HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU IET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh Dina Rianti Fitri

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

CORRELATION AMONG KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH BEHAVIOR OF A LESS SALT DIET ON HYPERTENSION AT PUSKESMAS BUMIDAYA, PALAS SUBDISTRICT, SOUTH LAMPUNG

By

DINA RIANTI FITRI

Hypertension is one of the main risk of heart diseasse, blood vessels and early death. One of the solutions to cope with it is diet. Unfortunately, a lot of patients are disobedient due to their lack of knowledge. The purpose of this research is to investigate the level of knowledge and attitude toward behavior on a less salt diet of hypertension at Puskesmas Budidaya, Palas Subdistrict, South Lampung. The method of this research was analytical by cross sectional approach. This research was conducted on October 2014 until January 2015. The sample were taken by using simple random sampling where there were 158 people included from the total number of both new and old hypertension patiens treated at Puskesmas Bumidaya on August 2014 based on medical record. The statistical analysis used was double logistyc regresion. The result of the research showed 38,8% of respondence with less knowledge, 65,5% of respondence with low attitude, and 54% of respondence have an unappropiate behavior on less salt diet. It was concluded from the research that there was a meaningful correlations among level of knowlegde (p=0,0001) and attitude (p=0,0001) toward less salt diet behavior on patients with hypertension at Puskesmas Bumidaya, Palas Subdistric, South Lampung.


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI DI

PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN

Oleh

DINA RIANTI FITRI

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit jantung, pembuluh darah dan menyebabkan kematian dini. Salah satu penanganannya adalah diet, akan tetapi banyak pasien yang tidak patuh dikarenakan pengetahuan yang kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Metode penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan crosss sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bumidaya pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling dan berjumlah 158 orang yang merupakan jumlah keseluruhan pasien lama dan baru pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Bumidaya hingga bulan Agustus 2014 dalam rekam medis. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi logistik berganda. Penelitian ini mendapatkan 38,8% responden memiliki pengetahuan kurang, 65,5% responden memiliki sikap kurang, dan 54% responden memilki perilaku diet rendah garam yang tidak sesuai. Pada penelitian ini dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p=0,0001) dan sikap (p=0,0001) terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.


(4)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU DIET RENDAH GARAM PASIEN HIPERTENSI

DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN

Oleh Dina Rianti Fitri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 9 Februari 1994, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Effendi P, S.sos MM dan Ratna Suri, S.sos.

Jenjang pendidikan penulis dimulai di TK Kartika Jaya II-8 Bandar Lampung pada tahun 1998, SD Kartika Jaya II-5 pada tahun 1999, SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2005, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(9)

Good things come to people who

wait, but better things come to

those who go out dan get them.


(10)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan ibadahku kepada Nya

Dan Rasa syukurku atas nikmat yang selalu diberikan

kepada hamba-hamba Nya.

Sebagai tanda terima kasihku untuk

Papa dan Mama,

Keluarga tercinta,

dan

Almamater

Untuk segala kasih sayang dan cinta

Yang mengiringi dalam setiap langkah


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Diet Rendah Garam Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung; 2. Dr. Sutyarso, M.Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung;

3. dr. Reni Zuraida, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, ilmu, saran serta nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;

4. dr. Liana Sidharti, M.KM selaku Pembimbing II atas kesediaan meluangkan waktu, memberikan motivasi juga nasihat yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;


(12)

ii

5. dr. Fitria Saftarina, M.Sc, selaku pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan ilmu, kritik, serta saranyang membangun dan bemanfaat bagi penulis dalam skripsi ini;

6. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.MK, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ini; 7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu

yang telah diberikan;

8. Bapak dan Ibu Staf TU serta Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung terima kasih atas kerjasama dan bantuannya;

9. Ibu Rosalina, ibu bidan, serta masyarakat Kecamatan Palas Lampung Selatan yang sudah membantu dalam proses penelitian ini;

10. Orang tua tercinta, Effendi P dan Ratna Suri. Terima kasih atas doa-doa yang selalu mengalir, kasih sayang, doa, semangat dan dukungannya;

11. Untuk kakak adik tersayang, Andrian Kurniawan dan Decy Finadia Kharirunissa. Terima kasih atas semangat dan dorongan untuk terus sukses yang sampai saat ini selalu diberikan;

12. Sahabat-sahabat saya, Anisa Ika P, Fatwa Maratus S, Resti Ramdani dan Tanti Yossela, yang selalu menemani. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa, tangis dan segalanya;

13. Danar Fahmi S, Diano Ramadhan F, M. Yogie Fadli dan Vandy Ikra yang saling membantu serta memberikan dukungan hingga sekarang. Terima kasih untuk kebersamaan kita;


(13)

iii

14. Eriza, Mirani, Ayu, Oldy, Aulia, dan Egi yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan semangat;

15. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 tersayang atas kebersamaan dan kekeluargaannya;

