Makalah pelanggaran kode etik
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Nama :
1. Abdi Iyasa ( 1011151)
2. Solo Manuntun Sagala ( 1011712 )
3. Ferlianus Gulo ( 1011257 )
4. Muhammad Ridho (1011271)
5. Manaor Sabar Naek Limbong ( 1011411)
: TIM
1
014
: Eti k a Profesi
: VI (enam)
Kelas
Matakuliah
Semester
SEKOLAH TINGGI
MANAJEME N INFOR M ATIK A DA N KOMPUTE R
ST M IK BUDIDARMA
MEDA N
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB I PENDAH U LUAN ........................................................................................ 1
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang .................................................................................. 1
Maksud dan Tujuan .......................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 2
Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
BAB II PEM
B
AHASAN ......................................................................................... 3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Pengertian Pelanggara
n
Kode Etik profesi ................................ ....... 3
Penyebab Pelanggara
n
Kode Etik Profesi ....................................... 3
Upaya Pencegahan Pelanggaran Kode Etik Profesi ........................ 4
Undang – undang Pelanggaran Kode Etik Profesi............................ 5
Sanksi Yang D i berikan Terhadap Pelanggaran Kode Etik Profesi .... 6
Contoh Pelanggaran Etika Profesi IT dan Cara Mengatasinya ......... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 10
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 10
5.2 Saran .............................................................................................. 10
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bel
a
kang
Etika prof e si sangat l ah dibutuhkan dalam be r bagai bidang khususnya bidang
teknologi i n formas i . Kode et i k sangat dibutuhkan dalam bidang IT kar e na kode et i k tersebut
dapat menentukan apa yang bai k dan yang t i dak bai k se r t a apakah suat u kegiatan yang
dilakukan
o
l
eh IT i t u dapat dikatakan be r tanggung jawab atau t i d ak. Pada jaman sekarang
banyak sekal i or a ng di bidang IT menyalahgunakan prof e s i nya untuk merugi k an orang lain,
contohnya adalah penipuan. penipuan dalam bentuk tr a nsaksi j u al bel i barang dan jasa.
modus
o
p
erandi penipu online ini pun dilakukan dengan berbagai c a ra, ada yang menjual
melalui milis, melalui forum, melalui mini iklan, textad. dengan mengaku berada di kota
yang be r beda dengan calon mangsanya, mereka memancing kelemahan dari para c a lon
„pembeli‟ yang t i d ak sadar mer e ka sudah terjebak. Oleh sebab i t u kode et i k bagi pengguna
inte r net sangat dibutuhkan pada jaman sekarang ini.
Kode et i k prof e s i me r upakan lanjutan dari normanorma yang lebih umum yang telah
dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode et i k ini lebih mempe r jelas , mempertegas
dan me r i n ci normanorma ke bentuk yang lebi h sempurna walaupun sebenarnya norma
norma terebut sudah te r sir a t dalam etika prof e si.
Tujuan utama dari kode et i k adalah membe r i pelayanan khusus dalam masyar a kat
tanpa mementingkan kepentingan pri b adi atau kelompok. Dengan demikian kode et i k profes i
adalah sistem norma atau at u r a n yang ditulis secara jelas dan tegas se r t a te r pe r i n ci tentang
apa yang bai k dan t i d ak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan pe r buatan apa yang
harus dilakukan dan t i d ak boleh dilakukan
o
l
eh seor a ng profesional.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah :
1. Penulis i n gin mengembangkan ilmu yang didapat selama kuliah di Bina Sarana
Informatika
2. Untuk mengetahui sejauh mana penulis mendalami ilmu yang dipe r o l eh dan
menerapkannya dalam kehidupan seharihari .
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
Sebagai wawasan pengetahuan pe r kembangan kode etik prof e sional
Membe r i k an pengetahuan baru bagi pembaca, khususnya bagi
pentingnya kode etik prof e si.
Be r bagi informasi baru tentang pentingnya kode etik prof e si.
penulis tentang
3.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Makalah ini me r umuskan tentang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengert i an kode etik profes i
Penyebab pelanggaran kode etik prof e s i
Upaya pencegahan kode etik prof e s i
Undang – undang pencegahan kode etik prof e s i
Sanksi yang diberi k an kepada pelanggaran kode etik prof e s i
Contoh pelanggar a n kode et i k IT dan c a ra mengatas i nya
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan mengetahui isi makalah ini,
penulis membe r i k an uraian singkat mengenai gambaran pada mas i ng – masing bab
melalui sistematika penulisan yaitu :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengurai k an tentang latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas tentang pengert i an pelanggaran kode et i k profesi, penyebab
pelanggaran kode et i k prof e si, upaya penc e gahan kode et i k prof e si, undang – undang
pencegahan kode et i k prof e si, sanksi yang diberi k an kepada pelanggar a n kode et i k
prof e si, contoh pelanggaran kode etik dan c a ra mengatas i nya.
Bab III Penutup
Pada bab ini be r isikan kesimpulankesimpulan dan saran dari masalah yang dibahas pada
babbab sebelumnya se r ta saransaran yang diaj u kan guna pe r bai k an selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penger t ianPel a nggaranKode Eti
k
profes i
Kode et i k profes i me r upakan sarana kontro
l
sos i al bagi masyar a kat atas prof e s i yang
be r sangkutan. Maksudnya bahwa etika prof e si dapat membe r i t ahukan s u atu pengetahuan
kepada masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya s u atu prof e si, sehingga
memungkinkan pengontro
l
an te r hadap para pelaksana di lapangan ke r ja.
Adapun fungsi dari kode etik prof e si adalah :
1. Membe r i k an pedoman bagi set i ap anggota profes i tentang prinsip prof e sional i t as yang
digari s kan
Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyar a kat atas prof e s i yang bersangkutan
Mencegah c a mpur tangan pihak diluar organisas i prof e s i tentang hubungan etika dalam
ke a nggo
t
aan prof e si.
2.
3.
Jadi pelanggaran kode etik prof e si be r art i pelanggar a n atau penyelewengan terhadap
sistem norma, nilai dan at u r a n prof e sional te r tulis yang sec a ra tegas menyatakan apa yang
benar dan baik bagi suat u prof e si dalam masyar a kat .
