimakasih dan sukses untuk kita semua.

7. Terimakasih untuk semua sahabat-sahabatku yang senangtiasa membantu dan mendukung penulis.


(7)

x Penulis menyadari kekurang sempurnaan penulisan dalam skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini, sehingga diharapkan sekali masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan dating. Penuliss berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,

Yogyakarta,13 Januari 2017 Penulis


(8)

xi

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERNYATAAN………. iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

INTISARI……… vii

ABSTRAK………... viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GAMBAR………. xv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Batasan Masalah……….. 10

C. Rumusan Masalah……… 10

D. Tujuan Penelitian………. 11

E. Manfaat Penelitian……… 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 13

A. Landasan Teori……… 13

a. Pendapatan………... 13

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang…………. 13

c. Sektor Informal……… 20

d. Pasar dan Pasar Tradisional………. 23


(9)

xii ………...

B. Jenis Data………... 36

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi……….... 37

a. Sampel……… 37

b. Populasi……… 37

D. Teknik Pengumpulan Data………. . 39

E. Definisi Operasional Variabel………. 40

F. Analisis Data………... 42

1. Analisis Regresi Linier……… 42

2. Uji Asumsi klasik……….. 43

a. Uji Normalitas………. . 44

b. Uji Multikolinearitas………. 44

c. Uji Heterokedastisitas………. 45

3. Uji Hipotesis………. 45

a. Signifikan Parsial (Uji – t)……….. 46

b. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)……… 46

c. Koefisien Determinasi (R2)………. 47

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN……….. 48

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………... 48

a. Profil Pasar Tradisional Wates……… 49

B. Profil Kabupaten Kulon Progo……… 50

a. Gambaran Geografis……… 51

b. Gambaran Kependudukan……….. 52

c. Gambaran Ekonomi………. 52

C. Gambaran Umum Responden………. 55

1. Karakteristik Responden………. 56

a. Jumlah Responden Berdasarkan Usia……….. 56

b. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….. 57


(10)

xiii

1. Uji Normalitas………... 59

2. Uji Multikolinearitas………. 60

3. Uji Heteroskedastisitas………. 61

B. Analisis Regresi Linier……… 62

C. Uji Hipotesis……… 64

1. Uji Signifikasi variabel secara individu (Uji-t)………. 64

2. Uji signifikasi simultan (Uji – F)……….. 69

3. Hasil analisis Determinasi (R2)………. 70

E. Pembahasan……….. 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 78

A. Kesimpulan………... 78

B. Saran……….. 79 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xiv

Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal…... 22

Tabel 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian……… 34

Tabel 3.1 Variable Independen dan Variabel Dependen……….. 42

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Menurut Kecamatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014……… 51

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Kulon Progo……… 52

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2014(dalam jutaan rupiah)……….. 54

Tabel 5.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……. 59

Tabel 5.2 Ringkasa Hasil Uji Multikolinearitas………... 60

Tabel 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas………. 61

Tabel 5.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda………. 62

Tabel 5.5 Tabel T hitung dan T tabel………. 65

Tabel 5.6 Hasil Uji – F……….. . 69


(12)

xv

Gambar 2.1 Kurva permintaan dan penawaran pasar persaingan sempurna.. 27

Gambar 2.2 Kurva keuntungan maksimum pada pasar monopoli…………. 28

Gambar 2.3 Kurva permintaan patah (kinked demand)……….29

Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates……….51

Gambar 4.2 Diagram perbandingan usia responden……… .56

Gambar 4.3 Diagram perbandingan tingkat pendidikan terakhir responden.57 Gambar 5.1 Uji-t untuk variabel modal awal………..66

Gambar 5.2 Uji-t untuk variabel lama usaha………..67

Gambar 5.3 Uji-t untuk variabel jam kerja……….68


(13)

vii adalah pedagang pasar tradisional, di pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 100 responden. Data diperoleh melalui data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional, sedangkan lama usaha dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Secara serentak menunjukkan bahwa variabel modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Kata kunci : pedagang pasar tradisional, tingkat pendapatan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan jenis kelamin.


(14)

viii This research aimed at learning the influence of initial capital, length of business, working hour, and gender toward the income level of the sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo. The respondents of the research were 100 traditional market sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo Municipality. The primary data were collected by asking the respondents questions in the written form. The data analysis was conducted by using double linear regression.

The result of the research indicated that partially, initial al and working hour influenced the variable of the income level of the traditional market sellers, meanwhile length of business and gender did not influence the variable of the income level of traditional market sellers. Altogether, it indicated that the variable of initial capital, length of business, working hour and gender influenced the income level of traditional market sellers.

Keyword: traditional market sellers, income level, initial capital, length of business, working hour, gender.


(15)

(16)

vii Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional, di pasar tradisional Wates, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 100 responden. Data diperoleh melalui data primer dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional, sedangkan lama usaha dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Secara serentak menunjukkan bahwa variabel modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. Kata kunci : pedagang pasar tradisional, tingkat pendapatan, modal awal, lama usaha, jam kerja, dan jenis kelamin.


(17)

viii business, working hour, and gender toward the income level of the sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo. The respondents of the research were 100 traditional market sellers at Wates traditional market, in Kulon Progo Municipality. The primary data were collected by asking the respondents questions in the written form. The data analysis was conducted by using double linear regression.

The result of the research indicated that partially, initial al and working hour influenced the variable of the income level of the traditional market sellers, meanwhile length of business and gender did not influence the variable of the income level of traditional market sellers. Altogether, it indicated that the variable of initial capital, length of business, working hour and gender influenced the income level of traditional market sellers.

Keyword: traditional market sellers, income level, initial capital, length of business, working hour, gender.


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini dapat diukur oleh maraknya pembangunan pusat perdagangan. Keberadaan pusat perdagangan merupakan indikator paling nyata dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut bentuk fisik pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

Pedagang pasar tradisional merupakan kegiatan sektor informal yang memiliki peran penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan ekonomi suatu negara. Sektor informal (Todaro dan Smith, 2011:405) merupakan:

“Bagian dari perekonomian negara-negara berkembang yang dicirikan dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga, perdagangan kelontong dan layanan remeh temeh, berorientasi padat karya, tanpa adanya hambatan masuk, serta dengan harga faktor dan produk yang ditentukan pasar”.

Peran penting yang dimiliki oleh sektor informal berupa pengembangan perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional ketika adanya program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, disinilah sektor informal berperan dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai alternatif peluang kerja bagi pencari kerja. Lambatnya pembangunan suatu negara yang akan menyebabkan bertambahnya pengangguran dan kemiskinan sehingga


(19)

menjadikan sektor informal sebagai jalan keluar dari maraknya pengangguran dan kemiskinan, bila sektor informal berjalan dengan baik, maka akan menekan pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan suatu negara. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman dan ketrampilan yang terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama bagi angkatan kerja berusia muda yang hanya memiliki pengalaman serta ketrampilan yang sedikit. Namun semua ini harus didukung dengan peran sektor informal yang positif dalam proses pembangunan perekonomian, sehingga bila sektor informal berjalan dengan baik maka angkatan kerja, pengangguran dan masyarakat kurang mampu dapat diatasi dengan sektor informal sehingga akan mengurangi kemiskinan suatu negara.

Sektor informal merupakan unit usaha kecil dan modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana, walaupun dengan modal yang tidak banyak orang-orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya di era moderenisasi saat ini. Sektor informal merupakan bentuk usaha yang paling banyak ditemui, bentuk usaha pada sektor informal banyak dilakukan oleh masyarakat yang berpendidikan rendah bahkan tidak berpendidikan sama sekali dan bermodal usaha kecil namun sektor informal terbuka bagi siapa saja dan sangat mudah mendirikannya.


(20)

Jumlah sektor informal sangatlah banyak sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistika Daerah Istimewa Yogyakarta, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 hingga Februari 2016 berkisar 2,0 persen, sedangkan pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka mencapai 2,81 persen, ini mengalami penurunan karena usaha kecil atau sektor informal yang semakin tumbuh. Sektor informal mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian. Menurut data Badan Pusat Statistika menunjukan 90 persen usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan sektor informal. Pekerjaan disektor informal yang dapat dipilih adalah dengan membuat usaha kecil ataupun berdagang dengan modal yang tidak terlalu besar dan juga kemampuan dasar yang dimiliki seseorang dapat membuat usaha kecil seperti berdagang, sehingga pada akhirnya sektor informal dianggap sebagai jawaban yang tepat atas masalah ketenagakerjaan. Kuncoro (2007:363) berpendapat bahwa :

“Usaha Kecil akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah angkatan kerja, pengangguran, jumlah kemiskinan, pemerataan distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi pedesaan. Jelas bila usaha kecil perlu dikembangkan dan mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia namun juga merupakan ujung tombak dalamupaya pengentasan kemiskinan”.

Modern saat ini masyarakat lebih yang memilih mendirikan usaha kecil ataupun berdagang di pasar tradisional dari pada hanya menjadi pengangguran dan menunggu lapangan pekerjaan dari sektor formal.


(21)

Kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam menjadikan masyarakat itu sendiri berfikir tentang bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan berlomba untuk mencari peluang bisnis yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. Sektor informal pada umumnya berkonsentrasi disektor perdagangan dan sektor pelayanan jasa bagi masyarakat. Kegiatan sektor informal yaitu menjadi pedagang di pasar tradisional ataupu asongan dan lain lain.

Pertumbuhan pesat tempat perdagangan pasar tradisional dan modern yang tidak seimbang akan mengakibatkan ketimpangan pendapatan yang diperoleh oleh pedagang karena keduannya memiliki kesamaan fungsi yaitu sama-sama tempat berbelanja. Sehingga perbelanjaan modern dikawatirkan akan mematikan keberadaan pasar tradisional yang merupakan refleksi dari ekonomi kerakyatan dan pasar tradisional merupakan sektor informal yang didalamnya terdapat pedagang berskala keci dengan modal kecil. Sehinggga setiap daerah harus memiliki cara tersendiri dalam mengelola perekonomiannya.

Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang menerapkan bela beli produk lokal yang dihasilkan dari dalam kabupaten Kulon Progo sendiri, program ini merupakan gerakan untuk membeli dengan cara membeli produk-produk lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo. Sumber daya alam di Kulon Progo sangat melimpah seperti halnya pada sektor pertanian dan perkebunan yang berada di wilayah selatan Kulon Progo dan utara di pegunungan menorah sangatlah memiliki potensi


(22)

perekonomian menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2013 sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja yaitu mencapai 50,24 persen. Karena Kulon Progo merupakan daerah agraris dengan sektor pertanian yang merupakan penyumbang pendapatan daerah terbesar sehingga diikuti dengan sektor perdagangan sebagai sektor penyumbang pendapatan daerah yaitu sebesar 17,80 persen, sehingga saat ini Kulon Progo sangatlah gencar mendukung sektor informal untuk memajukan perekonomian masyarakat. Dengan program bela beli produk sendiri ini membantu petani untuk dapat juga terjun kesektor perdagangan, seperti berdagang di pasar atau sebagai pemasok hasil pertanian. inilah yang termaksud sektor informal yang sedang di lestarikan di Kabupaten Kulon Progo,di kabupaten Kulon Progo pemilik usaha kecil akan diberi fasilitas pendukung seperti tenda dan gerobak untuk menunjang pendapatan dalam berdagang. Untuk masyarakat yang bekerja di dalam pasar tradisional saat ini juga sedang dilakukan perbenahan struktur pasar agar lebih nyaman untuk di datangi sehingga pedagang juga akan merasakan dampak adanya pembenahan ini seperti dalam berdagang akan merasa lebih nyaman dan tingkat pendapatan pedagang akan meningkat karena konsumen atau pembeli merasa nyaman saat ini berdagang dipasar tradisional. Pembenahan yang diupayakan oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo tidak terlepas dari maraknya pembangunan toko modern yang ada di Kabupaten Kulon Progo, menurut data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Sumber Daya


(23)

Mineral Kabupaten Kulon Progo, saat ini sebanyak 83 toko modern telah berdiri di Kabupaten Kulon Progo. Dampak yang ditimbulkan karena adanya pasar modern adalah pasar menjadi sepi pembeli sehingga banyak pedagang yang merasa pendapatannya berkurang, karena pelangan yang selama ini berbelanja telah berpindah ke toko modern, kemudian lokasi usaha dengan biaya sewa yang berbeda tergantung strategis atau tidaknya lokasi saat ini tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima. sehingga mengancam bertambahnya pengangguran.

Berdagang di pasar tradisional tentap menjadi pilihan masyarakat yang memiliki modal terbatas dan pendidikan rendah dan tidak memiliki ketrampilan kusus karena pada dasarnya siapa saja boleh berdagang dipasar tradisional. Berdagang dipasar tradisional merupakan bentuk aktifitas sektor informal yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dan dapat mengurangi tingkat pengangguran yang terjadi di suatu daerah karena sektor informal hanya memerlukan modal yang sedikit, ketrampilan sendikit dan tidak perlu memiliki pendidikan tinggi bila ingin bekerja disektor informal. Di Kabupaten Kulon Progo terdapat 32 pasar tradisional yang tersebar di 12 kecamatan sesuai dengan tabel 1.1


(24)

Tabel 1.1

Data Pasar Tradisional ( Pasar Negeri) di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014

NO Nama Pasar Alamat Pasar

1 Glaeng Jangkaran, Temon

2 Pripih Hargomulyo, Kokap

3 Temon Temon Kulon, Temon

4 Dondongsari Kaligintung, Temon 5 Bendungan Bendunan, Wates

6 Gejlik Bojong, Panjatan

7 Ngaglik Pleret, Panjatan 8 Ngebung Bugel, Panjatan 9 Panjatan Gotakan, Panjatan 10 Menguri Hargo Tirto, Kokap 11 Sewugalur Karangsewu, Galur 12 Kranggan Kranggan, Galur 13 Brosot Brosot, Galur

14 Kasihan Ngentakrejo, Lendah 15 Bangeran Bumirejo, Lendah 16 Potrogaten Bumirejo, Lendah

17 Wates Wates, Wates

18 Burung Wates, Wates

19 Kelapa Wates, Wates

20 Pengasih Pengasih, Pengasih 21 Jombokan Tawangsari, Pengasih 22 Clereng Sendangsari, Pengasih 23 Nganggrung Srikayangan, Sentolo 24 Sentolo Salamrejo, Sentolo 25 Niten Giripurwo, Girimulyo 26 Nanggulan Jatisarono, Nanggulan 27 Kenteng Kembang, Nanggulan 28 Dekso Banjararum, Kalibawang 29 Jagalan Banjaroyo, Kalibawang 30 Klangon Banjaroyo, Kalibawang 31 Samigaluh Gerbosari, Samigaluh

32 Rumput Wates, Wates

Sumber : Desperindag Kabupaten Kulon Progo

Pada table 1.1 menjelaskan bahwa jumlah pasar tradisional per kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Kulon Progo yang mana jumlah pasar tradisional terbanyak terdapat di kecamatan Wates sebanyak 5 pasar


(25)

dan di kecamatan Panjatan sebanyak 4 pasar. Kecamatan Wates merupakan Ibukota dari Kulon Progo dan juga pusat perekonomian di Kulon Progo sedangkan Panjatan adalah salah satu kecamatan yang terletak dibagian selatan kabupaten Kulon Progo dengan mata pencaharian penduduk rata-rata adalah petani dan pedagang sehingga pasar tradisional memang banyak berdiri di kecamatan Panjatan. Ada hal unik yang terdapat di dalam masyarakat Kulon Progo yaitu selain mereka bertani mereka juga berdagang di pasar, mereka berdagang dengan hasil pertanian sendiri maupun diperoleh dari pihak lain.

