14
7 Pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup. Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan
hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri,
disiplin, dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
e. Penilaian Pembelajaran
Penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengamatan dan pencatatan anekdot. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari secara terus menerus, sedangkan pencatatan
anekdot merupakan sekumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu.
Berbagai alat penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan dan perilaku anak, yaitu sebagai berikut.
1 Portofolio yaitu penilaian berdasarkan kumpulan hasil kerja anak yang dapat menggambarkan sejauhmana keterampilan anak berkembang.
2 Unjuk kerja performance merupakan penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat diamati, misalnya praktek
menyanyi, olahraga, dan memperagakan sesuatu. 3 Penugasan project merupakan tugas yang harus dikerjakan anak yang
memerlukan waktu yang relatif lama dalam pengerjaannya. Misalnya, melakukan percobaan menanam biji.
4 Hasil karya product merupakan hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan.
f. Komponen-Komponen Pendukung Pembelajaran PAUD
Tercapainya tujuan pembelajaan dalam PAUD didukung oleh beberapa komponen, di antaranya kurikulum bahan ajar, SDM terutama tenaga pendidik
dan pengasuh Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007.
15
1 Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak the whole child agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai
kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama,
sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang
lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan
dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan orang lain diperlukan untuk belajar
agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk menanamkan nilai-nilai
nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa.
2 Bahan Ajar
Tema-tema subtema-subtema kegiatan pembelajaran merupakan materi bahan ajar yang disampaikan kepada anak-anak. Materi bahan ajar terpadu
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan konsep belajar sambil bermain sehingga anak-anak tidak merasa diceramahi secara langsung.
Agar konsep belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar terwujud, berbagai metode pembelajaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran ini,
seperti eksperimen uji coba, bermain peran, ceritera, tanya-jawab, percakapan, serta penugasan mengerjakan Lembar Kerja Anak, menggambar, melipat,
mengecap membatik, dan menempel. Bahan ajar merupakan seperangkat materisubstansi pelajaran yang
disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Dewey,
pendidikan yang benar hanya akan muncul dengan menggali keunggulan- keunggulan anak yang timbul dari tuntutan situasi sosial di mana dia
menemukan dirinya sendiri.
16
Bahan ajar yang efektif harus memenuhi syarat sebagai berikut: a ketepatan kognitif, b tingkat berpikir siswa, c biaya, d ketersediaan bahan,
dan e mutu teknis. Romiszowski 1986 menyatakan bahwa dalam pembuatan bahan ajar hendaknya mempertimbangkan empat aspek, yaitu a aspek
akademik, b aspek social, c aspek rekreasi, dan d aspek pengembangan pribadi.
Beberapa pandangan Dewey tentang pendidikan dapat dirangkum sebagai berikut.
a Insting dan potensi-potensi anak menjadi titik tolak untuk semua pendidikan.
b Pendidikan adalah proses hidup itu sendiri dan bukan persiapan untuk hidup.
c Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di
lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas Dewey dalam Krogh, 1994.
Dalam penyusunan
bahan ajar
menurut Dewey
hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: a bahan ajar hendaknya kongkrit,
dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan, dipersiapkan secara sistematis dan mendetil, b pengetahuan yang telah diperoleh sebagai hasil belajar,
hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru dan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan ajar harus berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji serta minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan anak. Hal yang terakhir memberikan
implikasi bahwa sekolah perlu membuat kurikulum darurat untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak. Bahan-bahan pelajaran bagi anak didik tidak bisa
semata-mata diambil dari buku-buku pelajaran yang diklasifikasikan dalam bentuk disiplin ilmu yang ketat, akan tetapi harus bersifat interdisipliner,
berisikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat, dan memberikan rangsangan kepada anak untuk bereksperimen. Bahan
pelajaran harus merupakan kegiatan yang berkenaan dengan sesuatu masalah problem.
17
Khusus di TK, bahan ajar yang dimaksud adalah tema. Tema merupakan pusat pembelajaran. Tema merupakan alatsarana atau wadah untuk
mengenalkan berbagai konsep kepada anak-anak. Tema diberikan dengan tujuan 1 menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan 2 jika
pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan melalui hal-hal yang paling
dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan
jelas Kurikulum TK dan RA, 2004. Ki Hajar Dewantara 2009 mengatakan bahwa pelajaran kebangsaan
yang memang kodrati pada taman anak harus mengajarkan: a permainan dan olah raga dengan nyanyian anak-anak dan tari pemeliharaan badan secara
ritmis, b nyanyian-nyanyian daerah, menggambar corak dan warna, keterampilan menganyam, merangkai bunga dengan menggunakan bahan-
bahan lokal, misal: daun pisang, janur, dan lain-lain Sebagai latihan untuk kesempurnaan pancaindera dihubungkan dengan rasa; c ceritera yang berwujud
dongeng ceritera daerah yang dihubungkan dengan pelajaran bahasa dan lagu, d pelajaran mengenal keadaan tempat kelilingnya si anak untuk mem-
persiapkan pengetahuan IPA, IPS, dan Ilmu Kenegaraan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, perlu adanya buku
panduan dan penuntun alat permainan yang mempermudah dan membantu guru dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan kepada anak TK.