2.2 Penyebab Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profesi
Pelanggaran kode et i k prof e s i me r upakan pelanggar a n yang dilakukan oleh sekelompok
prof e si yang t i d ak menc e r minkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagai m ana
seharusnya be r buat dan sekal i gus menjamin mutu prof e si itu dimat a masyarakat .
Tujuan Kode Etik Prof e si adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk menjunjung tinggi martabat profes i
Untuk menjaga dan memel i h ara kesejakteraan para anggota
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota prof e si
Untuk meningkatkan mutu prof e s i
Meningkat k an layanan diatas keuntungan pribadi
Mempunyai organisasi prof e sional yang kuat dan te r jalin erat
Ide a lisme yang terkandung dalam kode et i k profes i t i d ak sejalan dengan f a kta yang
te r jadi di sekitar para prof e sional , sehingga harapan te r kadang sangat jauh dari kenyataan.
Memungkinkan para prof e sional untuk be r paling kepada kenyataan dan mengakibat k an
ide a lisme kode et i k profes i . Kode et i k prof e s i merupakan himpunan norma mor a l yang t i d ak
dilengkapi dengan sanksi keras kar e na kebe r lakuannya semata – mat a be r dasarkan kesadaran
prof e sional.
Penyebab pelanggaran kode etik profesi IT organisasi profesi t i d ak di lengkapi
dengan sarana dan mekanisme bagi masyar a kat untuk menyampaikan keluhan te r hadap suat u
kode et i k IT. Minimnya pengetahuan masyar a kat tentang substansi kode eti k prof e s i dan j u ga
karena buruknya pelayanan sosial i s as i dari pihak prof e s i i t u sendiri. Belum te r bentuknya
kultur dan kesadaran dari para pengemban prof e si untuk menjaga martabat luhur masing –
masing prof e s i .
Alasan mengabai k an kode et i k IT profesi antara lain :
1. Pengaruh sif a t kekel u argaan
Misalnya yang melakukan pelanggaran adalah kel u arga atau dekat hubungan
kekerabatannya dengan pihak yang berwenang membe r i k an sanksi te r hadap pelanggar a n
kode et i k pada s u at u prof e si, maka mereka akan c e nde r ung untuk t i d ak membe r i k an sanksi
kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggar a n kode etik tersebut.
2. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggar a n kode et i k prof e s i i t u adalah pimpinan atau or a ng
yang meiliki kekuasaan yang t i nggi pada prof e s i te r sebut, maka bisa jadi or a ng lai n yang
posisi dan kedudukannya berada dibawah or a ng te r sebut akan untuk enggan melaporkan
kepada pihak yang be r wenang yang membe r i k an sanksi, karena kekawatir a n akan
be r pengaruh te r hadap jabatan dan posisinya pada prof e s i te r sebut.
1. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indones i a, sehingga menyebabkan pelaku
pelanggaran kode etik prof e si tidak merasa khawat i r melakukan pelanggaran.
Tidak be r jalannya kontrol dan pengawasan dari masyar a kat
Organisas i prof e s i t i d ak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyar a kat untuk
menyampai k an kel u han
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik prof e si, karena
buruknya pelayanan sosial i s asi dari pihak profesi sendiri
2.
3.
4.
2.3 Upaya Penceg
a
han Pelang
g
a
ran Kode Eti
k
Profes i
Kasus – kasus pelanggaran kode etik akan ditindak lanjuti dan dini l ai
o
l
eh dewan
kehormatan atau komisi yang te r bentuk khusus untuk itu, karena tujuannya adalah menc e gak
te r jadinya peri l aku yang t i d ak et i s . Se r ingkal i kode et i s juga be r isikan tentang ketentuan –
ketentuan profesional , sepe r t i kewaj i b an melapo r jika ketahuan teman sejawat melanggar
kode et i k . Ketentuan i t u me r upakan akibat logi s dari sel f r e gulation yang terwujud dalam
kode et i k .
Ada beberapa alasan mengapa kode et i k pe r l u untuk dibuat . Beberapa alasan tersebut
adalah (Adams., dkk, dalam Ludigdo, 2007) :
a) Kode et i k merupakan s u at u cara untuk mempe r baiki iklim organisasional s ehingga
individuindividu dapat be r pe r i l aku se c ara et i s .
Kontro l et i s dipe r lukan karena sistem legal dan pasar t i d ak cukup mampu mengarahkan
pe r i l aku organisas i untuk mempe r timbangkan dampak mor a l dalam setiap keputusan
bisnisnya.
Pe r usahan meme r l u kan kode et i k untuk menentukan s t atus bisnis sebagai sebuah profesi,
dimana kode et i k me r upakan salah sat u penandanya.
Kode et i k dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusional i s asikan mor a l dan nilai
nilai pendiri pe r usahaan, sehingga kode et i k te r sebut menjadi bagian dari budaya
pe r usahaan dan membantu sosial i s as i individu baru dalam memasuki budaya te r sebut.
b)
c)
d)
Sepe r t i kode et i k i t u ber a sal dari dirinya sendiri , demikian juga dihar a pkan kesediaan
prof e s i untuk menjalankan kontro
l
te r hadap pelanggar. Namun demikian, dalam pr a ktek
sehari – hari kontro
l
ini t i d ak be r jalan dengan mulus karena ras a solidari t as te r tanam kuat
dalam anggota – anggota prof e si, tetapi dengan peri l aku semacam i t u solidari t as antar kolega
ditempat k an diatas kode et i k prof e s i dan dengan demikian maka kode eti k prof e s i i t u t i d ak
tercapai , karena tujuan yang sebenarnya adalah menempat k an etika profes i di atas
pe r timbangan – pertimbangan lai n . Mas i ng – masing pelaksanaan prof e s i harus memahami
betul tujuan kode et i k prof e s i baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode et i k prof e s i me r upakan bagian dari etika prof e si. Kode et i k profes i me r upakan
lanjutan dari norma – norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam
etika prof e s i . Kode et i k ini lebih mempe r jelas , mempe r tegas dan me r inci norma – norma
te r sebut sudah te r s i rat dalam etika prof e s i . Dengan demikian kode et i k prof e s i adalah sistem
norma atau atur a n yang ditulis secara jelas dan tegas se r t a te r peri n ci tentang apa yang bai k
dan yang t i d ak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan
oleh seor a ng prof e si.
