ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN PROVINSI LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis)

ABSTRAK
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI PERAIRAN PULAU PASARAN
PROVINSI LAMPUNG UNTUK BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna
viridis)

Oleh

HERMAWAN FORNANDO

Kerang hijau merupakan salah satu komoditas perikanan laut yang digemari oleh
masyarakat. Di Lampung budidaya kerang hijau baru dirintis beberapa tahun
terakhir. Budidaya ini terdapat di sekitar Teluk Lampung seperti perairan
Ringgung (Pesawaran) dan Pulau Pasaran (Bandar Lampung). Analisis kesesuaian
lahan di perairan Pulau Pasaran untuk budidaya kerang hijau (Perna viridis) dapat
diamati dengan menganalisis faktor fisika, kimia dan biologi air kemudian
diakumuasi dengan sistem poin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kesesuaian perairan Pulau Pasaran untuk budidaya kerang hijau. Pengamatan
dilakukan dengan membandingkan parameter pendukung di 5 stasiun di sekitar
perairan Pulau Pasaran. Hasil pengukuran menunjukan salinitas, pH, temperatur,
DO dan substrat perairan Pulau Pasaran baik untuk budidaya, sedangkan
parameter kekeruhan, kecepatan arus, kedalaman dan klorofil-a kurang

mendukung untuk budidaya kerang hijau. Secara keseluruhan rating point
kesesuaian lahan perairan Pulau Pasaran sebesar 6,72 yang menunjukkan bahwa
perairan Pulau Pasaran memiliki tingkat kesesuaian cukup baik untuk budidaya
kerang hijau. Lokasi terbaik untuk budidaya kerang hijau pada stasiun 2 dengan
rating point 7,1.
Kata kunci : Kerang hijau, kesesuian lahan, rating point

ABSTRACT

THE LAND COMPATIBILITY ANALYSIS OF THE WATER BODIES IN
PASARAN ISLANDS, LAMPUNG FOR ASIAN GREEN MUSSEL
(Perna viridis) CULTURE
By

HERMAWAN FORNANDO

Asian green mussel is one of the favorite marine fisheries commodity. It culture in
Lampung Province has been established around the Bay of Lampung especially in
Ringgung and Pasaran Island. The land compability analysis of Pasaran Islands
water for asian green mussel (Perna viridis) culture could be observed from the

phisical, chemical, and biological factors and accumulated with a point system.
The purpose of this study was to determine the compatibility of the waters for
asian green mussel culture by comparing the supporting parameters in 5 stations
around the Pasaran Islands. The measurement showed that the salinity, pH,
temperature, DO and substrate of Pasaran Island are good for aquaculture, while
the turbidity, current velocity, depth and chlorophyll-a are less suitable for asian
green mussel culture.The overall rating point of land compatibility of Pasaran
Island is 6.72, which shows that the water of Pasaran Island issuitable for the
cultivation of mussels. The best location for the mussels culture is located at
station 2 which has a 7.1 rating point.
Keywords: Asian green mussels, land compatibility, rating points

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sukabumi, Kecamatan Bumi
Agung, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung pada18
September 1992, anak kedua dari empat bersaudara, dari
pasangan Bapak Robbani, S.Pd. dan Ibu Nuswa Mulyani, S.Pd.

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Pisang Indah diselesaikan pada tahun 2004,

Sekolah Menengah Pertama di SMP PGRI 1 Bumi Agung pada tahun 2007 dan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Bumi Agung pada tahun 2010. Pada tahun
2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Penulis aktif dalam organisasi HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya
Perairan) sebagai anggota pada periode 2011-2012 dan koordinator bidang
kerohanian pada periode 2012-2013.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum di Dunia Air Tawar
Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada tahun 2015 penulis menyelesaikan
tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan
di Perairan Pulau Pasaran Provinsi Lampung untuk Budidaya Kerang Hijau
(Perna viridis)”.

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepadaku, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :


 Ayah dan Bunda yang senantiasa memberikan semangat, bimbingan dan
doa untuk kebahagiaan dan kesuksesanku.
 Kakak yang senantiasa memberikan nasehat untuk masa depanku.
 Adik-adikku yang sedang berjuang menggapai masa depan
 Teman-teman Budidaya Perairan angkatan 2010
 Almamater Universitas Lampung.

“Semakin Besar Tanaman Semakin Banyak Sampah yang Dihasilkan, Tetapi
Jangan Lupa Sampah-Sampah Itulah yang Membantu Pohon Menghasilkan
Banyak Buah”

“Dunia Seseorang Hanya Dibatasi Oleh Pemikiran Orang Itu Sendiri”

“Hasil Takkan Pernah Menghianati Usaha Seseorang Dan Doa Adalah Pupuk
Untuk Hasil yang Akan Dituai”

“Tiada Hal yang Lebih Memalukan Selain Berharap Tanpa Berbuat”

SANWACANA


Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehinga skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Lahan di
Perairan Pulau Pasaran Provinsi Lampung untuk Budidaya Kerang Hijau (Perna
viridis) dapat penulis selesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian.
2. Ibu Siti Hudaidah, Ir. M.Sc. Selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan, penguji utama dan pembimbing akademik atas dukungan, kritik
dan sarannya selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Henni Wijayanti Maharani, S.Pi. M.Si. selaku pembimbing utama atas
bimbingan, kritik dan sarannya dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Mahrus Ali, S.Pi. M.P. selaku pembimbing anggota atas
bimbingan, kritik dan sarannya dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh keluargaku yang tercinta atas dukungan, doa dan nasehatnya.
6. Ali Ansori yang senantiasa membantu dan menemani dalam penelitianku
7. Ahmad Fauzi, Aris Candra, M. Baehaqi, yang senantiasa menemaniku
dalam menulis skripsi.

