ANALISIS PERGESERAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN PENGAJARAN DALAM MENONTON PROGRAM ACARA MISTIK PADA HAL-HAL MISTIK (STUDI PROGRAM ACARA TELEVISI DUA DUNIA DI TRANS7)

ABSTRAK
ANALISIS PERGESERAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN
PENGAJARAN DALAM MENONTON PROGRAM ACARA MISTIK
PADA HAL-HAL MISTIK
(STUDI PROGRAM ACARA TELEVISI DUA DUNIA DI TRANS7)

Oleh
RIAN DEART PURBA
Fenomena mistik semakin nyata dengan bertambah maraknya program tayangan
televisi dengan tema-tema mistik akhir-akhir ini muncul bagaikan jamur di musim
hujan. Tercatat paling tidak ada 3 (tiga) kategori program tayangan televisi dengan
tema Mistik yang memberikan warna pada keseluruhan program televisi swasta.
Kategori pertama masuk dalam kelompok tayangan sinetron dengan tema mistik,
kategori kedua masuk dalam kelompok infotainment mistik, dan kategori ketiga
adalah kelompok film lokal atau manca negara baik yang berseri atau lepas.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pergeseran
kepercayaan masyarakat kelurahan Pengajaran dalam menonton program acara mistik
pada hal-hal mistik (studi program acara televisi Dua Dunia di Trans7).
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian difokuskan
pada analisis pergeseran kepercayaan masyarakat Kelurahan Pengajaran dalam
menonton program acara mistik pada hal-hal mistik (Studi Program Acara Televisi

Dua Dunia di Trans7). Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah analisis yang menggambarkan secara
rinci, dengan melakukan interpretasi terhadap data yang diperoleh melalui
pendekatan teoritis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut pergeseran kepercayaaan yang terjadi pada informan
adalah dimana informan menjadi semakin takut dengan menonton tayangan tersebut,
sehingga terjadi perubahan sikap informan, dengan semakin takutnya informan pada
tayangan tersebut menghasilkan suatu perubahan pergeseran kepercayaan. Pergeseran
tersebut dapat meningkat, atau informan semakin berani sehingga disebut menurun
atau informan merasa biasa-biasa saja sehingga disebut netral. Oleh karena itu
pergeseran kepercayaan ini tergantung dari diri masing-masing masyarakat dalam
menganggapi hal-hal yang berhubungan dengan mistik. analisis pergeseran
kepercayaan masyarakat Kelurahan Pengajaran dalam menonton program acara
mistik pada hal-hal mistik adalah dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan bagi masyarakat, dampak peniruan yaitu masyarakat
dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi serta Dampak perilaku yaitu

Rian Deart Purba

proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi
yang diterapkan dalam kehidupan sehar-hari.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain
masyarakat diharapkan tetap pada kepercayaan yang baik dan rasional terhadap halhal mistik yang ditayangkan oleh televisi, sehingga dampak negatif dari tayangan
tersebut dalam diminimalisir oleh masyarakat. Diharapkan pada manajemen
penyiaran televisi lebih arif dalam memberikan tayangan yang mendidik terutama
suatu acara yang penting untuk disajikan bagi masyarakat, belum tentu penting dan
menarik bagi masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya televisi menayangkan suatu acara
yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka memberikan nilai kepuasan bagi
masyarakat.

ABSTRACT
SHIFT ANALYSIS OF PUBLIC TRUST WARD TEACHING PROGRAM EVENTS IN
WATCHING Mystical
THINGS TO Mystical
(Study Dua Dunia Television Program Events In Trans7)
by

Mystical phenomenon more evident with the increasing proliferation of television programs with
mystical themes lately appeared like mushrooms in the rainy season. Noted there are at least

three (3) categories of television programs with Mystical theme that gives color to the overall
private television program. The first category included in the group show soap opera with a
mystical theme, both fall into the category of mystical infotainment group, and the third category
is a group of local or foreign films either glow or off.
The purpose of the study is to examine and analyze the shift of public confidence in the teaching
village watched program on things mystical mystique (study television program Two Worlds
Trans7).
This type of research is descriptive research. The study focused on the analysis of the shift of
public confidence in the Teaching Village mystical things (Studies Programs Other World
Television Trans7). Data analysis was performed using descriptive qualitative analysis.
Qualitative descriptive analysis is analysis that describes in detail, by interpretation of the data
obtained through a theoretical approach.
Based on the results of research and discussion, it can be some conclusions as follows
kepercayaaan shift that occurred in the informant where the informant is becoming increasingly
afraid to watch the show, resulting in a change in the attitude of the informants, with the fear of
informants on the show resulted in a shift in belief change. This shift can be increased, or the
brave informant or informants so-called declining feel mediocre so-called neutral. Therefore this
shift depends on the self confidence of each community in response to matters relating to the
mystique. The impact of television programs mystique to shift public confidence in the Teaching
Village mysticism is the cognitive impact of a person's or community's ability to absorb and

understand the televised events that gave birth to the knowledge society, the society faced
impersonation impact on the actual trendy televised and the impact of the behavior of the
embedded socio-cultural values that have aired television show that is applied in everyday life.

Rian Deart Purba
Based on the above conclusion, it can be given some suggestions, among others, people are
expected to remain on good faith and rational to the mystical things are aired by television, so
that the negative impact of these impressions in a minimized by society. It is expected that the
management of the television broadcasting more wise in giving impressions that educates
primarily an important event to be presented to the community, not necessarily important and
interesting for the community itself. Basically television broadcast an event is required by the
community in order to provide value to the community's satisfaction.