2.4 Undang – undang
Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profesi
Set i ap undang – undang menc a ntumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada
pelanggarnya.Pelanggaan kode et i k prof e s i dapat dikenai sanksi ses u ai ketentuan undang –
undang dan hukum yang be r laku. Hukum untuk menjerat pelanggaran kode et i k ada 2 yai t u
hukum pri m er dan hukum sekunde r . Hukum pri m er be r upa hukum positif yai t u perat u ran
pe r undang – undangan yang be r kai t an dengan pelayanan publik. Sedangkan hukum sekunder
meliputi buku l i t eratur dalam bidang hukum administr a s i maupun bidang lai n nya yang
be r kai t an dengan pokok masalah. Apa yang dilakukan masyar a kat akan be r pengaruh besar
te r hadap potret penegakan hukum.
Ketika ada seseor a ng yang melanggar hukum, sama art i nya dengan memaksa apar a t
untuk mengimplementasi k an law i n books menjadi law i n action. Low in Book adalah
hukum yang seharusnya be r jalan ses u ai keingi n an, sedangkan law
i
n
ac t ion adalah hukum
yang senyatanya be r jalan dalam masyar a kat. Antara keduanya se r ing berbeda, art i nya hukum
dalam buku se r ing be r beda dengan hukum dalam tindakan masyarakat. Dalam implementas i
ini akan banyak r a gam pri l aku masyar a kat di antaranya ada yang mencoba mempengaruhi
aparat agar t i d ak bekerj a ses u ai dengan kode et i k prof e s i nya, kalau sudah begitu, maka
prospek law ete r cement menjadi berat.
Menurut Soejono So
k
anto (1988) menyebutkan 5 unsur penegakan hukum yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Undang –undang
Mental i t as aparat penegakan hukum
Pe r i l aku masyar a kat
Sarana
Kultur
Menurut H. George Fr e de r ickson & David K.Hart sebagai aparat negara, para pejabat
waj i b mentaat i pro
s
edur, tat a ke r j a dan perat u ran – perat u r a n yang telah ditetapkan
o
l
eh
organisas i peme r intah. Dengan kat a lai n para pejabat harus memiliki kewas p adaan
prof e sional dan kewaspadaan spiri t u al me r ujuk pada penerapan nilai – nilai kearif a n,
kejujur a n, keuletan, sikap sede r hana dan hemat , tanggung jawab se r t a akhlak dan peri l aku
yang bai k .
Menurut Pasal
7
2
UndangUndang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja atau
tanpa hak melanggar Hak Cipta or a ng lai n dapat dikenakan pidana penjara pal i ng singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda pal i ng sedikit Rp 1.0 0 0
.0 0 0
,00 ( s at u juta rupiah), atau pidana
penjara pal i ng lama 7 ( t ujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.0
0
0
.0
0
0
.000,0
0
(lima
milyar rupiah). Selai n itu, beberapa sanksi lai n nya adalah:
Menyiarkan, memame r kan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pi d ana penjara maksimal 5 (lima) tahun
dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima r a tus juta rupiah)
Mempe r banyak penggunaan untuk kepentingan ko m e r s i al suatu progr a m komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima r a tus juta rupiah)
Untuk melaksanakn kode et i k diperlukan moral i t as yang tinggi bagi penyandang prof e s i
te r sebut. Adanya kode et i k akan melindungi pe r buatan yang t i d ak prof e sional , ketaatan
tenaga prof e sional te r hadap kode et i k me r upakan ketaatan nal u riah yang telah be r sat u dengan
pikir a n, jiwa dan pe r i l aku tenaga prof e sional. Dengan demikian menjadi pe r timbangan bagi
warga, t i d ak ada jalan lai n ke c ual i taat , jika te r jadi pelanggaran berart i warga yang
be r sangkutan be r sedia dikenai sanksi yang cukup memberat k an atau merepotkan baginya.
2.5 Sanksi Yang Dibe r ikan Te r hadap Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profes i
Sanksi pelanggaran kode et i k yaitu :
Be r ikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran
kode etik :
a) Mendapat peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapat k an peri n gatan halus, misal jika seseor a ng
menyebutkan suat u instansi te r kait (namun belum parah tingkatannya) bisa saj a i a akan
mene r ima emai l yang berisi pe r i n gatan, jika t i d ak diklarifi k asi kemungkinan untuk be r lanjut
ke t i n gkat selanjutnya, sepe r ti pe r ingatan keras ataupun lai n nya
b) Pemblokir a n
Mengupdate status yang be r isi SARA, mengupload dat a yang mengandung unsur
pornografi baik be r upa image maupun .gif, seor a ng progr a mmer yang mendistribusikan
mal w are. Hal te r sebut adalah contoh pelanggaran dalam kasus yang sangat be r bedabeda,
kemungkinan untuk kasus te r sebut adalah pemblokir a n akun di mana si pelaku melakukan
aksinya. Misal, sebuah akun pri b adi sosial yang dengan sengaja membentuk grup yang
mele c e hkan agama, dan ada pihak lai n yang me r as a te r singgung karenanya, ada
kemungkinan akun te r sebut akan dideact i va
t
ed oleh se r ver. Atau dalam web/blog yang
te r dapat konten porno yang mengakibat k an pemblokir a n web/blog te r sebut
c) Hukum Pi d ana/Pe r dat a
“Set i ap penyelenggara negar a , Or a ng, Badan Usaha, atau masyar a kat yang dirugi k an
karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Or a ng lain, be r hak mengajukan
gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (P
a
sal 23 ayat 3).
“Set i ap Or a ng dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa
pun yang be r akibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem
Elektronik menjadi tidak beke r j a sebagai m ana mest i nya” (Pasal 33).