Dari seluruh pasar tradisional yang berada di Kulon Progo Pasar Wates merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap dan tidak ada hari penentu untuk pasar beroperasi jadi setiap hari pasar Wates beroperasi. Pasar Wates merupakan pasar yang potensial karena pasar wates merupakan pasar terbesar dan memiliki tata letak yang baik dibandigkan dengan pasar lainnya namun pasar wates juga memiliki ancaman lebih besar dibandingkan dengan pasar lainnya karena pasar wates dikelilingan dengan pasar modern seperti Alfamart, Indomart, WS, HW, dan SidoAgung yang notabennya mereka berjualan sama seperti yang dijual dipasar tradisional wates. Dari data yang diperoleh dari kantor pasar tradisional Wates jumlah pedagang di pasar tradisional Wates berjumlah 714 pedagang.

Pada saat peneliti mengadakan studi pendahuluan, banyak pedagang yang mengeluhkan penurunan pendapatan, penurunan pendapatan ini


(26)

berakibat pada jumlah persediaan barang dagangan yang ada juga menurun dan tingkat kunjungan pembeli di pasar tidak sebanyak tahun- tahun sebelumnya.

Pasar tradisional Wates dipilih sebagai obyek penelitian karena merupakan kawasan perdagangan yang melayani daerah sekitarnya juga karena pasar tradisional Wates lokasinya yang terletak didekat pusat ibukota Kulon Progo, barang yang dijual sangat beragam dari mulai kebutuhan pokok seperti sembako, beras dan kebutuhan lainnya seperti kain, mainan dan perabotan rumah tangga.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh modal awal, lama usaha, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional Wates, sehingga penulis memutuskan untuk membuat penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL(STUDI KASUS DI PASAR TRADISIONAL


(27)

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah faktor modal awal berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional ?

2. Apakah faktor lama usaha berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional ?

3. Apakah faktor jam kerja berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional ?

4. Apakah faktor jenis kelamin berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional ?

5. Apakah faktor modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional ?


(28)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan msalah diatas, maka tujuan yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Pengaruh modal awal terhadap tingkat pedapatan pedagang pasar tradisional.

2. Mengetahui lama usaha terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

3. Mengetahui jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

4. Mengetahui jenis kelamin terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

5. Mengetahui faktor modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bidang teoritis a. Bagi Akademi

Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa lainnya yang akan mengadakan penelitian lanjutan.


(29)

b. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan tambahan dan wawasan dalam penerapan pembelajaran yang pernah didapatkan, khususnya dalam bidang pemasaran, persaingan usaha dan tentang perilaku konsumen. Penelitian ini juga mengharapkan hasil yang dapat dijadikan sebagai acuan lebih lajut demi pengembangan ilmu pengetahuan agar penelitian semacam ini dapat bisa dilanjutkan lebih sempurna.

2. Manfaat diBidang Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan bagi masing-masing perusahaan yang terkait untuk menyusun strategi pemasaran agar perusahaan dapat menentukan langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat ini. Sehingga industri dapat terus berkembang dan mampu tumbuh secara seimbang, saling melengkapi serta dapat saling memperkuat satu sama lain bagi kedua jenis toko modern dan pasar tradisional.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi pemerintah daerah sebagi bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan atau ijin pendirian usaha berjejaring ataupun pasar tradisional.


(30)

(31)

A. Landasan Teori 1. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor terpenting bagi setiap manusia di dunia ini, pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup suatu usaha. Kemampuan suatu usaha untuk membiayai semua kegiatan yang mendukung berkelanjutan suatu usaha sangat berpengaruh dengan seberapa besar pendapatan usaha tersebut diperoleh.

Pendapatan merupakan uang bagi sejumlah pelaku usaha yang telah diterima oleh suatu usaha dari pembeli sebagai hasil dari proses penjualan barang ataupun jasa. Pendapatan atau dapat disebut dengan keuntungan ekonomi merupakan pendapatan total yang diperoleh pemilik usaha setelah dikurangi biaya produksi (Sukirno, 2005:37). Pendapatan dapat juga disebut dengan income dari seseorang yang diperoleh dari hasil transaksi jual-beli dan pendapatan diperoleh apabila terjadi transaksi antara pedagang dengan pembeli dalam suatu kesepakatan harga bersama.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang

Didalam suatu usaha, selalu diikuti dengan pendapatan yang akan diperoleh. Sehingga faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan pedagang adalah :


(32)

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah pendapatan. Modal terdiri dari uang atau barang yang bersama faktor produksi tanah dan tenaga kerja yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan, namun bukan merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan (Suparmoko, 1986 dalam Firdausa, 2012). Didalam usaha, modal memiliki hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat di bagi menjadi :

1. Modal Tetap

Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.

2. Modal Lancar

Modal lancar adalah modal yang hanya memberikan jasa sekali saja dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan baku dan kebutuhan lainnya sebagai penunjang usaha tersebut.

Modal merupakan nyawa dalam berbisnis tanpa modal bisnispun sangat susah untuk maju dan berkembang lebih pesat lagi. Inilah yang


(33)

usahanya sangat cepat berkembang karena modal sangat mempengaruhi pendapatan pedagang.

Modal dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti dengan

1) Modal sendiri

Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal itu sendiri diperoleh dari hasil menabung, sumbangan, hibah ataupun warisan.

Kelebihan mengunakan modal sendiri adalah :

a. Tidak ada tangungan membayar bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban dalam berdagang.

b. Tidak bergantung pada pihak manapun artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal.

c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relative lama.

d. Tidak ada tangung jawab harus mengembalikan modal. 2) Modal Asing

Modal asing merupakan modal pinjaman yang diperoleh dari pihak luar perusahaan. Keuntungan dari modal asing ini kita akan mendapatkan modal pinjaman dalam jumlah banyak, dan


(34)

dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh agar usahanya tidak mengalami kebangkrutan dan dapat bertangung jawab mengembalikan uang yang sudah dipinjam. Dana asing dapat diperoleh dengan :

a) Pinjaman dari perbankan, baik dari bank konvensional maupun bank syariah. Ataupun bank swasta maupun pemerintah atau bank asing.

b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti pegadaian, modal venture, asuransi dan lain- lain.

c) Pinjaman dari perusahaan non keuangan

Peminjaman perusahaan non perbankan memiliki kelebihan yaitu jumlahnya tidak terbatas artinya perusahaan dapat mengajukan modal pinjaman keberbagai sumber. Motivasi usaha tinggi karena kebalikan dari menggunakan modal sendri.

3) Modal Patungan

Modal patungan merupakan modal yang didapat dengan cara membagi modal yang diperlukan kepada orang yang mau bekerjasama dengan cara mengabung modal sendiri dengan modal satu orang temen atau beberapa orang.

Pada umumnya sumber pemodalan dalam usaha kecil berasal dari :


(35)

3. Pinjaman barang dagangan 4. Kredit bank

5. Laba yang diperoleh b. Lama Usaha

Lama usaha menimbulkan suatu pengalaman berusaha, pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Poniwati, 2008). Seseorang yang bekerja lebih lama akan memiliki strategi khusus ataupun cara tersendiri dalam berdagang karena memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam menekuni usahanya.

Lama usaha merupakan ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas suatu pekerjaan dan melaksanakannya dengan baik. Lamanya seorang pelaku usaha menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadap kemampuan profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni bidang usaha perdagangan akan semakin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan dalam berdagang yang semakin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang dijaring. Semakin lama usaha seseorang dalam membuka usaha maka semakin terampil melakukan


(36)

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama usaha yang dijalani seseorang akan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga akan dapat menigkatkan produktivitas usaha tersebut.

c. Jam Kerja

Jam kerja merupakan jangka waktu yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha. Yang dimaksud jam kerja didalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh pedagang pasar tradisional dalam menjajarkan barang dagangannya setiap harinya. Jam kerja terganntung pada jenis dagangan yang dijual belikan, kecepatan habis terjual suatu barang dagangan, cuaca dan lainnya yang mempengaruhi jam kerja pedagang.

