Mengenai Siti Musdah Mulia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Buadaya Bisu yang Merendahkan Martabat Perempuan, Kibar Yogyakarta tahun 2007. Islam dan HAM, Naufan Yogyakarta tahun 2010. Musdah Mulia banyak menulis beberapa entri dalam Ensiklopedi Islam tahun 1993; Ensiklopedi Hukum Islam tahun 1997; dan Ensiklopedi al- Qur’an tahun 2000, dan beberapa artikel yang disajikan dalam berbagai forum ilmiah, baik di dalam maupun luar negeri. 39

D. Tokoh Yang Mempengaruhi Siti Musdah Mulia

Dalam pembahasan penulis dengan Musdah Mulia, melalui email Musdah Mulia, mengatakan bahwa “sejak Tsanawiyah Musdah Mulia sudah membaca beberapa buku dari Husain Haikal, seorang sejarawan Islam yang berasal dari Mesir. 40 Dengan bukunya ya ng berjudul “Hayatu Muhammad” yang diterjemahkan oleh Ali Audah dengan judul “Peri Hidup Muhammad”, yang isinya menjelaskan mengenai kepemimpinan Rasulullah, sehingga dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Musdah Mulia terpengaruh oleh pemikiran Husian Haikal. Menurut Musdah Mulia di dalam buku Husain Haikal yang berjudul “Hayatu Muhammad“ menjelaskan bahwa perilaku Rasulullah digambarkan dengan sangat indah oleh Husain Haikal sehingga dari sinilah pemikiran Husain Haikal mengenai kepemimpinan rasulullah sangat mempengaruhi pemikiran Musdah Mulia mengenai kepemimpinan perempuan. 39 Ibid. 40 Wawancara penulis dengan Musdah Mulia , melalui Email, pada 4 Febuari 2017. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sedikit dijelaskan oleh Musdah Mulia di dalam buku “Peri Hidup Muhammad” bahwa Islam tidak mementingkan bentuk formalitas suatu negara, melainkan mementingkan aspek moralitas. Islam hanya menggariskan tata nilai etika yang dapat dijadikan sebagai pedoman dasar bagi pengaturan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan dengan sesamanya, yang juga memadai untuk dijadikan landasan bagi pengelolaan hidup bernegara. Nilai-nilai yang dimaksudkan adalah prinsip tauhid, prinsip sunatullah, dan prinsip persamaan antar manusia. Pertama, perlunya prinsip tauhid diterapkan dalam pengelolaan hidup bermasyarakat adalah untuk mewujudkan masyarakat yang bermoral dan memiliki integritas ruhani yang sempurna, dan secara bertahap dapat mewujudkan pola hubungan antarmanusia dalam semangat egalitarianisme. Implementasi tauhid dalam kehidupan bermasyarakat membuat setiap individu dalam masyarakat menyadari jati diri mereka masing-masing sebagai hamba Allah Swt, memahami harkat dan martabat kemanusiaannya sehingga dengan demikian mereka dapat terbebas dari berbagai macam belenggu, yang pada gilirannya membuat mereka mampu mengembangkan potensinya secara wajar dan layak. Dengan demikian, tauhid pada hakikatnya mendukung sistem demokrasi, dan sebaliknya, menolak sistem totaliter, otoriter, dan tiranik. Kedua, prinsip sunatullah mendorong manusia bersikap dinamis dan percaya kepada hukum kausalitas serta menolak sikap fatalistis. Prinsip ini juga membawa kepada pengakuan adanya pluralisme dalam masyarakat yang