ANALISIS PERGESERAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN
PENGAJARAN DALAM MENONTON PROGRAM ACARA MISTIK
PADA HAL-HAL MISTIK
(STUDI PROGRAM ACARA TELEVISI DUA DUNIA DI TRANS7)

Oleh
Rian Deart Purba


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 23 Juli 1988 di Jakarta. Pada saat itu
penulis diberi nama lengkap Rian Deart Purba. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Poltak Purba dan
Ibu Juni R.Sumbayak.
Penulis mengawali pendidikan berawal dari Taman kanak-kanak
Rawamangun Jakarta sampai dengan selesai setelah itu melanjutkan pendidikan di SD

Fransiskus dan Xaverius sampai dengan selesai, SMP di BPK Penabur sampai dengan
selesai, setelah itu pada Tahun 2004 penulis melanjutkan SMA di BPK Penabur sampai
dengan selesai pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, penulis resmi menjadi mahasiswa di DIII jurusan Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Lampung dan menyelesaikannya pada
Tahun 2010, penulis melanjutkan jenjang pendidikannya kembali ke S1 Jurusan Ilmu
Komunikasi

Fakultas

Ilmu

Sosial

dan

Ilmu

politik


Universitas

Lampung

dan

menyelesaikannya sampai sekarang ini Tahun 2014. Selama studinya, penulis mengikuti
beberapa organisasi internal dan eksternal kampus. Kegiatan internal kampus, penulis aktif di
PDO FISIP UNILA, Penulis aktif sejak 2008 dan Internalnya Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia yang biasa di sebut GMKI yang menjabat sebagai Biro Aksi dan Pelayanan yang
disebut Biro Akspel Komisariat Fisip GMKI Tahun 2007-2009, dan Pelayanan di Gereja
GKPS B.Lampung sebelumnya penulis menjabat sebagai Anggota Pemerhati 2007-2008,
Kabid Olahraga 2008-2010 dan naik jabatan di Badan Pengurus Harian Pemuda GKPS
B.Lampung sebagai Wakil Ketua Pemuda pada periode 2010-2014 dan 2014-2017

Selama menjalankan studi, penulis memperdalam sekaligus mengamalkan ilmu melalui
kegiatan-kegiatan organisasi dan satu prinsip penulis dalam kegiatan organisasi yaitu jerih
payahmu semuanya tidak akan sia-sia jika di dalam nama Tuhan dan dengan kerja keras dan
semangat yang tinggi. Tuhan Memberkati


Persembahan

Pertama-tama saya mengucapkan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang
memberikan kekuatan di dalam setiap aktivitas penulis
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta yang selalu
mendukung dan mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan dalam
mencapai semua pendidikan penulis.
Skripsi ini saya persembahkan juga untuk semua keluarga saya tercinta baik dari
pihak bapak dan mama tercinta yang telah mendukung penulis menempuh
pendidikan ini dan mendapatkan gelar yang di inginkan.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada ketiga adik saya yang selalu mengasihi
saya dan mensupport di dalam studi saya.
Terima Kasih buat saudara seiman di GKPS B.Lampung terutama di Pemuda
GKPS B.Lampung dalam mendukung pendidikan saya dan menjadi teman hidup
dalam pelayanan di Gereja. Motto saya jerih payahmu tidak akan sia-sia, ingat itu
teman-teman pemuda GKPS B.Lampung. hehe
Terima Kasih buat saudara seiman di Universitas Lampung terutama di PDO Fisip
Universitas Lampung dalam mendukung pendidikan saya dan menjadi teman
hidup dalam pendidikan dan pelayanan di kampus. Ibafis maju terus!! Hehe
Terima Kasih buat Teman-teman Humas angkatan 2007 dan Komunikasi

angkatan 2007-2011 dalam mendukung pendidikan saya dan menjadi teman hidup
dalam pendidikan di kampus.

MOTTO

“ Jerih payahmu tidak akan sia-sia”

“ Kesabaran adalah kepahitan tapi buahnya adalah
manis”

“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
member kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

SANWACANA

Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “͞Analisis Pergeseran Kepercayaan Masyarakat Kelurahan Pengajaran Dalam
Menonton Program Acara Mistik Pada Hal-Hal Mistik (Studi Program Acara Televisi
Dua Dunia Di Trans7)͟ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana


Ilmu Komunikasi pada Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis dalam
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Akademik terima
kasih atas bimbingannya selama penulis menempuh studi.
4. Bapak Agung Wibawa, S.Sos, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Utama, atas
bimbingan yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Dosen penguji terima kasih
atas bimbingan selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen FISIP, khususnya Dosen Jurusan Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas ilmu yang
telah diberikan kepada penulis.
7. Seluruh Informan yang telah menyediakan waktunya untuk saya

wawancarai Ibu Ratnawati, Ibu Parmi, Ibu Hj. Majiatun, Ibu Nurhayati
Bapak Suwandi, Bapak R.Dwi Sanogo, Bapak A.Sofyan Ahmad, Bapak
H.Balqkomur, Bapak Joni, Bapak M.Thamrin, dan Bapak Ustad Suwadi di
Kelurahan Pengajaran, Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung yang

menemani selama penelitian.
8. Papa dan Mama. Terima kasih telah merawatku dan mengajarkan banyak
hal tentang kehidupan, dan memberikan support dan do’a buat ku.
9. Ketiga adik ku. Terima kasih untuk warna yang kalian berikan dalam
hidup ini yang telah memberikan semangat, kalian sangat berarti buat ku.
10. Seluruh saudaraku seiman di Jemaat Gkps B.Lampung terlebih Pemuda
GKPS B.Lampung yang telah memberikan semangat, mulai dari pengurus
Pemuda GKPS B.Lampung sampai kepada anggota seperti, Bg Efan, Bg
Kardi, Bg iyan, Bg Ando, Bg Sarma, Bg Manson, Bg jakson, Bg Rudi, Bg
Riswan, Bg Andi, Bg Ade, Agus F, Andre, Fajar, Dedi, Dias, Iwan, Irwan,
Ryan T, Leo, Rio, Inggrid, Melan, Nining, Vivi, Afrina, Citra, Chika, Eni,
Dea, Golda, Zulisa, Gesron dan teman-teman yang lain yang masih banyak
lagi.
11. Seluruh temen-temen seiman di PDO FISIP, mulai dari teman seangkatan
Wilson, Roles, Jhon, Sabar, Kristin, Citra, Flora, Sakai, Yuni, terima kasih
kawan buat kebersamaanya di PDO, teman-teman sepermainan di PDO
yang hidup susah dan senang bersama Wilson, Okta, Sisco, Aldo, Roles,

Anton terima kasih pertemanan kita tidak pernah kulupakan. Juga untuk
teman-teman PDO yang lain (Pinta, Angga, Advent, Eva, Cutez, Dwi,
Dewi Oc, Adel, Cety, Martha, Yohanna, Betrix, Ferstin, Netty, Kristin
kecil, Bima, Saut, Bobi, dll).
12. Teman-teman Kampus komunikasi seangkatan seperjuangan Dwistya,
Erik, Debora, Mayrinda, Yudi. Teman-teman angkatan 2010 dan 2011
yang selalu mensupport dan membantu penulis seperti Bima, Genta, Jerry,
Intan, Eka, Adit, Adul, Rudi, Ryan, Imam, Sigit, Arya, Metal, Arta, Yessy,
Jaya terima kasih atas bantuan kalian.
13. Para pria-pria yang tergabung dalam IBAFIS Jhon, Sabar, Roles, Wilson,
Sisko, Okta, Aldo, Anton.
14. Anak-anak Romanisti Lampung seperti Bg Roni, Bg Ndah, Bg Bayu, Bg
Rio, Bg dedek, Bg Juli, Afit, Pras, Dimar, Aris, Fadil, Eko, Daniel, Afdul,
Handi, Irwan, Yuri, Aby dll. Terima kasih atas support dan seperjuangan
dalam mendukung Tim kesayangan kita As.Roma yang tidak pernah puas
merebut scudetto dari Tim penguasa Wasit. hahaha
15. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
terkhusus bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini.

Bandar Lampung, 6 Oktober 2014
Penulis,

Rian Deart Purba

DAFTAR ISI

ABSTRAK
JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
TABEL

Halaman
I.

PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

II.

Latar Belakang Maasalah .............................................................
Rumusan Masalah .......................................................................
Tujuan Penelitian .........................................................................
Manfaat dan Kegunaan Penelitian ................................................

1
9
10
10

TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

Komunikasi ..................................................................................
Komunikasi Massa .......................................................................
Media Massa ................................................................................
Televisi sebagai Media Komunikasi Massa .................................
Konsep Mengenai Mistik .............................................................
Pergeseran Kepercayaan ..............................................................
Kerangka Pemikiran .....................................................................

11
20
29
34
43
49
51

III.

METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8

Tipe Penelitian .............................................................................
Definisi Konseptual .....................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................
Fokus Penelitian...........................................................................
Informan ......................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
Teknik Pengolahan Data ..............................................................
Analisa Data.................................................................................

IV.

OBJEK PENELITIAN

V.

HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Wawancara Dengan Informan ..............................................
5.2 Pembahasan ....................................................................................

VI.

52
52
53
53
53
54
55
56

60
93

SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ........................................................................................
6.2 Saran ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

94
95

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Dengan Informan I ..............................................
Tabel 4.2Hasil Wawancara Dengan Informan II ..............................................
Tabel 4.3Hasil Wawancara Dengan Informan III .............................................
Tabel 4.4Hasil Wawancara Dengan Informan IV.............................................
Tabel 4.5Hasil Wawancara Dengan Informan V ..............................................
Tabel 4.6Hasil Wawancara Dengan Informan VI.............................................
Tabel 4.7Hasil Wawancara Dengan Informan VII ...........................................
Tabel 4.8Hasil Wawancara Dengan Informan VIII ..........................................
Tabel 4.9Hasil Wawancara Dengan Informan IX.............................................
Tabel 4.10Hasil Wawancara Dengan Informan X ............................................
Tabel 4.11Hasil Wawancara Dengan Informan XI...........................................

60
65
68
71
74
77
80
84
85
88
91

TABEL
A. Tabel Informan Wanita
Informan
I
IV
V
VI

Nama Informan
Ratnawati
Parmi
Hj. Majiatun
Nurhayati

Agama

Pergeseran
Kepercayaan
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat

Pekerjaan

Umur

IRT
IRT
IRT
IRT

53
48
58
30

Pekerjaan

Umur

Buruh
dagang
Tukang
Ojek
Ketua RT
Ketua
RW
Ketua
LK I
Ketua
Masjid
Ustad

56

Islam

Pergeseran
Kepercayaan
Netral

60

Kristen

Netral

53
60

Islam
Islam

Netral
Netral

58

Islama

Meningkat

60

Islam

Netral

38

Islam

Netral

Islam
Islam
Islam
Islam

B. Tabel Informan Pria
Informan

Nama Informan

II

Suwandi

III

R. Dwi Sanogo

VII
VIII

A. Sofyan Ahmad
H.Balqkomur

IX

Joni

X

M.Thamrin

XI

Ustad Suwardi

Agama

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media pada
umumnya merupakan sebuah media komunikasi massa dengan menyebarkan
informasi kepada khalayak. Seseorang bisa saja mendapatkan segala macam
informasi bahkan mendapat pengalaman baru dari media masa (Vivian 2002, 2)