Jones G dan Bondan Supratilah membagi lama jam kerja seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yakni : (Ananta dan Hatmaji, 1985 : 75)

1) Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu, maka dia dikategorikan bekerja dibawah jam normal.

2) Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam perminggu, maka dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.

3) Seseorang yang bekerja diatas 45 jam perminggu maka ia dikategorikan bekerja dengan jam kerja panjang.


(37)

didasari oleh teori alokasi waktu kerja didasarkan pada teori utilitas

yaitu bekerja atau tidak bekerja untuk menikmati waktu luangnya. Bekerja berarti akan menghasilkan upah yang selanjutnya akan menigkatkan pendapatan. Dalam pendekatan mikro, tingkat upah memiliki peran langsung dengan jam kerja yang ditawarkan, pada kebanyakan pekerja, upah merupakan suatu motivasi dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja, sehingga hubungan antara upah dengan jam kerja adalah positif, dimana pada saat jam kerja yang ditawarkan semakin tinggi, maka upah yang diterima juga semakin tinggi.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat meningkatkan pendapatan (Citra,2013). Jenis kelamin didalam usaha berkaitan dengan ketahanan fisik, komunikasi. Laki-laki yang telah menikah produktifitasnya terhadap suatu pekerjaan lebih meningkat sementara perempuan yang telah menikah kebanyakan sebagian waktunya dicurahkan untuk mengurus keluarganya dirumah.

Jenis kelamin dalam usaha juga berkaitan dengan kelincahan dalam menawarkan maupun berkomunikasi kepada konsumen laki-laki


(38)

konsumen.

3. Sektor Informal

Didalam negara berkembang dualisme wilayah perdesaan dengan perkotaan yang terdapat di Indonesia telah memiliki dampak munculnya sektor formal dan sektor informal dalam proses kegiatan perekonomian suatu negara. Sektor informan menjadi perhatian pemerintah karena sektor informal dianggap sebagai salah satu alternatif yang sangat penting didalam memecahkan suatu masalah ekonomi seperti pada sektor ketenagakerjaan dan kemiskinan yang melanda kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia. Saat ini sektor informal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini terjadi karena menurunya kemampuan sektor formal dalam penyerapan tenaga kerja yang semakin meningkat. Bertambah tahun semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja di Indonesia dan disertai dengan bertambahnya jumlah kesempatan kerja sehingga akan menyebabkan jumlah pengangguran bertambah.

Sektor informal merupakan usaha berskala kecil yang memiliki tujuan pokok memperoleh pendapatan bagi dirisendiri dan dapat menciptakan peluang kerja bagi yang membutuhkan. Para pekerja yang menciptakan lapangan pekerjaan disektor informal biasanya berpendidikan rendah dan memiliki modal yang terbatas, pada umumnya mereka yang berada disektor informal tidak memiliki ketrampilan khusus


(39)

ini keterbalikan dari sektor formal yang menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan dari pemerintah, sedangkan sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan menengah kebawah dan umumnya berupa usaha berskala kecil dengan modal dan ruang lingkup yang terbatas, dan pengembangan yang terbatas (Harsiwi, 2002 :2). Namun meskipun demikian sektor informal sangat membantu perekonomian suatu negara yaitu dapat menurunkan angka pengangguran, kemiskinan dan juga menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat golongan menengah kebawah dengan harga yang relatif murah.

Menurut Commite For Economic Development, sektor informal memiliki ciri-ciri :

1) Memiliki manajemen yang dilakukan secara bebas dan biasanya pemilik langsung menjadi manajer.

2) Daerah operasionalnya bersifat lokal dan sipemilik bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi usaha.

3) Modal berasal dari diri sendiri maupun kelompok usaha.

4) Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif.

Menurut Todaro sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas sebagai berikut (2000 :351) :


(40)

2) Sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa 3) Unit produksinya dimiliki secara perorangan keluarga

4) Teknologi yang terbatas

5) Banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya)

Ciri-ciri sektor informal memiliki modal yang kecil yang berasal dari diri sendiri ataupun kelompok usahanya, teknologi yang digunakan sederhana atau seadanya saja, memiliki karyawan yang merupakan keluarga atau saudara sendiri dan memiliki bidang usaha yang bervariasi dan mudah untuk keluar masuk usaha.

Tabel 2.1

Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal No Sektor Informal Sektor Formal

1 Mudah untuk dimasuki Sulit untuk dimasuki 2 Bersandar pada sumber daya

lokal

Sering bergantung pada sumber daya luar negri

3 Usaha milik sendiri Pemiliknya patungan 4 Operasinya dalam skala kecil Operasi berskala luas 5 Padat karya dan teknologinya

bersifat adaptif

Padat modal dan seringkali mengunakan teknologi import

6 Ketrampilan dapat diperoleh diluar sekolah formal

Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal bahkan sering kali berasal dari luar negeri

7

Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif

Pasar diproteksi (melalui tarif, kuota dan tarif dagang)


(41)

pasar bukan hanya tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk bertransaksi jual beli. Pengertian pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran serta seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa (Hanafie, 2010:176).

Dalam kamus Ekonomi & Bisnis “pasar merupakan tempat terjadinya penawaran dan permintaan antara penjual yang ingin menukarkan barang-barangnya dengan uang dan pembeli yang ingin menukarkan uangnya dengan barang ataupun jasa” (Hadi dan Hastuti, 2011: 364-365).

Menurut teori makro ekonomi (Ensiklopedia Ekonomi Bisnis dan Manajemen, 1992:44), pasar adalah wujud abstrak dari mekanisme ketika pihak pembeli dan penjual saling bertransaksi. Pasar dapat berupa tempat konkrit ataupun terpusat seperti pasar obligasi,saham atau pasar sayur yang gedung atau tempatnya khusus dan mudah dilihat.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar, terdapat penjelasan mengenai definisi pasar, pasar tradisional dan pasar modern/toko modern. Penjelasan tersebut tertera pada pasal, sebagai berikut :

1) Pasal 1 Ayat 1 : Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat


(42)

perdagangan maupun sebutan lainnya.

2) Pasal 1 Ayat 2 : Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termaksud kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

3) Pasal 1 Ayat 5 : Toko Modern ( Pasar Modern) adalah toko dengan system pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, departemen store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 juga mengatur tentang pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern yang harus memperhitungkan kondisi social ekonomi masyarakat, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di wilayah yang bersangkutan dan keberadaan pasar tradisional. Walaupun tidak tertulis dengan jelas peraturan zonasi yang memisahkan antara pasar tradisional dengan pasar modern , hal ini dikarenakan peraturan zonasi pendirian pasar tradisional dan pasar modern diserahkan pada rencana tata ruang pemerintah daerah ataupun pemerintah kota.


(43)

tradisional yang kerap kali diidentifikasikan sebagai kekuatan ekonomi kerakyatan merupakan bentuk dwitunggal antara pasar tradisional dengan rakyat timbulnya pasar tradisional tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat pengaliran yang dijual (Nastiti, 2003 : 23 dalam Jati, 2012). Perlunya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehingga perlu adanya tempat praktis untuk mendapatkan barang-barang baik dengan menukar ataupun membeli, adanya kebutuhan inilah sehingga muncul tempat dagang bernama pasar.

Lahirnya pasar tradisional di Indonesia membawa model ekonomi dan model sosial. Dalam konteks pasar tradisional di indonesia mengajarkan bahwa kegiatan bertransaksi ekonomi tidaklah selalu memikirkan profit semata namun juga membagun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan.