8. Yuti Kardin, Dio Sandi Kiswara dan M. Pebriansyah yang senantiasa

mendengarkan keluh kesahku.
9. Soma Romadhoni, S.A. Mandala Putra, Assovaria, Vina olivia, Windi
Pratiwi yang berjuang bersama dalam menyusunan skripsi.
10. Bapak Yahya yang menyediakan tempat serta mendukungku selama
perkuliahan.
11. Teman- teman perjuangan angkatan 2010 yang selalu menemukan
keseruan dan kekompakan selama kuliah baik di dalam maupun di luar
kampus.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, namun tidak mdengurangi rasa terima kasih saya
yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT menilai seagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan
bapak, ibu, kakak, adik dan teman-teman. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

Bandar Lampung 30, Januari 2015
Penulis

Hermawan Fornando


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Kerangka Pemikiran ............................................................................. 2
Manfaat ................................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerang Hijau ........................................................................................ 5
B. Kebiasaan Hidup .................................................................................. 6
C. Budidaya Kerang Hijau ........................................................................ 7
1. Budidaya di dasar perairan ............................................................. 7
2. Budidaya di kolom perairan ........................................................... 8
D. Lokasi Budidaya................................................................................... 9
1. Lokasi ............................................................................................. 9
2. Substrat........................................................................................... 10
3. Kedalaman air ................................................................................ 10
4. Produktivitas primer ....................................................................... 10
5. Kecepatan arus ............................................................................... 10
6. Kekeruhan ...................................................................................... 11
7. Salinitas .......................................................................................... 11
8. Suhu ............................................................................................... 12
9. Oksigen terlarut .............................................................................. 12
10. Produktivitas primer ....................................................................... 12
11. Derajat keasaman ........................................................................... 13
E. Evaluasi Lahan ..................................................................................... 13

III. METODE PENELITIAN

A.
B.
C.
D.

Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 15
Alat dan Bahan ..................................................................................... 16
Metode Penelitian................................................................................. 16
Metode Pengambilan Data ................................................................... 16
1. Salinitas ......................................................................................... 16
2. DO ................................................................................................. 17
3. pH air ............................................................................................. 17
4. Temperatur .................................................................................... 17
5. Kecerahan ...................................................................................... 17
6. Kecepatan arus .............................................................................. 18
7. Kedalaman ..................................................................................... 18
8. Produktivitas primer ...................................................................... 18
E. Analisis Data ........................................................................................ 19
1. Faktor primer ................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Usaha Kerang Hijau di Pulau Pasaran .................................... 21
B. Kualitas Perairan disekitar Pulau Pasaran ............................................ 22
C. Skoring Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau ............................ 28
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 31
B. Saran ..................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
LAMPIRAN .................................................................................................... 36

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. FaktorPenentuan Lokasi Budidaya Kerang Hijau ..................................... 9
2. Asumsi Poin dari Parameter untuk Budidaya Kerang HIjau .................... 19
3. Kategori Lokasi Berdasarkan Asumsi....................................................... 20
4. Data Kualitas Air Perairan Pulau Pasaran ................................................ 22

5. Skoring Data Kesesuaian Lahan Budidaya Kerang Hijau ........................ 28
6. Rerata Akumulasi Poin ............................................................................. 30

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Prosedur Pengamatan Klorofil-a .......................................................... 37
2. Data Kualitas Air setiap Minggu ......................................................... 38
3. Foto Penelitian ..................................................................................... 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 4
2. Kerang Hijau (Perna viridis) ............................................................... 5
3. Metode Budidaya DidasarPerairan ...................................................... 8
4. Metode Budidaya di Kolom Perairan ................................................... 8
5. Setasiun Pengambilan Sampel di Pulau Pasaran .................................. 15
6. Pola Sebaran Arus Perairan Pulau Pasran ............................................ 27

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerang hijau merupakan salah satu jenis kerang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Nilai ekonomi kerang hijau di peroleh karena kandungan gizi
kerang hijau yang tinggi, selain itu kulit kerang hijau dapat di manfaatkan
sebagai bahan kerajinan maupun pakan ternak. Kandungan gizi dalam kerang
hijau yaitu protein 21,9%, lemak 14,5%, karbohidrat 18,5%, abu 4,3% dan air
40,8% (Affandi, 2002). Kandungan gizi ini sebanding dengan gizi daging sapi,
telur maupun daging ayam. Setiap tahun permintaan akan kerang hijau selalu
meningkat, akan tetapi kebutuhan akan kerang hijau belum dapat terpenuhi
karena masyarakat masih mengandalkan penangkapan dari alam.
Budidaya kerang hijau mudah dilakukan dan tidak membutuhkan banyak
perlakuan, karena hanya dibutuhkan benih dan tali sebagai tempat menempel
kerang. Hal yang perlu diperhatikan dalam membudidayakan kerang hijau adalah
lokasi budidaya. Lokasi budidaya harus mendukung hidup kerang hijau atau
kerang hijau tidak akan tumbuh bahkan mati.
Pulau Pasaran merupakan salah satu pulau yang terdapat di Propinsi
Lampung yang terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar
Lampung. Perairan Pulau Pasaran memiliki keanekaragaman organisme yang
cukup tinggi, salah satunya adalah kerang-kerangan, seperti kerang hijau (Perna