16. Teman-teman Tutorial dari semester awal hingga akhir atas canda tawa dan ilmu yang diberikan;

17. Kakak dan adik tingkat Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi yang membaca. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberi rahmat-Nya bagi kita. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teori ... 5

1.5.2 Kerangka Konsep ... 6

2.6 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipetensi 2.1.1 Definisi ... 8

2.1.2 Faktor Resiko ... 10

2.1.3 Klasifikasi ... 12

2.1.4 Manifestasi Klinis ... 14

2.1.5 Patofisiologi ... 15

2.1.6 Penegakan Diagnosis ... 17


(15)

2.1.8 Komplikasi ... 23

2.2. Pengetahuan 2.2.1 Definisi ... 25

2.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan ... 25

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 26

2.2.3 Tingkat Pengetahuan ... 27

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan ... 28

2.3. Sikap 2.3.1 Definisi ... 29

2.3.2 Komponen Sikap ... 29

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 30

2.4. Perilaku 2.4.1 Definisi ... 33

2.4.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... 39

3.5 Definisi Operasional ... 40

3.6 Teknik Pengambilan Data ... 41

3.7 Prosedur Penelitian ... 41

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakeristik Responden ... 44

4.2 Analisis Univariat ... 50


(16)

4.4 Analisis Regresi Logistik Beganda ... 58 4.5 Keterbatasan Penelitian ... 61 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 62 5.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori ... 6 2. Kerangka Konsep ... 6 3. Dash Diet Piramida ... 19


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ... 12

2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ... 12

3. Definisi Operasional ... 40

4. Distribusi Frekuensi Umur Responden ... 44

5. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 47

6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden ... 48

7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ... 49

8. Persentase Responden Memberikan Jawaban Benar Atas Pengetahuan Hipertensi ... 51

9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ... 52

10.Persentase Responden Memberikan Jawaban Benar Atas SikapHipertensi ... 53

11.Distribusi Frekuensi Sikap Responden ... 54

12.Distribusi Frekuensi Perilaku Responden ... 55

13.Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Diet Rendah Garam ... 56

14.Analisis Hubungan Sikap Terhadap Perilaku Diet Rendah Garam.. ... 57

15.Variabel Yang Dimasukan Dalam Seleksi Bivariat Yang Mempengaruhi Perilaku Diet Rendah Garam ... 58

16.Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Yang Mempengaruhi Perilaku Diet Rendah Garam ... 59


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Lampiran 2 Lembar Persetujuan Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Hasil Pengolahan Menggunakan SPSS

Lampiran 5 Hasil Analisi Bivariat Menggunakan Uji Statistik SPSS

Lampiran 6 Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Mengunakan Uji Statistik SPSS

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Lampiran 8 Dokumentasi


(20)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Diperkirakan tahun 2020, penderita hipertensi akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah membunuh hampir delapan juta orang setiap tahunnya, sekitar hampir 1,5 juta adalah wilayah Asia Tenggara (WHO, 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen, terbanyak di Bangka Belitung (30,9%), untuk provinsi Lampung sebesar 24,7 % (Riskesdas, 2013). Menurut daftar rekam medis Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan pada tahun 2014, hipertensi menempati posisi pertama dari 10 daftar penyakit terbanyak di puskesmas dengan jumlah total 158 orang yang merupakan pasien baru dan pasien lama.


(21)

2

Faktor pencetus terjadinya hipertensi diperkirakan multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi faktor−faktor resiko tertentu yaitu diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, usia, kurang aktivitas fisik, jenis kelamin dan genetic riwayat keluarga (Sudoyo, 2009). Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi, misalnya monosodium glutamate (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih (Tanumang, 2012).

Pelaksaanaan diet yang teratur dapat menstabilkan tekanan darah, yaitu dengan mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan melakukan aktivitas olahraga (Novian, 2013). Saat ini banyak penderita hipertensi yang tidak patuh melaksanakan diet yang diberikan karena kurangnya pengetahuan penderita tentang diet hipertensi (Tumenggung, 2013).

Kajian inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan suatu penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

1.2 Rumusan Permasalahan

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup, terutama dalam pola makan


(22)

3

(Sarasaty, 2011). Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi makanan yang mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik (Nuarima, 2009).

Penatalaksanaan hipertensi adalah dengan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Sinaga, 2012). Penanganannya dapat dilakukan dengan cara nonfarmakologi dan farmakologi. Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur (Anggraini, 2009).

Penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup sehat serta mahalnya biaya pengobatan hipertensi. Saat ini banyak penderita hipertensi tidak patuh melaksanakan diet yang diberikan karena kurangnya pengetahuan penderita tentang diet hipertensi (Tumenggung, 2013). Sikap dan perilaku memainkan peran penting karena mempengaruhi respon seseorang sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Dengan demikian, di dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap


(23)

4

terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

b. Mengetahui sikap diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

c. Mengetahui perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap diet rendah garam terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.


(24)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti/penulis, menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu gizi dan ilmu kedokteran komunitas.

2. Bagi institusi/masyarakat:

a. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai diet pada pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan.

b. Dapat dijadikan sumber bacaan penderita sebagai sumber ilmu pengetahuan.

c. Dapat menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teori

Berdasarkan teori Lawrence Green, dimana perilaku dibentuk dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi atau penguat, faktor pendukung, dan faktor pendorong.


(25)

6

Gambar 1. Kerangka Teori

Teori: Lawrence W. Green

1.5.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep Faktor Predisposisi

(Predisposing factors): - Pengetahuan

- Sikap - Kepercayaan - Keyakinan

Faktor Pendukung

(Enabling factors):

- Ketersediaan fasilitas atau sarana kesehatan

(penyuluhan, puskesmas, obat, peralatan kesehatan)

Faktor Penguat(Reinforcing factors):

-Dukungan Keluarga -Dukungan Masyarakat

Perilaku Kesehatan

Tekanan Darah

Perilaku Diet Rendah Garam Sikap Terhadap Diet


(26)

7

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat diturunkan hipotesis yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas, Lampung Selatan.


(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Merupakan suatu keadaan di mana tekanan arteri tinggi, berbagai kriteria sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik 140‒200 mmHg dan tekanan diastolik 90‒110 mmHg (Dorland, 2007). Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Tangkilisan, 2013).

Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya (Novian, 2013). Gejala baru timbul setelah tejadi komplikasi pada organ tubuh seperti ginjal, mata, otak, jantung. Karena tidak menimbulkan gejala, maka hipertensi dikenal sebagai pembunuh terselubung (Fauziah, 2013).


(28)

9

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Suparto, 2010).

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat satu dan derajat dua (JNC, 2011). WHO (world health organization) juga memberikan batasan bahwa seseorang, dengan beragam usia dan jenis kelamin, apabila tekanan darahnya berada pada satuan 140/90 mmHg atau diatas 160/90 mmHg, maka ia sudah dapat dikatagorikan sebagai penderita hipertensi (WHO, 2011).

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Diperkirakan tahun 2020, penderita hipertensi akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani, 2013).


(29)

10

2.1.2 Faktor Resiko

Faktor pencetus terjadinya hipertensi diperkirakan multifaktoral yang timbul terutama karena interaksi faktor−faktor resiko tertentu yaitu diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, usia, kurang aktivitas fisik, jenis kelamin dan genetik riwayat keluarga (Sudoyo, 2009) Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi (Wahyuni, 2013).

Jenis kelamin pasien juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi karena laki-laki secara umum memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini terkait dengan hormon sex yang mempengaruhi sistem renin angiotensin (Wahyuni, 2013). Begitu pula dengan umur pasien yang telah memasuki usia lanjut mendukung terjadinya hipertensi karena risiko hipertensi akan bertambah dengan semakin bertambahnya umur (Ariani, 2013).

Secara umum diketahui bahwa tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan semakin meningkat lagi dengan berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Peningkatan tekanan darah akan menjadi lebih besar lagi bila ada riwayat keluarga yang hipertensi dan


(30)

11

mempunyai stress emosional yang tinggi. Pada orang yang obesitas, jumlah darah yang beredar akan meningkat, cardiac out put akan naik dan ini akan meningkatkan tekanan darah (Sihombing, 2010).

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola hidup (life style) yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, kafein, kurang aktivitas fisik dan stress. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler atau hipertensi karena besar masa tubuh, banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri sehingga tekanan darah meningkat (Suparto, 2010).

Konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun akan meningkatkan tekanan darah karena kadar sodium dalam sel-sel otot halus pada dinding arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan arterial berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya (Wibowo, 2011).

Minum alkohol berlebihan tidak hanya meningkatkan tekanan darah, tetapi juga menaikkan berat badan. Selain itu mengkonsumsi alkohol berlebihan


(31)

12

dapat menyebabkan konsistensi (kekentalan) pada terapi anti hipertensi dan berisiko terjadinya beberapa penyakit lain seperti stroke dan jantung (Wibowo, 2011).

2.1.3 Klasifikasi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan. The Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) membuat klasifikasi membagi hipertensi menjadi tingkat satu dan tingkat dua.

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2

140-159

≥ 160

90-99

≥ 100

Sumber : JNC VII, 2011

Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi 140/lebih 90/lebih


(32)

13

Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Hipertensi Primer (Essensial)

Hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya misalnya penyakit ginjal kronik, kontrasepsi oral, coartatio aorta, aldosteronisme, pheochromocytoma (Suparto, 2010).

Hipertensi primer/esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik (Rahmat, 2013). Hipertensi esensial meliputi lebih kurang 90% dari seluruh penderita hipertensi dan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Tangkilisan, 2013).

Dari golongan hipertensi sekunder, sekitar 50% diketahui penyebabnya dan dari olongan ini hanya sedikit yang dapat diperbaiki kelainannya. (Handayani, 2013). Hipertensi Sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain (Anggraini, 2009).


(33)

14

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar (Kartikasari, 2013). Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik (Kartikasari, 2013).

2.1.4 Manifestasi Klinik

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang hipertensi yaitu sakit kepala, pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari (Sarasty, 2011). Individu yang menderita


(34)

15

hipertensi kadang tidak menampakan gejala selama bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat, edema pupil. Gejala yang mungkin antara lain: peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing, sering marah, telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang, sukar tidur dan lainnya (Sinaga, 2012).

Sebagian orang yang menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala yang terasa tumpul, pendarahan lewat hidung (mimisan) yang semakin sering atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun tidak sedikit pula orang yang mengalami gejala apapun, walaupun tekanan darah nya telah mencapai tingkat yang membahayakan (tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolic diatas 100 mmHg) (Sinaga 2012).

2.1.5 Patofisiologi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem peredaran darah. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi darah, gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah atau komponen dalam darah yang tidak normal. Gangguan tersebut menyebabkan darah tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan


(35)

16

lancar. Untuk itu, diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau disebut hipertensi (Price dan Wilson, 2002).

Tekanan darah adalah fungsi berulang-ulang dari cardiac output karena adanya resistensi periferal (resistensi dalam pembuluh darah untuk mengalirkan darah). Diameter pembuluh darah ini sangat mempengaruhi aliran darah. Jika diameter menurun misalnya pada aterosklerosis, resistensi dan tekanan darah meningkat. Jika diameter meningkat misalnya dengan adanya terapi obat vasodilator, resistensi dan tekanan darah menurun. Ada dua mekanisme yang mengontrol homeostatik dari tekanan darah, yaitu:

1. Short term control (sistem saraf simpatik).

Mekanisme ini sebagai respon terhadap penurunan tekanan, system saraf simpatetik mensekresikan norepinephrine yang merupakan suatu vasoconstrictor yang akan bekerja pada arteri kecil dan arteriola untuk meningkatkan resistensi peripheral sehingga tekanan darah meningkat. 2. Long term control (ginjal).

Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara mengontrol volume cairan ekstraseluler dan mensekresikan renin yang akan mengaktivasi system renin dan angiotensin (Sarasaty, 2011).


(36)

17

2.1.6 Penegakan Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu: a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan (Wahyuni, 2013).

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikkan tinggi atau gejala-gejala klinis yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk, setelah beristirahat selama lima menit. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet dengan dibalut bahan yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa menimbulkan konstriksi. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, pengobatan antihipertensi sebelumnya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, gejala kerusakan organ, perubahan aktifitas atau kebiasaan sebagai faktor risiko hipertensi (seperti


(37)

18

merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor pribadi, keluarga, lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain) (Yanti, 2008).

2.1.7 Penatalaksanaan

Berdasarkan data WHO, dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 nanti kasus hipertensi terutama di negara berkembang akan mengalami kenaikan sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000, yaitu menjadi 1,15 milyar kasus. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini.

Menurut JNC VII, tahap awal pengobatan hipertensi derajat satu yaitu dengan terapi tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat satu masih dapat diturunkan dengan satu macam obat antihipertensi. Tekanan darah yang lebih tinggi (hipertensi derajat dua) kurang dapat diturunkan dengan satu macam obat sehingga tahap awal dengan terapi kombinasi. Terapi kombinasi dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek samping yang minimal.

Penanganannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penurunan tekanan darah berhubungan dengan lifestyle modification. Penanganan hipertensi sebaiknya dimulai dengan memperbaiki gaya hidup yang


(38)

19

mengatur diet (makanan rendah garam dan mempertahankan berat badan dalam batas normal), latihan yang teratur sepanjang tidak bertentangan dengan keadaan penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi dan alcohol (Mayo Clinic Staff, 2012 ).

a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan

Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur dan produk susu yang rnedah lemak. Kurangi juga asupan garam sampai dengan enam gram NaCl (garam dapur) per hari (Sinaga, 2012).

Gambar 3. Piramida diet DASH Sumber: cspinet.org

Yang dimaksud dengan diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (Nacl), soda kue (NaHCO³), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono sodium glutamate). Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari.


(39)

20

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi (Almatsier, 2005).

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2005).

Syarat-syarat Diem Garam Rendah adalah : 1.Cukup energy, protein, mineral, dan vitamin 2.Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

3.Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan atau hipertensi (Almatsier, 2005).

Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet garam rendah ( Almatsier, 2005).

Diet Garam Rendah I (200‒400 mg Na)

Diet garam rendah satu diberikan kepada pasien dengan edema , asites dan atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak


(40)

21

ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

Diet Garam Rendah II (600‒800 mg Na)

Diet garam rendah dua diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (dua gr). Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natrium nya.

Diet Garam Rendah III (1000‒1200 mg Na)

Diet garam rendah tiga diberikan kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan satu sdt (empat gr) garam dapur (Almatsier, 2005).

Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan darah sebesar 5‒20 mmHg. Begitu pula dengan diet rendah garam dapat menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik atau olah raga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah 4‒9 mmHg (Ariani, 2013).

b.Aktivitas Fisik

Olahraga yang dianjukan adalah olahraga aerobic selama minimal 30 menit per hari dan harus dilakukan setidak-tidaknya 4‒5 hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik adalah jalan cepat


(41)

22

(brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 4‒9 mmHg.

c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alcohol dan kopi

Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alcohol dan kopi maka dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2‒4 mmHg. Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan darah, maka diperlukan obat-obatan antihipertensi. Namun jika modifikasi gaya hidup dan pola makanan tidak berhasil menurunkan tekanan darah tinggi, barulah seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk penggunaan obat-obatan antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai pengobatan hipertensi yang tepat.

Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Obat-obat antihipertensi yang tersedia hanya membantu untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi sekunder. Hal yang terpenting adalah engeradikasi penyakit primer yang mencetuskan hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi (Ariani, 2013).

Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi secara praktis sehingga terbentuk perilaku yang menguntungkan


(42)

23

kesehatan. Dimana dalam hal ini diharapkan adanya perubahan pengetahuan pasien dan keluarga. Dukungan keluarga dekat sangat penting dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik (Rahmat, 2013).

Pada pasien hipertensi penting sekali dukungan keluarga di dalamnya. Intervensi keluarga dilakukan untuk membantu mengawasi ketaatan pasien dalam berobat dan penyesuian asupan makanan sesuai untuk penderita hipertensi sehingga tekanan darah pasien terkontrol. Hal ini dikarenakan pengawasan pengontrolan faktor hipertensi terdapat di lingkungan sekitar keluarga dan lingkungan rumah (Rahmat, 2013).

2.1.8 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi dapat dicegah dengan cara diet (Wibowo, 2011). Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika terjadi komplikasi yang menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner dan stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup pada penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian (Wibowo, 2011).

Hipertensi berbahaya kerana ia akan membebankan jantung dan ini menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan dinding arteri). Ini meningkatkan risiko mendapat penyakit jantung dan stroke. Hipertensi yang tidak dirawat juga akan membawa kepada penyakit kronik


(43)

24

degeneratif seperti retinopati, strok, paru-paru berair, penebalan dinding jantung (Suparto, 2010). Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Sihombing, 2010).

2.2.Pengetahuan

2.2.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yaitu: tahu (know), memahami (comprehention), aplikasi (application), analisis (analilysis), sintesis (sintesis) dan evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2005).


(44)

25

2.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

a)Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.

b)Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c)Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.


(45)

26

d)Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.

2.Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005)

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Sehingga semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001).

b.Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima


(46)

27

informasi. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002).

2.2.4 Tingkat Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas enam tingkat yaitu :

a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(47)

28

b.Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (Application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d.Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria sendiri atau menggunakan kriteria–criteria yang sudah ada ditentukan (Notoatmodjo, 2005).

2.2.4 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2005).


(48)

29

2.3.Sikap

2.3.1 Definisi

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoadmojo, 2005).

2.3.2 Komponen Sikap

Sikap terbentuk dari tiga komponen utama yaitu: 1) Komponen afektif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen kongnitif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.


(49)

30

3) Komponen perilaku

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku (Azwar, 2007).

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

a. Pengalaman pribadi

Tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas.


(50)

31

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami (Azwar, 2007). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.

d. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.


(51)

32

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

f. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.


(52)

33

2.4. Perilaku

2.4.1 Definisi

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

Terdapat dua teori mengenai perilaku, yaitu menurut Skinner dan Green : a. Teori Skiner (S-O-R)

Skinner (1938), yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus- Organisme-Respon sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”.

