KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS L.)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:38:16 2017 / +0000 GMT

KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS L.)
Kerang hijau merupakan organisme yang termasuk golongan biota yang bertubuh lunak (mollusca), bercangkang dua (bivalvia),
insang berlapis (lamellibrachiata), berkaki lapak (pelecypoda) dan hidup dilaut (Asikin, 1982). Taksonomi kerang hijau menurut
Asikin (1982)Filum : MolluscaKelas : Pelecypoda (Lamellibranchia, Bivalvia)Ordo : Filibrachia

Famili : PernaidaeGenus : PernaSpesies : Perna viridis L.Kerang hijau (Perna viridis L) merupakan biota yang hidup pada wilayah
litoral (pasang surut) dan sub litoral yang dangkal. Kerang hijau dapat tumbuh pada perairan teluk, estuari, sekitar mangrove dan
muara, dengan kondisi perairan yang memiliki subtrat pasir berlumpur, dengan cahaya dan pegerakan yang cukup, serta kadar garam
yang tidak telalu tinggi (Setyobudiandi, 2000). Perna memiliki empat baris insang yang bermanfaat sebagai organ respirasi dan
organ filterfeeder. Perna memakan fitplankton, zooplankton dan detritus (Korringa, 1976; Sivalingam, 1977; Yap et al, 1983 dalam
Vakily, 1989). Sivalingam (1977) dalam Vakily (1989) menyatakan bahwa kerang hijau merupakan selective filter feeder, hal ini
ditandai dengan spesies plankton yang mendominasi (99%) pada perut kerang hijau, yaitu Coscinodiscus nodilufer. Menurut Bryan
(1976) dalam http://nis.gsmfc.org/nis_factsheet.php?toc_id=150 karena sifatnya yang sessile dan cara makan yang filterfeeder kelas
bivalvia telah digunakan sebagai bioindikator dari limbah berat, organochlorin dan minyak hidrokarbon. Perna viridis merupakan
salah satu kerang yang terbaik untuk dijadikan biota tes dalam biopollution (Phillips, 1980 dan IOC, 1981 dalam
http://nis.gsmfc.org/nis_factsheet.php?toc_id=150). Goldberg et al., 1978 dalam Martin dan Jong-deock (2005) menyatakan bahwa
bivalva seperti kerang hijau memiliki keunggukan sebagai bioindikator untuk memonitor substansi organik yang terdapa dilaut
karena memiliki distribusi yang luas, hidup menetap, mudah disampling, memiliki toleransi terhadap salinitas yang luas, resisten

terhadap stress dan bahan berbagai kimia yang terakumulasi dengan jumlah besar merupakan konsep ?Mussel Watch'. Kerang hijau
memiliki distribusi yang luas pada wilayah Asia pasifik dan memiliki nilai komersial sebagai seafood yang telah terkenal dibelahan
dunia (Vakily, 1989). Martin dan Jong-deock (2005) dan Boonyatumanond et al (2002) menambahkan kerang hijau telah digunakan
sebagai biological indocator unuk memonitor kandungan residu pestisida organochlorine pada beberapa negara Asia seperti Thailand
(Siriwong et al., 1991; Ruangwises et al., 1994), India (Ramesh et al., 1990) dan Hong Kong (Phillips, 1989). Verlecar et al., 2006
lebih mendalam menyatakan bivalva moluska P.viridis digunakan sebagai bioindikator dan atau bio monitoring karena insangnya
yang merupakan organ respirasi dan kelenjar digestif dipergunakan sebagai spesimen eksperimen pengukur respon perubahan
oksidatif. Verlecar et al (2). 2006 juga menyatakan bivalva termasuk kerang hijau memiliki kemampuan ketahanan terhadap
perubahan suhu dan kandungan logam beracun yang terkandung dalam perairan, sehingga dapat disimpulkan, bivalva merupakan
model yang representatif untuk studi pengaruh dalam mekanisme pertahanan menggunakan antioksidan. Penelitian Phillips (1985)
menggunakan P.viridis menghasilkan kesimpulan, kerang hijau merupakan excellent bioindikator untuk studi tembaga (Cu) dan
timah (Pb). P.viridis digunakan untuk mengamati kandungan cadnium, mercury dan zinc. Pada jaringan insang P.viridis, terjadi
regulasi metabolisme parsial sehingga mengakumulasi zinc. Hal yang sama terjadi pada akumulasi logam berat lain (Phillips ,
1985).Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup kerang hijau adalah suhu, salinitas, tipe dasar perairan,
kedalaman, kekeruhan, arus dan oksigen terlarut (Setyobudiandi, 2000). Asikin (1982) menyatakan bahwa kerang hijau tumbuh baik
pada perairan yang memiliki salinitas 27-35 o/oo, temperatur antara 27-32ÂșC, arus yang tidak begitu keras dan hidup pada
kedalaman 1-7 m serta mengambil protein nabati sebagai makanannya. Rainbow (1995) dalam Wong et al. (2000) menyatakan
P.viridis menyebar luas di perairan laut dan toleran terhadap perairan yang terkontaminasi logam serta dapat bertahan terhadap
fluktuasi salinitas dan suhu. Vakily (1989) menyatakan umumnya mussel hidup menempel di substratnya dengan menggunakan
benang byssus. Byssus terdapat pada bagian kaki kerang yang diadaptasikan untuk menempel pada substratnya. Kumpulan benang