2

viridis). Penduduk daerah ini banyak yang mengantungkan hidupnya dengan
mengolah ikan teri sehingga Pulau Pasaran dikenal menjadi salah satu sentra
industri pengolahan teri di Lampung.
Kerang hijau di Pulau Pasaran telah dibudidayakan akan tetapi masih
menggunakan teknologi sederhana dan tanpa memperhatikan kondisi perairan,
padahal kondisi perairan merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya
kerang hijau.
Guna keperluan budidaya kerang agar diperoleh produksi yang tinggi dengan
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas produk kerang, maka diperlukan pengetahuan
tentang lokasi budidaya secara tepat dengan parameter yang sesuai. Keberhasilan

usaha budidaya sangat ditentutan oleh pemilihan lokasi. Adapun parameter yang
yang perlu diperhatikan adalah parameter fisika, kimi dan biologi perairan. Suatu
lokasi budidaya dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat untuk kehidupan
kultivan, dan jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka budidaya akan terganggu
sehingga produktivitasnya akan menurun, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk menganalisis daya dukung perairan pulau pasaran untuk
budidaya kerang hijau.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perairan Pulau
Pasaran untuk budidaya kerang hijau

C. Kerangka Pemikiran
Kerang hijau merupakan organisme yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Harga kerang hijau di pasaran berkisar Rp. 3000/Kg. Kandungan gizi yang tinggi

3

dan rasa yang enak membuat permintaan kerang hijau meningkat setiap
tahunnya, akan tetapi permintaaan pasar belum bisa terpenuhi. Hal ini dapat
terjadi karena masyarakat masih banyak yang mengandalkan penangkapan di
alam.
Pulau Pasaran merupakan salah satu daerah yang masyarakatnya mulai
membudidayakan kerang hijau. Budidaya kerang hijau di Pulau Pasaran
dilakukan sejak tahun 2013 dengan menggunakan metode rakit. Melihat
tingginya animo masyarakat Pulau Pasaran yang terjadi serta adanya dukungan
pemerintah dan akademisi untuk menjadikan Pulau Pasaran sebagai sentra
budidaya kerang hijau selain sebagai sentra industri ikan teri, maka diperlukan
suatu usaha untuk memaksimalkan budidaya kerang hijau di pulau ini. Pada saat
ini masyarakat Pulau Pasaran masih menempatkan media tempat melekat kerang
di perairan sekitar pulau tanpa memperhatikan kondisi perairannya sehingga
budidaya kerang hijau belum maksimal.
Pemilihan lokasi budidaya sangat mempengaruhi hasil dari budidaya
karena kerang mengandalkan kondisi perairan untuk tumbuh. Hasil budidaya
kerang hijau akan optimal bila lokasi dapat mendukung hidup kerang hijau.
Untuk mengetahui kondisi perairan yang sesuai untuk budidaya kerang hijau di
perlukan analisis untuk mengetahui daya dukung perairan terhadap kegiatan
budidaya kerang hijau. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data primer
dan sekunder lalu mengakumulasikanya untuk menyimpulkan kondisi daya
dukung perairan terhadap kegiatan budidaya kerang hijau.

4

Budidaya Kerang Hijau
Perairan Pulau Pasaran
Faktor Primer
 Salinitas
 pH
 Kekeruhan
 Kedalaman
 Produktivitas primer

 Suhu
 DO
 Arus
 Subtrat

Skoring Kesesuaian Perairan
Analisis Kesesuaian Perairan Sebagai
Lahan Budidaya

Sesuai

Tidak Sesuai

Gambar 1. Kerangka pemikiran

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
petani tentang kulaitas perairan sebagai daya dukung budidaya kerang hijau dan
mengetahuai kualitas kerang sebagai bahan konsumsi.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerang Hijau (Perna Viridis )
Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia
seperti kijing, kaung-kaung, kapal–kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut
Vakily, (1989) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Lamellibranchia
Ordo : Anisomyria
Famili : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : Perna viridis.

Gambar 2. Kerang hijau (Perna viridis)

6

Kerang hijau hidup di daerah pantai dan penyebaranya di daerah tropik
pada kisaran suhu 27-37oC. Kerang hijau memiliki cangkang simetris dan
berwarna hijau kecoklatan. Tubuh kerang hijau terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kaki, mantel dan organ dalam. Pada kedua bagian mantel dihubungkan
dengan engsel sehingga mantel dapat terbuka dan tertutup. Mantel merupakan
bagian tipis yang berfungsi untuk melindungi organ dalam kerang. Pada bagian
belakang mantel terdapat dua lubang yang di sebut sifon yang berfungsi untuk
keluar masuknya air. Kaki kerang berupa bagian pipih yang terdapat dalam
cangkang yang alan menjulur keluar saat akan berjalan. Organ dalam kerang
hijau terdiri atas insang yang berlapis lapis berjumlah dua pasang yang
mengandung banyak pembuluh darah, organ pencernan, organ jantung dan alat
sekresi (Kastawi, 2003).