Terdapat dua jenis respon dalam teori Skinner:

1.Respondent respons atau reflexive, merupakan respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan atau stimulus tertentu yang disebut eliciting stimulation, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respons, merupakan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau


(53)

34

rangsangan tertentu,yang disebut reinforcing stimulation atau reinforce karena berfungsi untuk memperkuat respon.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.Perilaku tertutup (covert behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain atau disebut juga unobservable behavior.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Merupakan respon seseorang terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan nyata atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar.

b. Teori Green

Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku. Ada tiga faktor yang dapat berpengaruh atau menjadi sebab terjadinya masalah perilaku:

a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor yang mendahului sebelum terjadinya suatu perilaku, yang


(54)

35

menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku tertentu. Yang termasuk dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai sikap dan demografi.

b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors), agar terjadi suatu perilaku tertentu diperlukan perilaku pemungkin suatu motivasi. Ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan

c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), merupakan faktor penyerta perilaku yang memberiakan peran bagi menetapnya suatu perilaku. keluarga, teman sebaya, guru, dan petugas kesehatan.

2.4.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

1.Perubahan Alamiah (natural change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian dari perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

2.Perubahan Terencana (planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

3. Kesediaan Untuk Berubah (readiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang


(55)

36

sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).


(56)

37

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku diet rendah garam penderita hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan di amati dalam satu waktu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.


(57)

38

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat pada bulan Agustus 2014 di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling. Data sampel didapatkan melalui rekam medis Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Keseluruhan jumlah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan berjumlah 158 orang hingga bulan Agustus 2014.

Besar sampel yang dipakai pada penelitian ini di hitung dengan menggunakan rumus penelitian untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi ketepatan (Accurancy). Rumus penentuan sampel menurut Notoatmojo (2010).

n =

Keterangan :

n : jumlah sampel N : besarnya populasi


(58)

39

dari rumus diatas didapat besarnya sampel :

n =

=

=

=

= 113

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Bersedia menjadi subjek penelitian.

b. Pasien hipertensi yang pernah berobat di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

c. Usia 30-55 tahun

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Subjek membatalkan kesediannya menjadi responden penelitian b. Subjek tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah: a. Variabel independen

Pengetahuan dan sikap pasien terhadap diet rendah garam. b. Variabel dependen

Perilaku pasien terhadap diet rendah garam yang diukur dari kadar asupan natrium.


(59)

40

3.5.Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur

Alat

Ukur Skala Hasil Ukur

Pengetahuan tentang diet rendah garam Kemampuan responden menjawab kuesioner tentang pengetahuan diet hipertensi

Wawancara Kuesioner Ordinal Jika menjawab benar mendapat skor 1, salah mendapat skor 0 dengan jumlah 20 pertanyaan. Dengan kriteria: - Baik bila

>80% benar. - Sedang bila

60-80% benar. - Kurang bila

<60% benar. Sikap tentang diet rendah garam Pandangan responden mengenai hipertensi

Wawancara Kuesioner Ordinal Terdapat 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban,bila memilih jawaban setuju mendapat skor 2, kurang setuju mendapat skor 1, tidak setuju mendapat skor 0.

Dengan kriteria: -Baik (bila

nilai ≥ 80% ) -Kurang (<

80%) Perilaku diet rendah garam pasien hipertensi Respon pasien terwujud dalam tingkat konsumsi makanan yang sesuai dengan anjuran dilihat dari asupan natrium.

Wawancara Food Recall

Ordinal Hasil pembagian konsumsi natrium, dikategorikan menjadi: -Sesuai* -Tidak Sesuai** *Bila asupan natrium sesuai dengan tingkatan hipertensi


(60)

41

3.6.Teknik Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, data sekunder didapatkan melalui rekam medik Puskesmas mengenai pasien yang menderita hipertensi. Untuk pengumpulan data primer yaitu wawancara langsung dengan responden menggunaka kuisoner untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap diet rendah garam, dan juga mengunakan food recall 1x24 jam terakhir untuk mengetahui perilaku pola makan pasien dilihat dari asupan natriumnya. Penentuan diagnosis hipertensi akan ditunjang dengan pengukuran tekanan darah menggunakan spigmomanometer air raksa di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Tahap Awal

Pelaksanaan penelitian diawali dengan meminta izin kepada pihak pimpinan Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan untuk melakukan penelitian.

3.7.2 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah: 1) Meminta kesediaan responden untuk dilakukan pemeriksaan. 2) Dilakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan


(61)

42

3) Melakukan pengisian kuisoner dengan wawancara langsung dengan responden

4) Meminta responden mengisi food recall 1x24 jam

3.8.Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1. Pengolahan Data

Data diperoleh dengan cara mempelajari data primer berupa pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap terhadap diet rendah garam dan food recall 1x24 jam oleh pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak komputer. Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis. b. Data Entry, memasukkan data ke dalam komputer.

c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Computer Output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak.

3.8.2. Analisis Data

Dengan melihat data yang diperoleh dari hasil kuesioner dan food recall 1x 24 jam, data akan diolah dengan alat bantu perangkat


(62)

43

lunak pada komputer. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat & analisis regresi logistik berganda.

a. Analisis data univariat adalah analisis data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yaitu pengetahuan, sikap tentang diet rendah garam dan perilaku pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. b. Analisis data bivariat adalah analisis data untuk mengetahui

hubungan antar tiap variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. c. Analisis data regresi logistik berganda digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Regresi Logistik karena variabel terikat dalam penelitian ini adalah skala kategorik.