“Gugatan pe r dat a dilakukan ses u ai dengan ketentuan Perat u ran Pe r undangundangan” (Pasal
39)
Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang i n formasi dan tr a nsaksi
elektronik (UU ITE) yang te r diri dari 54 pasal. Sudah sangat jelas adanya hukum yang
mengatur tentang i n formasi dan tr a nsaksi yang terjadi di dunia maya, sama halnya jika kita
mengendarai motor lalu melakukan pelanggaran misal dengan tidak memiliki SIM jelas akan
mendapat sanksinya, begitu pun pelanggaran yang te r jadi dalam dunia maya yang telah
dijelas k an dimulai dari ketentuan umum, pe r buatan yang dilar a ng, penyelesaian sengketa,
hingga ke penyidikan dan ketentuan pidananya telah diatur dalam UU ITE ini.
2.6 Conto
h
Pel
a
nggaran Etika Profesi IT dan Cara Meng
a
tasinya
Makin merebaknya penggunaan inte r net. Jaringan l u as komputer tanpa disadari para
pemiliknya di sewakan kepada s p ammer ( p enyebar emai l kome r s i al), froudster ( p encipta
situs tipuan ) , dan penyabot digi t al. Te r minal – te r minal jaringan telah te r i n feksi virus
kompute r , yang mengubah komputer menjadi zombi. Faktor lai n yang menjadi pemicu adalah
makin banyaknya para intelektual yang t i d ak ber et i k a.
Hukum untuk mengatur aktifi t as di inte r net te r utama yang berhubungan dengan kejahatan
maya antara lai n masih menjadi pe r debatan. Ada dua pandangan menganai hal te r sebut antara
lain:
1. Karakteristik aktifi t as di inte r net yang be r s i fat lintas batas sehingga t i d ak lagi tunduk
pada batasanbatasan te r it o rial
2. Sistem hukum tr a disiomal (The Existing Law) yang justru bertumpu pada batasan –
batasan te r i t o rial dianggap t i d ak cukup memadai untuk menjawab pe r s o alan –
pe r s o alan hukum yang muncul akibat aktifi t as inte r net.
Akibat yang sangat nyata adanya cyber c r ime te r hadap kehidupan sosial budaya di
Indonesia adalah ditolaknya set i ap tr a nsaksi di inte r net dengan menggunakan kart u kredit
yang dikel u arkan oleh perbankan Indones i a. Masyarakat dunia telah percaya lagi dikarenakan
banyak kasus cr e dit card PRAUD yang dilakukan
o
l
eh Net t er asal Indonesia.
Cyber Crime : pe r buatan melawan hukum yang di l akukan dengan menggunakan inte r net
yang be r basis pada kec a nggi h an terhadap teknologi komputer dan telekomunikasi.
Adapun kode et i k yang di h arapkan bagi para pengguna internet adalah :
1. Menghindari dan t i d ak mempublikasi i n formasi yang se c ara langs u ng be r kai t an
dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
Menghindari dan t i d ak mempublikas i i n formas i yang memiliki tendensi menyinggung
se c a ra langs u ng dan negatif masalah suku, agama dan r a s (SARA), te r masuk di
dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskr e ditan, penyiksaan serta segala
bentuk pelanggaran hak atas pe r seor a ngan, kel o mpok / lembaga / institusi lain.
Menghindari dan t i d ak mempublikasikan i n formasi yang berisi instruksi untuk
2.
3.
melakukan perbuatan melawan hukum (illegal ) positif di
inte r nasional umumnya.
Indonesia dan ketentuan
4.
5.
Tidak menampilkan segal a bentuk eksploitasi te r hadap anakanak dibawah umur.
Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar mate r i dan
informas i yang memiliki kor e lasi te r hadap kegiatan pir a t i n g, hacking dan cracking.
6. Bi l a mempergunakan script, program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau
bentuk mate r i dan i n formasi lai n nya yang bukan hasil karya sendiri harus
menc a ntumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan be r sedia untuk
melakukan penc a butan bila ada yang mengajukan keberatan se r ta be r tanggung
jawab atas segal a konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
Tidak be r usaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumber daya
(r e sourc e ) dan peralatan yang dimiliki pihak lain.
Menghormat i etika dan segal a macam perat u r a n yang be r laku di masyarakat inte r net
7.
8.
umumnya dan be r tanggung jawab sepenuhnya te r hadap
situsnya.
segala muatan / isi
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan
o
l
eh pengelola, anggota dapat melakukan
teguran sec a ra langs u ng.
Undang undang yang digunakan untuk menjerat pada pelaku kejahatan komputer belum
mengatur sec a ra s p es i fi k ses u ai dengan t i d ak kejahatan yang mereka lakukan. KUHP masih
dijadikan dasar hukum untuk menjaring kejahatan kompute r , ketika produk ini dini l ai belum
cukup memadai untuk menjaring beber a pa jenis kejahatan komputer
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa kode etik prof e s i
me r upakan pedoman mut u mor a l prof e s i s i dalam masyar a kat yang di atur ses u ai dengan
prof e s i masingmasing. Hanya kode et i k yang berisikan nilainilai dan citaci t a di te r ima
o
l
eh
prof e s i i t u sendiri se r t a menjadi tumpuan harapan untuk di laksanakan dengan tekun dan
konsekuen. Kode et i k tidak akan ef e ktif kalau di dro p begi t u saja dari atas yai t u instansi
peme r intah karena t i d ak akan di j i w ai
o
l
eh ci t aci t a dan nilai hidup dalam kalangan prof e s i
itu sendiri.
2. Saran
Agar dapat memahami dan mempe r o
l
eh pengetahuan baru maka usaha yang dapat di
lakukan adalah :
1. Mempe r banyak pemahaman te r hadap kode etik prof e s i
2. Mengaplikasikan keahl i an sebagai tambahan ilmu dalam pr a ktek pendidi k an yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik
prof e si.