B. Kebiasaaan Hidup
Kebiasaan hidup kerang hijau adalah menempel pada substrat yang
terdapat dalam air. Kerang hijau akan tumbuh dengan baik pada kedalaman 1-7
meter di perairan yang kaya akan plankton dan bahan organik tersuspensi.
Kerang hijau dapat memijah sepanjang tahun di daerah tropis namun puncaknya
biasa terjadi pada bulan Maret hingga Juli. Adapun telur yang dapat dihasilkan
oleh satu induk kerang sebanyak 1,2 juta butir (Kastoro, 1992).
Kerang hijau mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikelpartikel dari suatu perairan (filter feeder). Kerang hijau akan memasukkan air
melalui rongga mantel sehingga mendapatkan partikel-partikel yang ada dalam
air. Makanan utama dari kerang hijau adalah mikroalaga sedangkan makanan

7

tambahannya adalah bakteri dan zat organik terlarut. Cara makan kerang hijau ini
juga yang memungkinkan zat berbahaya seperti logam berat masuk kedalam
tubuh kerang hijau. Kerang hijau juga termasuk kedalam organisme yang bersifat
sesil sehingga kerang hijau lebih berpotensi terkena logam berta karena tidak bisa
menghindari logam berat seperti oraganisme lain (Putri et al, 2013).

C. Budidaya Kerang Hijau
Kerang hijau dapat dibudidayakan dengan banyak cara. Secara umum
terdapat dua metode untuk budidaya yaitu budidaya di dasar perairan dan
budidaya di kolom air (Aypa, 1990).

1. Budidaya di dasar perairan
Menurut Spencer (2002), budidaya pada dasar perairan terbagi menjadi
dua model yaitu model dasar dan tiang. Budidaya dengan model dasar dilakukan
dengan memindahkan benih kerang pada sebuah plot atau lokasi yang bertujuan
untuk mengurangi kepadatan kerang. Metode budidaya ini membutuhkan arus
pasang surut yang cukup untuk mencegah pengendapan lumpur, membuang
kotoran dan menyediakan oksigen. Budidaya kerang model tiang banyak
dilakukan di Filipina budidaya model ini dilakukan dengan menancapkan bambu
pada dasar perairan setelah satu atau dua bambu di pindahkan pada muara dekat
dengan pemukiman penduduk. Metode budidaya di dasar perairan dapat dilihat
pada Gambar 3.

8

Gambar 3. A. Budidaya model dasar, B. Budidaya model tiang

2. Budidaya di kolom perairan
Budidaya kerang hijau pada kolom perairan yang biasa digunakan adalah
model gantung, longline dan rakit. Model gantung merupakan metode budidaya
dengan menggantungkan tali yang diikatkan pada tiang untuk menahan agar tidak
terbawa arus. Model longline merupakan metode yang diadopsi dari alat tangkap
ikan longline dengan meyebar tali yang diikantkan pada tali utama dan diletakkan
di kolom air. Model rakit yaitu metode budidaya kerang dengan mengikatkan tali
pada bambu yang diikatkan pada bambu atau akau kayu yang menyerupai rakit
dan di beri jangkar agar tidak terbawa arus. Semua metode ini membutuhkan
perairan yang memiliki kedalaman lebih dari 2 m (Aypa, 1990). Metode budidaya
di kolom perairan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. A. Budidaya model gantung, B. Budidaya model longline
C. Budidaya model rakit

9

D. Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya kerang hijau harus memenuhi faktor-faktor tertentu,
terdapat dua faktor yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi yaitu faktor
primer dan faktor sekunder (Lovatelli, 1998). Faktor primer dan sekunder dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Faktor penentuan lokasi budidaya kerang hijau
Faktor Penentu
No

Kriteria

Sumber

Faktor primer
1

Lokasi

Teluk Terlindung

Aypa ,(1990)

2

Substrat

Lumpur berpasir

Aypa, (1990)

3

Kedalaman air

 1 meter

Lovateli, (1998)

4

Produktivitas primer

Tinggi

Aypa, (1990)

5

Pergerakan air

0,1-0,3 m/sec-1

Lovateli, (1998)

6

Kecerahan

25 cm

Lovateli, (1998)

7

Salinitas

26-33 ppt

Aypa, (1990)

8

Suhu

26-32oC

Sivalingam, (1977)

9

Oksigen terlarut

8 ppm

Nurdijanto, (2000)

10

pH

7-8,5

Sivalingam, (1977)

11

Klorofil-a

17 mg/ m3

Rajagopal et al, (1998)

1. Lokasi
Lokasi budidaya kerang yang baik berada pada daerah teluk yang
terlindungi. lokasi budidaya sebaiknya bukan merupakan daerah penangkapan,
merupakan daerah yang tidak rawan banjir dan mampu untuk menampung air

10

yang berlebihan. Banjir dapat mengubah suhu air dan salinitas secara drastis, hal
ini merugikan komoditas kerang karena dapat menghambat pertumbuhan bahkan
menyebabkan kematian (Aypa, 1990).

2. Subtrat
Menurut Aypa, (1990) subtrat lokasi budidaya sebaiknya berupa lumpur
halus atau lumpur berpasir yang memungkinkan terjadinya produktivitas primer.

3. Kedalamam air
Kedalaman air untuk budidaya kerang dengan metode dasar minimal 1
meter, sedangkan untuk budidaya kerang dengan metode kolom air kedalam air
minimal 2 meter atau 1 meter dari ujung tali media ke dasar air (Lovatelli, 1998).