(63)

62

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan diet rendah garam baik sebanyak 31,9%, sedang 29,2%, dan kurang 38,9%.

2. Didapatkan responden dengan sikap diet rendah garam baik sebanyak 34,5% dan sikap diet rendah garam kurang sebanyak 65,5%.

3. Didapatkan responden dengan perilaku diet rendah garam baik sebanyak 46% dan perilaku diet rendah garam kurang 54%.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap diet rendah garam terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan.

4.2Saran

1. Bagi Puskesmas Bumidaya, Palas, Lampung Selatan

Diharapkan dapat melakukan peningkatan ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan puskesmas tentang hipertensi terutama diet, dalam rangka pemberian penyuluhan bagi pasien.


(64)

63

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dokter dan paramedis lain dapat terjun langsung dalam menangani permasalahan diet dengan melakukan pemantauan kepada pasien hipertensi.

3. Bagi pasien

Diharapkan memiliki informasi yang lebih baik tentang hipertensi khususnya tentang diet agar dapat melakukan terapi non farmakologi dengan tepat.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan faktor resiko lain yang lebih mempengaruhi terjadinya hipertensi dan dengan metode penelitian yang berbeda.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietsien Indonesia: Jakarta.

Anggraini AD, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas

Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kedokteran

Universitas Riau: Pekan Baru.

Ariani AD. 2013. Hipertensi Grade II Dengan Prediabetes Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia.Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional:Jakarta.

Fauziah NY, Bintanah S, Handarsari E. 2013. Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Natrium Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Volume 2 Nomor 1, April 2013.

Festy P, Rosyiatul AH, Aris A. 2009. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat Darah pada Wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya: Surabaya.

Handayani YN, Sartika RAD. 2013. Hipertensi Pada Pekerja Perusahaan Migas

X Di Kalimantan Timur, Indonesia. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia: Depok.

Jaya NTAA. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi Di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun 2009. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Kartikasari AN. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa

Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. Karya Tulis Ilmiah. Program

Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.


(66)

Mubin MF, Samiasih A, Hermawanti T. 2010. Karakteristik Dan Pengetahuan Pasien Dengan Motivasi Melakukan Kontrol Tekanan Darah Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sragi I Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Indonesia, Volume 6, Nomor 1, 2010.

National High Blood Pressure Education Program. 2004. The Seventh Report Of

The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Novian A. 2013. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 9, 2013.

Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 59, Nomor 12, Desember 2009.

Rahmat F. 2013. Pengelolaan Pasien Hipertensi Grade II Dengan Pendekatan

Medis Dan Perilaku.Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013.

Sarasaty RF. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta.

Sinaga DB. 2011. Gambaran Tingkat Pengetahuan Hipertensi Pada Masyarakat

Yang Merokok Di Rw 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok 2011. Skripsi.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Depok.

Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, Dan Aktivitas Fisik Dengan Penyakit Hipertensi Pada

Responden Obes Usia Dewasa Di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia,

Volume 60, Nomor 9, September 2010

Suparto. 2010. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Terhadap Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun 2010. Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Surakarta.


(67)

Tangkilisan RL. Kalangi S, Masi G. 2013. Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linn) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Di Kota Bitung. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1, Agustus 2013.

Tarigan NS, et all. 2013. Prescribing And Rationality Of Antihypertension Drugs Utilization On Outpatient With Hypertension In Puskesmas Simpur During

January-June 2013 Bandar Lampung. Faculty Of Medicine Lampung

University: Bandar Lampung.

Tumenggung I. 2013. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi Di Rsud Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Politeknik Kesehatan Gorontalo: Gorontalo.

Wahyuni IP. 2013. Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Laki–Laki Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo: Madiun. Wibowo A, Wahyuningsih A. 2011. Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian

Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Di Rs. Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4 No. 1, Juli 2011.

Widyasari DF, Candrasari A. 2010. Pengaruh Pendidikan Tentang Hipertensi Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Jurnal Biomedika, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2010. Yanti HIY. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi

Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

WHO. Hypertension Fact Sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. September 2011.


(1)

43

lunak pada komputer. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat & analisis regresi logistik berganda.

a. Analisis data univariat adalah analisis data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yaitu pengetahuan, sikap tentang diet rendah garam dan perilaku pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. b. Analisis data bivariat adalah analisis data untuk mengetahui

hubungan antar tiap variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. c. Analisis data regresi logistik berganda digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Regresi Logistik karena variabel terikat dalam penelitian ini adalah skala kategorik.


(2)

62

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan diet rendah garam baik sebanyak 31,9%, sedang 29,2%, dan kurang 38,9%.