Saat ini televisi merupakan media komunikasi yang mendapatkan jatah terbanyak di
hati masyarakat, dimana hampir setiap waktu luang dimanfaatkan untuk menonton
layar kotak ajaib ini. Kelebihan televisi yang mampu memadukan gambar dan suara
(audio visual) adalah salah satu daya tarik media ini. Karena sifat penggabungan dari
media dengar dan gambar inilah komunikasi lewat televisi lebih efektif. Hal ini
dikarenakan informasi yang disampaikan televisi lebih jelas, seakan-akan pemirsa
bisa melihat suatu peristiwa secara langsung. Media audiovisual ini juga memberikan
informasi yang terbesar bila dibandingkan dengan informasi yang diberikan oleh
media massa lainnya (Subroto, 1994 : 5).

Televisi juga mampu menghadirkan peristiwa di belahan dunia manapun tersaji di
rumah-rumah pemirsanya. Kita bisa menyaksikan peristiwa apapun pada saat itu juga
peristiwa itu terjadi. Dalam hal ini televisi dapat menembus waktu dan tempat.

2
Informasi yang disampaikan oleh televisi pun lebih cenderung lebih singkat, jelas dan
sistematis sehingga pemirsanya tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam
menangkap siaran televisi.

Pesan yang disampaikan televisi bersifat umum. Pesan itu pun bisa dilihat oleh
masyarakat dalam lapisan secara umum, baik kaya miskin, kota desa, kecil, tua sejauh
masyarakat itu mempunyai televisi. Adapun yang menyatukan mereka adalah minat
serta tujuan yang sama terhadap suatu program di televisi. Karena itulah komunikasi
lewat media televisi disebut sebagai komunikasi massa. Sebagai salah satu jenis
media massa yang paling populer, televisi membentuk cara berfikir masyarakat,
menyebarkan pesan yang merefleksikan kebudayaan dalam masyarakat dan
menyediakan informasi bagi masyarakat yang beragam. Hal ini menjadikan televisi
sebagai bagian dari kekuatan lembaga masyarakat dan memiliki pengaruh yang kuat
dalam bentuk konstruksi realitas sosial dan kebudayaan (Littlejohn dan Foss, 2005 :
273). Pengaruh televisi yang kuat bagi masyarakat tampak dari fungsinya sebagai alat
sosialisasi, media pengetahuan dan pandangan dunia, serta agen dalam perubahan
(Heidt, 1987 : 3).

McQuail (2005 : 82-83) menyebut konsep penengah (mediation) untuk menunjukkan
peranan media terkait dengan realitas sosial. Terdapat beberapa metafor untuk
menggambarkan fungsi media yaitu: Pertama, sebagai “jendela” yang memungkinkan
kita melihat lingkungan sekitar. Kedua, sebagai “cermin” untuk merefleksikan diri.
Ketiga, sebagai “penyaring” yang menyeleksi pengalaman yang akan diberi
penekanan atau diabaikan. Keempat, sebagai “papan penunjuk jalan” yang secara
aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau instruksi. Kelima, sebagai

3
forum untuk mempresentasikan ide khalayak dengan berbagai kemungkinan respon
dan umpan balik. Keenam, sebagai “disseminator” yang menyebarluaskan informasi
atau membuat informasi tidak dapat diakses semua orang dan ketujuh, sebagai
“interlocutor’ atau penghubung informasi dalam perbincangan interaktif (McQuail,
2005 : 83).

McLuhan melihat apapun pesan yang disampaikan media akan memberi pengaruh
pada individu danmasyarakat. Ide dasar inilah yang disebut dengan Medium Theory
(Littlejohn dan Foss, 2005 : 277). Innis dalam Littlejohn dan Foss (2005 : 278) juga
menekankan bahwa media komunikasi adalah esensi dari peradaban, dan sejarahnya
diarahkan oleh media dominan dalam setiap masa. Bagi McLuhan dan Innis, media
adalah perpanjangan dari pemikiran manusia. Ellis dalam Littlejohn dan Foss (2005 :
278) secara lebih khusus menekankan bahwa media yang berkuasa dalam setiap masa
akan membentuk perilaku dan pemikiran. Jika media berubah, maka cara kita
berfikir, mengelola informasi dan menghubungkan satu hal dengan yang lain, juga
akan berubah.

Dalam ilmu komunikasi media, terutama yang terkait dengan media elektronik seperti
televisi, sedikitnya ada tiga dampak yang ditimbulkan acara televisi terhadap
pemirsa-nya seperti dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan
pengetahuan bagi pemirsa, dampak afektif yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi
aktual yang ditayangkan televisi dan dampak konatif yaitu proses tertanamnya nilainilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

4
Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa berbagai segi kehidupan mengalami
kemajuan yang pesat. Hal ini tentu saja karena adanya modernisasi melalui kemajuan
dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara sederhana kita berpikir
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan meningkatkan derajat
pemikiran dan tindakan masyarakat yang rasional dan modern. Dalam kenyataannya,
di tengah perubahan besar yang terjadi. Masyarakat kita mengalami kesenjangan
antara yang mengikuti modernisasi dengan yang terseok-seok terbawa arus perubahan
yang perkembangan sudah per detik ini.