Didalam pasar tradisional harga barang sangat bersahabat, pembeli dapat menawar sendiri harganya, sehingga konsep perdagangan dipasar tradisional tidak bisa dibandingkan dengan sistem perdagangan di pasar moderen seperti di swalayan ataupun mall kebanyakan. Pola perdagangan di pasar tradisional sendiri pada dasarnya hanya intermezzo


(44)

mengisi waktu ( Nugroho, 2011 : 58 dalam Jati 2012).

Dilihat dari strukturnya, bentuk pasar dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition Market)

Merupakan pasar dengan kondisi penjual dan pembeli yang banyak dan produk yang dijual bersifat homogen, sehingga penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga jual beli. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri yaitu produk bersifat homogen, penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang sempurna, produsen mudah masuk dan keluar pasar, dan harga murni hasil penawaran dan permintaan (Supply and Demand). Contoh pasar persaingan sempurna di Indonesia itu seperti pasar tradisional yang menjual bahan pangan.

Pada sistem harga paasar persaingan sempurna, dijelaskan bahwa produsen dan konsumen tidak sapat mempengaruhi harga. Harga pada pasar persaingan sempurna cenderung stabil, sehingga bentuk kurva permintaan dan penawaran padapasar persaingan sempurna berupa garis lurus mendatar sejajar dengan sumbu jumlah barang (OQ). Berapapun jumlah barang yang dibeli atau yang ditawarkan tidak akan menaikan atau menurunkan harga barang. Sehingga kurva tersebut merupakan kurva pendapatan rata-rata AR


(45)

P

D=S=AR=MR

P

Gambar 2.1.

Kurva permintaan dan penawaran pasar persaingan sempurna

2. Pasar Persangan Tidak Sempurna (Imperfect Competition Market)

Merupakan pasar yang tidak terorganisasi secara sempurna, pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari pasar monopoli, oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.

Pasar monopoli merupakan suatu keadaan pasar dimana hanya ada satu kekuatan atau satu penjual yang dapat menguasai seluruh penawaran, sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi. Contoh : perusahaan negara dan perusahaan minyak bumi serta gas alam. Pada pasar monopoli keuntungan maksimum dapat digambarkan sebagai berikut :


(46)

P1 C AC

P2 B AR=D

0 Q1 output

MR

Gambar 2.2.

Kurva keuntungan maksimum pada pasar monopoli

Dari grafik keuntungan maksimum dapat diperoleh bahwa harga pembentuk saat kurva MC memotong kurva MR, harga pasar setinggi OP1 , kurva MC selalu memotong kurvs AC pada titik yang terendah sehingga besarnya penerimaan total (TR) = OP1C Q1

sedangkan biaya total (TC) = OP2BQ1 sehingga akan diperoleh keuntungan sebesar P1P2BC.

Pasar oligopoli merupakan keadaan pasar dimana terdapat beberapa produsen atau penjual menguasai penawaran, baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama. Contoh pasar oligopoly adalah perusahaan industri mobil atau motor,industri baja dan industri rokok. Seorang ahli ekonomi P.Sweezy memperkenalkan kurva permintaan patah (Kinked Demand). Menurutnya kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan


(47)

P MC

A D D1

P1 AC A B D AR=D

0 Q MR Q

Gambar 2.3.

Kurva permintaan patah (kinked demand) Kurva Keuntungan pada Pasar Monopoli

Dari teori kurva permintaan patah diatas dapat disimpulkan bahwa industry telah dewasa, baik dengan direfensiasi produk maupun tanpa diferensiasi produk, jika suatu perusahaan menurunkan harga maka perusahaan lain akanmengikuti dan menandingi penurunan harga tersebut, dan jika perusahaan menaikan harga maka perusahaan lainnya dalam industri tidak akan mengikutinya.

Pasar monopolistic merupakan pasar yang terjadi bila dalam suatu pasar terdapat banyak produsen namun ada perbedaan produk diantara produk yang dihasilkan oleh masing-masing


(48)

sama dengan model pasar persaingan sempurna hanya saja dalam pasar monoposlistik diperkenalkan adanya perbedaan produk. Contoh dari pasar persaingan monopolistik adalah seperti rumah makan, tukang cukur dan perusahaan angkutan.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang pernah mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang.

Adapun penelitian- penelitian tersebut adalah :

1. Menurut penelitian Artaman (2015), dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Di Kabupaten Gianyar”. Dalam penelitian ini menguji lima variabel independen yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir, dan lokasi dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional. Populasi yang diambil didalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional. Sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebanyak 89 responden dengan metode slovin. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini adalah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati, sedangkan variabel jam kerja dan


(49)

“Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pedagang Di Pasar Tumenggungan Kabupaten Kebumen”. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel independen yaitu modal, lama usaha, lokasi usaha, tingkat pendidikan, produk yang dijual berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tumenggungan. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis crosstab (tabel silang). Hasil penelitian ini adalah modal dan lokasi usaha mempengaruhi besarnya pendapatan sedangkan lama usaha, jam kerja, tingkat pendidikan dan produk yang dijual tidak mempengaruhi besarnya pendapatan pedagang .

3. Menurut penelitian Damariyah (2015) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja, Lama Usaha Dan Jam Kerja, Lokasi Usaha dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang (studi kasus di pasar Desa Pandansari Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang)”. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel independen yaitu modal awal, lama usaha, jam kerja lokasi dan tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pedagang. Penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi Linier Berganda yang mendapatkan hasil bahwa modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang dan lama usaha,


(50)

pendapatan pedagang.

4. Menurut penelitian Damayanti (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Di Pasar Gede Kota Surakarta” dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu modal, jam kerja dan jenis dagangan dan satu satu variabel dependen yaitu pendapatan pedagang di pasar gede kota Surakarta. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi Linier Berganda. Hasil dari penelitian ini variabel modal, jam kerja dan jenis dagangan berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar gede.

5. Menurut penelitian Chintya dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Keluarahan Jimbaran”. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen yaitu modal kerja, jam kerja, lokasi usaha dan jenis produk yang dan satu variabel dependen yaitu pendapatan pedagang di pasar jimbaran. Dalam penelitian ini mengunakan alat analisis Regresi inier Berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel jam kerja, modal kerja, lokasi dan jenis produk berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang di pasar jimbaran.

6. Menurut penelitian Singgih dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan pada Usaha Mikro (Pedagang Kaki Lima di Alun-Alun Besuki Kabupaten


(51)

penelitian ini analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang, dan pengalaman berdagang, jenis kelamin, status perkawinan dan status usaha tidak berpengaruh.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pesatnya pembangunan pasar modern atau toko modern di Kabupaten Kulon Progo dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional Wates yang berdiri lebih lama dari pada pada modern yang saat ini semakin banyak. Pasar modern dikelola secara professional dengan fasilitas yang mendukung dan lengkap berbanding terbalik dengan pasar tradisional Wates yang masih berkutat dengan permasalahn klasik seputar pengelolaan yang kurang professional dan ketidaknyamanan untuk belanja. Pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam hal yang sama, hampir semua produk yang dijual dipasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern.

Akibat dari hal tersebut maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates sebagai dampak berkembangnya pasar modern di kabupaten Kulon Progo yang di dukung dengan lokasi usaha yang berdekatan.


(52)

faktor-faktor eksternal dan internal dilapangan sehingga diperlukan suatu kajian yang matang untuk kedepannya dapat diantisipasi dalam rangka mendapatkan hasil yang terbaik. Berkaitan dengan hal tertersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Kerangka Berpikir Penelitian Permasalahan :

Kecenderungan penurunan tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional Wates di Kabupaten Kulon Progo karena permasalahan internal pedagang dan permasalahan eksternal linkungan Pasar tradisional Wates

Tetap bertahan dan berkembangnya pasar tradisional Wates dalam mengahadapi persaingan ekonomi pasar bebas

Faktor internal (Modal Awal,Lama Usaha, Jam Kerja dan jenis kelamin )

Analisis kuantitatif yaitu Data yang berbentuk angka dan satuan hiitung yang disajikan dalam statistik yaitu Analisis Regresi Linier Berganda

Pokok bahasan :

1. Pengaruh modal Awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional Wates

2. Pengaruh modal Awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin secara serempak berpengaruh signifikan


(53)

hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Modal awal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional.