byssus ini disekresikan oleh hewan tersebut dan memiliki kekuatan-tarik sehingga berfungsi sebagai penambat kerang dengan
substratnya.Beberapa jenis kerang yang tergolong dalam golongan mussel dan daerah distribusinya antara lain : M. Edulis (Eropa,
pantai barat-timur Amerika Utara, dan Jepang) M. Gallopravincialis (Mediterranian species, Eropa), M. Aeoteanus (perairan
Selandia Baru), M. edulis planulatus (perairan Australia), M. Californianus ( perairan pantai Pasifik dan Amerika Utara), Perna
viridis (periaran Asia), P. Canaliculus (Selandia Baru).Kerang hijau, Perna viridis L. memiliki beberapa nama sinonim antara lain

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:38:17 2017 / +0000 GMT

(Siddal, 1980 dalam Vakily, 1989) : Mytilus viridis Linnaeus (1758), Mytilus smaragdinus Chemnitz (1785), Mytilus opalus
Lamarck (1819), Mytilus viridis L. Hanley (1855), Mytilus (Chloromya) viridis L. Lamy (1936), Mytilus viridis L. Suvatti (1950),
Chloromya viridis L. Dodge (1952), Mytilus viridis L. Cherian 1968), Perna viridis L. Dance (1974). Yap et al. (2002) lebih dalam
menyatakan taksonomi Perna viridis membingungkan dan status dari Perna viridis masih dalam diskusi para ahli.Kerang hijau
mempunyai wilayah distribusi yang luas, yakni dari samudra Hindia sampai Fillipina dan Samudra Pasifik sebelah barat (Vakily,
1989). Benson et al. (2001) menyatakan kerang hijau ataupun anggota bivalva lainnya, umumnya bersifat sedentary, dengan bagian
kaki, visceral mass, dan rongga mantel mendominasi tubuh, dan bagian kepala tidak berkembang. Bivalva tidak memiliki radula,

mayoritas ciliary feeder dengan bagian insang berkembang untuk mengumpulkan makanan (ctenidid). Perluasan mantel keseluruh
bagian tubuh dalam bentuk dua katup simetris yang pada akhirnya mensekresikan hinge dan membentuk kedua belah cangkang.
Pada semua bivalva Lamellibranch, insang atau ctenidium berbentuk huruf-W. Insang terdiri atas banyak filamen yang berhubungan
untuk membentuk lembaran atau lamellae. Masing-masing insang memiliki empat lamellae dan diposisikan dalam rongga mantel
sedemikian rupa sehingga satu cabang dari bagian yang berbentuk huruf-W tadi berhubungan dengan mantel dan cabang lainnya
berhubungan dengan bagian kaki atau visceral mass. Karena itu insang secara efektif membagi rongga mantel ke dalam beberapa
rongga. Rongga yang besar di bawah insang disebut rongga inhalent; sedangkan rongga di atas insang merupakan rongga exhalent.
Setyobudiandi (2000) menyatakan bahwa kerang hjau digolongkan dalam kelompok filter feeder, karena kerang hijau memperoleh
makanan dengan cara menyaring partikel-partikel atau organisme mikro yang berada dalam air dengan
menggunakan_sistem_sirkulasi_(http://dictionary.reference.com/browse/Filter%20feeder). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Vikaly (1989) yang menyatakan semua bivalva lamellibranch termasuk filter feeder. Cilia khusus terletak antara filamen insang
yang berfungsi menghasilkan aliran air yang memindahkan air ke dalam bagian inhalent pada mantle cavity (rongga mantel) dan ke
arah atas ke dalam rongga exhalent. Partikel makanan atau material tersuspensi lainnya yang berukuran lebih besar dari ukuran
tertentu disaring dan air oleh cilia insang dan dihimpun pada bagian rongga inhalent berhadapan dengan lamellae insang. Material
ini kemudian dipindahkan oleh cilia lainnya ke arah tepi bagian ventral insang atau di bagian dasar organ yang berbentuk huruf-W
dimana terletak alur makanan (food grooves). Setelah berada di food grooves, makanan bergerak ke arah depan hingga mencapai
palps, yang berada di sisi mulut. Material berukuran halus dibawa oleh cilia ke dalam mulut. Partikel yang lebih kasar dihimpun di
tepi palps dari secara periodik dikeluarkan oleh proses kontraksi otot ke dinding mantel.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 2/2 |