4. Produktivitas primer
Kerang hijau merupakan organisme filter feeder, adapun organisme yang
dimakan berupa fitoplankton maupun zooplankton kecil. Produktivitas primer
yang tinggi akan menyebabkan besarnya biomassa kerang (Aypa, 1990).

5. Kecepatan arus
Arus air membawa pasokan makanan dan oksigen bagi kerang hijau akan
tetapi arus air yang terlalu cepat akan menyebabkan kekeruhan tinggi yang
menyebabkan kerang muda kesulitan utuk mencari makan dan melekat pada
subtrat. Arus yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan kerang menjadi

11

lambat dan mebawa endapan bahan bahan berbahaya (Aypa, 1990). Menurut
Lovatelli (1998), kecepatan air yang optimal bagi kerang adalah 1-3 m/sec.

6. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air.
Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan
air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula
mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam
suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air
(Effendi 2003). Adapun kecerahan air yang baik untuk budidaya kerang minimal
25 cm (Lovatelli, 1998).

7. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi total dari seluruh ion terlarut di dalam air.
Ion penyusun tersebut terdiri dari natrium, kalium, kalsium, magnesium, klor,
sulfat, dan bikarbonat. Jumlah konsentrasi dari ketujuh ion tersebut merupakan 95
persen bagian dari total keseluruhan konsentrasi ion- ion terlarut dalam air (Boyd,
1992). Salinitas biasanya dinyatakan dalam satuan gram per kilogram atau bagian
per seribu. Salinitas adalah salah satu parameter yang memiliki peranan penting di
perairan pesisir dan estuari. Perubahan kondisi salintas secara permanen dapat
merubah tatanan ekosistem akuatik, terutama dalam hal keanekaragaman jenis dan
kelimpahan organisme (Canter, 1979). Selain itu, Nontji (1993) menyatakan
bahwa salinitas memiliki peranan penting dalam kehidupan organisme, seperti

12

distribusi biota akuatik Kerang hijau di daerah tropis yang hidup di daerah muara
yang kaya akan plankton dapat tumbuh pada salinitas 26-35 ppt. Menurut Aypa
(1990) salinitas yang ideal untuk budidaya kerang adalah 26-33 ppt.

8. Suhu
Suhu merupakan pembatas utama dalam perairan karena organisme
akuatik memiliki toleransi yang sempit terhadap perameter suhu. Berdasarkan
hukum Vant’s Hoffs, kenaikan suhu sebesar 10oC akan meningkatkan
metabolisme hingga tiga kali lipat. Meningkatnya metabolisme akan berakibat
pada tingginya laju respirasi yang menyebabkan konsumsi oksigen meningkat.
Dengan meningkatnya suhu maka akan menyebabkan kelarutan oksigen
menurun. Suhu perairan yang optimum akan mendukung kehidupan organisme di
dalamnya (Barus, 2004). Suhu optimal untuk kerang hijau berkisar 26-32oC,
tetapi menurut eksperimen kerang memiliki 50% kelangsungan hidup dengan
toleransi suhu 10-35oC (Sivalingam, 1977).

9. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut berasal dari fotosintesa oleh tumbuhan atau plankton dan
absorbsi dari atmosfer. Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung
permukaan air oleh air dan arus. Jumlah oksigen terlarut dalam perairan di
pengaruhi oleh temperatur. Oksigen terlarut akan meningkat apabila suhu air
menurun begitu juga sebaliknya (Michael, 2004). Oksigen terlarut yang optimal
dalam air adalah 8 ppm (Nurdijanto, 2000).

13

10. Produktivitas primer
Kerang hijau merupakan organisme filter feeder yang memakan
fitoplankton, zooplankton kecil dan bahan organik lainnya. Ketersediaan
fitoplankton dan zooplankton dipengaruhi oleh produktivitas primer. Daerah
yang memiliki produktivitas primer yang tinggi menyebabkan besarnya biomassa
kerang. Produktivitas primer dapat diukur dengan menghitung kandungan
klorofil-a di perairan. Menurut Rajagopal et al., (1998) kandungan klorofil-α
yang baik untuk budidaya kerang hijau adalah 17 mg/m-3 namun kerang masih
dapat tumbuh pada perairan yang mengandung klorofil-a sebesar 7 mg/m-3.

11. Derajat keasaman
Derajat keasaman menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu
larutan. Pada air bersih konsentrasi ion H+ dan OH- berada pada jumlah yag
seimbang sehingga air bersih akan bereaksi netral. Organisme akuatik umumnya
akan tumbuh dengan baik pada kondisi perairan dengan pH berkisar 7-8,5
(netral). Kondisi perairan yang sangat asam atau basa akan membahayakan
kehidupan organisme karena akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa
logam berat yang bersifat toksik (Barus, 1996). Derajat keasaman (pH) dalam air
yang optimal untuk budidaya kerang hijau adalah 8 (Sivalinggam, 1977).

E. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses pendugaan potensi lahan yang telah
dipertimbangkan

menurut

kegunaannya

dan

membandingkan

serta

14

mengintepretasikan serangkaian data (Widowati, 2004). Tujuan yang ingin
dicapai dalam evaluasi lahan adalah untuk mengetahui kondisi lahan berdasarkan
parameter tertentu.
Menurut Kusuadi (2005), menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh
terhadap tingkat kesesuian lahan dibagi menjadi 4 kelas yaitu :
a. Tidak sesuai (1,00-2,50) : lokasi tidak dapat digunakan untuk budidaya
kerang hijau dan tidak dapat mendukung hidup kerang hijau.
b. Buruk (2,60-5,00) : lokasi mendukung hidup kerang hijau tetapi tidak bisa
digunakan untuk budidaya kerang hijau
c. Cukup baik (5,10-7,50) : Lokasi dapat digunakan untuk budidaya dan
mendukung hidup kerang hijau
d. Baik (7,60-10,0) : sangat mendukung kehidupan kerang hijau dan
dianjurkan untuk budidaya.

15

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitan dilakukan di perairan Pulau Pasaran pada musim kemarau bulan
Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014. Kegiatan ini meliputi pengamatan
di lapang dan pengamatan di laboratoruim.
Pengambilan sampel dilakukan di 5 stasiun yang mengelilingi Pulau
Pasaran (Gambar 5), mulai dari muara pulau hingga belakang pulau. Sampling
dilakukan setiap 2 minggu sekali, dengan 3 kali ulangan.

Gambar 5. Stasiun pengambilan sampel di Pulau Pasaran

16

B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penilitian ini sechi disk, pH meter, DO meter,
plastik, sterofom, kertas label, pipet tetes, thermometer, egman grab, bola tenis,
meteran dan tongkat skala. Adapun bahan yang digunakan adalah kerang hijau,
(4-6 cm), akuades, HNO3 dan es.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

D. Metode Pengambilan Data

1. Salinitas

Dalam penelitian ini, kondisi salinitas air di setiap stasiun diukur dengan
menggunakan refraktometer. Pengukuran salinitas dilaksanakan secara in situ
dengan menggambil air secukupnya dari air contoh yang telah diambil dengan
menggunakan van dorn water sampler. Kemudian air tersebut diteteskan pada
bagian prisma dari refraktometer. Nilai salinitas akan terbaca dari air yang
memiliki kandungan garam melalui prinsip pembiasan cahaya. Tingginya nilai
salinitas bergantung kepada banyaknya kandungan garam dalam air (Ryan, 2009)
Salinitas air diukur secara vertikal setiap 2 meter hingga ujung media budidaya.

17

2. Oksigen terlarut (DO)
Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter (oksimeter).
Elektroda dari oksimeter dimasukkan ke dalam sampel air, selanjutnya nilai
konsentrasi oksigen terlarut dapat dibaca pada display (Eva, 2008).

3. pH air
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter ataupun
kertas lakmus. Pengamilan data dengan menggunakan pH meter dilakukan
dengan memasukkan elektroda dari pH-meter ke dalam sampel air yang diukur,
selanjutnya setelah angka yang tertera pada display stabil, langsung dibaca.
Pengukuran dengan kertas lakmus dilakukan dengan memasukkan kertas lakmus
kedalam air sampel hingga berubah warna kemudian mencocokkan dengan tabel
untuk mengetahui tingkat pH air (Eva, 2008).

4. Temperatur
Pengukuran temperatur dilakukan secara in situ di setiap stasiun dengan
menggunakan termometer batang. Termometer dimasukkan ke dalam air sedalam
±10 cm dan dibiarkan selama 3 menit, lalu diangkat dan dibaca (Eva, 2008).

5. Kecerahan
Kecerahan di ukur dengan memasukkan secchi disk ke dalam air hingga
bagian putih menghilang kemudian catat kedalamanya. Setelah itu tarik kembali
secchi disk hinggga bagian putih terlihat lalu catat
menggunakan rumus

kedalaman dan hitung

(Barus, 2004).

18

6. Kecepatan arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan bola pimpong yang diberi tali
sepanjang 1 meter. Hitung waktu bersamaan dengan di letakkan bola pimpong ke
atas air. Catat waktu tempuh yang dibutuhkan hingga tegangan tali sempurna
kemudian hitung dengan rumus

(Barus, 2004).

7. Kedalaman
Pilih lokasi yang akan diukur, masukkan tali pengukur yang di beri
pemberat di ujungnya hingga menyentuh dasar perairan, kemudian di catat
kedalaman air.

8. Substrat
Metode pengambilan sampel subtrat dilakukan memasukkan egman grab
hingga menyentuh dasar perairan kemudian memicu kunci perangkap egman grab
sehingga egman grab menutup, kemudian amati komposisi dasar perairan dan
catat hasilnya.

9. Klorofil-a
Sampel air untuk analisis klorofil-a diambil menggunakan tabung Van
Dorn kemudian dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri
(lampiran 1) pada panjang 630, 645 dan 665 nm (Ricards and Thompson 1952).