Ciri-ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau model dari suatu masyarakat
modern, adalah derajat rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan
dalam masyarakat demikian terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola
yang objektif (impersonal) dan efektif (utilitarian), ketimbang yang sifatnya
primordial, seremonial atau tradisional. Derajat rasionalitas yang tinggi itu
digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu, ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali disebut sebagai kekuatan
pendorong (driving force) bagi proses modernisasi. Dengan derajat rasionalitas yang
tinggi itu, maka berkembang antara lain ciri-ciri yang kurang lebih berlaku umum
yaitu tindakan-tindakan sosial, orientasi terhadap perubahan dan berkembangnya
organisasi dan diferensiasi.

Mistisisme berkembang dan bertahan di masyarakat, tentu dengan segala pernakperniknya. Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos
yang artinya

rahasia

(geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi

(verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister

5
gehuld). Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama theistik (Islam,
Kristen dan Yahudi) maupun dikalangan mistik nonteistik (misalnya penganut agama
Budha). Menurut Nasution, dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam
Islam adalah tasawuf disebut sufisme. Sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama
lain, melainkan khusus untuk sebutan mistisisme Islam (Nasution, 1973 : 56).

Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme mempunyai tujuan
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Intisarinya adalah kesadaran akan adanya
komunikasi atau dialog antara roh manusia dengan tuhan dengan mengasingkan diri
dan berkontemplasi (Nasution, 1972 : 56)

Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau
mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal
ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau
terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh
orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

Fenomena mistik semakin nyata dengan bertambah maraknya program tayangan
televisi dengan tema-tema mistik akhir-akhir ini muncul bagaikan jamur di musim
hujan. Tercatat paling tidak ada 3 (tiga) kategori program tayangan televisi dengan
tema Mistik yang memberikan warna pada keseluruhan program televisi swasta.
Kategori pertama masuk dalam kelompok tayangan sinetron dengan tema mistik,
kategori kedua masuk dalam kelompok infotainment mistik, dan kategori ketiga
adalah kelompok film lokal atau manca negara baik yang berseri atau lepas.

6
Penayangan program Dua Dunia Trans7 kepada masyarakat jika didekati dengan teori
agenda setting, maka akan nampak bahwa selain karena adanya peluang pasar juga
media dalam hal ini Trans7 ingin menggambarkan fenomena sosial yang sedang
berkembang dalam masyarakat. Pilihan tema mistis khususnya uji nyali menjadi
penting, karena stasiun televisi memerlukan sensasi baru dan terus menarik rasa
penasaran penonton. Ide sensasionalitas dalam industri pertelevisian menjadi
menentukan, di tengah persaingan baik dari sisi jumlah stasiun televisi, maupun dari
persaingan kekhasan program (hampir semua stasiun televisi swasta di Indonesia
belum memiliki kekhasan program).

Kecenderungan ini oleh pihak stasiun televisi swasta dipilih tidak luput dari
pertimbangan hukum pasar, adanya “supply and demand”. Tingginya minat
masyarakat terhadap hal-hal yang berbau mistik dan gaib yang terdeteksi melalui
hasil rating mendorong stasiun televisi swasta untuk meraih peruntungan dengan
berlomba-lomba menyajikan tayangan mistik dalam berbagai versi pembahasan. Dari
sisi minat masyarakat kondisi ini tidak dapat dilepaskan begitu saja dari latar
belakang dan konteks sosial yang melingkupi situasi saat ini. Perilaku masyarakat
yang menggemari tayangan mistik merupakan gambaran dari berkembangnya satuan
nilai dalam masyarakat (Vivian, 2002, 2).

Fenomena tentang hal-hal mistik tersebut banyak pula beredar di Kota Bandar
Lampung dan menarik program acara Dua Dunia Trans7 untuk menayangkannya.
Misalnya fenomena mistik Kali Akar yaitu sungai yang mengalir membelah Kota
Teluk Betung Bandar Lampung yang banyak dihuni makhluk-makhluk halus,
kemudian cerita mistis mengenai Kuburan Kebon Jahe Bandar Lampung yang

7
kadang-kadang muncul penampakan makhluk halus, kemudian di wilayah perbukitan
Kemiling di mana tim Dua Dunia Trans7 pernah menyambangi sebuah area
perkebunan coklat. Kisah misterius Rumah Putih, sebuah bangunan tanpa penghuni
diantara rindangnya tanaman coklat menarik perhatian tim Dua Dunia. Keberadaan
bangunan ini konon berkaitan dengan eksistensi fenomena bola api melayang.

Kemudian fenomena Hantu Rumah Kapal Bandar Lampung di Jalan Rasuna Said,
Kelurahan Pengajaran Teluk Betung Utara di mana masyarat sekitar mempercayai
bahwa seringnya terjadi gangguan-gangguan terhadap orang yang melintas di sekitar
rumah kapal tersebut dan bahkan menyebabkan terjadinya kecelakaan di sekitar jalan
di daerah tersebut adalah akibat adanya kekuatan mistik yang mempengaruhinya.