DAFTAR PUSTAKA
http://mahrus.wordpr e s s . com/2008/02/04/penyebabpelanggar a nkodeet i k prof e sii t
[11 /6/13]
http://aldoe r ianda.wordpres s . com/2009/05/10/pentingnyako d
eetikprof e si/ [11 /6/13]
www.mikroskil.ac.id/erwin/et i k a%2
0
p
rof e si/03.ppt [11 /6/13]
http://mahrus.wordpr e s s . com/2008/02/04/penebab [11 /6/13]
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/sanksite r hadappelanggaranko d eetik/
[11 /6/13]
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Nama :
1. Abdi Iyasa ( 1011151)
2. Solo Manuntun Sagala ( 1011712 )
3. Ferlianus Gulo ( 1011257 )
4. Muhammad Ridho (1011271)
5. Manaor Sabar Naek Limbong ( 1011411)
: TIM
1
014
: Eti k a Profesi
: VI (enam)
Kelas
Matakuliah
Semester
SEKOLAH TINGGI
MANAJEME N INFOR M ATIK A DA N KOMPUTE R
ST M IK BUDIDARMA
MEDA N
2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
BAB I PENDAH U LUAN ........................................................................................ 1
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang .................................................................................. 1
Maksud dan Tujuan .......................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 2
Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
BAB II PEM
B
AHASAN ......................................................................................... 3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Pengertian Pelanggara
n
Kode Etik profesi ................................ ....... 3
Penyebab Pelanggara
n
Kode Etik Profesi ....................................... 3
Upaya Pencegahan Pelanggaran Kode Etik Profesi ........................ 4
Undang – undang Pelanggaran Kode Etik Profesi............................ 5
Sanksi Yang D i berikan Terhadap Pelanggaran Kode Etik Profesi .... 6
Contoh Pelanggaran Etika Profesi IT dan Cara Mengatasinya ......... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 10
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 10
5.2 Saran .............................................................................................. 10
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bel
a
kang
Etika prof e si sangat l ah dibutuhkan dalam be r bagai bidang khususnya bidang
teknologi i n formas i . Kode et i k sangat dibutuhkan dalam bidang IT kar e na kode et i k tersebut
dapat menentukan apa yang bai k dan yang t i dak bai k se r t a apakah suat u kegiatan yang
dilakukan
o
l
eh IT i t u dapat dikatakan be r tanggung jawab atau t i d ak. Pada jaman sekarang
banyak sekal i or a ng di bidang IT menyalahgunakan prof e s i nya untuk merugi k an orang lain,
contohnya adalah penipuan. penipuan dalam bentuk tr a nsaksi j u al bel i barang dan jasa.
modus
o
p
erandi penipu online ini pun dilakukan dengan berbagai c a ra, ada yang menjual
melalui milis, melalui forum, melalui mini iklan, textad. dengan mengaku berada di kota
yang be r beda dengan calon mangsanya, mereka memancing kelemahan dari para c a lon
„pembeli‟ yang t i d ak sadar mer e ka sudah terjebak. Oleh sebab i t u kode et i k bagi pengguna
inte r net sangat dibutuhkan pada jaman sekarang ini.
Kode et i k prof e s i me r upakan lanjutan dari normanorma yang lebih umum yang telah
dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode et i k ini lebih mempe r jelas , mempertegas
dan me r i n ci normanorma ke bentuk yang lebi h sempurna walaupun sebenarnya norma
norma terebut sudah te r sir a t dalam etika prof e si.
Tujuan utama dari kode et i k adalah membe r i pelayanan khusus dalam masyar a kat
tanpa mementingkan kepentingan pri b adi atau kelompok. Dengan demikian kode et i k profes i
adalah sistem norma atau at u r a n yang ditulis secara jelas dan tegas se r t a te r pe r i n ci tentang
apa yang bai k dan t i d ak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan pe r buatan apa yang
harus dilakukan dan t i d ak boleh dilakukan
o
l
eh seor a ng profesional.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah :
1. Penulis i n gin mengembangkan ilmu yang didapat selama kuliah di Bina Sarana
Informatika
2. Untuk mengetahui sejauh mana penulis mendalami ilmu yang dipe r o l eh dan
menerapkannya dalam kehidupan seharihari .
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
Sebagai wawasan pengetahuan pe r kembangan kode etik prof e sional
Membe r i k an pengetahuan baru bagi pembaca, khususnya bagi
pentingnya kode etik prof e si.
Be r bagi informasi baru tentang pentingnya kode etik prof e si.
penulis tentang
3.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Makalah ini me r umuskan tentang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengert i an kode etik profes i
Penyebab pelanggaran kode etik prof e s i
Upaya pencegahan kode etik prof e s i
Undang – undang pencegahan kode etik prof e s i
Sanksi yang diberi k an kepada pelanggaran kode etik prof e s i
Contoh pelanggar a n kode et i k IT dan c a ra mengatas i nya
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan mengetahui isi makalah ini,
penulis membe r i k an uraian singkat mengenai gambaran pada mas i ng – masing bab
melalui sistematika penulisan yaitu :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis mengurai k an tentang latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas tentang pengert i an pelanggaran kode et i k profesi, penyebab
pelanggaran kode et i k prof e si, upaya penc e gahan kode et i k prof e si, undang – undang
pencegahan kode et i k prof e si, sanksi yang diberi k an kepada pelanggar a n kode et i k
prof e si, contoh pelanggaran kode etik dan c a ra mengatas i nya.
Bab III Penutup
Pada bab ini be r isikan kesimpulankesimpulan dan saran dari masalah yang dibahas pada
babbab sebelumnya se r ta saransaran yang diaj u kan guna pe r bai k an selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penger t ianPel a nggaranKode Eti
k
profes i
Kode et i k profes i me r upakan sarana kontro
l
sos i al bagi masyar a kat atas prof e s i yang
be r sangkutan. Maksudnya bahwa etika prof e si dapat membe r i t ahukan s u atu pengetahuan
kepada masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya s u atu prof e si, sehingga
memungkinkan pengontro
l
an te r hadap para pelaksana di lapangan ke r ja.
Adapun fungsi dari kode etik prof e si adalah :
1. Membe r i k an pedoman bagi set i ap anggota profes i tentang prinsip prof e sional i t as yang
digari s kan
Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyar a kat atas prof e s i yang bersangkutan
Mencegah c a mpur tangan pihak diluar organisas i prof e s i tentang hubungan etika dalam
ke a nggo
t
aan prof e si.
2.
3.
Jadi pelanggaran kode etik prof e si be r art i pelanggar a n atau penyelewengan terhadap
sistem norma, nilai dan at u r a n prof e sional te r tulis yang sec a ra tegas menyatakan apa yang
benar dan baik bagi suat u prof e si dalam masyar a kat .