19

E. Analisis data
Analisis data dilakukan berdasarkan faktor yang mempenggaruhi dalam
pemilihan lokasi budidaya yaitu faktor primer dan sekunder.
1. Faktor primer
Faktor primer merupakan faktor yang harus di penuhi dalam memilih
lokasi budidaya. Faktor primer merupakan sebuah kebutuhan mutlak dalam
budidaya. Apabila faktor primer tidak terpenuhi maka budidaya tidak dapat
dilakukan pada lokasi tersebut.
Faktor primer akan dianalisis dengan metode skoring yang di gunakan
oleh Kusuadi (2005), yang mengkategorikan tingkat kesesuaian lahan menjadi 4
yaitu tidak sesuai, buruk, cukup baik, dan baik. Metode skoring dapat dilihat pada
Tabel 2. Asumsi poin dari parameter untuk budidaya kerang hijau (Sivalingam
1977), (Lovatelli 1998), (Hickman 1989), (Aypa 1990) dan dalam (Kusuadi
2005).
Parameter
Kualitas
Air
Salinitas
(ppt)
pH
Temperatur
(oC)
Kecerahan
(cm)
Kecepatan
arus (m/sec-1)
Kedalamam
(m)
DO (mg-1)
Subtrat (%)
Klorofil-a
(mg/m3)

Rating Poin
10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

27-32

25-33

24-34

23-35

18-36

15-40

12-45

10-50

5-55

0-65

7,9-8,2

7,8-8,3

7,7-8,4

7,6-8,5

7,5-8,6

7,4-8,7

7,3-8,8

7,0-8,9

6,9-9,0

6,8-9,1

26-32

25-33

24-34

23-35

22-36

21-37

20-38

19-39

18-40

17-41

22-25

21-26

19-30

17-35

15-40

13-45

12-50

10-55

8-60

7-65

1-3

1,5-3,5

2-4

2,5-4,5

3-5

3,5-6

4-7

6-9

10-15

15

8

8

7

6

5

4

3

2

-

1

8

7-6

6-5

5-4

4-3

-

-

3-2

2-1

100 :0

90: 10

80:20

70:30

60:40

50:50

40:60

30:70

20:80

0:100

17

15

14

13

12

11

10

9

8

7

20

Tabel 3. Kategori lokasi berdasarkan asumsi modifikasi dari (Kingzett dan salmon
2002) dalam (Kusuadi 2005).
Kategori
Evaluasi
Keterangan
Nilai
Lahan
Lokasi tidak dapat digunakan untuk budidaya
1,00-2,50
Tidak sesuai
kerang hijau dan tidak dapat mendukung
hidup kerang hijau
Lokasi mendukung hidup kerang hijau tetapi
2,60-5,00
Buruk
tidak bisa digunakan untuk budidaya kerang
hijau
Lokasi dapat digunakan untuk budidaya dan
5,10-7,50
Cukup baik
mendukung hidup kerang hijau
Sangat mendukung kehidupan kerang hijau
7,60-10,00
Baik
dan dianjurkan untuk budidaya.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Perairan Pulau Pasaran memiliki potensi yang cukup baik untuk budidaya
kerang hijau dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mengoptimalkan produksi kerang hijau.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai keamanan pangan kerang hijau yang
dibudidayakan di Pulau Pasaran.

32

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi hewan air. University Riau. Riau. Hal
217.
Akbar, S. & Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan pembesaran kerapu bebek.
Penebar Swadya. Jakarta
Aypa, S.M. 1990. Mussel culture. In Regional Seafarming Development and
Demonstration Project (RAS), Selected papers on mollusc culture.
UNDP/FAO(RAS/90/002) [Electronic version]. National Inland
Fisheries Institute, Kasetsart University Campus Bangkhen.
Barus, T.A. 1996. Metodologi ekologis untuk menilai kualitas perairan lotik.
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Barus, T.A. 2004. Pengantar limnology, Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Basmi, J. 1999. Plaktonologi (Bioekologi Plankton Algae). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan institute Pertanian Bogor. Bogor.
Boyd, C. E., dan C. S. Tucker. 1992. Water quality in pond soil analyses for
aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station. United
States. 183 h.
Canter, W. L. 1979. Handbook of variables for environmental impact assessment.
Ann Arbor Science. Michigan. 203 h.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran :hubungan dengan
toksikologi senyawa logam. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaahan kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Eva, F. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman
vegetasi akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fitriya, N. Heron, S. Riris A. 2011. Pola sebaran fitoplakton serta klorofil-a pada
bulan november di perairan tambelan, laut natuna. MASPARI
JOURNAL Vol 03.

33

Hadikusumah.2008. Karakteristik parameter fisika dan kandungan klorofil-a di
Laut Jawa. JurnalIlmuKelautan.13 (2): 103-112.
Hutabarat, S., 2000. Produktivitas perairan dan plankton. Telaah Terbadap llmu
Perikanan dan Kelautan. Badan penerbit Universitas Diponegoro. 61
hal.
Kastawi, Yusuf, 2003. Zoologi avertebrata, Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Kastoro,W,W.1992. Beberapa aspek Biologi dan Ekologi Jenis-jenis Mollusca
Laut Komersial yang diperlukan untuk menunjang usaha Budi Daya.
Proseding Temu Karya Ilmiah Potensi Sumber Daya Kerangkerangan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara Balai Penelitian
Budi Daya Pantai Manos:67-68.
Kemili, P. & Putri, M.R.2012. Pengaruh durasi dan intensitas upwelling
berdasarkan anomali suhu permukaan laut terhadap variabilitas
produktivitas primer di Perairan Indonesia. Jurnal Ilmu dan
Tekhnologi Kelautan Tropis Vo. 4, No 1, hlm 66-79.
Kingzett, B. Salmon, R. 2002. First nation shellfish aquaculture regional business
strategy. Kingzett Professional Services Ltd. British Columbia,
Canada.
Kumalawati, A.S. 2002. Variabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofila di Perairan Nangroe Aceh Darussalam Pada Bulan OktoberNovember 2002. Fakultas Pertanian dan Ilmu kelautan, IPB.
Kusuadi. 2005. Mussel Farming In state Of Sarawak, Malaysia A Feasibulity
Study. Fisheries Development Authority of Malaysia.(LKIM).
Lovatelli, A. 1988. Site selection for mollusc culture. Network of Aquaculture
Centres in Asia (NACA), NACA-SF/WP/88/8. National Inland
Fisheries Institute, Kasetsart University Campus Bangkhen,
Bangkok.
Moenir, M. 2010. Kajian fitoremediasi sebagai alternatif pemulihan tanah
tercemar logam berat. Balai Besar Pencegahan Pencemaran IndustrI
(BPTPPI); Semarang.
Marganof. 2003. Potensi limbah udang sebagai penyerap logam berat timbal
kadmium dan tembaga di perairan, Makalah Pribadi Pengantar ke
Falsafah Sains Program S3 IPB.
Marzuki. 2002. Metodologi riset. BPFE UII. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal
55.
Michael, P. 1994. Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan laboratorium.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.