H2: Lama Usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional.

H3: Jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional.

H4: Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional

H5: Modal awal, lama usaha, jam kerja, jenis kelamin secara serempak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional.


(54)

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Wates kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan kedudukan- kedudukan variable yang akan diteliti serta hubungan antara satu variable dengan variable yang lain atau dengan istilah lain adalah untuk melihat hubungan variable independen ( modal awal, lama usaha, jam kerja dan jenis kelamin) terhadap variable dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional.

Hasil akhir yang diinginkan adalah suatu kesimpulan adanya hubungan kausalitas antara variable- variable dalam penelitian agar dapat dilihat variable manakah yang mempengaruhi pendapatan pedagang pasar tradisional Wates.

B. Jenis Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini. Jenis datayang dikumpulkan dan digunakan serta diolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Kualitatif

Data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar, seperti literature serta teori- teori yang berkaitan dengan penelitian ini.


(55)

penelitian ini, yaitu :

a. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu ataupun perorangan seperti hasil dari wawancara atau pengisian kuesioner yang bias dilakukan oleh peneliti ( Umar, 2004: 42). Dalam penelitian ini data primer dalam bentuk data kuantitatif kemudian akan digunakan sebagai input data untuk penelitian hipotesis.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan suatu lembaga (Algifari, 1997). Atau data yang diperoleh lewat internet ataupun lewat surat kabar.

C. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi a. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili seluruh populsi. Sebuah sampel haruslah dipilih sehingga setiap satuan elemen mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0 ( Evendi dan Tukiran, 2012: 151). Sampel dalam penelitian ini akan mengunakan random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dari seluruh populasi yang ada.


(56)

yaitu pedagang kelontong, sayuran, pakaian, sandal dan sepatu, perabot rumah tangga, pedagang buah dan pedagang makanan ringan, yang kemudian meminta izin kepada yang yang bersangkutan untuk menjadi responden peneliti.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 responden, angka 100 responden ini diperoleh menurut Long dalam Gudono (2014:174) menyatakan minimum jumlah responden adalah 100. Sehingga penelitian kali ini menggunakan acuan responden berjumlah 100 responden.

b. Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang memiliki karakteristik tertentu ( Indrianto dan supomo, 1999), sedangkan menurut Sugiyono (2008: 115), populasi adalah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pedagang di pasar tradisional Wates.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti yang bertujuan untuk mengumpulkan data. Data dikumpulkan mengunakan kuesioner dengan cara sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden dan memiliki jawaban berupa data dalam bentuk angka-angka yang kemudian data akan diolah dan ditabulasikan pada table. Wawancara juga dilakukan bagi responden yang mengalami


(57)

Sehingga dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara atau Interview

Data yang akan diambil untuk dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini dengan mengunakan cara wawancara langsung kepada para responden yang bersangkutan untuk melengkapi data yang diperlukan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden yang kemudian dijawabnya. Daftar pertanyaan dan pernyataan tersebut akan digunakan untk mendapatkan data, baik yang dilakukan melalui telepon, surat ataupun bertatap muka secara langsung. (Ferdinand, 2006).

Tujuan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relefan dengan tujuan survey, dengan memperoleh informasi yang relefan dengan tujuan survey diharapkan memperoleh informasi dengan tingkat kendala dan tingkat keabsahan setinggi mungkin. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan tertutup, yang mana pertanyaan tersebut adalah kuesioner yang


(58)

disebarkan kepada 100 orang responden.

3. Pengamatan

Pengamatan adalah cara memperoleh data dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel mencakup pengertian yang ada hubungannya dengan data yang akan menjadi penelitian. Obyek penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.

Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan pedagang pasar tradisional (Y). sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang berpengaruh positif ataupun yang berpengaruh negatif (Ferdinan, 2006). Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti mengunakan variabel independen antara lain modal awal (X1), lama usaha (X2), jam kerja (X3) dan jenis kelamin (D1) . Dari kedua variabel tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut :


(59)

dengan satuan rupiah. Periode pendapatan pedagang Pasar Tradisional Wates diukur selama periode 1 (satu) hari.

1) Modal Awal

Merupakan jumlah uang yang digunakan oleh pedagang pada saat awal menjalankan usaha untuk membeli barang dagangannya yang akan dijual kembali, yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

2) Lama Usaha

Merupakan lama waktu yang sudah dijalani oleh pedagang dalam menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam satuan tahun

3) Jam Kerja

Merupakan lamanya waktu yang digunakan pedagang untuk melakukan usahanya, yang dimulai sejak buka sampai dengan tutup dalam satu hari kerja, yang dinyatakan dalam jam per hari

4) Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini jenis kelamin merupakan variabel dummy dengan notasi Di. Notasi Di=0 adalah perempuan notasi Di= 1 adalah laki-laki.


(60)

Variable Independen dan Variabel Dependen No Variable Independen (X) Variable Dependen (Y) 1 Modal Awal

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional

2 Lama Usaha 3 Jam Kerja 4 Jenis Kelamin F. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengolah data mentah yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh responden yang kemudian dikembalikan lagi kepada peneliti. Hasil analisis tersebut akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Setelah diperlakukan atas hasil kuesioner dari data tersebut agar bias lebih teliti lagi maka peneliti menggunakan pengujian statistik sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linier

Regresi menunjukan hubungan pengaruh satu arah yaitu variable independen dengan variable dependen. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable independen terhadap variable dependen. Hubungan variable dependen dan variable independen tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variable dependen Y dengan satu atau lebih variable independen X1,X2,X3...Xn.

Untuk menguji keberadaan dari hipotesis yang diajukan dan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu modal awal (X1), lama usaha (X2), jam kerja (X3), jenis kelamin


(61)

Y= a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4D1 + e

Dimana : Y = variable dependen yaitu pendapatan pedagang pasar tradisional

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi variabel ke-1 X1 = Modal Awal (dalam rupiah) X2 = lama usaha (dalam bulan) X3 = jam kerja (dalam jam)

D1 = jenis kelamin dinyatakan dalam dummy 0 = perempuan

1 = laki-laki e = standar error

2. Uji Asumsi klasik

Uji asumsi klasik digunakan agar hasil regresi yang telah dapat dipastikan terbebas dari penyakit asumsi klasik. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji normalitas.


(62)

Uji normalitas pada model regresi dilakukan untuk menguji apakah nilai residual atau variabel pengganggu terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah dengan melihat nilai residual yang terdistribusi secara normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik normal P-P Plot of regression standardized sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika data berasal dari distribusi normal maka nilai-nilai sebaran terletak disekitar garis lurus. Cara lain menunakan uji statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistic Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). jika signifikansi hasil uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) nilainya lebih dari 5% (0,05) maka data tersebut terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variable-variabel bebas dalam model regresi linear berganda. Dalam regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen jika variable independen terjadi korelasi maka variable-variabel ini tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variable bebas yang nilai korelasi antar sesame variable independen sama dengan nol (Ghazali,2005).

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Bila variabel memiliki VIF < 10, maka variabel


(63)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas memiliki tujuan sebagai penguji apakah dalam sebuah model regresi memiliki ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain jika tetap maka disebut homokedastisitas dan bila berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik merupakan homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas menggunakan uji Glejser jika nilai signifikan < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas, jika sebaliknya nilai signifikansi ≥ 0,05 maka terjadi homokedastisitas (Muhson, 2012:26).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal usaha, harga, jumlah tenaga kerja, jumlah pembeli terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional, sehingga peneliti perlu menggunakan pengujian dengan mengunakan :


(64)

b. Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Ghozy, 2006). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

H0 : bi = 0, ini berarti masing-masing variabel independen (X) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Ha : bi ≠ 0, maka masing-masing variabel independen (X) berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Y).

Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi α = 0,05 yang ditentukan sebagai berikut :

Apabila thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Apabila thitung < ttabel , maka H0 ditolak dan Ha ditolak.

c. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)

Uji signifikan simultan (uji-F) digunakan untuk melihat apakah variabel bebas yang dimaksud dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria uji-F adalah sebagai berikut :

H0 : b1,b2 = 0, memiliki arti secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(65)

Kriteria pengambilan keputusannya adalah :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%, berarti semua variabel independen yang diteliti tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara individual terhadap variabel dependen.

H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%, sehingga semua variabel independen yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.

d. Koefisien Determinasi (R2)

Bertujuan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Bila Koefisien Determinan (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukan semakin baik kemampuan X menerangkan Y, dimana 0 < R2 < 1. Namun sebaliknya bila R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan baahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Pada model ini berarti yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini R Square

yang digunakan adalah R Squar yang sudah disesuaikan atau Adjusted R Square (Adjusted R2) dengan jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai Adjusted R2 dapat nial ataupun turun bila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali,2005: 83)


(66)

(67)

Sumber : Google Map

Gambar 4.1


(68)

lokasi pasar Tradisioanl Wates, pasar tradisional Wates yang strategis karena terletak ditengah-tengah pusat kota dan berdekatan dengan jalan raya sehingga untuk akses sangat mudah di jangkau. Pasar tradisional Wates terletak di Kabupaten Kulon Progo Kecamatan Wates yaitu di Jl. Diponegoro Wates Kulon Progo. Pasar tradisional wates tergolong pasar wilayah selatan bersama dengan daerah Temon, Panjatan,Lendah, dan Galur, namun pasar wates adalah pasar terbesar yang ada di wilayah selatan.

Penelitian ini dilakukan terhadap pedagang pasar tradisional Wates, pengumpulan dilakukan melalui penyebaran kuesioner selama tiga minggu yakni dari tanggal 13 November 2016 sampai 3 Desember 2016. Alasan dalam pemilihan lokasi ini karena pasar tradisional Wates memiliki tata letak yang strategis dan dapat dijangkau dengan mudah.

a. Profil Pasar Tradisional Wates

Pasar Tradisional Wates merupakan salah satu pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan bekerjasama dengan pihak swasta. Kerjasama tersebu ditandai dengan adanya tempay usaha berupa toko,kios,los dan tenda yang dimiliki oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan di pasar tradisional wates masih melalui tawar menawar.


(69)

Pasar Tradisional Wates menjual produk yang berasal dari produk Kulon Progo asli namun juga Produk dari luar Kulon Progo.

Keistimewaan Pasar Tradisional Wates tidak jauh beda dengan pasar tradisional yang ada di Kulon Progo lainnya, dipasar Wates interaksi antara penjual dengan pembeli dalam hal tawar menawar akan semakin mempererat hubungan diatara mereka inilah yang menjadi keistimewaan jika berbelanja di pasar tradisional wates, ini yang membedakan pasar tradisional dengan pasar modern lainnya yang berada di sekitar pasar wates.

B. Profil Kabupaten Kulon Progo

Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletas di bagian barat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukota kabupaten di kota Wates. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan, 87 desa, 1 kelurahan, 918 pedukuhan, 1.825 rukun warga dan 4.469 rukun tetangga. Luas wilayah sebesar 586,627,512 ha. Adapun batas-batas admisnistrasi Kabupaten Kulon Progo sebelah utara Kbupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, sebelah selatan Samudra Hindia dan sebelah barat Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.


(70)

Secara astronomis Kabupaten Kulon Progo terletak diantara 7o38‟30‟‟-7o58‟3‟‟ LS dan 110o1‟37‟‟ BT. Sedangkan dilihat dari posisi

geostrategic, Kabupaten Kulon Progo yang terletak dibagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta dan berbatasan dengan Provinsi Jawa tengah, merupakan pintu gerbang Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pusat perekonomian dan pemerintahan yang terletak dibagian barat pulau jawa dan utara pulau jawa. Posisi geostrategic tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Secara rinci nama kecamatan dan luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Persentase Menurut Kecamatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014

No Kecamatan Luas

Wilayah(ha)

Persentase(%)

1 Temon 3.629,890 6,19

2 Wates 3.200,239 5,46

3 Panjatan 4.459,230 7,61

4 Galur 3.291,232 5,61

5 Lendah 3.559,192 6,07

6 Sentolo 5.264,340 8,98

7 Pengasih 6.166,468 10,52

8 Kokap 7.379,950 12,59

9 Girimulyo 5.490,424 9,36 10 Nanggulan 3.960,670 6,76 11 Kalibawang 5.296,368 9,03 12 Samigaluh 6.929,308 11,82 Kabupaten Kulon

Progo

58.623,512 100,00


(71)

sebesar 417.473 jiwa teerdiri dari laki-laki 206.494 jiwa dan perempuan 210.979 jiwa. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mengalami fluktuasi pada kurun waktu tiga tahun terakhir naiksebesar 13,14% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,30%. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata mengalami fluktuatif tahun 2010 tingkat kepadatan sebesar 802,55 jiwa/km2 pada tahun 2012 mencapai 817,37 jiwa/km2, tahun 2013 kepadatan penduduk 709,93 jiwa/km2 dan pada tahun 2014 sebesar 712,11 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di 3 kecamatan yaitu Wates, Lendah dan Galur.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Kulon Progo

No Tahun Laki-laki perempuan Jumlah

1 2007 225.993 236.425 463.343

2 2008 234.364 242.203 476.387

3 2009 240.096 247.975 488.071

4 2010 231. 672 238.848 470.520

5 2011 233. 289 240.333 473.622

6 2012 236. 064 243.125 479.189

7 2013 206. 546 209.663 416.209

8 2014 206. 494 210.979 417.473

Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Kulon Progo, 2014

c. Gambaran Ekonomi

Kondisi perekonomian di Kabupaten Kulon Progo secara umum di topang pada sektor pertanian namun juga sektor perdagangan, dalam


(72)

Kulon Progo terdapat 32 pasar tradisional dan 83 pasar modern ataupun toko modern yang tersebar di Kabupaten Kulon Progo.

Nilai Produk Domestik Bruto digunakan sebagai indikator pengukuran tingkat keberhasilan pembangunan didalam suatu wilayah. Pada tahun 2014 PDRB kabupaten Kulon Progo mencapai Rp. 4.980.812.240.000 nilai PDRB ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebesar Rp. 4.641.905.460.000. nilai PDRB per kapita Kabupaten Kulon Progo atas dasar harga berlaku sejak tahun 2009 hingga 2014 terus meningkat. Untuk tahun 2013 nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sebesar 12.291.564 juta rupiah per kapita. Pada tahun 2014 nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mencapai 12.291.564 juta rupiah per kapita. Secara riil, PDRB per kapita selama enam tahun terakhir juga mengalami peningkatan sebesar 44,93%, dari 8.480.876 juta rupiah per kapita pada tahun 2009 hingga menjadi 12.291.564 juta rupiah per kapita pada tahun 2014. Hal ini berarti bahwa pembangunan ekonomi dikabupaten Kulon Progo mampu meningkatkan adanyapendapatan perkapita yang semakin besar. Secara rinci PDRB berdasarkan lapangan usaha menurut harga konstan tahun 2000 dan menurut harga berlaku tahun 2009-2014 seperti pada tabel berikut :


(73)

N o

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 PDRB 3.286.2 78 3.547.0 55 3.867.1 37 4.196.90 5

4.61.905 4.980.81 2 2 Penduduk

pertengah an tahun*)

387.493 388.869 390.207 393.221 394.365 396.197

3 PDRB perkapita (Rp) 8.480.8 76 9.121.4 66 9.910.4 72 10.671.9 84 11.770.5 80 12.571.5 54

Sumber: BPS Kab. Kulon Progo, 2015

Seiring dengan perkembangan penduduk dan peningkatan kebutuhan sehingga mempengaruhi nilai PDRB perkapita untuk terus meningkat. Potensi PDRB kabupaten Kulon Progo yang mempunyai tren terus naik merupakan potensi pasar yang cukup signifikan, sehingga bela beli kulon progo akan semakin menjaga kebocoran pasar ke luar daerah, disamping itu semangat untuk senantiasa membeli produk lokal seperti program “Rasda” sebagai pengganti “Raskin” akan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kesejahteraan petani Kulon Progo.

Sektor Perekonomian Daeraah pada tahun 2013 sektor pertanian, sektor jasa dan sektor perdagangan, restoran dan hotel memberikan kontribusi sebesar 25.54%, 20.30% dan 17.95%. pada sektor jasa juga mengalami kenaikan dari tahun 2009 sampai dengan 2014 dengan kontribusi terbesar diberikan sub sektor pemerintahan umum. Ini didorong oleh perubahan dan perbaikan layanan public yang diberikan oleh


(74)

restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 17,95 persen. Sektor perdagangan di Kulon Progo di dukung oleh kegiatan ekspor hasil industry seperti arang briket, kerajinan agel, papan kemas dan lainnya. Industri pengolahan pada tahun 2014 menyumbang 13,17 persen dari total PDRB, laju pertumbuhan pada sektor ini mengalami kondisi yang cenderungstagnan karena pada industry ini masih merupakan industry mikro dengan modal kecil dan teknologi yang sederhana. Sedangkan utuk sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 9,06 persen pada tahun 2014 dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,24 persen. Sektor ini masih didominasi oleh penganggkutan jalan raya, sehingga ketersediaan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana angkutan jalan raya diperlukan. Sebanyak 3.90 persen adalah angkutan rel seperti kereta api. Hal ini tidak berbanding linear dengan kondisi posisi Kabupaten Kulon Progo yang menjadi penghubung kota-kota di selatan Jawa serta berada di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah.

C. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 100 responden, dimana yang menjadi responden adalah pedagang pasar tradisional Wates. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan.


(75)

Kuesioner yang diberikan pada responden berupa pertanyaan yang meminta kepada responden untuk memberikan jawabannya. Berikut dapat dijelaskan karakteristik responden dalam penelitian ini.

1. Karakteristik Responden

a. Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan data primer yang diperoleh, maka deskripsi karakteristik responden berdasarkan rentang usia responden disajikan dalam diagram berikut ini :

Sumber : Data Primer

Gambar 4.2

Diagram perbandingan usia responden

Berdasarkan gambar 4.2. rentang usisa responden terbagi menjadi 4 (empat), yaitu rentang usia kurang dari 30 tahun (<30 tahun)


(76)

sebanyak 15 responden, usia dari 40 hingga 50 tahun (40-50 tahun) sebanyak 40 responden dan usia lebih dari 50 tahun (>50 Tahun) sebanyak 41 responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas pedagang di pasar Wates berada pada rentang usia lebih dari 50 tahun.

b. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber : data primer

Gambar 4.3.

Diagram perbandingan tingkat pendidikan terakhir responden

Berdasarkan gambar 4.3. diatas, dapat diketahui tingkat pendidikan formal responden yang bekerja di pasar tradisional Wates yang cukup beragam. Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik menurut tingkat pendidikan formal, gambar 6 menunjukkan bahwa sebanyak 100 responden pernah

mengenyam pendidikan formal baik SD maupun hingga perguruan tinggi. Sebanyak 30 responden lulusan SD, sebanyak 47 responden lulusan SMP,

sebanyak 47 responden lulusan SMA/SMK dan sebanyak 2 responden merupakan lulusan diploma. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas pedagang di pasar tradisional Wates merupakan lulusan SMA yaitu sebanyak 47 responden.


(77)

A. Uji Asumsi Klasik

Sebelum peneliti melakukan uji t dan uji f maka terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik untuk mengetahuiada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Pengujian yang dilakukan adalah dengan uji Normalitas, Multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi dilakukan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah dengan melihat nilai residual yang terdistribusi secara normal. Cara uji normalitas adalah dengan metode uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

- Jika nilai Signifikasi > 0,05, maka data distribusi normal.

- Jika nilai Signifikasi ≤ 0,05, maka data tidak berdistribusi normal

Tabel 5.1.

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kolmogorov – Smirnov

Sig. Unstandardized Residual 0.200 Sumber : Data primer yang sudah diolah dengan SPSS


(78)

sebesar 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data pada penelitian ini berdistribusi normal atau residual tersebut terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antara variabel independen dalam satu model regresi. Jika terdapat korelasi maka dinyatakan bahwa model regresi mengalami masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai toleransi dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Hipotesis yang dilakukan dalam uji multikolinearitas adalah :

H0 : VIF < 10 artinya tidak terdapat Multikolinearitas.

Ha : VIF > 10 artinya terdapat Multikolinearitas.

Hasil pengujian Multikolinearitas pada responden penelitian didapat bahwa nilai VIF kurang dari 10 sehingga dapat dinyatakan bahwa model tidak mengalami gejala multikolinearitas.

Tabel 5.2.

Ringkasa Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas Tolerance VIF Kesimpulan

Modal Awal (X1) 0,919 1,089 Non Multikolinearitas Lama Usaha (X2) 0,953 1,049 Non Multikolinearitas Jam Kerja (X3) 0,994 1,006 Non Multikolinearitas Jenis Kelamin (D1) 0,887 1,128 Non Multikolinearitas Sumber : Data Primer, diolah dengan SPSS 16


(1)

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,181 ,600 1,968 ,052

modalawal -3,280E-9 ,000 -,054 -,522 ,603

lamausaha ,010 ,005 ,193 1,899 ,061

jamkerja -,077 ,073 -,105 -1,057 ,293

jeniskelamin -,103 ,145 -,075 -,709 ,480


(2)

LAMPIRAN 6

Analisis Regresi Linier

Variables Entered/Removeda Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 jeniskelamin,

jamkerja, lamausaha, modalawalb

. Enter

a. Dependent Variable: Lnpendapatan b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,516a ,266 ,236 ,89919 1,018

a. Predictors: (Constant), jeniskelamin, jamkerja, lamausaha, modalawal b. Dependent Variable: Lnpendapatan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27,900 4 6,975 8,627 ,000b

Residual 76,811 95 ,809

Total 104,711 99

a. Dependent Variable: Lnpendapatan


(3)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

7,670 1,03

1 7,437 ,000

modalawal 3,120E-8 ,000 ,265 2,888 ,005 ,919 1,089

lamausaha -,012 ,009 -,123 -1,367 ,175 ,953 1,049

jamkerja ,539 ,125 ,379 4,299 ,000 ,994 1,006

jeniskelamin ,177 ,249 ,067 ,713 ,477 ,887 1,128


(4)

LAMPIRAN 7

Uji Signifikansi Variabel Secara Individu (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

7,670 1,03

1 7,437 ,000

modalawal 3,120E-8 ,000 ,265 2,888 ,005 ,919 1,089

lamausaha -,012 ,009 -,123 -1,367 ,175 ,953 1,049

jamkerja ,539 ,125 ,379 4,299 ,000 ,994 1,006

jeniskelamin ,177 ,249 ,067 ,713 ,477 ,887 1,128


(5)

Uji Signifikan simultan (Uji-f)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 27,900 4 6,975 8,627 ,000b

Residual 76,811 95 ,809

Total 104,711 99

a. Dependent Variable: Lnpendapatan


(6)