2.2 Penyebab Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profesi
Pelanggaran kode et i k prof e s i me r upakan pelanggar a n yang dilakukan oleh sekelompok
prof e si yang t i d ak menc e r minkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagai m ana
seharusnya be r buat dan sekal i gus menjamin mutu prof e si itu dimat a masyarakat .
Tujuan Kode Etik Prof e si adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk menjunjung tinggi martabat profes i
Untuk menjaga dan memel i h ara kesejakteraan para anggota
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota prof e si
Untuk meningkatkan mutu prof e s i
Meningkat k an layanan diatas keuntungan pribadi
Mempunyai organisasi prof e sional yang kuat dan te r jalin erat
Ide a lisme yang terkandung dalam kode et i k profes i t i d ak sejalan dengan f a kta yang
te r jadi di sekitar para prof e sional , sehingga harapan te r kadang sangat jauh dari kenyataan.
Memungkinkan para prof e sional untuk be r paling kepada kenyataan dan mengakibat k an
ide a lisme kode et i k profes i . Kode et i k prof e s i merupakan himpunan norma mor a l yang t i d ak
dilengkapi dengan sanksi keras kar e na kebe r lakuannya semata – mat a be r dasarkan kesadaran
prof e sional.
Penyebab pelanggaran kode etik profesi IT organisasi profesi t i d ak di lengkapi
dengan sarana dan mekanisme bagi masyar a kat untuk menyampaikan keluhan te r hadap suat u
kode et i k IT. Minimnya pengetahuan masyar a kat tentang substansi kode eti k prof e s i dan j u ga
karena buruknya pelayanan sosial i s as i dari pihak prof e s i i t u sendiri. Belum te r bentuknya
kultur dan kesadaran dari para pengemban prof e si untuk menjaga martabat luhur masing –
masing prof e s i .
Alasan mengabai k an kode et i k IT profesi antara lain :
1. Pengaruh sif a t kekel u argaan
Misalnya yang melakukan pelanggaran adalah kel u arga atau dekat hubungan
kekerabatannya dengan pihak yang berwenang membe r i k an sanksi te r hadap pelanggar a n
kode et i k pada s u at u prof e si, maka mereka akan c e nde r ung untuk t i d ak membe r i k an sanksi
kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggar a n kode etik tersebut.
2. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggar a n kode et i k prof e s i i t u adalah pimpinan atau or a ng
yang meiliki kekuasaan yang t i nggi pada prof e s i te r sebut, maka bisa jadi or a ng lai n yang
posisi dan kedudukannya berada dibawah or a ng te r sebut akan untuk enggan melaporkan
kepada pihak yang be r wenang yang membe r i k an sanksi, karena kekawatir a n akan
be r pengaruh te r hadap jabatan dan posisinya pada prof e s i te r sebut.
1. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indones i a, sehingga menyebabkan pelaku
pelanggaran kode etik prof e si tidak merasa khawat i r melakukan pelanggaran.
Tidak be r jalannya kontrol dan pengawasan dari masyar a kat
Organisas i prof e s i t i d ak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyar a kat untuk
menyampai k an kel u han
Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik prof e si, karena
buruknya pelayanan sosial i s asi dari pihak profesi sendiri
2.
3.
4.
2.3 Upaya Penceg
a
han Pelang
g
a
ran Kode Eti
k
Profes i
Kasus – kasus pelanggaran kode etik akan ditindak lanjuti dan dini l ai
o
l
eh dewan
kehormatan atau komisi yang te r bentuk khusus untuk itu, karena tujuannya adalah menc e gak
te r jadinya peri l aku yang t i d ak et i s . Se r ingkal i kode et i s juga be r isikan tentang ketentuan –
ketentuan profesional , sepe r t i kewaj i b an melapo r jika ketahuan teman sejawat melanggar
kode et i k . Ketentuan i t u me r upakan akibat logi s dari sel f r e gulation yang terwujud dalam
kode et i k .
Ada beberapa alasan mengapa kode et i k pe r l u untuk dibuat . Beberapa alasan tersebut
adalah (Adams., dkk, dalam Ludigdo, 2007) :
a) Kode et i k merupakan s u at u cara untuk mempe r baiki iklim organisasional s ehingga
individuindividu dapat be r pe r i l aku se c ara et i s .
Kontro l et i s dipe r lukan karena sistem legal dan pasar t i d ak cukup mampu mengarahkan
pe r i l aku organisas i untuk mempe r timbangkan dampak mor a l dalam setiap keputusan
bisnisnya.
Pe r usahan meme r l u kan kode et i k untuk menentukan s t atus bisnis sebagai sebuah profesi,
dimana kode et i k me r upakan salah sat u penandanya.
Kode et i k dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusional i s asikan mor a l dan nilai
nilai pendiri pe r usahaan, sehingga kode et i k te r sebut menjadi bagian dari budaya
pe r usahaan dan membantu sosial i s as i individu baru dalam memasuki budaya te r sebut.
b)
c)
d)
Sepe r t i kode et i k i t u ber a sal dari dirinya sendiri , demikian juga dihar a pkan kesediaan
prof e s i untuk menjalankan kontro
l
te r hadap pelanggar. Namun demikian, dalam pr a ktek
sehari – hari kontro
l
ini t i d ak be r jalan dengan mulus karena ras a solidari t as te r tanam kuat
dalam anggota – anggota prof e si, tetapi dengan peri l aku semacam i t u solidari t as antar kolega
ditempat k an diatas kode et i k prof e s i dan dengan demikian maka kode eti k prof e s i i t u t i d ak
tercapai , karena tujuan yang sebenarnya adalah menempat k an etika profes i di atas
pe r timbangan – pertimbangan lai n . Mas i ng – masing pelaksanaan prof e s i harus memahami
betul tujuan kode et i k prof e s i baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode et i k prof e s i me r upakan bagian dari etika prof e si. Kode et i k profes i me r upakan
lanjutan dari norma – norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam
etika prof e s i . Kode et i k ini lebih mempe r jelas , mempe r tegas dan me r inci norma – norma
te r sebut sudah te r s i rat dalam etika prof e s i . Dengan demikian kode et i k prof e s i adalah sistem
norma atau atur a n yang ditulis secara jelas dan tegas se r t a te r peri n ci tentang apa yang bai k
dan yang t i d ak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan
oleh seor a ng prof e si.