34

Nurdin, E. 2000. Potensi pengembanganan perikanan di situ Pondok Cina.
Universitas Indonesia. Depok, Makara 1-8.
Nontji, A. 1993. Laut nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 367 h.
Nurdijanto. 2000. Kimia lingkungan, Yayasan peduli Lingkungan; Pati.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. PT. Gramedia,
Jakarta. 458 p.
Pantjara, B. & Ismawati. 1992. Kelimpahan Benih dan Pertumbuhan Tiram
Saccostrea cucculata dengan Dengan Metode Blok Semen di
Perairan Ujung Batu Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitaian Budidaya
Pantai. Vol. 8 No.1, BALITKANDITA dan IRC, Maros.
Parenrengi, A., S. Tonnek & S. Ismawati. 1998. Studi jenis dan kelimpahan
plankton pada berbagai kedalaman dan hubungannya dengan
komposisi makanan tiram Mabe (Pteria penguin). JPPI IV (4): 1730.
Pickard, G. L. 1967. Descripive physican Oceanographi Second Edition.
Massachusset: jones and Brtelett Publisher.
Putri, L. & Aunurohim, A. 2013. Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau (Perna viridis)
TerahdapChaetocheros sp dalam Media Logam Tercemar Kadmium.
Jurnal Sains dan Seni. ITS
Rajagopal, S., Venugopalan, V.P., Nair, K.V.K., van der Velde, G., Jenner, H.A.,
and Den Hartog, C. 1998. Reproduction, growth rate and culture
potential of the green mussel, Perna viridis (L.) in Edaiyur
backwaters, east coast of India [Electronic version]. Aquaculture,
162:187 – 202.
Rahmadiani, W.D.D. Aunurohim. 2009, Bioakumulasi Logam Berat Kadnium
(Cd) Oleh Chaetoceros Calcitrans Pada Konsentrasi Sublethal,
Jurusan Biologi, FMIPA Institut Sepuluh November Surabaya (ITS):
Surabaya.
Richards, F.A. And Thompson 1952. The estimation and characterization of
plankton populations by pigment analysis II. A spectrophotometric
method for estimation of plakton pigments. Journ. Mar. Res. 11 :
152-172.
Ryan, K.A.W. 2009. Analisi kualitas air pada sentral outlet tambak udang sistem
terpadu Tulang bawang, Lampung. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Romimohtarto, K.,1985. Kualitas air dalam budidaya laut. FAO, Bandar
Lampung.

35

Samawi, MF. 2007. Hubungan antara konsentrasi klorofil-a dengan kondisi
oseanografi di perairan pantai Kota Makasar. Unhas. Makasar
Sembiring, MR.S. & Fitri Agustina. 2012.Kualitas Perairan Muara Sungsang
dari konsentrasi bahan organik pada kondisi pasang surut. Program
Studi Kelautan, FMIPA UNSRI. Sumsel hal 10
Spencer, B.E. 2002. Molluscan shellfish farming. Fishing News Book, Blackwell
Science, USA.
Sivalinggam, P.M. 1977. Aquaculture of Green Mussel, Mytilus viridis Linnaeus,
in Malaysia Aquaculture, 11:297 – 312.
Sujdiharno., Meiyana., & Akbar. 2000. Pemanfaatan teknologi rumput laut dalam
rangka intensifikasi pembudidayaan. Buletin Budidaya Laut DKP.
Balai Budidaya Laut. Lampung.
Umi, Ni. 2008. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif, teori dan
aplikasi. Agung Media. Bandung. Hal 94.
Vakily, J.M. 1989. The biology and culture of mussels of the genus Perna
ICLARM Stud. Rev. 17:1-63.
Wallace, C.C. 1985. Reproduction, recruitment and fragmentation in nine
sympatric species of the coral genus Acropora. Mar Biol 88: 217233.
Widowati, L. L. 2004. Analisis kesesuaian perairan tambak di kabupaten demak
ditinjau dari aspek produktifitas primer menggunakan penginderaan
jauh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Undip. Semarang.
Widarsih, K. 1988. Budidaya jenis-jenis kerang (Bivalvia). Laboratorium
Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Semarang.
Wisnaya & I Gede Yudi. 2013. Studi Pemetaan budidaya kerang hijau (perna
viridis) menggunakan citra satelit dan sig di perairan laut Tejakula.
Juranal Budidaya Kelautan. Fakultas MIPA. Universitas Pendidikan
Ganesha. Singaraja. Indonesia