3 Pendidik dan Pengasuh
Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda; memiliki
kelebihan, bakat dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yang berbakat menari, matematika, bahasa, dan ada pula yang berbakat olah
raga. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas, ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cerdas. Perilaku anak juga
beragam, demikian pula langgam belajarnya. Oleh karena itu, para pendidik anak usia dini perlu mengenal pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan
18
khusus. Dengan memahami kebutuhan khusus setiap anak, para guru diharapkan mampu mengembangkan potensi anak dengan baik.
Peranan pendidik menurut pragmatisme bukanlah sebagai instruktur yang mendominasi kegiatan pembelajaran, akan tetapi sebagai fasilitator. Secara rinci,
peranan pendidik menurut pragmatisme adalah sebagai berikut. a Pendidik tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak
sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. b Pendidik hendaknya menciptakan suatu situasi, sehingga anak
merasakan adanya suatu masalah yang ia hadapi, sehingga timbul minat untukmemecahkan masalah tersebut,
c Untuk membangkitkan minat anak, hendaknya guru mengenal kemampuan serta minat masing-masing atau peserta didik.
d Pendidik hendaknya dapat menciptakan siatusi yang menimbulkan kerja sama dalam belajar, antara murid dengan murid begitu pula antara guru
dengan murid. Bertolak dari pernyataan di atas, maka peran guru adalah memberikan
dorongan kepada peserta didik untuk bekerja bersama-sama, menyelidiki dan mengamati sendiri, berpikir dan menarik kesimpulan sendiri sesuai dengan minat
yang ada pada dirinya. Melalui cara ini anak akan belajar dengan bekerja. Lembaga pendidikan merupakan suatu lingkungan khusus, bagian dari
lingkungan manusia yang mempunyai peranan dan fungsi khusus sebagai berikut.
4 Seting Lingkungan Belajar
Untuk membelajarkan anak, lingkungan perlu ditata agar kondusif untuk belajar. Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar untuk anak usia dini
amat penting untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Di rumah, anak-anak memerlukan mainan yang tidak perlu mahal tetapi baik dan
aman untuk belajar anak. Di sekolah anak-anak juga perlu mainan yang aman dan baik untuk belajar. Berbagai alat permainan dan fungsinya bagi PAUD perlu
dipahami dan digunakan dengan cara yang benar. Para guru perlu memahami peranan “Pojok Belajar” Learning Center dan Learning Area, bagaimana cara
19
menyusunnya, apa saja isinya, dan bagaimana penggunaannya. Penataan kelas juga amat penting. Di TK dan SD awal anak-anak belajar dalam kelas dan di luar
kelas. Penataan kelas, isi kelas, dan fungsinya sangat mempengaruhi kegiatan belajar anak.
Halaman sekolah didisain dengan baik agar berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar anak. Berbagai jenis alat permainan yang mengembangkan
motorik kasar atau otot-otot besar yang diperlukan untuk membentuk fisik anak agar tumbuh dengan baik. Alat permainan untuk mengembangkan kemampuan
dasar anak seperti kekuatan, ketahanan, keseimbangan, kecekatanketangkasan, dan koordinasi sangat diperlukan. Lingkungan belajar juga harus memberi
pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak. Mengamati perkembangan anak ayam, kucing, atau hewan yang lain amat menarik bagi
anak. Demikian pula pengalaman menanam, menyirami, dan memupuk tanaman. Akuarium dan terarium sama menariknya bagi anak dengan pasel dan game.
Untuk itu guru dan orangtua perlu memahami seting lingkungan belajar anak usia dini.
5 Asesmen Otentik
Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen Otentik. Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam
berbagai konteks, dan berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua dapat memberi bantuan belajar yang pas sehingga anak
dapat belajar secara optimal. Oleh karena itu, asesmen otentik dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Hasil karya anak, hasil
pengamatan guru, dan informasi dari orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan belajar anak. Berbagai teknik dan instrumen asesmen, seperti
catatan anekdot anecdotal record, catatan naratif narrative record, catatan cepat running record, sampel kegiatan event sampling, dan dengan portofolio
digunakan untuk memantau perkembangan anak.
20
f. Wawasan Kebangsaan Bagi Anak Usia Dini 1 Hakikat Wawasan Kebangsaan Indonesia