2.4 Undang – undang
Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profesi
Set i ap undang – undang menc a ntumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada
pelanggarnya.Pelanggaan kode et i k prof e s i dapat dikenai sanksi ses u ai ketentuan undang –
undang dan hukum yang be r laku. Hukum untuk menjerat pelanggaran kode et i k ada 2 yai t u
hukum pri m er dan hukum sekunde r . Hukum pri m er be r upa hukum positif yai t u perat u ran
pe r undang – undangan yang be r kai t an dengan pelayanan publik. Sedangkan hukum sekunder
meliputi buku l i t eratur dalam bidang hukum administr a s i maupun bidang lai n nya yang
be r kai t an dengan pokok masalah. Apa yang dilakukan masyar a kat akan be r pengaruh besar
te r hadap potret penegakan hukum.
Ketika ada seseor a ng yang melanggar hukum, sama art i nya dengan memaksa apar a t
untuk mengimplementasi k an law i n books menjadi law i n action. Low in Book adalah
hukum yang seharusnya be r jalan ses u ai keingi n an, sedangkan law
i
n
ac t ion adalah hukum
yang senyatanya be r jalan dalam masyar a kat. Antara keduanya se r ing berbeda, art i nya hukum
dalam buku se r ing be r beda dengan hukum dalam tindakan masyarakat. Dalam implementas i
ini akan banyak r a gam pri l aku masyar a kat di antaranya ada yang mencoba mempengaruhi
aparat agar t i d ak bekerj a ses u ai dengan kode et i k prof e s i nya, kalau sudah begitu, maka
prospek law ete r cement menjadi berat.
Menurut Soejono So
k
anto (1988) menyebutkan 5 unsur penegakan hukum yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Undang –undang
Mental i t as aparat penegakan hukum
Pe r i l aku masyar a kat
Sarana
Kultur
Menurut H. George Fr e de r ickson & David K.Hart sebagai aparat negara, para pejabat
waj i b mentaat i pro
s
edur, tat a ke r j a dan perat u ran – perat u r a n yang telah ditetapkan
o
l
eh
organisas i peme r intah. Dengan kat a lai n para pejabat harus memiliki kewas p adaan
prof e sional dan kewaspadaan spiri t u al me r ujuk pada penerapan nilai – nilai kearif a n,
kejujur a n, keuletan, sikap sede r hana dan hemat , tanggung jawab se r t a akhlak dan peri l aku
yang bai k .
Menurut Pasal
7
2
UndangUndang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja atau
tanpa hak melanggar Hak Cipta or a ng lai n dapat dikenakan pidana penjara pal i ng singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda pal i ng sedikit Rp 1.0 0 0
.0 0 0
,00 ( s at u juta rupiah), atau pidana
penjara pal i ng lama 7 ( t ujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.0
0
0
.0
0
0
.000,0
0
(lima
milyar rupiah). Selai n itu, beberapa sanksi lai n nya adalah:
Menyiarkan, memame r kan, mengedarkan atau menjual ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dipidana dengan dengan pi d ana penjara maksimal 5 (lima) tahun
dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,00 (lima r a tus juta rupiah)
Mempe r banyak penggunaan untuk kepentingan ko m e r s i al suatu progr a m komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima r a tus juta rupiah)
Untuk melaksanakn kode et i k diperlukan moral i t as yang tinggi bagi penyandang prof e s i
te r sebut. Adanya kode et i k akan melindungi pe r buatan yang t i d ak prof e sional , ketaatan
tenaga prof e sional te r hadap kode et i k me r upakan ketaatan nal u riah yang telah be r sat u dengan
pikir a n, jiwa dan pe r i l aku tenaga prof e sional. Dengan demikian menjadi pe r timbangan bagi
warga, t i d ak ada jalan lai n ke c ual i taat , jika te r jadi pelanggaran berart i warga yang
be r sangkutan be r sedia dikenai sanksi yang cukup memberat k an atau merepotkan baginya.
2.5 Sanksi Yang Dibe r ikan Te r hadap Pel
a
ng
g
a
ran Kode Eti
k
Profes i
Sanksi pelanggaran kode et i k yaitu :
Be r ikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran
kode etik :
a) Mendapat peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapat k an peri n gatan halus, misal jika seseor a ng
menyebutkan suat u instansi te r kait (namun belum parah tingkatannya) bisa saj a i a akan
mene r ima emai l yang berisi pe r i n gatan, jika t i d ak diklarifi k asi kemungkinan untuk be r lanjut
ke t i n gkat selanjutnya, sepe r ti pe r ingatan keras ataupun lai n nya
b) Pemblokir a n
Mengupdate status yang be r isi SARA, mengupload dat a yang mengandung unsur
pornografi baik be r upa image maupun .gif, seor a ng progr a mmer yang mendistribusikan
mal w are. Hal te r sebut adalah contoh pelanggaran dalam kasus yang sangat be r bedabeda,
kemungkinan untuk kasus te r sebut adalah pemblokir a n akun di mana si pelaku melakukan
aksinya. Misal, sebuah akun pri b adi sosial yang dengan sengaja membentuk grup yang
mele c e hkan agama, dan ada pihak lai n yang me r as a te r singgung karenanya, ada
kemungkinan akun te r sebut akan dideact i va
t
ed oleh se r ver. Atau dalam web/blog yang
te r dapat konten porno yang mengakibat k an pemblokir a n web/blog te r sebut
c) Hukum Pi d ana/Pe r dat a
“Set i ap penyelenggara negar a , Or a ng, Badan Usaha, atau masyar a kat yang dirugi k an
karena penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Or a ng lain, be r hak mengajukan
gugatan pembatalan Nama Domain dimaksud” (P
a
sal 23 ayat 3).
“Set i ap Or a ng dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa
pun yang be r akibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem
Elektronik menjadi tidak beke r j a sebagai m ana mest i nya” (Pasal 33).