2. Didapatkan responden dengan sikap diet rendah garam baik sebanyak 34,5% dan sikap diet rendah garam kurang sebanyak 65,5%.

3. Didapatkan responden dengan perilaku diet rendah garam baik sebanyak 46% dan perilaku diet rendah garam kurang 54%.

4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap diet rendah garam terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien hipertensi di Puskesmas Bumidaya Kecamatan Palas Lampung Selatan.

4.2Saran

1. Bagi Puskesmas Bumidaya, Palas, Lampung Selatan

Diharapkan dapat melakukan peningkatan ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan puskesmas tentang hipertensi terutama diet, dalam rangka pemberian penyuluhan bagi pasien.


(3)

63

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dokter dan paramedis lain dapat terjun langsung dalam menangani permasalahan diet dengan melakukan pemantauan kepada pasien hipertensi.

3. Bagi pasien

Diharapkan memiliki informasi yang lebih baik tentang hipertensi khususnya tentang diet agar dapat melakukan terapi non farmakologi dengan tepat.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan faktor resiko lain yang lebih mempengaruhi terjadinya hipertensi dan dengan metode penelitian yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietsien Indonesia: Jakarta.

Anggraini AD, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kedokteran Universitas Riau: Pekan Baru.

Ariani AD. 2013. Hipertensi Grade II Dengan Prediabetes Pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia. Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional: Jakarta.

Fauziah NY, Bintanah S, Handarsari E. 2013. Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Natrium Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Volume 2 Nomor 1, April 2013.

Festy P, Rosyiatul AH, Aris A. 2009. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat Darah pada Wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya: Surabaya.

Handayani YN, Sartika RAD. 2013. Hipertensi Pada Pekerja Perusahaan Migas X Di Kalimantan Timur, Indonesia. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia: Depok.

Jaya NTAA. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi Di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun 2009. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Kartikasari AN. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. Karya Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.


(5)

Mubin MF, Samiasih A, Hermawanti T. 2010. Karakteristik Dan Pengetahuan Pasien Dengan Motivasi Melakukan Kontrol Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sragi I Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 6, Nomor 1, 2010.

National High Blood Pressure Education Program. 2004. The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta.

Novian A. 2013. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 9, 2013.

Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 59, Nomor 12, Desember 2009.

Rahmat F. 2013. Pengelolaan Pasien Hipertensi Grade II Dengan Pendekatan Medis Dan Perilaku. Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013. Sarasaty RF. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada

Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta.

Sinaga DB. 2011. Gambaran Tingkat Pengetahuan Hipertensi Pada Masyarakat Yang Merokok Di Rw 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok 2011. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Depok.

Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsi Makanan/Minuman, Dan Aktivitas Fisik Dengan Penyakit Hipertensi Pada Responden Obes Usia Dewasa Di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 60, Nomor 9, September 2010

Suparto. 2010. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Terhadap Hipertensi Pada Masyarakat Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Tahun 2010. Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Surakarta.


(6)

Tangkilisan RL. Kalangi S, Masi G. 2013. Pengaruh Terapi Diet Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum Linn) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Di Kota Bitung. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1, Agustus 2013.

Tarigan NS, et all. 2013. Prescribing And Rationality Of Antihypertension Drugs Utilization On Outpatient With Hypertension In Puskesmas Simpur During January-June 2013 Bandar Lampung. Faculty Of Medicine Lampung University: Bandar Lampung.

Tumenggung I. 2013. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi Di Rsud Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Politeknik Kesehatan Gorontalo: Gorontalo.

Wahyuni IP. 2013. Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Laki–Laki Di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo: Madiun. Wibowo A, Wahyuningsih A. 2011. Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian

Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Di Rs. Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Volume 4 No. 1, Juli 2011.

Widyasari DF, Candrasari A. 2010. Pengaruh Pendidikan Tentang Hipertensi Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Jurnal Biomedika, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2010. Yanti HIY. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga Tentang Komplikasi

Hipertensi Dengan Praktek Pencegahan Komplikasi Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

WHO. Hypertension Fact Sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. September 2011.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN KELUARGA TENTANG DIET RENDAH GARAM DENGAN KONSUMSI LANSIA HIPERTENSI

0 4 22

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DIET TERHADAP ANGKA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI PUSKESMAS BUMIDAYA, KECAMATAN PALAS, LAMPUNG SELATAN

40 232 77

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

0 3 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN DIET RENDAH GARAM PADA Hubungan Pengetahuan Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pelaksanaan Diet Rendah Garam Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sr

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI PELAKSANAAN DIET RENDAH GARAM PADA Hubungan Pengetahuan Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Pelaksanaan Diet Rendah Garam Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sr

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP PERAWATAN HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI

0 0 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN HIPERTENSI DENGAN UPAYA PENGENDALIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMATA

0 0 111