Pertumbuhan industri hiburan yang mengandalkan perilaku mistik masyarakat
Indonesia seakan mendobrak budaya modern dengan ide rasionalitas yang sudah
terbentuk. Fenomena ini yang disebut Simmel sebagai antagonisme kebudayaan atau
yang dikonsepkannya sebagai perlawanan (dialektika) antara bentuk dan hidup
(Widyanta 2002 : 122). Bentuk yang diuraikan oleh Simmel sebagai kebudayaan
yang sudah menjadi sistem sosial dan hidup dimaknai Simmel sebaagi potensi kreatif
(creative potential) pada tingkat individu dan sebagai kekuatan produktif dari
kebudayaan. Hidup juga dilihatnya sebagai kekuatan penggerak yang utama dari
proses perubahan kebudayaan. Hubungan antara bentuk (sistem kebudayaan) dan
hidup (kreativitas kebudayaan) terlekat pada suatu sifat mutual-interdepensi
(Widyanta, 2002 : 123).
Nilai yang berkembang dalam masyarakat pada akhir Abad 20 seperti modernitas
dengan rasionalitas empirismenya mengalami anti klimaks, ketika kajian ilmu

8
modern mengalami kebuntuan karena tidak mampu lagi mengurai fenomena yang ada
secara akurat. Ekses dari modernitas menyeret manusia ke dalam kegersangan rohani
karena paradigma yang berkembang terutama dalam ilmu pengetahuan banyak
mengabaikan nilai normatif. Akibatnya manusia mencoba mencari solusi pencerahan
batin dengan menekuni kegiatan yang bernuansa spiritual sebagai pelampiasan dari
tekanan hidup/krisis. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh media, saat media pun
juga harus bersaing menarik perhatian pemirsanya. Disinilah keterkaitan hubungan
antara maraknya tayangan mistik terhadap pergeseran kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang bersifat mistik.

Kecendurangan dari stasiun televisi yang menayangkan program uji nyali tidak lepas
dari adanya kepercayaan masyarakat kepada hal-hal gaib serta mitos-mitos yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat dari zaman dahulu hingga ke zaman
modern saat ini. Selama ini masyarakat khususnya di Kelurahan Pengajaran percaya
adanya kehidupan lain atau adanya pengaruh dari alam lain terhadap kehidupan
manusia saat ini dan acara mitos berusaha mengungkap hal-hal yang selama ini
dianggap tabu atau tertutup menjadi lebih rasional. Persepsi masyarakat pun semakin
berubah, di mana pergeseran masyarakat akan kepercayaan terhadap hal-hal gaib itu
dapat mengajak masyarakat melupakan akal sehat sehingga kepercayaan itu akhirnya
dapat bertabrakan dengan keyakinan agama. Hasil survei pendahuluan pada 20 orang
Kelurahan Pengajaran diketahui bahwa sebanyak 18 orang (90%) menyukai tayangan
acara mistik di televisi sedangkan sebanyak 2 orang (10%) tidak menyukai tayangan
acara mistik di televisi.

9
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas fenomena
mistik yang terjadi di Kota Bandar Lampung dan akan menuangkannya dalam bentuk
penelitian skripsi dengan judul penelitian “Analisis Pergeseran Kepercayaan
Masyarakat Kelurahan Pengajaran Dalam Menonton Program Acara Mistik
Pada Hal-Hal Mistik (Studi Program Acara Televisi Dua Dunia di Trans7)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah “Bagaimanakah pergeseran kepercayaan masyarakat Kelurahan Pengajaran
dalam menonton program acara mistik pada hal-hal mistik (studi program acara
televisi Dua Dunia di Trans7) ?”.
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pergeseran
kepercayaan masyarakat Kelurahan Pengajaran dalam menonton program acara
mistik pada hal-hal mistik (studi program acara televisi Dua Dunia di Trans7).

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :
1.4.1

Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan dan
wawasan bagi penulis mengenai pergeseran kepercayaan masyarakat Kelurahan
Pengajaran dalam menonton program acara mistik pada hal-hal mistik (studi program
acara televisi Dua Dunia di Trans7)?

10
1.4.2

Kegunaan Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam memberikan bahan masukan yang
berharga bagi pembaca dalam mengetahui pergeseran kepercayaan masyarakat
Kelurahan Pengajaran dalam menonton program acara mistik pada hal-hal mistik
(studi program acara televisi Dua Dunia di Trans7)?

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1

Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi
dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang
menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya/atau perasaan hati nuraninya
kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi
seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di
sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan
apa yang diketahuinya kepada orang lain

Lunandi (1992:37) menyatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan menyatakan suatu
gagasan dan menerima umpan balik dengan cara menafsirkan pernyataan tentang
gagasan dan pernyataan orang lain. Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan
pesan dari komunikator ke komunikan, tetapi ada umpan balik dari pesan yang
disampaikan.

Hardjana (2003:11) menyatakan bahwa pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua
sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah dari proses terjadinya komunikasi
yang menyatakan bahwa, komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

12
komunikator berupa penyampaian pesan melalui media tertentu kepada komunikan,
komunikan menerima pesan dan memahami pesan sesuai dengan kemampuan serta
menyampaikan tanggapan melalui media tertentu kepada komunikator. Ditinjau dari
sudut pandang pertukaran makna, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian
makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari komunikator ke komunikan melalui
media tertentu. Media komunikasi merupakan alat yang digunakan oleh komunikator
untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, dan alat yang digunakan oleh
komunikan untuk menyampaikan umpan balik atas pesan yang telah diterima dan
dipahami oleh komunikan.

Widjaja mendefinisikan komunikasi sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai saling tukarmenukar pendapat. Komunikasi juga dapat diartikan hubungan kontrak antara
manusia baik individu maupun kelompok (Widjaja, 2000:13).

Kemudian menurut Rogers komunikasi adalah penyampaian gagasan, informasi,
instruksi dan perasaan dari seseorang kepada orang lain atau dari sekelompok orang
kepada kelompok orang yang lain (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:56).

Berdasarkan beberapa pandangan tentang komunikasi yang telah dikemukakan, maka
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Mengenai pengertian komunikasi dapatlah dikemukakan sebagai suatu proses
pengoperan lambang-lambang yang mengandung suatu makna dari individu yang
satu kepada yang lainnya, dari sesorang ke orang lain atau dari kelompok ke
kelompok lain secara timbal balik.

13
2. Simbol-simbol atau lambang yang dipergunakan dalam komunikasi dapat
berbentuk verbal atau non verbal.
3. Pesan harus sama-sama dimengerti oleh komunikator dan komunikan. Kalau
seseorang tidak mengerti perihal yang dikatakan orang lain kepadanya, maka
komunikasi yang diharapkan gagal.

2.1.2

Bentuk-bentuk Komunikasi

Menurut Effendy (2003:57), bentuk-bentuk komunikasi adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi (personal communication)
Adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai
komunikator maupun komunikan.
b. Komunikasi Kelompok (group communication)
Adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.
c. Komunikasi Massa (mass communication)
Adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang
mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum
dan film yang dipertunjukkan ke bioskop-bioskop.

Adapun proses komunikasi dapat berlangsung secara ujaran dan non ujaran sebagai
berikut:
1. Komunikasi ujaran ialah kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan kata-kata. Cara yang paling sederhana dan klasik adalah dengan
langsung mengeluarkan kata-kata dari mulut dengan menggunakan bantuan media
seperti telepon, TV, radio atau tulisan di media tulis.

14
2. Komunikasi non ujaran ialah kegiatan komunikasi yang dilakukan tanpa
menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan bahasa isyarat melalui gerak gerik
tangan, kaki, tubuh, mimik muka dan bagian tubuh lainnya. Bahasa isyarat ini
dapat menjadi media penyampai pesan yang ampuh untuk tujuan tertentu yang
sulit disampaikan melalui ujaran (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:56).

Dalam suatu lembaga (instansi atau departemen pemerintah), organisasi atau
perusahaan terdiri atas komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah. Dua arah
komunikasi atas-bawah dan bawah-atas sangat penting untuk mencapai keberhasilan
tujuan menyolusi persoalan yang menjadi perhatian organisasi (Mangkuprawira dan
Hubeis, 2007:56).
1. Komunikasi ke bawah terjadi jika pimpinan melakukan kegiatan alih pesan
kepada bawahan secara terstruktur dan tidak insidental. Tujuannya adalah
membantu mengurangi terjadinya komunikasi desas-desus (rumor) agar tidak
menumbuhkan suasana kerja yang menyenangkan dan secara tidak langsung
meningkatkan produktivitas serta keuntungan perusahaan. Jika komunikasi ke
bawah berjalan lancar, biasanya motivasi bawahan untuk bekerja menjadi lebih
baik dan efisien. Di sinilah peran komunikasi dari atasan ke bawahan sangat
penting, tidak hanya dalam kegiatan menyampaikan persoalan bisnis yang
dihadapi oleh perusahaan, tetapi juga keberhasilan usaha yang terkait dengan
prestasi dan kontribusi bawahan dalam perusahaan.
2. Komunikasi ke atas adalah komunikasi dari bawahan ke atasan. Komunikasi tipe
ini umumnya bertujuan untuk melakukan kegiatan prosedural yang sudah
merupakan bagian dari struktur organisasi atau perusahaan.

15
Kemudian dalam melakukan komunikasi perlu diperhatikan setiap kegiatan
komunikasi, baik ujaran maupun non ujaran, adalah pengirim pesan, pesan
(informasi, gagasan, instruksi), media (saluran komunikasi) dan penerima pesan
sebagaimana berikut ini.
Gambar 1. Model Komunikasi

Keterampilan

Saluran Media

Pengirim

Keterampilan

Penerima Pesan
Pesan

Sikap

Sikap

(Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:57)
1. Pengirim Pesan
Pengirim pesan dapat berwujud seseorang, kelompok atau instutusi pembuat
pesan (penulis, pembicara, pembuat sandi pesan).
2. Pesan
Pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima
pesan. Penyampaian suatu pesan agar dapat diterima dan dipahami harus diseleksi
dan di organisasi sesuai dengan karakteristik penerima pesan dengan
mempertimbangkan simbol-simbol dan bahasa yang akan dipakai.
3. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dirasakan
oleh indra manusia, sesuai dengan maksud komunikasi yang ingin dicapai.

16
4. Penerima Pesan
Penerima pesan adalah seseorang atau kelompok orang yang menjadi khalayak
sasaran komunikasi (pembaca, pendengar, pengamat dan penerjemah pesan).
(Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:57).

Perbedaan kesiapan mental, emosi dan fisik antar orang yang berkomunikasi dan
ditambah dengan perbedaan budaya, sosial dan lingkungan akan memungkinkan
timbulnya permasalahan di dalam penyampaian pesan yang dimaksud jika tidak
diantisipasi. Masalah ini terkait dengan kenyataan bahwa makna dari setiap pesan
yang disampaikan akan ada di dalam benak dan pikiran orang yang menerima pesan
termaksud. Di pihak lain, pikiran manusia memiliki saringan pesan yang spesifik dan
berfungsi menentukan keputusan dari penerima pesan untuk menerima atau menolak
suatu pesan yang didengar atau dilihat.

2.1.3

Tingkatan Proses Komunikasi

Denis Mc.Quail (Sanjaya, 1999:7) menyatakan bahwa secara umum kegiatan/proses
komunikasi dalam masyarakat dapat berlangsung 6 (enam) tingkatan sebagai berikut:
1. Intra personal comunication
Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses
pengolahan informasi melalui panca indra dan sistem syaraf misalnya, berfikir,
merenung, mengingat-ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar. Setiap
manusia pada dasarnya akan selalu terikat dalam kegiatan komunikasi intra
pribadi selama proses kehidupannya.

17
2. Inter personal communication (komunikasi antar pribadi)
Yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang
dengan orang lain, misalnya:percakapan secara tatap muka di antara dua orang,
surat menyurat pribadi dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga
lebih bersifat pribadi dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya
untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat. Dalam
komunikasi antara pribadi pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan
atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi yang lebih lanjut akan dibahas
khusus pada kesempatan berikutnya.
3. Komunikasi dalam kelompok
Yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu
kelompok.

Pada

tingkatan

ini

setiap

individu

tersebut

masing-masing

berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan
bersifat pribadi.
4. Komunikasi antar kelompok/asosiasi
Yakni komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok
lainnya atau antara suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya, jumlah pelaku yang
terlibat dalam komunikasi jenis ini boleh jadi hanya dua atau beberapa orang
saja, tetapi masing-masing membawa pesan dan kedudukannya sebagai wakil
dari kelompok/asosiasinya masing-masing, dengan demikian pesan yang
disampaikan menyangkut kepentingan kelompok/asosiasi.

18
5. Komunikasi organisasi
mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar
organisasi. Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat komunikasi
organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam
melaksanakan kegiatan komunikasinya.
6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas
Pada tingkat ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat secara luas.
Bentuk komunikasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara:
a. Komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, TV,
majalah, surat kabar, spanduk, dan lain-lain.
b. Langsung melalui pidato atau ceramah di lapangan terbuka seperti kampanye.

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu
sendiri dapat tercapai, dan untuk mencapainya ada unsur- unsur yang harus dipahami.
Menurut Effendy (2002:6) komponen atau unsur-unsur komunikasi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Komunikator: Orang yang menyampaikan pesan;
2. Pesan: Pernyataan yang didukung oleh lambang;
3. Komunikan: Orang yang menerima pesan;
4. Media: Sarana atau saluran yang mendukung pesan;
5. Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;
6. Efek: Dampak sebagai pengaruh pesan.

19
Sendjaja (2004:113), menyebutkan bahwa proses komunikasi terdiri dari dua cara
yaitu:
1. Proses cara primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
sesorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media.
Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar,
warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran
dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses secara sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau saran media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu
sendiri, secara umum tujuan komunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang
diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh lawan bicara kita dan efeknya yang terjadi setelah melakukan
komunikasi tersebut. Menurut Effendy (2002:18) beberapa tujuan berkomunikasi,
yaitu:
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang
persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui
benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka
menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu
dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan adalah

20
kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana
cara yang terbaik melakukannya.
d. Supaya yang disampaikan itu dapat dimengerti, sebagai pejabat ataupun
komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan
dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita
maksudkan.

2.2 Komunikasi Massa

2.2.1

Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan
proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Komunikasi
merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan hubungan antar individu. Komunikasi merupakan sarana vital untuk
mengerti diri sendiri, orang lain dan memahami apa yang dibutuhkan orang lain serta
untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan sesama. Para ahli berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa. Komunikasi
massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication (mass media
communication) yang artinya adalah komunikasi yang menggunakan media massa.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner dalam
Rakhmat, (2009:188) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh
ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner.

21
Menurut Gerbner dalam Rakhmat, (2009:188) komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu
serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sedangkan menurut
Rakhmat (Rakhmat, 2009:189) komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat.

Komunikasi massa dapat pula diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung
dimana pesan dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya
misal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film
(Cangara, 2006:36). Pengertian Saverin dan Tankard menyatakan bahwa komunikasi
massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu
(science). Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan tidak mungkin media
massa memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap,
pandangan, dan perilaku komunikan (Effendi, 2005:210)

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan oleh para ahli
seperti menurut Wright dalam Ardianto, (2007: 4) komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:
1. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim
2. Pesan disampaikan secara terbuka
3. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat sekilas (khusus
untuk media elektronik)

22
4. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks
yang melibatkan biaya besar.

Menurut Chaffee dalam Ardianto, (2007:50-58), efek media massa dilihat dari dua
pendekatan yaitu efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media
itu sendiri dan jenis perubahan yang terjadi pada khalayak.
1. Efek kehadiran Media Massa
Ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu efek
ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran/
penghilangan perasaan tertentu, dan efek pada perasaan orang tehadap media.
2. Efek Pesan
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
infomatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang
bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari
informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
b. Efek Afektif
Efek Afektif kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu,
tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba,
terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori Bandura, orang

23
cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk
perilakunya.

2.2.2

Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa dikemukakan oleh Effendy dalam Ardianto (2007:18)
secara umum yaitu:
1. Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi ini diartik

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERGESERAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN PENGAJARAN DALAM MENONTON PROGRAM ACARA MISTIK PADA HAL-HAL MISTIK (STUDI PROGRAM ACARA TELEVISI DUA DUNIA DI TRANS7)

0 15 86

MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARAPAS MANTAB MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARA PAS MANTAB Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Warga Jogoyudan Terhadap Program Acara Televisi “Pas Mantab” di Trans7.

0 3 14

PENUTUP MOTIVASI KHALAYAK UNTUK MENONTON PROGRAM ACARA PAS MANTAB Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Warga Jogoyudan Terhadap Program Acara Televisi “Pas Mantab” di Trans7.

0 2 22

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7).

0 2 86

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 ).

0 0 98

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 ).

0 0 98

Agama dan hal mistik adalah hal yang tid

0 0 2

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER "PARADISO" DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter "PARADISO" di TRANS7 )

0 0 25

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA DOKUMENTER ”PARADISO” DI TRANS7 ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara Dokumenter “PARADISO“ di TRANS7 )

0 0 25

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7)

0 0 21