“Gugatan pe r dat a dilakukan ses u ai dengan ketentuan Perat u ran Pe r undangundangan” (Pasal
39)
Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang i n formasi dan tr a nsaksi
elektronik (UU ITE) yang te r diri dari 54 pasal. Sudah sangat jelas adanya hukum yang
mengatur tentang i n formasi dan tr a nsaksi yang terjadi di dunia maya, sama halnya jika kita
mengendarai motor lalu melakukan pelanggaran misal dengan tidak memiliki SIM jelas akan
mendapat sanksinya, begitu pun pelanggaran yang te r jadi dalam dunia maya yang telah
dijelas k an dimulai dari ketentuan umum, pe r buatan yang dilar a ng, penyelesaian sengketa,
hingga ke penyidikan dan ketentuan pidananya telah diatur dalam UU ITE ini.
2.6 Conto
h
Pel
a
nggaran Etika Profesi IT dan Cara Meng
a
tasinya
Makin merebaknya penggunaan inte r net. Jaringan l u as komputer tanpa disadari para
pemiliknya di sewakan kepada s p ammer ( p enyebar emai l kome r s i al), froudster ( p encipta
situs tipuan ) , dan penyabot digi t al. Te r minal – te r minal jaringan telah te r i n feksi virus
kompute r , yang mengubah komputer menjadi zombi. Faktor lai n yang menjadi pemicu adalah
makin banyaknya para intelektual yang t i d ak ber et i k a.
Hukum untuk mengatur aktifi t as di inte r net te r utama yang berhubungan dengan kejahatan
maya antara lai n masih menjadi pe r debatan. Ada dua pandangan menganai hal te r sebut antara
lain:
1. Karakteristik aktifi t as di inte r net yang be r s i fat lintas batas sehingga t i d ak lagi tunduk
pada batasanbatasan te r it o rial
2. Sistem hukum tr a disiomal (The Existing Law) yang justru bertumpu pada batasan –
batasan te r i t o rial dianggap t i d ak cukup memadai untuk menjawab pe r s o alan –
pe r s o alan hukum yang muncul akibat aktifi t as inte r net.
Akibat yang sangat nyata adanya cyber c r ime te r hadap kehidupan sosial budaya di
Indonesia adalah ditolaknya set i ap tr a nsaksi di inte r net dengan menggunakan kart u kredit
yang dikel u arkan oleh perbankan Indones i a. Masyarakat dunia telah percaya lagi dikarenakan
banyak kasus cr e dit card PRAUD yang dilakukan
o
l
eh Net t er asal Indonesia.
Cyber Crime : pe r buatan melawan hukum yang di l akukan dengan menggunakan inte r net
yang be r basis pada kec a nggi h an terhadap teknologi komputer dan telekomunikasi.
Adapun kode et i k yang di h arapkan bagi para pengguna internet adalah :
1. Menghindari dan t i d ak mempublikasi i n formasi yang se c ara langs u ng be r kai t an
dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
Menghindari dan t i d ak mempublikas i i n formas i yang memiliki tendensi menyinggung
se c a ra langs u ng dan negatif masalah suku, agama dan r a s (SARA), te r masuk di
dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskr e ditan, penyiksaan serta segala
bentuk pelanggaran hak atas pe r seor a ngan, kel o mpok / lembaga / institusi lain.
Menghindari dan t i d ak mempublikasikan i n formasi yang berisi instruksi untuk
2.
3.
melakukan perbuatan melawan hukum (illegal ) positif di
inte r nasional umumnya.
Indonesia dan ketentuan
4.
5.
Tidak menampilkan segal a bentuk eksploitasi te r hadap anakanak dibawah umur.
Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar mate r i dan
informas i yang memiliki kor e lasi te r hadap kegiatan pir a t i n g, hacking dan cracking.
6. Bi l a mempergunakan script, program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau
bentuk mate r i dan i n formasi lai n nya yang bukan hasil karya sendiri harus
menc a ntumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan be r sedia untuk
melakukan penc a butan bila ada yang mengajukan keberatan se r ta be r tanggung
jawab atas segal a konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
Tidak be r usaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumber daya
(r e sourc e ) dan peralatan yang dimiliki pihak lain.
Menghormat i etika dan segal a macam perat u r a n yang be r laku di masyarakat inte r net
7.
8.
umumnya dan be r tanggung jawab sepenuhnya te r hadap
situsnya.
segala muatan / isi
9. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan
o
l
eh pengelola, anggota dapat melakukan
teguran sec a ra langs u ng.
Undang undang yang digunakan untuk menjerat pada pelaku kejahatan komputer belum
mengatur sec a ra s p es i fi k ses u ai dengan t i d ak kejahatan yang mereka lakukan. KUHP masih
dijadikan dasar hukum untuk menjaring kejahatan kompute r , ketika produk ini dini l ai belum
cukup memadai untuk menjaring beber a pa jenis kejahatan komputer
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa kode etik prof e s i
me r upakan pedoman mut u mor a l prof e s i s i dalam masyar a kat yang di atur ses u ai dengan
prof e s i masingmasing. Hanya kode et i k yang berisikan nilainilai dan citaci t a di te r ima
o
l
eh
prof e s i i t u sendiri se r t a menjadi tumpuan harapan untuk di laksanakan dengan tekun dan
konsekuen. Kode et i k tidak akan ef e ktif kalau di dro p begi t u saja dari atas yai t u instansi
peme r intah karena t i d ak akan di j i w ai
o
l
eh ci t aci t a dan nilai hidup dalam kalangan prof e s i
itu sendiri.
2. Saran
Agar dapat memahami dan mempe r o
l
eh pengetahuan baru maka usaha yang dapat di
lakukan adalah :
1. Mempe r banyak pemahaman te r hadap kode etik prof e s i
2. Mengaplikasikan keahl i an sebagai tambahan ilmu dalam pr a ktek pendidi k an yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik
prof e si.
DAFTAR PUSTAKA
http://mahrus.wordpr e s s . com/2008/02/04/penyebabpelanggar a nkodeet i k prof e sii t
[11 /6/13]
http://aldoe r ianda.wordpres s . com/2009/05/10/pentingnyako d
eetikprof e si/ [11 /6/13]
www.mikroskil.ac.id/erwin/et i k a%2
0
p
rof e si/03.ppt [11 /6/13]
http://mahrus.wordpr e s s . com/2008/02/04/penebab [11 /6/13]
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/sanksite r hadappelanggaranko d eetik/
[11 /6/13]