KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat
fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman dan pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Dengan
demikian, kurikulum ini merupakan pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu
keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Lebih jauh lagi kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai serangkaian
kompetensi dan menerapkannya dalam kehidupan kelak Kunandar, 2007.
Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian kurikulum, tetapi menyangkut perubahan fundamental dalam sistem
pendidikan. Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan
perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stakcholder
pendidikan.
Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada
siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi fasilitator dan mediator begitu berarti, yakni: 1 menyediakan pengalaman belajar
yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; 2 menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekpresikan gagasan- gagasan, menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif,
menyediakan kesempatan dan pengalaman konflik; 3 memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan
dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan baru. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.
2.1.4. Karakteristik dan Acuan Operasional Penyusunan KTSP
Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program, KTSP memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 KTSP menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri, 2 KTSP
berorentasi pada hasil belajar learning outcomes dan keberagaman, 3 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, 4 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, 5 Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Hal ini sejalan dengan Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 tentang SI dan SKL, sebagai acuan bagi setiap satuan pendidikan tingkat
pendidikan dasar dan menengah agar proaktif untuk menyikapi perangkat hukum tersebut secara visioner dan meninggalkan paradigma lama yang selalu menunggu
juklakjuknis dari atas. Dengan kata lain, setiap satuan pendidikan beserta stakeholdernya harus mengambil inisiatif untuk menyongsong paradigma baru
dalam pendidikan tersebut melalui penyusunan KTSP yang lebih fleksibel sesuai dengan karakteristik peserta didik, situasi dan kondisi satuan pendidikan
sekolah, potensikarakteristik daerah, atau kondisi sosial budaya masyarakat daerah setempat untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu, kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di daerah. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP merupakan model pengembangan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang bersifat
desentralisasi SNP pasal 1 ayat 15 . Penyusunan KTSP yang dilandasi oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, hendaknya tetap mengacu pada standar nasional pendidikan nasional yang mencakup standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Adapun acuan operasional penyusunan KTSP tersebut antara lain: 1 Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia; 2 Peningkatan potensi,
kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; 3 Keragaman potensi, karakteristik daerah dan lingkungan; 4
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 5 Tuntutan dunia kerja; 6 Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 7 Agama; 8 Dinamika
perkembangan global; 9 Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; 10 Kondisi sosial budaya masyarakat setempat; 11 Kesetaraan gender; 12
Karakteristik satuan pendidikan.
Dengan memahami acuan operasional penyusunan di atas, model KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan
kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan
otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi
langsung kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan khususnya kurikulum.
Adapun alasan mengapa kurikulum 2006 menggunakan model KTSP perlu diterapkan oleh satuan pendidikan yaitu pertama, sekolah lebih mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, sehingga
dapat dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Ketiga, sekolah dapat
mengambil keputusan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya karena tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Keempat, keterlibatan semua warga sekolah dan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh
masyarakat setempat. Kelima, sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan
masyarakat pada umumnya sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP. Keenam, sekolah dapat
melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan
orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat. 2.1.5. Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai
kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan pada: a Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36
sampai dengan Pasal 38; b Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 5 sampai dengan Pasal 18, dan Pasal 25
sampai dengan Pasal 27; c Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
d Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Pasal 1 Ayat 1 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006.
Landasan akademis atau filosofis KTSP adalah sebagai berikut: 1 John Dewey: Peran Pendidikan adalah mengajar siswa cara menjalin hubungan antara
sejumlah pengalaman-pengalaman baru melalui pengalaman lama menjadi pengetahuan, 2 Vygotsky: pengalaman diluar kelas dibawa ke dalam kelas dan
pengalaman belajar siswa sangat penting, 3 Ausubel: Informasi diorganisasaikan dalam pikiran dan dalam struktur kognitif yang berhubungan dengan standar
kompetensi, bila siswa diberi informasi baru, informasi tersebut akan masuk ke dalam susunan kognitif dan melekat pada informasi yang telah ada apabila
informasi baru tersebut mempunyai makna bagi siswa, dan struktur kognitif yang ada bertindak sebagai
advanced organizer.
2.1.6.
Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP komponen- komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut. 1 Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2 Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3 Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan
dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Struktur dan muatan KTSP
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknlogi. 4. Kelompok mata pelajaran estetika.
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan danatau
kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 192005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
c. Kalender Pendidikan Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif
dan hari libur. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada
dokumen standar isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah.
d. Silabus Silabus merupakan bagian dari KTSP sebagai penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Mulyasa,
2006.
2.1.7. Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP